Anda di halaman 1dari 30

PERCOBAAN 1

PERENCANAAN SELULER

1.1 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah dalam perencanaan
jaringan seluler GSM/GPRS/EDGE khususnya dengan menggunakan
software Atoll.
2. Mahasiswa dapat melakukan analisa (link budget) dan optimasi
berdasarkan hasil yang didapatkan.

1.2 Peralatan
1. Software Atoll
2. Data map, clutter, dan spesifikasi transmitter GSM
3. Laptop/PC
4. Software Google Earth

1.3 Dasar Teori


1.3.1 Software Atoll
Atoll merupakan sebuah software radio planning yang menyediakan satu set
alat dan fitur yang komperhensif dan terpadu yang memungkinkan user untuk
membuat suatu proyek perencanaan microwave ataupun perencanaan radio dalam
satu aplikasi. Study yang disuguhkan diantaranya adalah :
1. Coverage by signal level : Menghitung area yang tertutupi oleh level sinyal
dari tiap cell.
2. Coverage by C/(I+N) level (DL) : Menghitung area yang tertutupi oleh SINR
downlink. SINR adalah perbandingan antara kuat sinyal dengan kuat
interferensi ditambah noise yang dipancarkan oleh cell.
3. Coverage by C/(I+N) level (UL) : Menghitung area yang tertutupi oleh SINR
uplink.
4. Coverage by throughput (DL) : Menghitung area yang tertutupi oleh
throughput downlink.
5. Coverage by throughput (UL) : Menghitung area yang tertutupi oleh
throughput uplink.
1.3.2 Perkembangan Seluler
Telepon merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
pesan suara (terutama pesan yang berbentuk percakapan). Kebanyakan telepon
beroperasi dengan menggunakan transmisi sinyal listrik dalam jaringan telepon
sehingga memungkinkan pengguna telepon untuk berkomunikasi dengan
pengguna lainnya. Teknologi seluler membagi sebuah kota menjadi sel-sel kecil
dengan luas wilayah tertentu. Sistem ini memungkinkan frekuensi yang luas
digunakan berkali-kali di seantero kota, sehingga memungkinkan jutaan orang
dapat menggunakan telepon sel-sel yang disebut sebagai “Seluler” itu secara
bersamaan. Setiap sel memiliki sebuah Base Transmission Station ( BTS ), yang
terdiri dari sebuah menara dan sebuah bangunan berisi perlengkapan pemancaran
dan penerimaan sinyal telepon. BTS inilah yang akan melayani setiap panggilan
telepon selular, menerima sinyal, mengolah, dan kemudian menghubungkan ke
nomor yang dituju. Pada tahun 1910 adalah cikal bakal telepon seluler yang
ditemukan oleh Lars Magnus Ericsson pendiri perusahaan Ericsson, kini dikenal
dengan perusahaan Sony Ericsson yang kala itu memfokuskan diri terhadap
bidang bisnis peralatan telegraf. . Perubahan telepon menjadi telepon seluler
memang bukanlah dalam waktu yang singkat. Akan tetapi, saat zaman modern
muncul, semakin modern masa ini, maka semakin cepat pula perkembangan
telepon menjadi telepon seluler.
1. Pada tahun 1921 pertama kalinya Departemen Kepolisian Detroit
Michigan menggunakan teleopn mobile yang terpasang di semua mobil
polisi dengan menggunakan frekuensi 2 MHz.
2. Pada tahun 1945, diperkenalkan mobile phone “0G” yang kemampuan
beroperasinya masih minim, yaitu tidak bisa mengganti frekuensi ketika
pengguna berpindah dari satu jaringan ke jaringan lain.
3. Pada tahun 1947, Bell Labs mengajukan konsep penggunaan jaringan
hexagonal yang kemudian dikembangkan pada tahun 1960an.
4. Namun pada periode perang dunia ke dua atau sekitar tahun 1950-an,
jaringan telepon radio telah digunakan oleh kalangan militer.
5. Pada tahun 1960, di Finlandia, berdiri sebuah perusahaan elektronik
“Nokia” sebagai handset telepon seluler.Perusahaan tersebut bernama
Fennis Cable Works dan berbisnis di bidang kabel. Tahun 1969, sistem
telekomunikasi seluler dikomersialkan.
Perkembangan teknologi telepon seluler sangat cepat. Bahkan saat ini,
telepon seluler bukan lagi sekedar alat komunikasi. Telepon seluler telah
dilengkapi dengan berbagi fitur-fitur pelengkap seperti kamera digital, radio, LCD
berwarna dengan resolusi tinggi, handphone menjadi perangkat yang canggih dan
pintar. Telepon seluler berkembang dengan teknologi wireless diantaranya :
1. AMPS (Advance Mobile Phone System) merupakan generasi pertama pada
teknologi selular. Sistem ini berada pada Band 800 MHz, yang
menggunakan 2 sirkuit yang terintergrasikan dari Computer Dedicated dan
System Switch. AMPS menggunakan frekuensi antara 825 MHz - 894
MHz. AMPS di operasikan pada Band 800 MHz sehingga tidak
memungkinkan adanya fitur seperti e-mail dan browsing, serta masih
kekurangan dalam segi kualitas suara. Inilah yang menjadi kendala,
sehingga sistem ini tidak berkembang dan di tinggalkan setelah teknologi
digital berkembang.
2. GSM (Global System for Mobile system) merupakan generasi kedua
AMPS. GSM pertama kali dikeluarkan tahun 1991 dan berkembang pata
1993 dengan diadopsi oleh beberapa Negara seperti Afrika Selatan,
Australia, Timur Tengah, dan Amerika Utara. Sistem digital dalam GSM
memungkinkan perkembangan telepon seluler dengan sangat pesat. GSM
adalah system telekomunikasi bergerak dengan menggunakan sistem
selular digital. GSM pertama kali dibuat diperuntukan untuk menjadi
sistem telekomunikasi bergerak yang memiliki cakupan internasional yang
berdasarkan pada teknologi Multiplexing Time Division Multiple access
(TDMA). GSM menggunakan frekuensi standart 900 MHz dan frekuensi
1800 MHz dengan nama Personal Communication Network. GSM juga
menyediakan layanan pengiriman data dengan high speed yang
menggunakan teknologi High Speed Circuit Switch Data (HSCSD) dengan
rate 64 Kbps hingga 100 Kbps. Saat ini di Indonesia yang mengadopsi
GSM sudah banyak, seperti Telkomsel, Exelkomindo, Satelindo, Indosat,
dan lain-lain.
3. CDMA (Code Division Multiple Access) merupakan generasi ketiga. Code
Division Multiple Access yang mengunakan sistem spectrum. Berbeda
dengan GSM yang menggunakan Time Division Multiplexing. CDMA
tidak memiliki frekuensi khusus pada setiap user. Setiap channel
menggunakan spectrum yang tersedia secara penuh. CDMA merupakan
perkembangan AMPS yang pertama kali digunakan oleh militer Amerika
Serikat sebagai komunikasi Intelejen pada waktu perang. Perkembangan
CDMA tidak secepat perkembangan GSM yang paling banyak diadopsi di
berbagai macam negara.Di Indonesia untuk jaringan CDMA ditempati
oleh PT.Mobile-8, Telecom, Telkom Flexy dan Esia.

1.3.3 Generasi Kedua (2G), 2.5G dan 2.75G


Untuk mengatasi keterbatasan pada teknologi generasi pertama, maka pada
tahun 1991 mulai dikembangkan teknologi seluler berbasis digital generasi kedua
(2G) yaitu GSM (Global System for Mobile Communications). GSM ini
menggunakan teknologi akses gabungan antara FDMA (Frequency Division
Multiple Access) dan TDMA (Time Division Multiple Access) yang bekerja
dengan frekuensi 900 MHz dengan lebar pita 25 KHz. Pita frekuensi dibagi
menjadi 124 carrier frekuensi yang terdiri dari 200 KHz setiap carrier. Carrier
frekuensi 200 KHz ini dibagi menjadi 8 time slot dan setiap user akan melakukan
dan menerima panggilan dalam satu time slot berdasarkan pengaturan waktu.
GSM memilki kecepatan pengiriman data mulai 64 kbps hingga 100 kbps.
Teknologi digital lainnya pada 2G yaitu CDMA (Code Division Multiple
Access) yang menggunakan frekuensi radio 25 MHz pada band frekuensi 1800
MHz dan dibagi dalam 42 kanal, masing-masing kanal terdiri dari 30 KHz.
Kecepatan akses data dapat mencapai 153,6 Kbps. Seluruh user pengguna CDMA
menggunakan frekuensi yang sama dalam waktu yang sama. CDMA juga
menggunakan kode tertentu untuk membedakan user satu dengan lainnya.
Perkembangan selanjutnya setelah CDMA adalah GPRS (General Packet
Radio Service) yang merupakan teknologi komunikasi data berbasis packet switch
yang dikembangkan pada jaringan GSM. Sistem GPRS memberikan solusi dasar
untuk Internet Protocol (IP), komunikasi antara mobile station dengan ISH
(Internet Service Hosts) atau Corporate LAN. GPRS ini menggantikan GSM
karena akses datanya yang sangat kecil sedangkan dengan GPRS dapat mengakses
data dengan kecepatan 160 Kbps dan throughput berkisar 20-30 kbps.
Kemudian dikembangkan EDGE (Enhanced Data for Global Evolution)
yang merupakan suatu metode meningkatkan kecepatan transfer data dari GPRS.
EDGE masih berada pada sistem 2.5G karena hanya menambahkan beberapa
spesifikasi baru pada protocol GPRS. EDGE merupakan teknologi yang
mempunyai kemampuan untuk mentransmisikan data hingga kecepatan 384 Kbps
atau sama dengan 3 kali kecepatan GPRS.
1. Generasi 2G (GSM)
2G (atau 2-G) adalah singkatan dari teknologi generasi kedua telepon
seluler. Teknologi seluler ini hadir menggantikan teknologi seluler pertama, 1G
yang menggunakan sistem analog seperti AMPS (Advanced Mobile Phone
System). 2G merupakan jaringan telekomunikasi selular yang diluncurkan secara
komersial pada jaringan GSM standar di Finlandia oleh Radiolinja (sekarang
bagian dari Elisa) pada tahun 1991. Berbeda dengan 1G, 2G menggunakan sistem
digital. Selain melayani komunikasi suara, 2G juga dapat melayani komunikasi
teks, yakni SMS.
2. Generasi 2,5G (GPRS)
GPRS merupakan sistem transmisi berbasis paket untuk GSM yang
menggunakan prinsip 'tunnelling' yang menawarkan laju data yang lebih tinggi.
Laju datanya secara kasar sampai 160 kbps dibandingkan dengan 9,6 kbps yang
dapat disediakan oleh rangkaian tersakelar GSM. Kanal-kanal radio ganda dapat
dialokasikan bagi seorang pengguna dan kanal yang sama dapat pula digunakan
dengan berbagi antar pengguna sehingga menjadi sangat efisien. Dari segi biaya,
harga mengacu pada volume penggunaan. Penggunanya ditarik biaya dengan
banyaknya byte yang dikirim atau diterima, tanpa memperdulikan panggilan.
Dengan demikian dimungkinkan GPRS akan menjadi lebih cenderung dipilih oleh
pelanggan untuk mengaksesnya daripada layanan-layanan IP.
GPRS merupakan teknologi baru yang memungkinkan para operator
jaringan komunikasi bergerak menawarkan layanan data dengan laju bit yang
lebih tinggi dengan tarif rendah, sehingga membuat layanan data menjadi menarik
bagi pasar massal. Para operator jaringan komunikasi bergerak di luar negeri kini
melihat GPRS sebagai kunci untuk mengembangkan pasar komunikasi bergerak
menjadi pesaing baru di lahan yang pernah menjadi milik jaringan kabel, yakni
layanan internet. Kondisi ini dimungkinkan karena ledakan penggunaan internet
melalui jaringan kabel (telepon) dapat pula dilakukan melalui jaringan bergerak.
Layanan bergerak yang kini sukses di pasar adalah, laporan cuaca, pemesanan
makanan, berita olah raga sampai ke berita-berita penting harian. Dari
perkembangan tersebut, dapat dirasakan dampaknya pada kemunculan berbeagai
provider HP yang bersaing menawarkan tarif GPRS yang semakin terjangkau.
Dalam teorinya GPRS menjanjikan kecepatan mulai dari 56 kbps sampai
115 kbps, sehingga memungkinkan akses internet, pengiriman data multimedia ke
komputer, notebook dan handheld computer. Namun, dalam implementasinya, hal
tersebut sangat tergantung faktor-faktor sebagai berikut:
1. Konfigurasi dan alokasi time slot pada level BTS
2. Software yang dipergunakan
3. Dukungan fitur dan aplikasi ponsel yang digunakan
Ini menjelaskan mengapa pada saat-saat tertentu dan di lokasi tertentu
akses GPRS terasa lambat, bahkan lebih lambat dari akses CSD yang memiliki
kecepatan 9,6 kbps.
Untuk dapat menggunakan GPRS (khususnya pada handphone yang
mendukung) diperlukan setting terlebih dahulu. Cara setting GPRS terdapat di
masing-masing operator. Setting GPRS di handphone dapat dilakukan dengan
otomatis dan manual. Setting GPRS secara otomatis dapat dilakukan dengan
mengirimkan SMS ke provider yang anda miliki, tarifnya bervariasi antar
provider, dan format pesan yang dikirimkan juga berbeda-beda tergantung dari
setiap provider. Sementara, untuk setting GPRS secara manual handphone cukup
mengikuti petunjuk setting default yang terdapat di handphone, tanpa perlu
mengubah-ubahnya lagi. Jika ingin memakai handphone untuk koneksi Internet
dari PC, anda hanya perlu untuk mengeset GPRS saja, tanpa perlu mengeset WAP
ataupun MMS.
Tiga hal yang harus diketahui adalah access point name, username, dan
password. Selanjutnya, untuk menggunakan GPRS di komputer, dapat
menyambungkan handphone yang telah tersetting GPRS itu dengan komputer
yang telah ter-setting. Cukup memasukkan angka dialling misalnya 08096470 dan
klik tombol dial, maka permintaan kita akan segara disambungkan. Saat ini,
GPRS di Indonesia kalah bersaing dengan teknologi 2,75G, 3G, 3,5G, dan 4G
yang memang pengembangan lebih lanjut dari GPRS.
3. Generasi 2,75 G (EDGE)
EDGE mengalami perkembangan dari beberapa generasi terdahulu.
Perkembangan teknologi ini didahului oleh AMPS sebagai teknologi komunikasi
seluler generasi pertama pada tahun 1978, hingga sekarang (tahun 2006),
perkembangan nya sudah sampai pada teknologi generasi ke-4, walaupun masih
dalam tahap penelitian dan uji coba. GSM sendiri sebagai salah satu teknologi
komunikasi mobile generasi kedua, merupakan teknologi yang saat ini paling
banyak digunakan di berbagai negara. Dalam perkembangannya, GSM yang
mampu menyalurkan komunikasi suara dan data berkecepatan rendah (9.6 - 14.4
kbps), kemudian berkembang menjadi GPRS yang mampu menyalurkan suara dan
juga data dengan kecepatan yang lebih baik, 115 kbps.
Pada fase selanjutnya, meningkatnya kebutuhan akan sebuah sistem
komunikasi mobile yang mampu menyalurkan data dengan kecepatan yang lebih
tinggi, dan untuk menjawab kebutuhan ini kemudian diperkenalkanlah EDGE
(Enhanced Data rates for GSM Evolution) yang mampu menyalurkan data dengan
kecepatan hingga 3 kali kecepatan GPRS, yaitu 384 kbps.
Pada pengembangan selanjutnya, diperkenalkanlah teknologi generasi
ketiga, salah satunya UMTS (Universal Mobile Telecommunication Service), yang
mampu menyalurkan data dengan kecepatan hingga 2 Mbps. Dengan kecepatan
hingga 2 Mbps, jaringan UMTS dapat melayani aplikasi-aplikasi multimedia
(video streaming, akses internet ataupun video conference) melalui perangkat
seluler dengan cukup baik. Perkembangan di dunia telekomunikasi seluler ini
diyakini akan terus berkembang, hingga nantinya diperkenalkan teknologi-
teknologi baru yang lebih baik dari yang ada saat ini. Akhir-akhir ini, para
ilmuwan berusaha mengembangkan teknologi telekomunikasi seluler dengan
jangkauan yang sangat lebar, tingkat mobilitas tinggi, layanan yang terintegrasi,
dan berbasikan IP (mobile IP). Teknologi ini diperkenalkan dengan nama Beyond
3G atau 4G.

1.3.4 Arsitektur Jaringan GSM


Jaringan GSM disusun dari beberapa entitas fungsional :
1. Mobile Station (MS), merupakan perangkat yang dibawa pelanggan.
2. Base Station Subsystem (BSS) yang mengendalikan hubungan radio
dengan Mobile Station.
3. Network Subsystem (NSS) berfungsi untuk mengatur komunikasi antara
jaringan GSM dengan jaringan telekomunikasi lain.
4. Operation Subsystem (OSS) adalah pusat pengendali jaringan yang
mengontrol dan memonitor seluruh kualitas pelayanan yang disediakan
oleh jaringan.

1.3.5 Konsep Kanal pada GSM


Pada umumnya, kanal terdiri dari dua jenis yaitu
1. Kanal fisik
Frame TDMA ini membawa satu frekuensi pembawa (frequency carrier)
yang berisi 8 time slot dengan bandwidth 200 kHz dan disebut kanal frekuensi
radio (Radio Frequency Channel) dimana mempunyai satu time slot (TS) frame
TDMA merupakan satu kanal fisi dan setiap frekuensi radio carrier terdiri dari 8
TS (CH 0 – 7)
2. Kanal Logic
Kanal logic digunakan sebagai informasi (suara, signalling dan data).
Kanal logika terbagi menjadi dua yaitu kanal bersama (Common Channel–CCH)
dan kanal kontrol yang ditentukan (Dedicated Channel–DCH).
a. Kanal trafik (TCH) dapat membawa suara atau data untuk layanan
komunikasi. TCH dibagi dua jenis, full rate channel dengan bit rate 13
Kbps dan half rate channel dengan kecepatan bit 6,5 kbps
b. Kanal kontrol digunakan untuk keperluan signalling
c. Kanal logik ditumpangkan pada kanal fisik

1.3.6 Kelebihan dan Kekurangan Jaringan GSM


Jaringan GSM mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun
kelebihan dari jaringan GSM adalah sebagai berikut:
1. Kualitas suara digital yang bagus.
2. Adanya layanan prepaid calling, layanan ini memungkinkan orang-orang
yang tidak bisa atau tidak ingin mengikat kontrak dengan suatu operator,
dapat menggunakan layanan GSM.
3. Kecenderungan masyarakat untuk terus mengikuti perkembangan
teknologi yang membuat sering mengganti telepon seluler mereka.
4. Banyaknya vendor telepon seluler yang menyediakan ponsel berbasis
GSM semakin mempopulerkan GSM.
5. Beranekaragamnya jenis ponsel GSM yang tersedia di pasaran mulai dari
yang murah sampai yang sangat mahal.
6. Perkembangan fitur-fitur ponsel berbasis GSM yang sangat cepat ikut
mempengaruhi selera masyarakat.
7. Adanya fasilitas SMS (Short Message System) memungkinkan pengiriman
berita dalam bentuk teks yang sangat murah.
8. Dukungan sebagian besar operator terhadap sistem GSM, masih lebih
banyak dibandingkan dengan dukungan terhadap sistem CDMA yang
cenderung masih terbilang sedikit.

Selain keunggulan, terdapat juga beberapa kekurangan yang terdapat pada


jaringan GSM yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Biaya pembangunan jaringan yang relatif mahal.
2. Belum adanya perjanjian antara sesama provider untuk menyamakan tarif
di seluruh dunia.
3. Rendahnya keamanan. Kebanyakan model mobile phone jaman dulu tidak
banyak memiliki model security yang didesain di dalamnya.
4. Berdampak buruk bagi kesehatan. Dengan semakin banyaknya
perkembangan teknologi, kekhawatiran telah muncul mengenai dampak
kesehatan dari penggunaan mobile phone (GSM). Hubungannya dengan
kecelakaan lalu lintas. Beberapa studi menunjukkan bahwa pengendara
sepeda motor memiliki resiko tabrakan dan kehilangan kontrol dari
kendaraannya saat menggunakan mobile phone ketika mengemudi yang
jauh lebih tinggi, meskipun menggunakan handsfree system. Bahkan di
beberapa negara saat ini telah melarang penggunaan mobile phone saat
mengemudi.

1.3.7 Link budget


Link budget merupakan sebuah cara untuk menghitung mengenai semua
parameter dalam transmisi sinyal, mulai dari gain dan losses dari Tx sampai Rx
melalui media transmisi. Dalam hal ini perhitungan dengan media transmisi Wifi.
Link merupakan parameter dalam merencanakan suatu jaringan yang
menggunakan media transmisi berbagai macam. Link budget ini dihitung
berdasarkan jarak antara transmitter (Tx) dan receiver (Rx). Link budget juga
dihitung dengan melihat spesifikasi yang ada pada suatu antenna. Dalam jaringan
GSM, link budget digunakan untuk memperkirakan radius sel yang diharapkan
dalam suatu lingkungan tertentu. Link budget dalam jaringan GSM relatif
sederhana operasi dan dapat dilakukan secara manual karena hanya berhubungan
dengan parameter propagasi.
Perhitungan link budget dimaksudkan untuk dapat menghitung atau
merencanakan kebutuhan daya sistem seluler sedemikan rupa, sehingga kualitas
sinyal di penerima memenuhi standart yang di inginkan.
Link budget pada system perencanaan di bagi menjadi dua bagian yaitu
Uplink/ Link reverse (dari MS menuju BTS) dan Downlink / Link Forward (dari
BTS menuju MS), untuk mendapatkan nilai path loss tersebut di ketahui dulu
besar nilai MAPL (Maximum Allowable Path Loss), parameter di hitung dengan
persamaan berikut :
Lmax = EIRP – Sensitivitas + GBTS – Lcable – FM ……………. (1.1)
Sensitivitas = Eb/No + No + Im + Information Rate + NFBTS ………. (1.2)
Dimana :
EIRP = PMS + GMS- Lbody
EIRP = EIRP(MS/BTS)
Lmax = Loss maksimum yang diizinkan
Sensitivitas = Sensitivitas (BTS/MS)
PMS = Daya Pancar MS
GBTS = Gain BTS
FM = Fading Margin
GMS = Gain MS
Lbody = Loss Body
Eb/No = Kualitas Kanal Trafik
No = Receiver Noise Density
Im = Receiver Interfrence Margin
NFBTS = Noise Figure BTS

1.3.8 Free Space Loss


Free Space Loss (FSL) adalah loss (kerugian) yang terjadi dalam
sambungan komunikasi melalui gelombang radio. Pada saat sinyal
meninggalkan antena, sinyal akan berpropagasi atau lepas ke udara. Antena yang
kita gunakan akan menentukan bagaimana propagasi akan terjadi. Pada frekuensi
2.4 GHz sangat penting sekali untuk menentukan agar jalur antara dua antena ini
tidak ada penghalang. Kemungkinan besar kita akan melihat adanya degradasi
dari sinyal yang berpropagasi di udara jika ada hambatan di jalur. Pepohonan,
bangunan, tiang PLN, tower, gunung semua merupakan contoh dari penghalang.
Tetapi sebagian besar redaman dalam sistem wireless adalah redaman
karena sinyal harus merambat diudara. Persamaan dari redaman Free Space (Free
Space Loss/FSL) adalah sebagai berikut:
Free Space Loss (FSL)dB = 20 log (4𝜋𝑑/𝜆)…………..(1.3)
Atau bisa juga dengan :
FSLdB = 21.98 + 20 log (𝑑/𝜆)……………(1.4)
Dimana :
d : Jarak (km)
λ : Frekuensi (MHz)

1.3.9 Path Loss


Path loss adalah suatu metode yang digunakan untuk mengukur suatu loss
yang disebabkan oleh cuaca, kontur tanah dan lain-lain, agar tidak menggangu
pemancaran antar 2 buah antena yang saling berhubungan. Nilai path loss
menunjukkan level sinyal yang melemah (mengalami attenuation) yang
disebabkan oleh propagasi free space seperti refleksi, difraksi, dan scattering.
Path loss sangat penting dalam perhitungan Link Budget, ukuran cell,
ataupun perencanaan frekuensi. faktor-faktor yang mempengaruhi nilai level daya
dan pathloss adalah jarak pengukuran antara Tx dan Rx, tinggi antena (Tx dan
Rx), serta jenis area pengukuran.

1.4 Langkah Percobaan


1. Buka software Atoll.

Gambar 1.1 Layar Pertama Atoll

2. Untuk menentukan teknologi yang digunakan pilih File > New > From a
Document Template > GSM GPRS EDGE.
Gambar 1.2 Menentukan Teknologi yang Digunakan

3. Untuk menentukan koordinat peta pilih Document > Properties maka akan
muncul jendela berikut.

Gambar 1.3 Menentukan Koordinat Peta

4. Pada kolom Projection pilih WGS 84/UTM zone 49S dimana ini
menunjukkan koordinat antara 108º Bujur Barat hingga 114º Bujur Timur.

Gambar 1.4 Kolom Projection

5. Pada kolom display pilih WGS 84 yang menandakan garis Lintang untuk
koordinat dunia.

Gambar 1.5 Kolom Display


6. Untuk memasukkan peta digital pilih File > Import. Pilih peta yang ingin
dimasukkan.

Gambar 1.6 Memasukkan Peta Digital

7. Import data clutter pilih File > Import. Pilih data clutter yang akan
diimport, pada tipe data pilih clutter classes.
8. Import ketinggian peta pilih File > Import. Pilih data ketinggian peta yang
akan diimport, pada tipe data pilih altitudes.
9. Import data vector pilih File > Import. Pilih data vector yang akan
diimport, pada tipe data pilih vectors.
10. Tentukan lokasi untuk melakukan perencanaan dan tampilan akhir akan
terlihat seperti berikut :

Gambar 1.7 Map Jawa


11. Klik icon site dan letakkan di posisi yang diinginkan.

Gambar 1.8 Menentukan Letak Posisi Site


12. Atur parameter antenna, klik kanan pada Transmitter > Open Table.

Gambar 1.9 Mengatur Parameter

13. Akan muncul tab baru, klik dua kali pada masing-masing transmitter
untuk mengatur spesifikasinya sesuai data yang diberikan.

Gambar 1.10 Mengatur Spesifikasi pada Transmitter


14. Setelah mengatur spesifikasi antenna, kembali ke tab perencanaan untuk
melakukan prediksi coverage area. Klik kanan pada prediction > new
prediction.

Gambar 1.11 Melakukan Prediksi Coverage Area


15. Pilih coverage by signal level (DL) > OK dan klik Calculate. Maka akan
terlihat coverage area dari site seperti berikut :

Gambar 1.12 Hasil dari Calculate

16. Ulangi langkah 11 sampai 16 dengan menempatkan site di posisi yang


berbeda hingga mendapatkan hasil seperti berikut

Gambar 1.13 Hasil Akhir Menempatkan Site di Posisi Berbeda

17. Hasil tersebut dapat dilihat melalui Google Earth dengan cara memilih
icon Convert to Google Earth pada software

Gambar 1.14 Hasil di Google Earth


1.5 Gambar dan Data Hasil Percobaan
1.5.1 Menggunakan Frekuensi 1800 MHz
1.5.1.1 Downlink 1800 MHz
Berikut adalah gambar hasil percobaan downlink BTS 1 (Site 0) dengan
frekuensi 1800 MHz

Gambar 1.15 Jangkauan BTS 1 Menggunakan Atoll Downlink 1800 MHz

1.5.1.2 Uplink 1800 MHz


Berikut adalah gambar hasil percobaan uplink BTS 1 (Site 0) dengan
frekuensi 1800 MHz.

Gambar 1.16 Jangkauan BTS 1 Menggunakan Atoll Uplink 1800 MHz


Adapun parameter – parameter yang digunakan pada BTS 1 (Site 0) adalah
sebagai berikut :
1. Koordinat :
Longitude : 107º1’6.52”E
Latitude : 6º13’41.55”S
2. Transmitter : BTS
a. Feeder : 1-5/8” at 1800 MHz
b. Feeder length :
1) Transmission : 41 m
2) Reception : 5 m
3) Power : 43 dBm
c. Antena
1) Height : 30 m
2) Model : 65deg 17dBi 6Tilt 1800 MHz
3. TRXs
a. Cell Type Macro Cell 1800
b. BSIC : 21
4. AFP :
a. Weight : 1
b. Reuse Distance : 2.000 m
5. Configuration
a. Coding Scheme Configuration : EGPRS 1800
6. Propagation :
a. Main Matrix :
1) Propagation Model : Cost-Hatta
2) Radius : 0 m
3) Resolution : 50 m
1.5.2 Menggunakan Frekuensi 900 MHz
1.5.2.1 Downlink 900 MHz
Berikut adalah gambar hasil percobaan downlink BTS 2 (Site 1) dengan
frekuensi 900 MHz :

Gambar 1.17 Jangkauan BTS Menggunakan Atoll Downlink 900 MHz

1.5.2.2 Uplink 900 MHz


Berikut adalah gambar hasil percobaan uplink BTS 2 (Site 1) dengan
frekuensi 900 MHz :

Gambar 1.18 Jangkauan BTS Menggunakan Atoll Uplink 900 MHz


Adapun parameter – parameter yang digunakan pada BTS 2 (Site 1) adalah
sebagai berikut :
1. Koordinat :
Longitude : 110º52’47.76”E
Latitude : 7º5’12.8”S
2. Transmitter : BTS
a. Feeder : 1-5/8” at 900 MHz
b. Feeder length :
1) Transmission : 41 m
2) Reception : 5 m
3) Power : 43 dBm
c. Antena
1) Height : 30 m
2) Model : 65deg 17dBi 4Tilt 900 MHz
3. TRXs
a. Cell Type Macro Cell 900
b. BSIC : 21
4. AFP :
a. Weight : 1
b. Reuse Distance : 2.000 m
5. Configuration
a. Coding Scheme Configuration : EGPRS 900
6. Propagation :
a. Main Matrix :
1) Propagation Model : Okumura-Hatta
2) Radius : 0 m
3) Resolution : 50 m
1.6 Analisa Hasil Percobaan
1.6.1 Downlink dan Uplink Menggunakan Frekuensi 1800 MHz
Berikut adalah gambar hasil percobaan downlink BTS (Site 0) dengan
frekuensi 1800 MHz

Gambar 1.19 Jangkauan BTS Menggunakan Atoll Downlink 1800 MHz

Berikut adalah gambar hasil percobaan uplink BTS (site 0) dengan


frekuensi 1800 MHz.

Gambar 1.20 Jangkauan BTS Menggunakan Atoll Uplink 1800 MHz

Uplink adalah sinyal radio frekuensi (RF) yang dipancarkan dari unit
mobile station ke menara BTS. Downlink adalah sinyal radio frekuensi (RF) yang
dipancarkan dari menara BTS menuju unit mobile station. Berikut adalah
perhitungan link budget kondisi uplink dan downlink GSM 1800 MHz dengan
parameter yang dapat di asumsikan sebagai berikut :
Frekuensi : 1800 MHz BS Diversity Gain : 2,5 dB
Tinggi Receiver :1m BS Duplexer Loss : 0,8 dB
Power Receiver : 100 mW BS Jumper Loss : 0,9 dB
Antena Gain Receiver : 2 dBi BS Tx Filter Loss : 2,3 dB
Receiver Sensitivity : -101 dBm Body Attenuation : 2 dB
BS Rx Sensitivity : -104 dBm Buiding Attenuation : 15 dB

Maka di dapatkan proses sebagai berikut :


Tabel 1.1 Parameter Link budget Menghitung Product Path Loss
Parameter Symbol Unit Uplink Downlink
Frekuensi F MHz 1800 1800
MS TX Power Pm dBm 20 -
MS RX Sensitivity Sm dBm - -101
MS Antenna Gain Gm dBi 2 2
MS Feeder Loss Lm dB 0 0
BS TX Power Pb dBm - 43
BS RX Sensitivity Sb dBm -104 -
BS Antena Gain Gb dBi 17 17
BS Diversity Gain Gd dB 2.5 -
BS Duplexer Loss Ld dB 0.8 0.8
BS Jumper/Connector Loss Lj dB 0.9 0.9
BS TX Filter Loss Ltf dB - 2.3
Product Path Loss Lp dB 143,8 159

Persamaan uplink (Lpu) = Pm + Gm – Lm + Gb + Gd – Sb – Ld – Lj


= 20 + 2 – 0 + 18 + 2,5 – (-104) – 0,8 – 0,9
= 143,8 dB
Persamaan downlink (Lpd) = Pb + Gb + Gm – Sm – Ld – Lj – Ltf
= 43 + 18 + 2 – (-101) – 0,8 – 0,9 – 2,3
= 159 Db
Tabel 1.2 Parameter Link budget
Urban
Parameter Unit
Uplink Downlink
Product Path Loss(Lp) dB 143,8 159
BS Antenna Height(Hb) m 30 30
Body attenuation(Ab) dB 2 2
Total feeder loss (Lf) dB 3,16 3,16
Vehide attenuation(Av) dB 0 0
Building attenuation(Abd) dB 15 15
Total Path Loss(Lpt) dB 123,64 138,84

Total Path Loss (Uplink) = Lp – Ab – Lf – Abd


= 143,8 – 2 – 3,16 – 15
= 123,64
Total Path Loss (Downlink) = Lp – Ab – Lf – Abd
= 159 – 2 – 3,16 – 15
= 138,84
Rumus Cost-Hatta :
Lu = 46,3 + 33,9 log fC – 13,82 log hT – a(hR) + [44,9 – 6,55 log hT ] log d + CM
Untuk mencari a hR = 3,2 (log 11,75 hR )2 − 4,97
= 3,2 (log 11,75 . 1)2 − 4,97
= 3,2 1,145 − 4,97
=-1,306
Kondisi Uplink
Lu = 46,3 + 33,9 log fC – 13,82 log hT – a(hR) + [44,9 – 6,55 log hT ] log d +
𝐶𝑀 = 46,3 + 33,9 log 1800 – 13,82 log 30 – (-1,306)+[44,9-6,55 log 30] log
d+3
= 46,3 + 33,9 (3,26) – 13,82 (1,48) – (-1,306) + [44,9-6,55 log 30] log d+3
= 46,3 + 110,5 – 20,45 +1,306+ 35,206 + 3 log d
= 175,865 log d
123,64 = 175,865 log d
123,64
175,86
= log d
0,70 = log d

d = 5,01 km

Kondisi Downlink
Lu = 46,3 + 33,9 log fC – 13,82 log hT – a(hR) + [44,9 – 6,55 log hT ] log d +
𝐶𝑀 = 46,3 + 33,9 log 1800 – 13,82 log 30 – (-1,306)+[44,9-6,55 log 30] log
d+3
= 46,3 + 33,9 (3,26) – 13,82 (1,48) – (-1,306) + [44,9-6,55 log 30] log d+3
= 46,3 + 110,5 – 20,45 + 1,306 + 35,206 + 3 log d
= 175,865 log d
138,84 = 175,865 log d
138,84
175,86
= log d
0,78 = log d
d = 6,02 km

Jadi untuk kondisi uplink jarak jangkauan mobile sistemnya adalah 5,01
km, sedangkan untuk kondisi downlink jarak jangkauan base stationnya adalah
6,02 km. Dengan begitu dapat diketahui bahwa jarak untuk kondisi uplink dan
downlink dari BTS ini sudah memenuhi syarat dari metode Cost-Hata yaitu jarak
jangkauan BTS dapat dihitung dengan jarak minimal 1 km dan maksimal 20 km,
jika tidak memenuhi syarat tersebut dapat menggunakan metode perencanaan
seluler yang lain.
1.6.2 Downlink dan Uplink Menggunakan Frekuensi 900 MHz
Berikut adalah gambar hasil percobaan downlink BTS (Site 1) dengan
frekuensi 900 MHz

Gambar 1.21 Jangkauan BTS Menggunakan Atoll Downlink 900 MHz

Berikut adalah gambar hasil percobaan uplink BTS (Site 1) dengan


frekuensi 900 MHz

Gambar 1.22 Jangkauan BTS Menggunakan Atoll Uplink 900 MHz

Uplink adalah sinyal radio frequency (RF) yang dipancarkan dari unit
mobile station ke menara BTS. Downlink adalah sinyal radio frequency (RF) yang
dipancarkan dari menara BTS menuju unit mobile station. Berikut adalah
perhitungan link budget kondisi uplink dan downlink GSM 900 MHz dengan
parameter yang dapat di asumsikan sebagai berikut :
Frekuensi : 900 MHz BS Diversity Gain : 2,5 dB
Tinggi Receiver :1m BS Duplexer Loss : 0,8 dB
Power Receiver : 100 mW BS Jumper Loss : 0,9 dB
Antena Gain Receiver : 2 dBi BS Tx Filter Loss : 2,3 dB
Receiver Sensitivity : -101 dBm Body Attenuation : 2 dB
BS Rx Sensitivity : -104 dBm Buiding Attenuation : 15 Db

Maka di dapatkan proses sebagai berikut:


Tabel 1.4 Parameter Link budget Menghitung Product Path Loss
Parameter Symbol Unit Uplink Downlink
Frekuensi F MHz 900 900
MS TX Power Pm dBm 20 -
MS RX Sensitivity Sm dBm - -101
MS Antenna Gain Gm dBi 2 2
MS Feeder Loss Lm dB 0 0
BS TX Power Pb dBm - 43
BS RX Sensitivity Sb dBm -104 -
BS Antena Gain Gb dBi 17 17
BS Diversity Gain Gd dB 2.5 -
BS Duplexer Loss Ld dB 0.8 0.8
BS Jumper/Connector Loss Lj dB 0.9 0.9
BS TX Filter Loss Ltf dB - 2.3
Product Path Loss Lp dB 143,8 159

Persamaan uplink (Lpu) = Pm + Gm – Lm + Gb + Gd – Sb – Ld – Lj


= 20 + 2 – 0 + 17 + 2,5 – (-104) – 0,8 – 0,9
= 143,8 dB
Persamaan downlink (Lpd) = Pb + Gb + Gm – Sm – Ld – Lj – Ltf
= 43 + 17 + 2 – (-101) – 0,8 – 0,9 – 2,3
= 159 dB

Tabel 1.2 Parameter Link budget


Urban
Parameter Unit
Uplink Downlink
Product Path Loss(Lp) Db 143,8 159
BS Antenna Height(Hb) M 30 30
Body attenuation(Ab) dB 2 2
Total feeder loss (Lf) dB 2,43 2,43
Vehide attenuation(Av) dB 0 0
Building attenuation(Abd) dB 15 15
Total Path Loss(Lpt) dB 125,37 139,57
Total Path Loss (Uplink) = Lp – Ab – Lf – Abd
= 144,8 – 2 – 2,43 – 15
= 125,37

Total Path Loss (Downlink) = Lp – Ab – Lf – Abd


= 159 – 2 – 2,43 – 15
= 139,57
Rumus Okumura-Hatta :
Lu = 69,55 + 26,16log fC – 13,83log hT – a(hR) + [44,9 – 6,55 log hT ] log d
Untuk mencari 𝑎 ℎ𝑅 = 3,2 (log 11,75 ℎ𝑅 )2 − 4,97
= 3,2 (log 11,75 . 1)2 − 4,97
= 3,2 1,145 − 4,97
= −1,306
Kondisi Uplink
Lu = 69,55 + 26,16log fC – 13,83log hT – a(hR) + [44,9 – 6,55 log hT ] log d
= 69,55 + 26,16log 900 – 13,83 log 30 – (-1,306)+[44,9-6,55 log 30] log d
= 69,55 + 26,16log 900 – 13,83 log 30 – (-1,306)+[44,9-6,55 log 30] log d
= 69,55 + 26,16(2,95)-13,83(1,48)+1,306+[44,9-6,55(1,48)] log d
= 69,55 +77,172 – 20,453 + 1,306 + (35,206) log d
125,37 =162,781log d
125,37
162,78
= log d

0,77 = log d
d = 5,88 km

Kondisi Downlink
Lu = 69,55 + 26,16log fC – 13,83log hT – a(hR) + [44,9 – 6,55 log hT ] log d
= 69,55 + 26,16log 900 – 13,83 log 30 – (-1,306)+[44,9-6,55 log 30] log d
= 69,55 + 26,16log 900 – 13,83 log 30 – (-1,306)+[44,9-6,55 log 30] log d
= 69,55 + 26,16(2,95)-13,83(1,48)+1,306+[44,9-6,55(1,48)] log d
= 69,55 +77,172 – 20,453 + 1,306 + (35,206) log d
139,57 =162,781 log d
139,57
162,78
= log d

0,85 = log d
d = 7,07 km

Jadi untuk kondisi uplink jarak jangkauan mobile sistemnya adalah 5,88
km, sedangkan untuk kondisi downlink jarak jangkauan base stationnya adalah
7,07 km. Dengan begitu dapat diketahui bahwa jarak untuk kondisi uplink dan
downlink dari BTS ini sudah memenuhi syarat dari metode Okumura-Hata yaitu
jarak jangkauan BTS dapat dihitung dengan jarak minimal 1 km dan maksimal
100 km, jika tidak memenuhi syarat tersebut dapat menggunakan metode
perencanaan seluler yang lain.

1.6.3 Analisa Perbandingan Jaringan GSM 900 MHz dan 1800 MHz
Pada jaringan GSM frekuensi 900 MHz didapatkan jangkauan base station
kondisi uplink sebesar 5,88 km, sedangkan untuk kondisi downlink jarak
jangkauan base stationnya adalah 7,07 km. Dan pada jaringan GSM frekuensi
1800 MHz didapatkan jangkauan base station kondisi uplink sebesar 5,01 km,
sedangkan untuk kondisi downlink jarak jangkauan base stationnya adalah 6,02
km. Maka disimpulkan bahwa semakin tinggi frekuensi yang digunakan maka
semakin sempit coverage areanya. Hal yang menyebabkannya adalah redaman
ruang bebas (Free Space Loss) dan juga adanya pengaruh panjang gelombang.
Perhitungan Free Space Loss pada BTS kondisi uplink dan downlink
menggunakan frekuensi 900 MHz dapat dilihat sebagai berikut :

Kondisi Uplink
FSL dB = 20 log f + 20 log d + 32,44
= 20 log 900 + 20 log 5,88 + 32,44
= 59,08 + 15,38 + 32,44
= 106,59 dB
Kondisi Downlink :
FSL dB = 20 log f + 20 log d + 32,44
= 20 log 900 + 20 log 7,07 + 32,44
= 59,08 + 16,98 + 32,44 = 108,5 dB

Jadi di dapatkan hasil Free Space Loss pada frekuensi 900 MHz kondisi
uplink yaitu sebesar 106,59 dB dan kondisi downlink yaitu sebesar 108,5 dB.
Perhitungan Free Space Loss pada BTS kondisi uplink dan downlink
menggunakan frekuensi 1800 MHz dapat dilihat sebagai berikut :
Kondisi Uplink :
FSL dB = 20 log f + 20 log d + 32,44
= 20 log 1800 + 20 log 5,01 + 32,44
= 65,10 + 13,99 + 32,44
= 65,10 + 13,99 + 32,44
= 111,53 dB

Kondisi Downlink :
FSL dB = 20 log f + 20 log d + 32,44
= 20 log 1800 + 20 log 6,02 + 32,44
= 65,10 + 15,59 + 32,44
= 113,13 dB
Jadi di dapatkan hasil Free Space Loss pada frekuensi 1800 MHz kondisi
uplink yaitu sebesar 111,53dB dan kondisi downlink yaitu sebesar 113,13dB.
1.7 Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat di ambil
beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Link budget merupakan sebuah cara untuk menghitung mengenai semua
parameter dalam transmisi sinyal, mulai dari gain dan losses dari Tx sampai
Rx melalui media transmisi.
2. Pada frekuensi 900 MHz untuk kondisi uplink jarak jangkauan mobile
systemnya adalah 14,79 km, sedangkan untuk kondisi downlink jarak
jangkauan base stationnya adalah 19,95 km, sedangkan pada frekuensi 1800
MHz untuk kondisi uplink jarak jangkauan mobile sistemnya adalah 12,3
km, sedangkan untuk kondisi downlink jarak jangkauan base stationnya
adalah 15,8 km.
3. Hasil yang di dapatkan pada Free Space Loss di frekuensi 900 MHz kondisi
uplink yaitu sebesar 114,92 dB dan kondisi downlink yaitu sebesar 117,52
dB, sedangkan hasil Free Space Loss pada frekuensi 1800 MHz kondisi
uplink yaitu sebesar 119,34 dB dan kondisi downlink yaitu sebesar 121,51
dB.
4. Semakin rendah frekuensi dari suatu BTS maka coverage dari BTS tersebut
akan semakin luas, dan sebaliknya semakin tinggi frekuensi BTS tersebut
makan coveragenya akan semakin sempit.

Anda mungkin juga menyukai