3. Kriteria Diagnosis : Nyeri perut kanan atas, demam, hati membesar dengan
fluatuasi dan nyeri tekan, lekositosis polimorfonuklear, anemi,
peningkatan Laju Endap Darah,sedikit kenaikan bilirubin
konyugasi.
5. Pemeriksaan Penunjang : Darah Iengkap, Faal hati, Foto toraks, USG, Uji serologi (CFT
Elisa), Aspirasi PA.
8. Terapi : Medikamen:
- Metronidazol 3x750 mg/h selama 10 hari, atau
- Tinidazole 3X800 mg/h selama 5 hari atau
- Seknidazol 3 x 1 tablet I h selama 5 hari.
Tindakan: Asoirasi oerkutaneus dituntun USG
14. PA : Perlu
2. ABSES PARU
1
1. Nama Penyakit : Abses Paru
2. Definisi : Abses paru adalah Iasi di paru yang bersifr supurasi edan
nekrosis dari jaringan. Faktor predisposisi ialah infeksi saluran
nafa dengan daya pertahanan saluran nafas yan terganggu
serta adanya obstruktur mekan saluran nafas.
3. Kriteria Diagnosis : Klinis:
Gejala yang kurang khas, bervariasi seperl flu biasa yang
timbul perlahan-lahan ringar sampai sedang.
Gejala yang khas biasanya timbul 3 har setelah aspirasi
berupa malaise, dengar demam diikuti batuk-batuk, nyeri
pleuritik sesak nafas dan sianosis.
Bila tidak diobati gejala bisa meningkat menjadi batuk
bercampur darah yang banyak, berbau ( infeksi kuman
anaerob ). Bila abses pecah ke pleura bisa terbentuk
Pleuropneumotoraks.
Pada pemeriksaan fisis didapati tanda konsolidasi, redup,
suara pernafasan bronkial, ronki basa atau krepitasi, bisa
dijumpai jari tubuh, perlu dicari faktor predisposisi.
Radiologik:
Adanya gambaran khas berupa Permukaan udara-cairan (Air
Fluid Level).
Laboratorium:
LED meningkat, Lekositosis 20.000-30.000/m3 dengan
pergesran ke kiri.
Dahak dengan pewarnaan Gram:
penuh Lekosit dan bermacam - macam kuman.
7. Pengobatan : Umum:
Intake cairan yang cukup, Drainase postural, bromkoskopi
untuk membersihkan jalan nafas sehingga drainase pus
lancar.
Antibiotika dapat diberi berupa Penisislin 1 juta IU/2-3xsehari
intramuskular. Bila diperkirakan kuman Gram Negatif juga
berpendapat ditambahakan Kloramfenikol selama 2 – 4
mingg. Kemudian diteruskan dengan pemberian obat–obatan
2
secara oral selama 4 bulan. Bila dengan rejim diatas kurang
berhasil terapi dirobah menjadi Klindamisin dosis 3 x 600
mg/h dan Metronidazol 4 x 500 mg/h, serta Gentamisin 5
mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis.
Khusus:
Terapi terhadap penyakit dasar dan penyulit.
12. Output : -
13. PA : -
3. ADENOMA TIROID
8. Penyutit : Malignansi
3
9. Informed Consent : -
4. Diagnosa Banding : -
8. Terapi : Antiatroviral
Zidovudin + Didanosin atau
Zidovudin + Zalcitabin atau
Zidovudin + Lamivudin atau
Didanosin atau:
Obat-obatan diatas ditambah penghambat protease yaitu
indinavir, saquinavir,daivinavir. Kalau gagal, beri obat
pengganti.
Dosis:
Zidovudin 200 mg/8 jam atau 5 x 100 mg PO
Didanosin ≥ BB 60 kg: 200 mg/12 jam PO
< BB 60 kg: 125 mg/12 jam PO
Zalcitabin ≥ BB 60 kg: 0,75 mg/8 jam PO
< BB 60 kg: separuhnya
4
Lamivudin 150 mg/ 12 jam PO
Indinavir 800 mg/ 8 jam P0
Saquinavir 600 mg/ 8 jam PO
Nelvinavir 750 mg/ 8 jam PO.
Antijamur:
Amfoterisin B: 0,6 mg/kgBB/hari/IV (total maksimal 2
gram/hari) dilanjutkan 1 mg/kg BB/minggu atau:
Intrakonazol 1 – 2 x 200 mg/hari PO selama 2 bulan sampai 1
tahun atau:
Flukonazol: 400 mg diikuti 200-400 mg/hari atau 3 – 6
mg/kgBB/hari.
Immunomodulator:
Interferon gamma dan alfa, Interleukin-2. Tumor Necrotizing
Factor (TNF), Human Granulocyte Stimulating Factor (HGSF),
Levamisol.
12.Masa Pemulihan : -
5. AKHALASIA
3. Kriteria Diagnosis : Disfagi setiap makan makanan baik cair maupun padat,
berlangsung secara kronis dan progresi. Nyeri biasanya tidak
dijumpai, namun setalu ada rasa tidak enak retrosternat,
regurgitasi tanpa ada rasa asam/pahit. Penurunan BB, gejala
paru berupa batuk, dispnu, aspirasi pneumoni.
5
6. Konsultasi : Spesialis Bedah (Bila dilatasi tidak berhasil, rupture esophagus
akibat dilatasi kesukaran dalam menempatkan
ditatopneumatik).
7. Perawatan Rumah Sakit : Umumnya rawat jalan. Rawat inap hanya kalau memerlukan
tindakan operatif.
8. Terapi : Dilatasi:
Non Operatif (dengan Bougie)
Operatif (Kardiomiotomi Heller)
10. Informed Consent : Diperlukan bila ada endoskopi atau tindakan bedah.
6. ANEMI APLASTIK
6
6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam Hematologi
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap bila timbul gejala gangguan perdarahan, infeksi
serta anemi yang berat.
12. Output : Hasil pengobatan tercapai bila sumsum tulang tidak aplasi
atau hipoplasi lagi.
2. Definisi : Anemi defisiensi besi ialah anemi akibat kekurangan zat besi.
5. Pemeriksaan Penunjang : Ferritin dan Besi serum, TIBC, darah tepi dan bila perlu BMP.
7
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap bila timbul gejala gangguan hemodinamik, untuk
keperluan penjajagan dan untuk pelaksanaan transfusi.
8. Terapi : Perbaiki keadaan gizi, atasi penyakit dasar bila ada malabsorbi
perlu diatasi dan mungkin diperlukan diet babas gluten. Pada
keadaan ringan sampai sedang diberi preparat besi paling
sedikit 100 mg besi elemental/hari sampai HB normal,
dilanjutkan sampai 3 bulan setelah HB normal. Preparat besi
parenteral diberikan bila ada malabsorbsi atau intoteransi besi
peroral. Kadang-kadang diperlukan transfusi PRC.
12. Output : Hasil pengobatan dengan nilai HB, hematokrit, Ferritin dan
besi serum, serta TiBC semuanya normal, dan gejala - gejala
penyakit semuanya menghilang.
8. ANEMI HEMOLITIK
5. Pemeriksaan Penunjang : Hitung Retikulosit, SGOT, LDH, Uji Coomb, G6PD, G6PD,
8
pemeriksaan HB elektroforesis, Bilirubin, Piruvat kinase.
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap bila timbul gajala hemolisis berat.
10. Lama Perawatan : Perawatan diperlukan sampai gejala penyulit telah diatasi.
12. Output : Hasil pengobatan terapi bila hemolisis tidak terjadi lagi.
9
9. Penyulit : Tergantung penyakit dasarnya.
10. Lama Perawatan : Perawatan diperlukan sampai gejala penyulit telah teratasi.
2. Definisi : Suatu sindroma klinis dari rasa sakit iskhemik yang mencakup
suatu spektrum yang luas dari berbagai presentasi klinis
dimana terdapat perburukan dari pola gejala angina tanpa
terbukti adanya nekrosis miokard.
10
- Obat penenang
- Antiplatelet: aspirin
- Beta blocker
Bila tidak dapat diatasi dilakukan PTCA pada kasus-kasus
tertentu.
11. Lama Perawatan : 3 -4 hari setelah angina hilang, bila tidak ada penyulit.
14. P. A. : -
11. ANKILOSTOMIASIS
4. Diagnosa Banding : -
8. Terapi : Kausal :
Mebendazol (Vermox ®) 500 - 1000 mg dosis tunggal.
Salah satu dari Pirantel pamoat 10-20 mg/kg BB dosis
tunggal.
Mebendazol 150 mg + Pirantel pamoat 100 mg (Triveksan®)
dosis tunggal.
Albendazol 400 mg Dosis tunggal (Zentel®).
Dan pemberian:
Sulfa ferosus 3 x 300 mg/hari
Vitamin C 3 x 50 mg/hari.
9. Penyulit : Anemi.
11
10. Informed Consent : Tak perlu.
14. P. A. : -
3. Kriteria Diagnosis : - Manifestasi klinis yang khas, serangan pertama 70% pada
MTP I.
- Terdapatnya kristal urat pada sendi, cairan sinovial atau
pada thopi.
- Kriteria ARA.
6. Konsultasi : -
12
- Fenilbutazon 200 mg tiap 4 jam untuk 2 hari 4 100-500
mg/had.
- Indometasin 25-50mg, 3-4 x/hari selama 4-7 hari.
- Kolcisin 1-7 mg/had dosis terbagi, maksimal untuk 2
hari
Pemeliharaan: 1 - 2 x 0,5 mg/hari
Obat-obatan Urikosurik dan/atau Urikostatik diberikan jika
keadaan tidak akut lagi.
Urikostatik: Allopurinol 100 - 300 mg/hari
Urikostatik: Benzromaron, Probenesid 1,5-2 mglhari
Sulfinpirazon 200 - 400 mg/hari
b. Diit rendah Purin.
10.Informed Consent : -
11.Lama Rawatan : -
12.Masa Pemulihan : -
13.Output : -
14.P. A. : -
15.Otopsi/Risalah Rapat : -
6. Konsultasi : -
13
7. Perawatan Rumah Sakit : Pada serangan akut yang berat, dan sistemik perlu tirah
baring total sekitar 2 minggu.
14. P. A. : -
14. ASBESTOSIS
14
dijumpeo jari tabuh dan sianosis. Gerakan dinding dada
berkurang. Auskultasi, suara jantung ke III dan ke IV dt
daerah epigastrium.
Foto dada:
Pada pleura terdapat penebalan dan kalsifikasi sering berupa
obliterasi pada sinus disertai dengan kalsifikasi di daerah
diafragma.
Paru-paru, tampak bayangan opaque yang berbentuk garis
terutama bagian bawah. Juga biasa didapati kekaburan antara
batas difragma dan jantung. Didapati pula kista dan honey
comb, pembesaran jantung dan juga pembesaran arteri
pulmonalis. Sangat jarang didapati gambaran massa.
6. Konsultasi : -
13. Output : -
14. P. A. : -
15. ASITES
3. Kriteria Diagnosis : Perut membesar seperti kodok, ada undulasi, ada pekak
beralih, ada suara ganda (double sounds).
15
d. Sindroma Meig
5. Konsultasi : Bedah
6. Perawatan Rumah Sakit : Pada asites permagna (amat besar dan mengganggu
penderita)
Untuk penjajagan diagnostik
13. P. A. : -
16
5. Pemeriksaan Penunjang : Foto Toraks:
- Tidak waktu serangan: Normal
- waktu serangan:
Hiperinflation: Diafragma rendah Iga II tampak jantung kecil
panjang.
Bayangan Tramline: Bulat dan elipsoid.
Faal paru:
- Tidak waktu serangan: Normal
- Waktu serangan: VEP1,VEP1 tKVP dan APE merendah.
Analisa Gas Darah:
- Pasien Asimtomatik: Normal
- Serangan ringan sedang: Hipocapnia dan respiratory
alkalemia.
- Serangan berat: Hipercapdan respiratory acidemia.
7. Perawatan Rumah Sakit : Penderita sama yang berat yang memerlukan pengobatan
yang mendesak atau ventilasi mekanis.
17
10.Informed Consent : -
14. P. A. : -
4. Diagnosa Banding : -
18
11.Lama Rawatan : -
12.Masa Pemulihan : -
13.Output : -
14.P. A. : -
15.Otopsi/Risalah Rapat : -
18. DEMAM
3. Kriteria Diagonosis : Suhu badan istirahat > 3 derajad Celsius pada pengukur oral.
4. Diagnosa Banding : a. Demam Trivial (1-3 hari) Common Cold, Malaria, Infeksi
Sal. Kemih.
b. Demam tanggung (4-7 hari). Infeksi Virus.
c. Demam serium (> 7 hari)
Bakteri: Demam Tifoid, Tuberkulosis.
Virus: Dengue.
Protozoa: Amebiasis, Toksoplasmosis.
Spirocheta: Leptospirosis.
Cacing: Filariasis.
d. Prolonged Fever (Demam berkepanjangan):
Kenaikan suhu 38,3 derajad Celsius atau lebih selama
beberapa minggu, misal : Demam yang tak diketahui
penyebabnya (Febris Unknown Origin atau FUO).
5. Pemeriksaan Penunjang : Darah lengkap, hapusan darah tepi, urinalisa rutin , tinja
lengkap, uji widal, biakan dan pemeriksaan enzim-enzim serui
uji imunologik (ASTO, CRP, AN dsb).
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap untuk demam yang lama (> 2 minggu), demam
yang munculnya perlahan-lahan, demam dengan perdarahan,
demam kejang-kejang, dan demam dengan kesadaran yang
menurun.
8. Terapi : Umum:
Dipiron (antalgin) tablet 3 x 500 Mg/hari, ataupun injeksi
parasetamol 3 x 500 mg/hari.
Khusus:
Lihat uraian diagnosa/terapi masing-masing penyakit
19
penyebab demam.
8. Terapi : Simtomatik:
Dipiron 3 x 500 mg PO atau injeksi atau Parasetamol 3 x 500
mg PO
20
Asam traneksamat 500 mg/8jam IV
Infus cairan Ringer Laktat (RL) kalau kenaikan hematokrit
>/= 20%
Transfusi trombosit bila sampai pada derajat II
Dengue Syok Sindrome / DSS (derajat III-IV): Oksigen 2-4
liter/m
Infus RL /NaCI 0,9 % 10-20 ml/ kgBB dalam 30 menit.
Bila renjatan tak teratasi :
- Infus diatas dilanjutkan dengan 15-20 mg/kgBB/j
- Infus Dextran atau kolloid plasma atau FFP dengan dosis
10-20 ml/kg BB/jam sampai renjatan teratasi
- Koreksi asidosis .
Bila renjatan teratasi: Infus RL ml/kgBB/jam (selama 24 jam)
dilanjutkan dengan 5 ml/kg BB/jam .
12.Masa Pemulihan : -
3. Kriteria Diagnosis : Demam lebih dari 5 hari, naik turur secara bertangga, tidak
pernah mencapai normal , bradikardi relative pembesaran hati
dan limpa, bintikbintik roseola, keluhan gastro. intestinal,
toksemia, ditemukar Salmonella pada biakan darah, tinja
ataupun urin.
21
5. Pemeriksaan Penunjang : Darah lengkap, Urinalisa, Faal Hati, ureum/kretinin, biakan
darah , urin, tinja, sumsum tulang, empedu, serologik (widal,
immunofluoresen ). Foto toraks, EKG.
22
Laboratorium:
Jumlah urin/24 jam 5-10 liter BD urin 1005. ADH menurun.
9. Informed Consent : -
14. P. A. : -
23
2. Kriteria Diagnosis : - Gejala klinis polifagi, polidipsi, poliuri, pruritus, berat badan
menurun dalam waktu singkat yang tidak dapat
diterangkan, lemah (kekuatan fisik menurun).
- Kadar glukosa plasma puasa > 140 mg/dl.
- Kadar glukosa plasma 2 jam setelah mendapat beban 75
gram gula 2 jam > 200 mg/dl.
24
insulin dengan obat penurun glukosa darah oral.
9. Informed Consent : -
14. P. A. : -
15. Otopsi/Risalah Rapat : -
25
6. Indikasi Rawat Inap : - Kehamilan.
- Infeksi.
- Penyakit Kardiovaskular.
7. Pengobatan : - Diet.
- Latihan jasmani.
- Insulin.
8. Penyulit : - Obes.
- Retinopati.
- Neuropati.
- P J K.
9. Informed Consent : -
13. Hasil : Dicapai dengan kadar glukosa darah terkendali, berat badan
ideal.
14. P. A. : -
26
6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.
5. Pemeriksaan Penunjang : Tinja rutin: ditemukan banyak lekosit dan eritrosit . Biakan
tinja
27
6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.
7. Perawatan Rumah Sakit : Kalau keadaan umum jelek dan mencegah penyebaran infeksi
.
15.Otopsi/Risalah Rapat : -
26. DISRITMIA ( ARITMIA ) NO. ICD 427 yang panting adalah BRADIARITMIA dan
TAKIARITMIA
28
5. Pemeriksaan Penunjang : EKG, EKG monitor, Elektrolit.
8. Terapi : Bradiartimia:
Non Farmakologis: tirah baring, hentikan obat-obat yang
mungkin bisa menyebabakan bradiaritmia.
Farmakologis:
- Sulfas Atropin
- Orciprenalin
- Isoprenalin
Takiaritmia:
Non Farmakologis: tirah baring
Farmakologis:
- Takikardi supraventrikuler: Verapamil (isoptin), digitalis.
- Fibrilasi atrium respon cepat: digitalis
- Takikardi ventrikuler:
- Xylocard, Disopiramid, meksiletin.
Penting dikoreksi defisit/ketidak seimbangan elektrolit
dan/atau gas darah.
Defibrilasi (DC Shock) bila hemodinamik terganggu atau obat-
obatan gagal.
Pada kasus tertentu diatasi dengan pacu jantung (over drive).
10. Informed Concent : Perlu untuk pemasangan alat pacu atau defibrilasi elektif.
27. DISPEPSI
29
kenyang, nyeri epigastrium, mual,muntah.
Berdasarkan pengamatan endoskopik dibedakan atas Dispepsi
Non Ulser dan Dispepsi Ulser.
3. Kriteria Diagnosis : Nyeri diulu hati, rasa mual dan muntah, perut gembung rasa
penuh, rasa cepat kenyang.
Gejala-gejala dapat berhubungan atau tidak ada
hubungannya dengan makan.
7. Perawatan Rumah Sakit : Umumnya rawat jalan, Rawat inap bila banyak muntah-
muntah dan dehidrasi.
12. Masa Pemulihan : Kurang dari 7 hari tergantung lingkungan dan kepribadian si
sakit.
30
14. P.A. : Dilakukan pemeriksaan jaringan bila pada endoskopi ada yang
mencurigakan.
3. Kriteria Diagnosis : Klinis berupa sesak nafas, rasa tidak lemak didada,batuk-
batuk non produktif.
Pemeriksaan fisis:
Perkusi didaerah efusi redup, pada palpasi resonans
berkurang, auskultasi suara pernafasan melemah sampa
hilang.
10. Informed Concent : Diperlukan bila dilakukan aspirasi atat. biopsi fleura.
14. P.A. : -
31
15. Otopsi/Risalah rapat : -
9. Penyulit : -
11.Informed Consent : -
12.Output : Sadar.
13.P. A. : -
14.Otopsi/Risalah Rapat : -
32
30. ESOFAGITIS
3. Kriteria Diagnosis : - Rasa terbakar didada (Heart burn), nyeri di ulu hati, mual-
mual.
- Kadang-kadang penderita mengeluh dapat merasakan
jalannya makanan yang ditelan dari kerongkongan ke
lambung, kadang-kadang nyeri retrosternal yang
menyebar sampai kedaerah skapula.
- Regurgitas yang kadang-kadang amat pahit.
33
Iainnya.
Esofagitis herpes: Acyclovir, Adenosine arabinoside.
Esofagitis korosif: Antibiotika, Antasida, obat sitoprotektor.
Esofagitis pil: Minum obat dalam posisi tegak sebaiknya
bentuk obat cair atau bubuk disertai minum air yang cukup.
14. P. A. : -
31. FILARIASIS
2. Definisi : Penyakit yang disebabkan infeksi satu atau dua cacing jenis
filaria yaitu Wuchereria bancrofti atau Brugria malayai.
34
Limfografi
7. Perawatan Rumah Sakit : Untuk mengatasi gejala serangan akut, infeksi sekunder dan
operasi
14. P. A. : Perlu.
35
adakalanya pasien pergi kedukun, orang pintar dan
siapa saja yang menurutnya pasien yang mau
menolongnya.
- Pasien datang kedokter selalu membawa daftar
keluhan-keluhannya, obat-obat yang telah
didatanginya.
- Realitas masih positif.
B. Pemeriksaan Jasmani:
- Dilakukan pemeriksaan Diagnosa Fisik yang teliti.
- Bila diperlukan dilakukan EKG, Thorax Fhoto, Endoskopi
dsb .
C. Laboratorium:
- Darah Rutin, Urine dan Faeces.
- Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan Fungsi hati,
kadar gula darah, fungsi ginjal, fungsi tiroid dsb.
7. Perawatan Rumah Sakit : Melihat keadaan umum dan derajat keparahan penyakit
pasien.
36
3. Kriteria Diagnosis : Diare akut dan berat (frekwensi > 6 x /had, bisa > 1 L/jam),
tinja tidak berbau, tidak mengandung darah ataupun pus,
(seperti air cucian beras), dan tidak ada disertai mulas.
4. Diagnosa Banding : -
8. Terapi : Kausal
- Tetrasiklin HCL 500 mg (awal) dilanjutkan 4 x selama 3
hari.
- Kloramfenikol 500 mg (awal) dilanjutkan 4 x 500 mg/h
selama 3 hari.
- Kotrimoksazol forte 2 x 1 tablet/h selama 5 hari.
- Doksisiklin 2 x 200 mg / h ( hari I) diteruskan dengan 1 x
(5 hari).
14. P. A. : -
37
- Kesadaran dapat terganggu
- edema
- uremic lung
- bisa asites
- nyeri tekan/ketok sudut kostorenal.
Laboratorium:
- Darah rutin: Lekositosis, LED meninggi
- Urin rutin: Proteinuria, reduksi bisa (+)
Sedimen:
- Hematuria > 3 lpb
- Lekosituria > 5 I Ipb
- Silinderuria (+)
- Khusus:
Ureum, kreatinin,asam urat darah meninggi
Penjemihan kreatinin meninggi
Elektrolit Kalium meninggi
Analisa gas darah, asidosis metabolik
4. Diagnosa Banding : -
6. Konsultasi : -
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap segera pada GGA dengan sindroma uremia,
anuria, uremic lung
8. Terapi : Konservasi:
Pengaturan diet:
- Cukup kalori
- Pantang garam
- Restriksi protein: 0,6 gr / kg BB / hari
- Restriksi Kalium, Magnesium dan fosfor.
Pemantauan cairan:
- Pada oliguria, cairan = jumlah urine 24 jam + 500 ml.
Pemberian diuretik:
- Disesuaikan dengan intake dan output cairan
- Dosis 20-100mg / jam
Pemberian bicarbonat:
- Substitusi dengan formula:
24 - aktual bikarbonat x Berat Badan
Koreksi Hiperkalemia: insulin, Ca glukonas
Bila ada tanda infeksi beri antibiotik, nontoksin pada ginjal:
- Doksisiklin 2 x 100 mg
- Ceftriaxon 1 gram / hari
- Eritromisin 3 x 500 mg
Terapi pengganti:
Dialisis: Hemodialisis, peritoneal dialisis, peritoneal dialisis
mandiri kesinambungan.
38
Indikasi:
A. Klinis:
1. Sindroma uremia dengan penurunan kesadaran
2. Kelebihan cairan dalam sirkulasi/edema.
3. Anuria > 3 hari.
B. Biokimia :
1. Asidosis metabolik, pH<7,2 yang tidak membaik
dengan substitusi Bicarbonat
2. Hiperkalemia K >7 mEq / I
3. Ureum > 200 mg / dl
13. Output : -
14. P. A. : -
39
Proteinuria: reduksi bisa (+)
Sedimen: Hematuria >3/Ipb
Lekosituria >51/pb
Silinderuria (+)
- Khusus:
Ureum, kreatinin, asam urat darah meninggi
Penjemihan kreatinin meninggi
Elektrolit Kalium meninggi, Analisa gas darah, asidosis
metabolik
4. Diagnosa Banding : -
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap pada penderita dengan sindroma uremia berat
dan pada penderita dengan penyulit.
8. Terapi : Konservasi:
Pengaturan diet:
- Cukup Kalori
- Restriksi cairan dan garam
- Restriksi protein : 0,6 grfkgBB/hari
- Restriksi Kalium , Magnesium dan Fosfor
Terapi Pengganti:
Dialisis: Hemodialisa, peritoneal dialisis, Peritoneal dialisis
mandiri berkesinambungan Indikasi sama dengan gagal ginjal
akut Transplantasi
13. Output : -
14. P. A. : -
40
2. Definisi : Kematian klinis yang ditandai dengan hilangnya nadi arteri
karotis dan arteri femoralis, terhentinya denyut jantung atau
pernafasan dan terjadinya penurunan/kehilangan kesadaran.
14. P. A. : -
15. Otopsi/Risalah Rapat : Untuk menegakkan diagnosis bila kejadiannya tidak terekam
(unwitnessed).
2. Definisi : Radang hati difus yang dapat disebabkan oleh infeksi virus
(Virus hepatitis A.B.C.D. dan E), alkohol dan obat-obatan,
penyakit Wilson, leukemi, limfoma, dan bakteri (Tifoid
penyakit wail), dengan kematian sel-sel hati yang
mengakibatkan terjadinya serangkaian kelainan klinis,
biokemis, imunoserologik, dan morfologik yang berlangsung
tidak Iebih dari 6 bulan sejak timbulnya keluhan/gejala
penyakit.
41
3. Kriteria Diagnosi : Gejala Klinis:
a. Fase prodmoral:
Demam ringan, Anoreksi, sakit kepalalsendi, mual muntah.
b. Fase ikterus:
Kemih gelap, kuning, mata kuning, gejala prodromal
berkurang.
c. Fase penyembuhan:
Mata kuning berangsur membaik sedang rasa lelah dapat
bertahan beberapa bulan.
Laboratorium:
AST dan ALT meninggi > 10 x normal pada minggu I sedang
bilirubin meninggi pada fase lebih lanjut dari penyakit.
IgM Anti HAV (+) pada Hepatitis A, HBsAg dan IgM anti HBC
(+) pada Hepatitis B.
Anti HCV IgM (+) pada Hepatitis C, dan Anti HDV, HBsAg (+)
pada Hepatitis D, dan Anti HEV (+) pada Hepatitis E
Copper urine meninggi dan seruloplasmin darah menurun
serta Copper sel hati meninggi pada sediaan biopsi hati
penderita dengan Penyakit Wilson.
42
2. Definisi : Gagal hati mendadak oleh karena nekrosis sel-sel hati masif
yang terlihat berupa suatu sindroma klinis (ensefalopati
progresif, ikterus progresif, hati yang mengecil).
Pada penderita yang belum pernah menderita penyakit hati
sebelumnya (timbul 8 minggu sejak timbulnya penyakit
Hepatitis akut).
Etiologi (penyebab) , Virus Hepatitis A, B, C, D dan E, obat-
obatan, perlemakan hati akut pada ibu hamil.
8. Lama Perawatan : -
9. Masa Pemulihan : -
10. Informed Concent : -
12. Otopsi : -
43
13. Otopsi/Risalah Rapat : -
7. Perawatan Rumah Sakit : HKA yang progresif dan bilirubin yang meninggi.
44
10. Informed Concent : Perlu bila biopsi hati.
40. HEPATOMA
7. Perawatan Rumah sakit : Kalau ada sirosis hati dekompensata, atau bila ada nyeri.
8. Terapi : Tumor soliter < 5 cm, tenaga cadangan hati baik: Reseksi
tumor.
Percutaneous etanot injeksi 0,5 cm.
Kemo-Embolisasi transarteriall bila vena porta utuh (intact =
tak ada tromboemboli).
Pengobatan sintomatis.
10. Informed Consent : Tak perlu bila ada biopsi, PEI, TACE, atau tindakan operasi.
45
12. Masa Pemulihan : -
3. Diagnosa Banding : - Ketoasidosis diabetik krisis biasanya glukosa plasma > 350
mg/dl, badan keton plasma positif kuat (4+).
- Hipoglikenia krisis biasanya glukosa plasma < 55 mg/dl,
badan keton plasma negatif.
6. Indikasi Rawat Inap : Dehidrasi berat, hiperosmolaliti, oliguria sampai anuria, syok,
stupor atau koma.
9. Informed Concent : -
11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu 1 hari bergantung pada faktor pencetus.
46
13. Hasil : Dicapai dengan kadar glukosa plasma dalam batas normal.
14. P. A. : -
42. HIPERNATREMIA
5. Rujukan : -
9. Informed Consent : -
14. P. A. : -
47
43. HIPERTENSI
4. Diagnosa Banding : -
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap pada hipertensi berat, krisis (gawat/mendesak)
atau dengan komplikasi.
48
Hipertensi berat dan sedang: Non farmakotogi dan
farmakologi
1. Non farmakotogi:
- Turunkan Berat badan
- Olah raga teratur
- Diet rendah Garam
- Hindari stress, atkohol , rokok dan hiperlipidemia.
2. Farmakologi
Hipertensi sekunder: mendahulukan pengobatan kausal
Obat-obatan:
1. Diuretik
2. Obat dengan aksi sentral: klonidin , guanefensin
3. Vasodilator: hidralazin
4. Penghambat adrenergik: atfa, beta , alfa + beta.
5. Penghambat ACE
6. Antagonis kalsium
Titrasi dosis terapi farmakologi ditakukan setelah 2 minggu
.
Bila terapi optimal telah diperoleh: kontrol 1 – 3 bulan
Hipertensi berat, bila tidak krisis, rawat jalan. Diberi obat
dengan aksi farmakologi yang cepat: kfonidin, beta
bloker , kalsium antagonis, ACE-1
9. Penyulit : -
10.Informed Concent : -
11.Lama Perawatan : -
14. P. A. : -
44. HIPOGLIKEMIA
49
5. Rujukan : -
9. lnformed Concent : -
11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu sekitar 1 hari bergantung pada penyebab
hipoglikemia.
13. Hasil : Dicapai dengan kadar glukosa darah dalam batas normal.
14. P. A. : -
45. HIPONATREMIA
50
5. Rujukan : - Spesialis Jiwa
- Spesialis Saraf
9. lnformed Concent : -
14. P. A. : -
3. Kriteria Diagnosis : Nyeri dada khas, lamanya 30 menit atau lebih. Perobahan
EKG: gelombang Q, Elevasi segmen ST, gel. T hiperakut.
51
- Aspirin.
- Beta blocker bila tidak ada indikasi kontra.
- Obat-obat perendam nyeri: Morfin/petidin.
- lsosorbid dinitrat oral atau intravena.
- Laksantia.
11. Lama Perawatan : bila tanpa penyulit 10 -14 hari, tergantung luasnya infark.
14. P. A. : -
15. Otopsi/Risalah Rapat : -
52
- Wadah/botol steril dengan mulut lebar (diemeter
minimal 2 cm ) bertutup
Kriteria:
≥ 10 000 kofoni/ml urine : Bakteriuria ber makna 10.000
-100.000 koloni /ml kofoni:
Ragu-ragu-ulang, bermakna bakteriuria 10.000 kolonia/ml
urine: Kontaminasi
2. Aspirasi Supra Pubik ( SPA/SPP ) Kultur : setiap ada
pertumbuhan kuman : bermakna
3. Bila kateter sudah terpasang ( indwelling catheter) ?
100.000 koloni/ml urine bermakna
Catatan: Dilarang mengambilan sampel untuk kultur urine
dengan menggunakan kateter.
4. Diagnosa Banding : -
53
13. Output : -
14. P. A. : -
54
12. Masa Pemulihan : Beberapa hari bila tidak ada penyulit.
14. P. A. : -
49. JANTUNG REMATIK NO. ICD 371- 398 yang terbanyak adalah:
STENOSIS MITRALIS (MS) NO. ICD 394.0.
REGURGITASI MITRALIS (MS) NO. ICD 394.1.
STENOSIS AORTA (AS) NO. ICD
REGURGITASI AORTA (AR) NO.ICD
1. Nama Penyakit : Jantung Rematik NO. ICD 371-398 yang terbanyak adalah:
STENOSIS MITRALIS (MS) NO. ICD 394.0.
REGURGITASI MITRALIS (MS) NO. ICD 394.1.
STENOSIS AORTA (AS) NO. ICD
REGURGITASI AORTA (AR) NO. ICD
3. Kriteria Diagnosis : - Adanya bisisng jantung yang sesuai dengan letak lesi
katup.
- Riwayat reuma atau sedang mengalami reaktifasi reuma.
- EKG: Gambaran pembesaran 1 hipertrofi ruang jantung
dan kadang-kadang gangguan irama (disritmia).
- Ro Foto toraks: Pembesaran ruang-ruang jantung.
55
- Eksaserbasi akut/reaktifasi reuma
- Untuk tindakan invasive/pembedahan.
14. P. A. : -
2. Definisi : Tumor Ganas Paru primer, yang berasal dari saluran nafas.
56
- Gejala Sistemik: Anoreksia, berat badan menurun.
Fisis didapatui berat badan menurun, jari tubuh,
Iimfadenopati (leher, supraklavikuler, ketiak), Kardiovaskuler
(fibrilasiatrium, efusi perikardial), perut (Hepatosplenomegali).
Foto dada: bisa didapat Tumor yang sangat besar,
pneumonis, Kolaps paru, efusi pleura.
Histologis untuk menentukan jenis Tumor
6. Konsultasi : Onkologis.
9. Penyulit : -
10. Informed Consent : Diperlukan setiap melakukan tindakan invasif baik untuk
diagnostik maupun pengobatan.
57
13. Output : -
14. P. A. : -
8. Terapi Kausal : Kumbah lambung bila tertelan kecuali kerosens. Bersih kulit.
Irigasi mata dengan larutan garam fisiologis bila terjadi
kontak.
Untuk kasus inhalasi, bebaskan jalan nafas dan beri oksigen.
14. P. A. : -
58
52. KERACUNAN MAKANAN (BOTULISMUS)
5. Pemeriksaan Penunjang : lndentifikasi toksin pada makanan yang dicurigai, dari sampel
muntahan, tinja dan darah.
Elektrolit, AGDA, analisis CSF.
EEG.
59
53. KERACUNAN OPIAT
8. Terapi : Langsung:
Antidotum: Naloksan 0,4 mg IV.
Methadon 10 mg PO untuk gejala withdrawal, diulang tiap 4-8
jam, kemudian turunkan dosis setelah 24 jam. Clonididn 0,1
mg/hari (10-14 hari) bila terjadi keracunan Methadon.
Bebaskan jalan nafas, kalau perlu ventilasi mekanik, beri
oksigen.
Atasi koma, kejang hipotensi dan udem paru (bila terja).
60
2. Definisi : Kumpulan gejala klinis akibat terpapar bahan insektisida
organoposfat (suatu penghambat kolinesterase) baik pada
kulit maupun saluran makanan.
61
1. Nama Penyakit : Krisis Ketoasidosis Diabetik
2. Kriteria Diagnosis : - Gejala klinis: Dehidrasi dengan kulit dan mukosa kering,
mata cekung, pernafasan cepat sampai anuria, muntah,
otot-otot sakit, hipotensi dan takhikardia, stupor sampai
koma.
- Glukosa plasma biasanya > 350 mgldl, keton plasma
positif kuat (4+), pH darah dalam batas asidosis, pCO2
arteri menurun.
3. Diagnosa Banding : - Koma dan asidosis yang disebabkan infark serebri, trauma
kepala, meningitis, ensefalitis.
- Asidosis disebabkan seperti uremia atau keracunan.
- Ketosis alkoholik biasanya tidak disertai hiperglikemia.
- Hiperosmolar non ketotik glukosa plasma > 600 mg/dl.
- Hipoglikemia glukosa plasma < 55 mg/dl.
9. lnformed Consent : -
11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu 1 hari bergantung pada faktor pencetus.
13. Hasil : Dicapai dengan kadar glukosa darah dalam batas normal.
14. P. A. : -
56. KOLESISTITIS
62
2. Definisi : Radang kandung empedu yang terjadi akut maupun kronis
sebagian besar disebabkan adanya sumbatan ductus cysticus
oieh batu dan 10% tanpa disertai batu.
8. Lama Rawatan : -
9. Output : -
11. P. A. : -
63
57. KOLITIS ULSEROSA
2. Definisi : Radang kronis non spesifik kolon dan rektum yang tidak
diketahui penyebabnya.
3. Kriteria Diagnosis : Diare dengan darah dan lendir, mungkin disertai dengan
kram-kram serta gejala infeksi seperti demam, nyeri abdomen
bagian bawah yang berderajad sedang, bersifat hilang timbul
sehingga kurang mendapat perhatian.
7. Perawatan Rumah Sakit : Bila masih ringan dapat rawat jalan, bila keadaan sedang /
berat harus rawat inap.
64
Jauh dari rektum dan kolon Artritis, Sakroileitis, Uveitis,
Perikolangitis, Kritamarnodosum, Pioderma gangrenosum.
13. Output : Kolitis ini tidak dapat diobati sampai tuntas.Tiap saat bisa
kambuh.
65
1. Cation exchange resin.
2. Pritoneal dialysis atau hemodialysis.
9. Informed Consent : -
14. P. A. : -
66
8. Penyulit : Sakit perut yang hebat.
9. lnformed Consent : -
11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu sekitar 3 - 5 hari bergantung pada penyakit
dasar.
14. P. A. : -
9. lnformed Consent : -
11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu 3 - 5 hari bergantung pada penyakit yang
mendasarinya.
67
12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu 3 hari.
14. P. A. : -
8. Penyulit : Spasme.
9. lnformed Consent : -
11. Lama Rawatan : Dibutuhkan waktu sekitar 1-3 hari bergantung pada penyakit
dasar.
68
12. Masa Pemulihan : Dibutuhkan waktu sekitar 2 hari.
14. P. A. : -
62. PHEOKHROMOSITOMA
9. lnformed Consent : -
69
15. Otopsi/Risalah Rapat : -
9. Informed Consent : -
70
13. Hasil : Menghilangkan tanda-tanda neuropsikiatri, gastrointestinal
kerja iiodotironin-katekolamin pada target organ.
14. P. A. : -
3. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis: Anemia, malaise, lekas lelah, keringal malam
dan berat badan menurun, perdarahan.
Pemeriksaan fisik: Splenomegali yang masif.
Pemeriksaan Laboratorium: Hitung iekosit meningkat >
50.000 tml, shift to the ieft, blase sedikit, mielosit dan
granulosit yang lebih tua meningkat.
Sumsurn tulang: Hiperseluler, megakariosit dan
granulopoiesis meningkat.
8. Terapi : Komoterapi:
Busutphan atau Hydroxiurea peroral.
Allopurinol Radioterapi bila adanya splenomegali dengan rasa
nyeri.
9. Penyulit : Perdarahan, Infeksi, Splenomegali yang masif.
71
14. Otopsi/Risalah Rapat : -
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap saat pemberian kemoterapi dan bila timbul
penyulit.
8. Terapi : Kemoterapi:
Vinkristin, Asparaginase, Prednisoslon, Daunorubisisn,
Allopurinol dan Metotrexat secara intra tekal.
Radioterapi bila adanya lekemia pada SSP dan adanya massa
lekemia extra meduler.
10. Lama Perawatan : Perawatan diperlukan pada waktu pemberian kemoterapi dan
bila ada
penyulit.
72
13. P. A. : Sumsum tulang
Hiperseluler dengan blast yang dominan ebih dari 30 %.
14. Otopsi/Risalah Rapat : -
4. Diagnosa Banding : Reaksi lekemoid, mononuk Ieosis krisis blastik dari GGL,
lekemia limfoid akut, sindroma mielodisplastik.
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap untuk pemberian sitostatika dengan empat
perawatan yang khusus.
8. Terapi : Suportif:
Transfusi PRC dan trombosit. Kemoterapi dengan protokol
khusus untuk AML seperti Cytosine Arabinoside, daunorubisisn
atau Doxorubisisn dan Etoposid. Antibiotika yang poten untuk
bakteri gram negatif dan anti jamur, seperti vankomisin,
Piperasilin, ltrakanazol, Gentamisin. Untuk ini tersedia
protokol khusus.
10. Lama Perawatan : Perawatan diperlukan pada saat pemberian kemoterapi dan
bila timbul penyulit.
73
Ditemui sel-sei blast > 30°k, seri eritrosit dan trombosit
tertekan.
3. Kriteria Diagnosis : Riwayat kontak dengan hewan reservoir atau berada pada air
tergenang. Manifestasi klinis: mialgia berat, demam kontinua,
conjuctival injection, ikterus, anemia, uremia, gangguan
kesadaran, kadang-kadang disertai perdarahan (epistaksis,
hemoptisis, hematemesis/ melena, perdarahan adrenal,
pneumonitis hemorhagik)
5. Pemeriksaan Penunjang : Darah lengkap, urin rutin, faal hati, faal ginjal, bakteriologis
(pemeriksaan darah/ urine secara mikroskopik lapangan
gelap, biakan leptospira inokulasi pada hewan), pemeriksaan
serologis (reaksi aglutinasi, spesifitas genus)
8. Terapi : a. Langsung.
- Penisilin G 4 x 1,6 juta unit/ hari selama 7 hari.
- Obat alternatif:
- Doksisiklin 2 x 100 mg/hari selama 7 hari
- tetrasiklin 500 mg diikuti 250 mg18 pada 24 jam
pertama, dilanjutkan dengan 4 x 500 mg/hari
selama 10 hari
- Eritromisin 500 mg diikuti 4 x 250 mg / hari selama
10 hari.
- Sefalosporin generasi ketiga, Quinolon.
b. Suportif.
74
12.Masa Pemulihan : 3 hari
14. P. A. : -
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap pada waktu pemeberian kemoterapi dan bial ada
penyulit. Sebagian besar penderita dapat berobat jalan pada
waktu pemberian kemoterapi.
75
11. Masa Pemulihan : Tidak dapat ditentukan.
6. Konsultasi : -
76
11. Lama Perawatan : -
13. Output : -
14. P. A. : -
70. MALARlA
77
Malaria Algida.
10. Informed Consent : Tak perlu
78
selama 2 jam, diikuti 1-1,5 Klorokuin posfat/diposfat
mg/kgBB/jam selama NaCL 0,9% diberikan dalam
maksimal 72 jam 8 jam, diulang 3 kali
Diikuti: Diikuti:
Klorokuin posfat/diposfat 600 Klorokuin posfat/diposfat 600
mg diikuti 300 mg pada jam mg diikuti 300 mg pada jam
ke 6, 24 & 48. ke 6, 24 & 48.
Tidak berat Klorokuin posfat/diposfat 600 Amodiekuin600 mg (inisial)
mg diikuti 300 mg pada jam Diikuti: 300-400 mg pada
ke 6, 24 & 48. jam ke 24 dan 48.
FALSIPARUM Berat Kinin dihidroklorida 20 mg/ Kinin dihklrokiorida 20 mg/
Terpapar di daerah KgBB per drip selama 4 jam. KgBB per drip selama 4 jam.
Yang diketahui Diikuti 10 mg/kg BB setiap 8- Diikuti 10 mg/kgBB setiap 8-
resisten Klorokuin dan 12 jam + Tetrasikilin 4 x 500 12 jam + Meflokin 750-1250
Pyrimetamin- mg selama 7 hari. mg dosis tunggal.
Sulfadoksin atau Atau: Atau:
infeksi diketahui Kinidin glukonat 10-15 mg/ Kinidin glukonat 10-15 mg/
resisten Klorokuin dan KgBB dalam 500 ml NaCI + KgBB dalam 500 ml NaCI +
Pyrimetamin- glukosa isotonik selama 2 glukosa isotonik selama 2
Sulfadoksin atau jamdiikuti 1-1.5 mg/kgBB/ jam, diikuti 1-1,5 mg/kgBB
daerah pemaparan tak jam selama maksimal 72 jam selama maksimal 72 jam +
diketahui + Tetrasiklin 4 x 500 mg Meflokin 750-1250 mg
selama 7 hari dosis tunggal
Tidak Berat Kinin sulfat 3 x 650 mg Meftokin 750-1250 mg Dosis
selama 3-7 hari + Tetrasiklin tunggal
4 x 500 mg selama 7 hari.
Atau:
Kinindin sulfat 3 x 650 mg
selama 3-7 hari + Tetrasikiin
4 x 500 mg selama 7 hari.
MALARIA Kiorokin posfat/diposfat 600 Amodiakuin 600 mg(inisilin)
mg diikuti 300 mg pada jam diikuti 300-400 mgpada jam
ke 6, 24 & 48. ke 24 dan 48.
VIVAX & OVALE Klorokin posfat/diposfat 600 Amodiakuin 600 mg (inisilin)
mg diikuti 300 mg pada jam Diikuti:
ke 8, 24 & 48. 300-400 mg pada jam ke 24
Diikuti: dan 48.
Primakuin 1 x 15 mg PO Primakuin 1x15 mg PO
selama 14 hari Selama 14 hari
TAK DIKETAHUI = FALSIPARUM = FALSIPARUM
INFEKSI CAMPURAN = FALSIPARUM DIIKUTI = FALSIPARUM DIIKUTI
SPESIES LAIN SPESIES YANG LAIN
79
4. Kriteria Diagnosa : Klinis: sangat bervariasi mulai tanpa gejala sampai yang
paling berat.
Gejala utama yang sering adalah batuk-batuk kronis dengan
dahak kadang-kadang sesak nafas, batuk darah, sabt dada,
demam. Dijumpai jamur dari kuftur (dahak, bilasan bronkus,
darah)
5. Pemeriksaan Penunjang : Biopsi jaringan, test kulit dan reaksi serologis, pemeriksaan
radiologis sangat bervariasi, gambaran khas berupa
aspergilosis paru (fungus ball) berupa bayangan bulat atau
oval yang dikelilingi oleh bayangan udara.
7. Perawatan Rumah sakit : Bila dijumpai tanda-tanda sistemik berupa demam tinggi,
limfadenopati, hepatosplenomegali, pansitopenia dan
terlibatnya organ - organ lain.
8. Terapi : Ringan:
Pilihan utama Flukonasol dan bila tidak berhasil ltrakonasol.
Berat (Sistemik): Terapi awal dengan Amphoterisin B
kemudian deteruskan dengan Flukonasol atau ltrakonasol.
Khusus terhadap Aspergillosis Bronkopulmoner Alergik dan
Kandidiosis Bronkopufmoner Alergik diberikan.
Kortiko steroid 0,5 mg/kgBB/hari seiama 1 bulan kemudian
dilanjutkan lagi beberapa bulan berikutnya.
Aspergilloma paru tidak memerlukan pengobatan, tetapi bila
timbul batuk darah hebat dengan fungsi cadangan paru cukup
memadai dilakukan reaksi paru. Untuk Nokardiosis diberikan
preparat Sulfa.
10. lnformed Consent : Bila diperlukan pemeriksaan bronkoskopi & biopsi paru.
13. Output : -
80
batu, striktur, tumor ataupun debris. Lokasi dapat di dalam
kandung kemih, ureter distal, pertengahan ureter, ureter
proksimal, pyelum ataupun calyces.
4. Diagnosa Banding : -
8. Terapi : Umum:
- Atasi rasa nyeri: Analgetik, NSAIDs, Muscles relaxant
- Balans cairan dan elektrolit
Khusus: lnfeksi: Antibiotik yang sesuai
9. Penyulit : -
13. Output : -
14. P. A. : -
81
15. Otopsi/Risalah Rapat : -
73. OSTEOARTROSIS
13. Output : -
14. P. A. : -
82
74. PANKREATITIS
83
Puasa 24 jam dengan NGT untuk aspirasi cairan lambung
terus menerus. NPE, Analgetika kuat, H2 Antagonist, antasid,
antibiotika, Pembedahan eksplorasi dan drainage.
Pankreatitis kronis:
Simptomatik, eksaserbasi akut: seperti pankreatitis akut. Stop
minum alkohol, diet tinggi protein/rendah lemak, substitusi
enzim pankreas, lnsulin bila ada DM, Reaksi parsil,
pankreatektomi sub total atau total.
8. Masa Perawatan : -
84
Kardiomegali, tanda bendungan.
EKG:
Takhikardial, gangguan irama, LVH, RVH.
Laboratorium:
LFT, Fungsi ginjal, elektrolit, Hb, Ht. Ekokardiografi.
10. lnformed Consent : Tidak diperlukan, kecuali bila diperlukan tindakan invasif.
14. P. A. : -
1. Nama Penyakit : Penyakit Jantung Paru (Kor Pulmonale) No. ICD 416.9
85
6. Pemeriksaan Penunjang : Laporatorium: Hb, Ht darah tepi lainnya, analisa gas darah.
Ekokardiografi: Tes faal paru.
14. P. A. : -
1. Nama Penyakit : Penyakit Paru Kronik (PPOK) – Bronkitis Kronis Dan Emfisema
86
3. Kriteria Diagnosi : 1. Gejala batuk dengan dahak dan pada stadium lanjut sesak
nafas waktu bekerja dan sesak malam hari.
2. Tanda-tanda fisik Emfisema:
Infeksi: Dada bentuk tong (Bralel chest), diameter AP
bertambah.
Palpasi: Frernitus suara melemah.
Perkusi: Hipersonor.
Auskoltasi: Suara pemafasan melemar
3. Pemeriksaan Faal Paru:
Bronkitis Kronis: VEP 1, VEP 1/KVP rendah.
Enfisema: TLC, RV/TLC meninggi (hiperinflation).
Transfer faktor (Tco) rendah.
4. Pink Puffer
- Kurus, sesak menonjol.
- Hiperinflation
- Analisa Gas Darah: Pa02 dan PaCo2 relatif normal.
5. Blue Bloater:
- Tidak begitu sesak
- Sentral sianose
- Oedem.
- Analisa Gas Darah: Pa02 rendah, PaCo2 tinggi.
87
- Bagian Rehabilitasi & Fisioterapi, untuk memperbaiki
kemampuan dan toleransi kerja dengan latihan pernafasan
dan postural drainase.
88
- Hiperkapnia
- Asidosis
B. Terapi
Ampicillin 4x500 mglhari
Amoxcilin 4x500 mg/hari
Erythromycine 4x500 mg/hari
Trimethoprim - cotrimoxazole 2x2 tab
Cephalosporin parenteral, pasien RS.
C. Kontrol Oksigen Terapi:
Pemberian 02 2 U menit dengan nasal prong,
Ventimask, Edimburgmask.
D. Ventilasi Mekanis.
9. Penyulit : - Pneumothorax
- CPC.
14. P. A. : -
2. Definisi : Peritonitis yang terjadi pada penyakit hati akut dan kronik
dimana tidak didapati sumber intraabdomen yang menularkan
seperti abses dan perforasi.
Terjadi pada 10 - 30 % pasien dengan asites yang berlama-
lama, yang dapat disebabkan (etiologinya) Escherechia coli,
pneumococcus, Klebsiella, atau anaerob (jararang).
Patogenesisnya multifaktorial seperti penurunan filtrasui
retikuloendotelial bakteri usus, penurunan aktifitas
antibakterial, cairan asites dengan rendahnya aktiofitas
opsonik.
89
4. Diagnosa Banding : a. Peritonitis TBC
b. Peritonitis Sekunder
5. Pemeriksaan Penunjang : - U S G.
- Analisa dan biakan cairan asites.
6. Konsultasi : -
14. P. A. : -
3. Diagnosa Banding : -
6. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap segera, pada PNA atau yang mempunyai gejala
90
sistemik atau pada yang berkomplikasi (dengan faktor
predisposisi).
8. Penyulit : - Sepsis.
- Pielonefrosis.
- Pada wanita hamil: partus prematurus.
- Gagal ginjal.
9. lnformed Concent : -
14. P. A. : -
80. PNEUMOTORAKS
91
4. Diagnosa Banding : a. Pleuritis.
b. Perikarditis.
c. Emboli paru.
d. Hernia diafragma.
e. IMA.
10. Informed Concent : Diperlukan bila ada pemasangan WSD atau tindakan operatif.
14. P. A. : -
92
intrakranial.
Pemeriksaan laboratorium: Hitung trombosit rendah, pada
sumsum tulang ditemui megakariosit meningkat.
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap bila timbul gejala-gejala perdarahan berat.
10. Lama Perawatan : Perawatan diperlukan sampai gejala penyulit telah diatasi.
12. Output : Hasil pengobatan dicapai bila ada perdarahan berhenti dan
hitung Trombosit cukup tinggi agar ancaman perdarahan
dapat dihindarkan.
82. RABIES
93
D. Tetanus.
8. Terapi : Profilaksi:
- ATS 5000 – 10000 subkutan
- Human Diploid Cell Vacicine HDCV 0,5 -1 ml suntikan
subkutan atau IM pada hari 0, 3, 7, 14, dan 28.
- Nerve Tissue Vaccine (Verorav).
94
- Spesialis Bedah.
8. Penyulit : Metastase.
9. lnformed Concent : -
2. Definisi : Gagal ginjal fungsional yang progresif pada penyakit hati yang
berat.
Kebanyakan pada penderita Sirosis hati dekompensata
dengan asites yang tegang. Ginjal secara anatomis dan
histologis normal. Etiologi (pasti tidak diketahui tetapi sering
akibat pemakaian diuretik yang berlebihan, parasentesis,
perdarahan saluran cerna, diare.
5. Pemeriksaan Penunjang : - U S G.
- Urinalisis.
95
- Hentikan pemakaian obat yang menghambat
prostaglandin.
- Tingkatkan (ekspansi) volume plasma dengan albumin.
- Dialisis pada pasien yang potensial reversibel,
Transplantasi hati.
9. Penyulit : -
14. P. A. : -
5. Pemeriksaan Penunjang : - U S G.
96
- CT Scan.
- MRI Upper abdomen.
2. Kriteria Diagnosis : Gejala Klinis: Pembesaran kelenjar tiroid sejak kecil, berasal
dari daerah endemik kekurangan yodium, mental retardasi.
Kadar hormon tiroid merendah, TSH meninggi.
5. Rujukan : -
97
7. Pengobatan : - Hormon tiroid.
- Lipiodol.
- Garam yodium.
9. lnformed Concent : -
14. P. A. : -
5. Rujukan : -
9. lnformed Concent : -
98
10. Tenaga Standar : Spesialis Penyakit Dalam
4. Diagnosa Banding : -
6. Konsultasi : -
13. Output : -
99
14. P. A. : -
6. Konsultasi : -
8. Terapi : - Diet
Restriksi garam
Asupan protein 0.6 g/kgBB/hari.
Bila kehilangan protein melebihi 10 g/24 jam, perlu
diberikan tambahan protein sesuai dengan jumlah yang
hilang.
- Restriksi kholesterol.
- Medikamen:
Prednison 1 mglkg BB/hari Respon diharapkan setelah 2- 4
minggu, lalu tappering off.
- Alternatif lain:
- ACE – inhibitor
- Captopril 2-3 X ( 12.5-25.0 ) mg
- lndometasin 150-200 mglhari
- Siklofosfamid 2-3X50 mg
- Siklosporin 2.5 mg/kg BB
9. Penyulit : -
100
12. Masa Pemulihan : -
13. Output : -
90. TETANUS
101
hari IM atau Fenobarbital.
4. Perawatan jalan nafas, kalau perlu ventilasi mekanik.
8. Penyulit : -
9. lnformed Concent : -
102
10. Tenaga Standart : Spesialis Penyakit Dalam
13. Hasil : -
14. P. A. : -
9. lnformed Concent : -
103
10. Tenaga Standart : Spesialis Penyakit Dalam
14. P. A. : -
7. Pengobatan : - Antibiotika.
- Trakheostomi.
- Partial tiroidektomi.
104
8. Penyulit : Perforasi.
9. lnformed Concent : -
14. P. A. : -
105
8. Penyulit : - Toksikosis krisis
- Penyakit jantung tiroid
9. lnformed Concent : -
13. Hasil : Gejala perifer menghilang, dan hormon tiroid mendekati batas
normal.
14. P. A. : -
7. Pengobatan : - Diet
- Latihan jasmani
Kalau gagal bisa ditambah dengan penghambat alfa
glukosidase (alfa- glukosidase inhibitor).
8. Penyulit : - Obes
- Retinopati
- Neuropati
- Diabetes mellitus
9. Informed Consent : -
106
10. Tenaga Standart : Spesialis Penyakit Dalam
14. P. A. : -
3. Kriteria Diagnosis : Klinis: Gejala bervariasi dari tidak ada keluhan sama sekali
sampai keluhan yang sangat mencotak. Timbulnya gejala
secara perlahan-lahan.
Gejala sistemik: Bisa berupa demam, malaise, badan terasa
tidak enak, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan
makin kurus, sakit kepala, mudah capek, pada wanita dapat
terjadi gangguan siklus haid.
Gejala respiratorik: Berupa batuk, batuk darah, sesak
nafas/sakit dada.
Fisis: Pada permulaan penyakit umumnya tidak banyak
membantu. Pada tahap ini bisa ditemukan ronki basah halus
yang umumnya dipuncak paru. Pada stadium lanjut
macamnya proses bervariasi dari infiltrasi sampai fibrosis,
kadang ada kavitas. Foto dada sesuai dengan pemeriksaan
fisis. Ditemukannya kuman BTA baik secara hapusan dahak
maupun kultur.
6. Konsultasi : -
107
(tergantung berat badan kurang atau lebih dari 50 kg)
ditambah dengan salah satu obat dibawah ini yaitu:
Pirazinamid 25 – 35 mg/kg BB yang diberikan setiap hari
selama 2 bulan.
Fase lanjutan: INH 700 mg + Rifampisin 600-900 mg
seminggu 2 kali sampai total 6-9 bulan atau INH 400 mg +
Rifampism 450-600 mg tiap hari. Pada populasi dengan
tingkat resistensr awal tinggi, untuk ini dipertimbangkan
untuk memberikan obat ke 4 pada fase awal, yaitu Etambutol
atau Streptomisin.
2 EHRZ/4 HR
2 SHRZ/4HR
Terapi jangka panjang, yaitu tanpa Rifampisin lamanya 12 –
18 bulan.
Obat inti:
INH + Streptomisin, mulanya ditambah
Etambutol/Pirazinamid.
INH + Etambutol, mulanya ditambah Streptomisin atau
Pirazinamid.
Pengobatan dengan INH harus disertai dengan Vitamin B6.
14. P. A. : -
108
4. Pemeriksaan Penunjang : - T3, T4 dan TSH.
- Kultur aspirat.
- Biopsi aspirasi jarum halus.
5. Rujukan : - Spesialis Onkologi
- Spesialis Radiologi
- Spesialis Patologi
8. Penyulit : Metastase.
9. lnformed Concent : -
4. Diagnosa Banding : Atas dasar Iokasi tumor yang mempunyai predileksi dibagian
tertentu mediastinum.
109
Mediastinum anterior:
Timoma, Teratoma, Tiroid intratorakal, kistaperikardial.
Mediastinum medial:
Limfoma, kista Bronkogenik.
Mediastinum posterior:
Tumor neurogenik.
6. Konsultasi : Onkologis
10. lnformed Concent : Diperlukan bila akan melakukan tindakan invasif baik dalam
rangka diagnosis maupun terapi.
13. Output : -
14. P. A. : -
2. Definisi : Tumor soliter atau multipel diparu dimana dari organ lain
yang mana bisa berasal dari organ kepalalleher, kolon, testis,
ginjal, tulang hati, prostat dan lain-lain.
110
diparu sama dengan kelainan PA tumor primemya.
Foto dada:
Bisa didapatkan beberapa bentuk yaitu tipe milier, limfangitis,
softball, noduler, sub pleural, pneumoni dan peribronkial.
Laboratorium:
Tidak ada yang khas, kelainan laboratorium tergantung tumor
primer.
5. Pemeriksaan Penunjang : -
6. Konsultasi : Onkologis
8. Terapi : Palliatif.
Hormonal untuk tumor primer tertentu (buah dada, prostat).
Reseksi tumor primer (ginjal, chorio karcinoma).
9. Penyulit : -
10. lnformed Consent : Untuk tindakan invasif baik dalam rangka diagnosis dan
terapi.
13. Output : -
111
Pemeriksaan BTA ditempat lain
Foto Toraks
CT Scan kepala
MRI
112