Ujian Kasus Aljufri
Ujian Kasus Aljufri
CEMAS MENYELURUH
Oleh :
Aljufri Syamsudin
15014101224
Penguji :
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2017
LEMBAR PENGESAHAN
oleh :
Aljufri Syamsudin
1501410224
Masa KKM : 27 November – 24 Desember 2017
Penguji :
LAMPIRAN ............................................................................................. 22
i
STATUS UJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A. T
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Tomabatu, 23 Agustus 1974
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Pensiunan ( Guru SD)
Suku /Bangsa : Minahasa Tenggara/ Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat sekarang : Pakowa Lingkungan 4
A. Keluhan Utama
Pasien merasa cemas dan takut sampai berkeringat dingin, jantung berdebar-debar.
1
pasien takut jika nanti penyakitnya kambuh tidak ada yang menolongnya. Pasien merasa
lebih tenang jika bersama keluarganya dirumah.
Jika pasien merasa takut jantung pasien akan berdebar-debar, sampai seringkali
merasa sesak nafas. Pasien juga akan berkeringat dingin dan sangat banyak, juga merasa
sangat gelisah. Pasien juga sering merasa cemas dengan setiap hal yang terjadi dalam
kehidupannya. Saat ini pasien mau datang memeriksakan diri ke dokter karena merasa
keluhan-keluhan tersebut sudah sangat mengganggu aktifitas sehari-hari.
2
medis. Saat kecil pasien memiliki kepribadian yang ramah dan senang bermain. Pada
awal masuk Taman Kanak-kanak ketika diantar oleh ibunya kesekolah, pasien seringkali
menangis jika akan ditinggalkan ibunya.
3
tertutup pasien tidak mau berbagi masalahnya kepada siapapun. Orientasi seksual pasien
adalah lawan jenis yang sebaya.
4
DENAH RUMAH
KAMAR KAMAR
PASIEN dan KAMAR
ANAK
SUAMI MANDI/
WC
i. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak kelima dari sebelas bersaudara. Pasien merupakan anak
perempuan. Hubungan antar keluarga baikantara ayah-ibu serta kakak beradik
harmonis.Pasien merupakan golongan ekonomi menengah.
SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM
5
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS
A. Deskripsi umum
1) Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan berusia 63 tahun, tampak sesuai usianya, berkulit sawo
matang, rambut ikal warna hitam kecoklatan, penampilan rapi, bersih, dan tidak bau.
Pasien tampak tenang saat diwawancara.
2) Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pada saat anamnesis dengan pasien, pasien dalam keadaan duduk. Pada saat anamnesis
pasien pasien duduk tenang. Pasien dapat merespon saat diucapkan salam. Pasien tidak
menghindari kontak mata dan perhatian pasien tidak mudah terpengaruh oleh sekitar.
3) Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan.
C. Karakteristik bicara
Kualitas : Artikulasi jelas, volume kuat dan intonasi jelas. Pasien
merespon saat dipanggil namanya, pasien dapat menjawab
pertanyaan mengenai identitas dirinya dan pasien juga dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Kuantitas : Menjawab sesuai pertanyaan.
Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa.
D. Gangguan persepsi
Halusinasi tidak ada
6
E. Pikiran
1) Arus pikiran : koheren, menjawab sesuai pertanyaan.
2) Isi pikir : tidak ada waham
2) Daya nilai
Daya nilai sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian realitas : Baik
7
3) Kemampuan menolong diri sendiri
Baik. Pasien mandiri, bisa makan dan mandi sendiri.
4) Tilikan
Derajat 4 (menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan)
5) Taraf dapat dipercaya
Penjelasan pasien dapat dipercaya dan meminta konfirmasi kepada keluarga pasien.
8
e. Nervus Facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris
f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)
Selama wawancara berlangsung, pasien mampu untuk menjawab pertanyaan dengan
tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat berjalan pasien
terlihat stabil dan tidak terjatuh.
g. Nervus Glossofaringeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi
h. Nervus Vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
i. Nervus Aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menggerakkan kepalanya ke
kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam
keadaan normal
j. Nervus Hipoglosus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi
Ekstrapiramidal sindrom : tidak ditemukan ada gejala ekstrapiramidal
C. Pemeriksaan penunjang
Darah rutin : tidak di evaluasi
9
dialaminya sejak pasien berusia 22 tahun akan kambuh lagi. Seringkali walaupun sudah
makan tepat waktu, pasien tetap merasa takut.
Pasien juga takut berada dirumah sendirian, karena pasien merasa takut bila
penyakitnya kambuh tidak ada yang mau menolongnya. Pada pemeriksaann fisik umum
tidak ditemukan ada penyakit hipertensi. Pada pemeriksaan neurologis tidak ditemukan
kelainan. Tidak ada riwayat trauma kepala, kejang, dan gangguan neurologis lain. Tidak
ada riwayat penggunaan zat. Pasien sudah pernah melakukan pemeriksaan laboratorium,
echocardiography, CT Scan kepala, namun semua hasilnya dalam bahasa normal.
Pasien merupakan anak kelima dari sebelas. Riwayat tumbuh kembang, pasien lahir
normal. Masa kanak dan remaja, pasien telaten mengerjakan semua tugas yang diberikan
sesuai instruksi. Untuk masalah pribadi pasien merupakan orang yang tertutup, pasien
menyimpan masalah pribadinya sendiri, pasien merasa tidak percaya jika harus
menceritakannya oada orang lain. Pada masa dewasa, pasien selalu ingin setiap hal yang
terjadi dalama kehidupannya dan keluarga berjalan sesuai keinginannya.
Saat bersekolah di SD, SMP, dan SMA pasien memiliki nilai yang cukup baik,
pasien tidak menyukai kegiatan ekstrakulikuler. Pasa saat pasien duduk di TK, pasien
sering menangis jika ibunya meninggalkannya disekolah. Pasien sempat melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi sampai selesai.
Pasien menikah pada usia 15 tahun dan mempunyai 4 orang anak. Saat ini pasien
merupakan ibu rumah tangga, pasien sudah pension dari guru SD. Pasien merupakan
orang yang taat menjalankan kehidupan beragama. Pasien akrab dengan warga sekitar
lingkungannya. Pasien tidak pernah melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Dalam
pemeriksaan status mental didapatkan mood eutimia dengan afek luas dan serasi. Pasien
mengerti akan penyakitnya, serta pasien termotivasi untuk menjadi sembuh.
V. FORMULASI DIAGNOSTIK
Konsep gangguan jiwa menurut DSM V adalah sindrom perilaku atau psikologi yang
bermakna secara klinis pada seseorang dan memiliki hubungan dengan distress saat ini,
disabilitas, serta memiliki resiko terjadinya penderitaan, disabilitas, atau kehilangan
kebebasan. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental, pasien ini mengalami
10
keemasan dan ketakutan sampai berkeringat dingin, jantung berdebar-debar, sakit kepala
Gejala-gejala ini menimbulkan gangguan nyata pada aktivitas keseharian pasien.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan. Hal ini menyingkirkan
kemungkinan keterlibatan gangguan mental organik, sehingga pasien dapat didiagnosis
sebagai gangguan jiwa non organik. Pada anamnesis dan pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan adanya pemakaian dan pengaruh NAPZA pada pasien. Hal ini menyingkirkan
diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif. riwayat
penggunaan.
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan adanya hendaya berat dalam
menilai realitas (gejala klinis gangguan jiwa psikotik), sehingga pasien ini didiagnosis
dengan gangguan jiwa non psikotik.
Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan gejala-gejala yang
berkaitan dengan gangguan cemas menyeluruh. Kriteria diagnostik gangguan cemas
menyeluruh menurut DSM V:
A. Kecemasan yang berlebihan dan khawatir dapat terjadi harian atau minimal
selama 6 bulan, atau pada beberapa acara atau kegiatan (seperti pekerjaan atau
saat aktivitas sekolah)
B. Orang yang mengalami kesulitan untuk mengontrol rasa khawatir.
Kecemasan dan kekhawatiran berkaitan dengan tiga (atau lebih) dari enam gejala
berikut (dengan setidaknya beberapa gejala ada selama 6 bulan terakhir).
1) Kegelisahan atau perasaan tegang saat mendekati hari yang ditentukan.
2) Menjadi mudah lelah
3) Sulit berkonsentrasi atau pikiran akan kosong
4) Mudah marah
5) Ketegangan otot
6) Gangguan tidur (kesulitan untuk memulai tidur, atau tidur tidak nyenyak)
Pada kasus ini, pasien telah mengalami gangguan nyata dalam aktivitas
kesehariannya namun masih bisa beraktivitas. Berdasarkan hal-hal tersebut maka
diagnosis Aksis I adalah Gangguan Cemas Menyeluruh.
11
Berdasarkan anamnesis sewaktu remaja pasien telaten mengerjakan tugas yang
diberikan sesuai dengan instruksi. Pasien tidak mau membagi cerita masalah pada orang
lain, pasien merasa tidak percaya pada orang untuk menceritakan masalahnya.
Berdasarkan hal tersebut maka Aksis II, pasien memiliki ciri kepribadian paranoid.
Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian paranoid antara lain:
A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasive kepada orang lain sehingga
motif mereka dianggap sebagai berhati dengaki, dimulai pada masa dewasa
awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh
empat (atau lebih) berikut:
(1) Menduga, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lalin memanfaatkan,
membahayakan, atau mengkhianati dirinya.
(2) Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnyatentang loyalitas
atau kejujuran teman atau rekan kerja
(3) Enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena rasa takut yang
tidak perlu bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya
(4) Membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari
ucapan atau kejadian yang biasa
(5) Secara persisten menanggung dendam, yaitu, tidak memaafkan kerugian,
cedera, atau kelalaian
(6) Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak
bagi orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atas balas
menyerang
(7) Memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pertimbangan, tentang
kesetiaan pasangan atau mitra seksual
12
Pada Aksis V, Global Assessment of Functioning (GAF) GAF Scale current 60-51
Beberapa gejala sedang (moderate), disabilitas sedang GAF scale HLPY 90-81 gejala
minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.
VII. PROBLEM
Organobiologi : Hipertensi
Psikologi :Gelisah
Lingkunagan dan sosial ekonomi :Pasien suka bersosialisasi dengan tetangga, dan
tergolong ekonomi menengah.
13
•Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien tidak merasa putus
asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak kendur.
b. Terhadap keluarga pasien
•Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada dalam pengawasan
keluarga
•Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit
•Meminta keluarga untuk tetap memberikan perhatian penuh terhadap pasien dan
mengawasi pasien dalam meminum obat teratur serta mengenali gejala-gejala
kekambuhan.
•Memberikan psiko-edukasi yaitu menyampaikan informasi kepada keluarga
mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk senantiasa memberikan dukungan
selama masa pengobatan.
IX. PROGNOSIS
A. Ad vitam : dubia ad bonam
B. Ad fungsionam : dubia ad bonam
C. Ad sanationam : dubia ad bonam
X. ANJURAN
Dianjurkan kepada keluarga agar dapat memberikan dukungan dan kunjungan
berkala selama masa pengobatan. Memberikan konseling yang teratur kepada pasien
untuk bisa memperbaiki pemahaman tentang realitas yang ada, tingkah laku, serta pola
pikir pasien agar menyadarkan pada pasien bahwa pasien memerlukan pengobatan yang
teratur.
XI. DISKUSI
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan
kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan
dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan
sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya
14
selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan
dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan
kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna
dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
Ada beberapa etiologi dari gangguan cemas menyeluruh:1
1. Biologi
Area otak yang diduga terlibaat pada timbulnya GAD adalah lobus oksipitalis yang
mempunyai reseptor benzodiazepin tertinggi di otak. Ganglia basalis, sistem limbik dan
korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat dalam etiologi timbulnya GAD. Pada pasien
GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang abnormal. Neurotrasnmiter yang
berhubungan denganGAD adalah GABA, serotonin, norepinerin, glutamat, dan
kolesistokinin.
2. Genetik
Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama penderita GAD juga menderita gangguan
yang sama. Penelitian pada pasangan kembar didapatkan angka 50% pada kembar
monozigotik dan 15% pada kembar dizigotik.
3. Psikoanalitik
Teori psikoanalitik menghipotesis bahwa anxietas adalah gejala dari konflik bawah
sadar yang tidak terselesaiakan.
4. Kognitif perilaku
Penderita GAD berespons secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman disebabkan
oleh perhtian yang selektif terhadap hal-hal negatif pada lingkungannya, adanya distorsi
pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negatif terhadap kemampuan diri
untuk menghadapi ancaman.
Psikofarmako
Terapi anti-anxietas yang digunakan antara lain golongan benzodiazepine, yaitu
diazepam, chlordiazepoxide, bromazepam, lorazapem, alprazolam, clobazam. Golongan
non-benzodiazepine, buspirone, sulpiride, hydroxyzine. Mekanisme kerja benzodiazepine
merupakan potensial inhibisi neuron dengan GABA sebagai mediatornya.
Benzodiazepine meningkatkan kepekaan reseptor GABA A terhadap neurotransmiter
15
penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi sinaptik membran
sel dan mendorong post sinaptik membran sel tidak dapat dieksitasi.
Pada pasien ini diberika alprazolam 1 mg. Alprazolam adalah obat yang termasuk
dalam kelompok benzodiazepine. Biasanya obat ini digunakan untuk mengatasi
kecemasan dan serangan panic. Obat ini membuat penderita merasa tenag dan tidak
terlalu tegang. Dosis obat ini sebaiknya diambil yang paling rendah dengan frekuensi
paling pendek sesuai dengan gejala yang ada. Obat ini bekerja didalam otak dan saraf
untuk menghasilkan efek menenangkan dengan meningkatkan efek dari zat kimia alami
dalam tubuh yang disebut GABA. Setelah pengobatan selama empat minggu, peninjauan
ulang sebaiknya dilakukan jika ingin diperpanjang. Maksimum penggunaan obat ini
umumnya adalah 3 bulan. Alprazolam umumnya diberikan sebanyak 0.25 – 0.5 mg, 2-3
kali sehari. Dosis maksimum alprazolam adalah 4 mg per hari. Dosis akan diberikan
sesuai dengan kondisi kesehatan, umur, dan respons pasien terhadap obat ini.
Peningkatan dan pengurangan dosis obat ini perlu dilakukan secara bertahap untuk
meminimalisasi efek samping dan gejala putus obat.
Selain itu pasien juga diberikan fiedep 50 mg. Sertralin merupakan obat golongan
SSRIs (Selective Serotonine Reuptake Inhibitors). SSRIs merupakan antidepresan yang
hanya menghambat ambilan serotonin secara spesifik. SSRIs menyebabkan efek
antikolinergik lebih kecil dan kardiotoksik lebih rendah. SSRI sangat efektif digunakan
untuk mengobatai depresi dan beberapa jenis gangguan cemas. SSRI diserap baik dengan
pemberian oral, level puncak dalam darah setelah 6 jam.
Obat ini kurang menyebabkan antikolinergik, hampir tidak menimbulkan sedasi.
Selain sebagai obat pilihan, efek obat ini tergolong mudah penggunaannya, lebih aman
dan memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit. Efek samping yang dapat timbul
yaitu menjadi gelisah, mual, muntah, dapat menyebabkan hipotensi, penurunan libido,
disfungsi ereksi ataupun anorgasmia dan bahkan dapat menyebabkan kematian jika
dikombinasikan dengan alkohol atau obat lain.
Psikoterapi
1. Psikoterapi supportif
•Ventilasi :memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan
dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.
16
•Konseling : memberikan penjelasan kepada pasien sehingga dapat membantu pasien
dalam memahami penyakit dan cara mengatasinya
2. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang disekitar tentang penyakitpasien
sehingga dapat memberikan dukungan moral dan menciptakan lingkungan yang kondusif
sehingga dapat membantu proses penyembuhan.
17
WAWANCARA PSIKIATRI
Saat wawancara pasien sedang duduk diruang tamu dirumahnya.
A: Pemeriksa B: Pasien
________________________________________________________________________
A : Selamat siang ibu
B : siang.
A : perkenalkan saya dokter muda, nama ibu siapa?
B : A. T
A : boleh torang mo wawancarapa ibu, tentang ibu pe sakit?
B : owh boleh sekali.
A : ibu umur berapa sekarang?
B : 43 tahun
A : tinggal dimana dang bu?
B : di pakowa lingkungan 4 dilorong sebelah panti asuhan
A : kalau boleh tahu ibu pe pendidikan terakhir apa?
B : Sarjana dok
A : ibu kerja dimana dang ?
B : guru di SD Eben Haezar mar skarang so pensiun
A : Ibu kiapa, da keluhan apa?
B : kita selalu ja rasa takut kalo blum makan tepat waktu, takut mo sakit maag
A : so lama ja saki ulu hati bu?
B : So dari umur 22 thn, selalu sakit-sakit ulu hati, sampe skarang no, jadi
takut kalo terlambat makan
A : kalo depe saki, rupa bagaimana kang bu ?
B : barasa sakit skali, makanya tako no klo terlambat makan
A : ada mual, muntah bu, sakit kepala?
B : iyo dok ja mual dengan muntah kita saki kapala le kadang-kadang.
A : Ibu so pernah berobat kemana saja bu?
18
B : Da pigi pa dr. kong dr. bialang cm krn ba cemas trus kata. Krn biar so
makan kita tetap mo barasa mo sakit maag
A : ibu pe saki ulu hati timbul kalo ada ba apa?
B : nda bekeng apa-apa dok, ja timbul sandiri, kalo mo terlambat makan
A : owh ibu da susah tidur... brapa lama kalo mo mulai tatidur bu? deng
berapa jam kalo ibu tidur?
B : Io. Banyak kali nda ja tatidor karena rupa jantung nda brenti berdebar
kong kita takut no dok.
A : owh ibu susah tidur begitu ada minum obat tidur atau dokter ada kase obat
tidur nda?
B : nda yaa, dengan dokter le nda pernah kase itu dok.
A : ada yang ibu ja pikir-pikir le dirumah, atau ada masalah dirumah?
B : cm kalo dirumah sendiri kita rasa takut, nda ada masalah si sebenarnya.
Cuma itu kita ja piker kalo mo terlambat makan
A : Kalo so rasa takut mo barasa bagimana bu?
B : Kita mo gelisah skali dok, kong jantung berdebar trus, ba keringat banyak
dg keringat dingin. Lengkali sampe ja rasa sesak. Waktu masih mengajar
kita nda konsen kita ja takut kalo anak-anak pe suara rebut. Pernah lari
dari kelas.
A : Sekarang dang ibu ja rasa tako apa?
B : Itu no dok, kita takut skali kalo mo terlambat makan. Biar so makn kong
kita rasa so terlambat kita mo takut. Kong somo ada tu gejala itu.
A : Kong ibu so pernah berobat?
B : sudah. Pernah pigi di dokter kong dokter kase obat itu kata obat penenang,
jadi kita rasa enak kalo minum itu nda rasa takut.
A : ibu pe kehidupan keluarga bagimana dang?
B : bae-bae dokter. Napa ada tinggal deng cucu kasiang supaya jadi hiburan.
Cm katu tu ja camas karena saki maag itu no
A : Oh iya ibu, nanti ibu nda usah terlalu pikir soal itu sakit maag. Ibu makan
biasa no sesuai jam. Ibu nda usah takut kalo so lewat jam makan, karena
sebenarnya itu nda mob eking sakit maag to, Cuma karena ibu takut.
19
B : io dok. Itu no katu kit ape masalah sampe dr. bilang kit ape penyakit Cuma
karena cemas trus.
A : iya ibu. Makase ne ibu so luangkan waktu for mo tanya-tanya.
B : sama-sama dokter. Makase ne
20
DAFTAR PUSTAKA
2. Eisner RL, Sheri L, Jhonson B, Carver CS. Positive affect regulation in anxiety disorders.
Journal of Anxiety Disorders 23 (2009) 645–649.
3. Saddock BJ & Saddock VA. Panic disorder and agoraphobia. In: Kaplan & Sadock's
Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Ed. USA:
Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
21
LAMPIRAN
22