Anda di halaman 1dari 112

ILMU PENYAKIT DALAM

1. ABSES HATI AMUBIK

1. Nama Penyakit : Abses Hati Amubik

2. Definisi : Proses infeksi akibat masuknya tropozoit Entamoeba


histplytica kedalam hati melalui vena porta menyebabkan
nekrosis sentra lobulus hati.

3. Kriteria Diagnosis : Nyeri perut kanan atas, demam, hati membesar dengan
fluatuasi dan nyeri tekan, lekositosis polimorfonuklear, anemi,
peningkatan Laju Endap Darah,sedikit kenaikan bilirubin
konyugasi.

4. Diagnosa Banding : a. Hepatitis Amubik


b. Abses hati piogenik.
c. Hepatoma.
d. Pneumoni lobus kanan bawah.
e. Demam oleh sebab - sebab lainnya.

5. Pemeriksaan Penunjang : Darah Iengkap, Faal hati, Foto toraks, USG, Uji serologi (CFT
Elisa), Aspirasi PA.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah Sakit : Harus

8. Terapi : Medikamen:
- Metronidazol 3x750 mg/h selama 10 hari, atau
- Tinidazole 3X800 mg/h selama 5 hari atau
- Seknidazol 3 x 1 tablet I h selama 5 hari.
Tindakan: Asoirasi oerkutaneus dituntun USG

9. Penyulit : Fistula hepatobronchial,effusi pleura/empiern paw, abses paru


amubik, konsolidasi par perikarditis amubik/effusi perikard,
peritoni amubik,abses otak amubik, perforasi ke gast dan
kolon mengakibatkan perdarahan salur cerna

10. Informed Concent : Perlu untuk melakukan aspirasi

11. Lama Perawatan : 7 hari

12. Masa Pemulihan : 3 hari

13. Output : Sembuh total. Jarang relaps (kambuh)

14. PA : Perlu

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

2. ABSES PARU

1
1. Nama Penyakit : Abses Paru

2. Definisi : Abses paru adalah Iasi di paru yang bersifr supurasi edan
nekrosis dari jaringan. Faktor predisposisi ialah infeksi saluran
nafa dengan daya pertahanan saluran nafas yan terganggu
serta adanya obstruktur mekan saluran nafas.
3. Kriteria Diagnosis : Klinis:
Gejala yang kurang khas, bervariasi seperl flu biasa yang
timbul perlahan-lahan ringar sampai sedang.
Gejala yang khas biasanya timbul 3 har setelah aspirasi
berupa malaise, dengar demam diikuti batuk-batuk, nyeri
pleuritik sesak nafas dan sianosis.
Bila tidak diobati gejala bisa meningkat menjadi batuk
bercampur darah yang banyak, berbau ( infeksi kuman
anaerob ). Bila abses pecah ke pleura bisa terbentuk
Pleuropneumotoraks.
Pada pemeriksaan fisis didapati tanda konsolidasi, redup,
suara pernafasan bronkial, ronki basa atau krepitasi, bisa
dijumpai jari tubuh, perlu dicari faktor predisposisi.
Radiologik:
Adanya gambaran khas berupa Permukaan udara-cairan (Air
Fluid Level).
Laboratorium:
LED meningkat, Lekositosis 20.000-30.000/m3 dengan
pergesran ke kiri.
Dahak dengan pewarnaan Gram:
penuh Lekosit dan bermacam - macam kuman.

4. Diagnosa Banding : a. Karsinoma Bronkogenik yang mengalami kavitasi.


b. Tuberkulosa Paru.
c. Jamur Paru.
d. Kista Paru Terinfeksi.
e. Hiatus Hernia.
f. Skwester Paru.

5. Pemeriksaan Penunjang : a. Biakan (kultur) darah untuk pemeriksaan kuman anaerob


dan aerob
b. Pemeriksaan radiologik untuk melihat lokasi abses.

6. Konsultasi : Ahli Fisioterapi


Perawatan Rumah Sakit: Bila penderita Membatukkan darah
dalam jumlah yang banyak disertai demam tinggi dan
menggigil, sesak nafas hebat dan sianosis.

7. Pengobatan : Umum:
Intake cairan yang cukup, Drainase postural, bromkoskopi
untuk membersihkan jalan nafas sehingga drainase pus
lancar.
Antibiotika dapat diberi berupa Penisislin 1 juta IU/2-3xsehari
intramuskular. Bila diperkirakan kuman Gram Negatif juga
berpendapat ditambahakan Kloramfenikol selama 2 – 4
mingg. Kemudian diteruskan dengan pemberian obat–obatan

2
secara oral selama 4 bulan. Bila dengan rejim diatas kurang
berhasil terapi dirobah menjadi Klindamisin dosis 3 x 600
mg/h dan Metronidazol 4 x 500 mg/h, serta Gentamisin 5
mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis.
Khusus:
Terapi terhadap penyakit dasar dan penyulit.

8. Penyulit : Abses Otak, Empiema, Anemi, Amiloidosis.

9. Informed Consent : Bila diperlukan pembedahan.

10. Lama Perawatan : 2 – 4 minggu.

11. Masa Pemulihan : Sampai 4 bulan.

12. Output : -

13. PA : -

14. Otopsi/Risalah Rapat : -

3. ADENOMA TIROID

1. Nama Penyakit : Adenoma Tiroid


1. Adenoma tiroid papiler
2. Adenoma tiroid folikuler
3. eratoma.

2. Kriteria Diagnosis : Gejala klinik: Soliter,


Laboratorium:
- Nekrosis hemoragik kalsifikasi atau kista.
- Folikel kecil
- Hurthle cell adenoma

3. Diagniosis Banding : 1. Struma nontoksik


2. Tumor tiroid ganas
3. Tiroiditis

4. Pemeriksaan Penunjang : 1. Aspirasi biopsi jarum halus.


2. X - Ray foto leher.
3. Thyroid scanning.
4. T3, T4 dan TSH.

5. Rujukan : - Spesialis onkologi


- Spesialis radiology
- Spesialis patotogi.

6. Indikasi Rawat Inap : Keganasan

7. Pengobatan : - Hormon tiroid supresi


- Tiroidektomi.

8. Penyutit : Malignansi

3
9. Informed Consent : -

10. Tenaga Standar : Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan : Tidak tertentu

12. Masa Pemulihan : Tidak tertentu

13. Hasil : Baik

14. P. A. : Memilih jenis sel

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

4. AIDS (ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNROME)

1. Nama penyakit : AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)

2. Definisi : Syndrome (kumpulan gejala) yang timbul akibat menurunnya


kekebalan tubuh akibat tertular virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus)

3. Kriteria Diagnosa : Terdapatnya riwayat kontak seksual dengan bukan


pasangannya, menerima transfuse darah, mendapat suntikan
atau tindakan invasive lainnya.

4. Diagnosa Banding : -

5. Pemeriksaan : Penilaian kadar antibodi HIV secara ELISA dikonfirmasi


dengan Western Blot, kadar CD4, gamma globulin, sel T
helper.

6. Konsultasi : Penyakit Dalam

7. Perawatan Rumah Sakit : Untuk rnelindungi penderita dari infeksi luar,


pengobatan/perawatan.

8. Terapi : Antiatroviral
Zidovudin + Didanosin atau
Zidovudin + Zalcitabin atau
Zidovudin + Lamivudin atau
Didanosin atau:
Obat-obatan diatas ditambah penghambat protease yaitu
indinavir, saquinavir,daivinavir. Kalau gagal, beri obat
pengganti.
Dosis:
Zidovudin 200 mg/8 jam atau 5 x 100 mg PO
Didanosin ≥ BB 60 kg: 200 mg/12 jam PO
< BB 60 kg: 125 mg/12 jam PO
Zalcitabin ≥ BB 60 kg: 0,75 mg/8 jam PO
< BB 60 kg: separuhnya

4
Lamivudin 150 mg/ 12 jam PO
Indinavir 800 mg/ 8 jam P0
Saquinavir 600 mg/ 8 jam PO
Nelvinavir 750 mg/ 8 jam PO.
Antijamur:
Amfoterisin B: 0,6 mg/kgBB/hari/IV (total maksimal 2
gram/hari) dilanjutkan 1 mg/kg BB/minggu atau:
Intrakonazol 1 – 2 x 200 mg/hari PO selama 2 bulan sampai 1
tahun atau:
Flukonazol: 400 mg diikuti 200-400 mg/hari atau 3 – 6
mg/kgBB/hari.
Immunomodulator:
Interferon gamma dan alfa, Interleukin-2. Tumor Necrotizing
Factor (TNF), Human Granulocyte Stimulating Factor (HGSF),
Levamisol.

9. Penyulit : Tergantung organ yang terlibat.

10.Informed Concent : Perlu

11.Lama Perawatan : Sesuai klinis

12.Masa Pemulihan : -

13. Output : Umumnya meninggal, sebagian "sehat " sementara

14. PA : Untuk kecurigaan neoplasma

15. Otopsi/Risalah Rapat : Perlu

5. AKHALASIA

1. Nama Penyakit : Akhalasia

2. Difinisi : Gangguan/hilangnya peristaltik dinding esofagus dan


kegagatan sfingter kardio-esofagus untuk relaksasi sehingga
makanan tertahan di esofagus.

3. Kriteria Diagnosis : Disfagi setiap makan makanan baik cair maupun padat,
berlangsung secara kronis dan progresi. Nyeri biasanya tidak
dijumpai, namun setalu ada rasa tidak enak retrosternat,
regurgitasi tanpa ada rasa asam/pahit. Penurunan BB, gejala
paru berupa batuk, dispnu, aspirasi pneumoni.

4. Diagnosa Banding : a. Adenokarsinoma gaster yang meluas sampai ke esofagus.


b. Spasme esofagus yang difus.
c. Penyakit Chagas.

5. Pemeriksaan Penunjang : - Esofagogram


- Esofagogastroskpi
- Manometri

5
6. Konsultasi : Spesialis Bedah (Bila dilatasi tidak berhasil, rupture esophagus
akibat dilatasi kesukaran dalam menempatkan
ditatopneumatik).

7. Perawatan Rumah Sakit : Umumnya rawat jalan. Rawat inap hanya kalau memerlukan
tindakan operatif.

8. Terapi : Dilatasi:
Non Operatif (dengan Bougie)
Operatif (Kardiomiotomi Heller)

9. Penyulit : - Perforasi akibat tindakan dilatasi.


- Aspirasi pneumoni.
- Anemi defisiensi.

10. Informed Consent : Diperlukan bila ada endoskopi atau tindakan bedah.

11. Lama Rawatan : Tergantung berat ringan keadaan dan komplikasi.

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : Penyakit reversible, kesembuhan diharapkan pada 80%


kasus.

14. P. A. : Tak diperiukan pada akhalasia primer.

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

6. ANEMI APLASTIK

1. Nama Penyakit : Anemi Plastik

2. Difinisi : Anemi aplastik adalah suatu keadaan pansitopeni yang terjadi


akibat apiasia sumsum tulang.

3. Kreteria Diagnosis : Gejala klinis:


Pucat, lemah dan keluhan anemi lainnya perdarahan berupa
ptekie sampai perdarahan masif serta keluhan akibat infeksi.
Pemeriksaan fisik:
Anemi, ptekie, Purpura, ulserasi oral dan infeksi.
Laboratorium:
Anemi normokromik normositer, retukulopeni, lekopeni
(granulosit selalu <500/ml, limfopeni) dan trombositopeni.

4. Diagnosa Banding : a. Anemi o. k. Hipersplenisme.


b. Infiltrasi sel - sel tumor ke sumsum tulang.
c. Anemia Megaloblastik.
d. Mieloskelerosis.
e. Sindroma Mielodiplstik.

5. Pemeriksaan Penunjang : BMP Hiposelular, Cadangan bes meningkat terutama pada


mereka yang selalu mendapat transfusi darah

6
6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam Hematologi
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap bila timbul gejala gangguan perdarahan, infeksi
serta anemi yang berat.

8. Terapi : Hentikan faktor penyebab.


Terapi supportif: Transfusi eritrosit. Bila ada infeksi obati
secara adekwat, Androgen, Globulin anti Iimfosit/anti timosit.
Terapi optimal: Transfusi sumsum tulang.

9. Penyulit : Perdarahan dan infeksi

10. Lama Perawatan : Perawatan diperlukan sampai gejala penyulit teratasi.

11. Masa Pemulihan : Tidak dapat ditentukan.

12. Output : Hasil pengobatan tercapai bila sumsum tulang tidak aplasi
atau hipoplasi lagi.

13. P. A. : Sumsum tulang aplasi/hipoplasi. Hemosiderinb positif.

14. Informed Consent : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

7. ANEMI DEFISIENSI BESI

1. Nama Penyakit : Anemi defisiensi Besi

2. Definisi : Anemi defisiensi besi ialah anemi akibat kekurangan zat besi.

3. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis:


Pucat, Iemah, nyeri waktu menelan, pika dan nyeri
epigastrika.
Pemeriksaan fisik:
Anemi, glokitis, atrofi papillisah, koilonika dan gejala penyakit
penyebab.
Laboratorium:
HB dibawah nilai normal menurut kriteria WHO dan/atau
Depkes RI Ferritin Serum < mikrogram, Besi serum < 50 dan
TIBC > 350.

4. Diagnosa Banding : a. Anemi oleh penyakit kronis.


b. Anemi aplastik.
c. Lekemi dan semua penyakit keganasan.
d. Sindroma Talassemia

5. Pemeriksaan Penunjang : Ferritin dan Besi serum, TIBC, darah tepi dan bila perlu BMP.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam


Hematologi.

7
7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap bila timbul gejala gangguan hemodinamik, untuk
keperluan penjajagan dan untuk pelaksanaan transfusi.

8. Terapi : Perbaiki keadaan gizi, atasi penyakit dasar bila ada malabsorbi
perlu diatasi dan mungkin diperlukan diet babas gluten. Pada
keadaan ringan sampai sedang diberi preparat besi paling
sedikit 100 mg besi elemental/hari sampai HB normal,
dilanjutkan sampai 3 bulan setelah HB normal. Preparat besi
parenteral diberikan bila ada malabsorbsi atau intoteransi besi
peroral. Kadang-kadang diperlukan transfusi PRC.

9. Penyulit : Gangguan fungsi semua organ seperti jantung (PJ Anemik),


otak, ginjal, hati, paru, dll.
10. Lama Perawatan : Perawatan diperlukan sampai gejala penyulit hilang. Bila tidak
ada penyulit setelah transfus penderita dapat dipulangkan.

11. Masa Pemulihan : Sekitar 6 Bulan

12. Output : Hasil pengobatan dengan nilai HB, hematokrit, Ferritin dan
besi serum, serta TiBC semuanya normal, dan gejala - gejala
penyakit semuanya menghilang.

13. P. A. : Pengecatan hemosiderin negatif

14. Informed Consent : -

15. Otopsi/Risatah Rapat : -

8. ANEMI HEMOLITIK

1. Nama Penyakit : Anemi Hemolitik

2. Definisi : Anemi hemolitik ialah anemi akibat peningkatan destruksi


eritrosit.

3. Kriteria Diagnosis : Gejala Klinis:


Pucat, lemah, dan keluhan anemi lainnya, ikterius ringan yang
naik turun disertai disertai dengan splenomegali.
Pemeriksaan fisis:
Anemi dapat berat secara tiba - tiba, ikterus ringan.
Laboratorium:
Anemi normokromik normositer, retikulosit, LDH dan SGOT
meningkat, Bilirubbin Indirek meningkat, uji coomb positif
pada AIHA, dan G6PD merendah pada defisiensi G6PD.

4. Diagnosa Banding : a. Anemi Hemolitik Otoimun.


b. Defisiensi G6PD
c. Sferositosis herediter.
d. Defisiensi Piruvat Kinase.
e. Talasemia.

5. Pemeriksaan Penunjang : Hitung Retikulosit, SGOT, LDH, Uji Coomb, G6PD, G6PD,

8
pemeriksaan HB elektroforesis, Bilirubin, Piruvat kinase.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam Hematologi.

7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap bila timbul gajala hemolisis berat.

8. Terapi : Hentikan faktor penyebab seperti obat-obatan atau bahan lain


yang dicuragai sebagai penyebab.Terapi suportif transfusi
eritrosit cuci (Washed Red Cells), splenektomi.

9. Penyulit : Krisis hemolitik, Anemi Aplastik.

10. Lama Perawatan : Perawatan diperlukan sampai gejala penyulit telah diatasi.

11. Masa Pemulihan : Tidak dapat ditentukan

12. Output : Hasil pengobatan terapi bila hemolisis tidak terjadi lagi.

13. Informed Consent : -

14. P. A. : Sumsum tulang penderita

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

9. ANEMI SEKUNDER (ANEMI OLEH KARENA PENYAKIT KRONIS)

1. Nama Penyakit : Anemi Sekunder (Anemi Oleh Karena Penyakit Kronis)

2. Definisi : Anemi sekunder ialah anemi yang menyertai penyakit


hematologik.

3. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis:


Pucat, lemah, dan keluhan anemi lainnya. Gejala lain sesuai
penyakit dasarnya.
Pemeriksaan fisik:
Anemi dan kelainan lain sesuai penyakit dasarnya.
Laboratorium:
Anemi normokronik normositer dan/atau anemi hipokromik
mikrositer Besi serum dan TIBC menurun.

4. Diagnos Banding : a. Anemi defisiensi Besi


b. Talasemia

5. Pemeriksaan Penunjang : Hitung retikulosit, HB elektroforesis, Besi serum, TIBC, BMP.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam Hematologi

7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap timbul gejala-gejala anemi berat

8. Terapi : Atasi penyakit dasa, hati hati dengan pemeberian preparat


besi oleh karena cenderung terjadi hemosiderosis. Transfusi
arang diperlukan, atasi tiap defisiensi gizi.

9
9. Penyulit : Tergantung penyakit dasarnya.

10. Lama Perawatan : Perawatan diperlukan sampai gejala penyulit telah teratasi.

11. Masa Pemulihan : Tidak dapat ditentukan.

12. Output : Hasil pengobatan dicapai bila status hemodinamik tidak


terganggu.

13. P. A. : Sumsum tulang hiperplasi.

14. Informed Consent : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

10. ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL (UNSTABLE ANGINA) NO ICG 411

1. Nama Penyakit : Angina Pektoris (Unstable Angina)


No. ICG 411

2. Definisi : Suatu sindroma klinis dari rasa sakit iskhemik yang mencakup
suatu spektrum yang luas dari berbagai presentasi klinis
dimana terdapat perburukan dari pola gejala angina tanpa
terbukti adanya nekrosis miokard.

3. Kriteria Diagnosis : Nyeri dada khas angina yang:


- Terjadi pertama kali.
- Bertambah freuensinya atau bertambah lama/bertambah
hebat.
- Timbul ketika istirahat.
- Timbul 24 jam pada pasca infrak miokard.
4. Diagnosa Banding : - Infak miokard akut.
- Disekans aorta.
- Nyeri non kardiak akut (esofogagostrik, kolik biller, nyeri
pleura, dll)

5. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium:


- Faktor Resiko: KGD N/2 jam PP, kholesterol trigliserida,
asam urat.
- Faktor Enzim: CK MB
- Elektrokradiografi: perobahan st-t, Ro: foto thoraks.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam


Konsultan Kardiologi
Spesialis Jantung Dan Pembuluh Darah

7. Perawatan Rumah Sakit : ICCU

8. Terapi : Non farmokologik Reassurance Farmakolog


- Nitrat sublingual danoral atau bila tidak menolong dengan
isosorbid dinitrat intravena atau infu

10
- Obat penenang
- Antiplatelet: aspirin
- Beta blocker
Bila tidak dapat diatasi dilakukan PTCA pada kasus-kasus
tertentu.

9. Penyulit : Infrak miokard akut


Payah jantung/edema paru
Mati mendadak (henti jantung)

10. Informed Consent : Diperlukan untuk tindakan-tindakan invasif.

11. Lama Perawatan : 3 -4 hari setelah angina hilang, bila tidak ada penyulit.

12. Masa Pemulihan : 2 minggu

13. Output : Sembuh parsial tergantung Iuasnya iskhemi & beratnya


stenosis koroner.

14. P. A. : -

15. Autopsi/Risalah Rapat : -

11. ANKILOSTOMIASIS

1. Nama Penyakit : Ankilostomiasis

2. Definisi : Penyakit cacing usus yang disebabkan Ancyclostoma


duodenale.

3. Kriteria Diagnosis : Diketemukannya telur cacing tambang dalam tinja, Anemi.

4. Diagnosa Banding : -

5. Pemeriksaan Penunjang : Darah Iengkap, Tinja Iengkap.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah Sakit : Untuk komplikasi.

8. Terapi : Kausal :
Mebendazol (Vermox ®) 500 - 1000 mg dosis tunggal.
Salah satu dari Pirantel pamoat 10-20 mg/kg BB dosis
tunggal.
Mebendazol 150 mg + Pirantel pamoat 100 mg (Triveksan®)
dosis tunggal.
Albendazol 400 mg Dosis tunggal (Zentel®).
Dan pemberian:
Sulfa ferosus 3 x 300 mg/hari
Vitamin C 3 x 50 mg/hari.

9. Penyulit : Anemi.

11
10. Informed Consent : Tak perlu.

11. Lama Perawatan : Untuk penanggulangan komplikasi.

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : Sembuh total.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

12. ARTRITIS GOUT

1. Nama Penyakit : Artritis Gout

2. Definisi : Suatu kelainan metabolisme yangmenyebabkan artritis akut


yang serangan diikuti dengan adanya hiperurikemi,
menumpuknya kristal pada sendi atau jaringan (tophi) dan
dapat terbentuknya batu pada ginjal/saluran kemih.

3. Kriteria Diagnosis : - Manifestasi klinis yang khas, serangan pertama 70% pada
MTP I.
- Terdapatnya kristal urat pada sendi, cairan sinovial atau
pada thopi.
- Kriteria ARA.

4. Diagnosa Banding : a. Pseudo Gout.


b. Artreitis reumartoid.
c. Osteoartrosis.
d. Artritis Psoriatik.
e. Artritis Infeksious.
f. Demam rematik.
g. Bursitis akut.
h. Selulitis.

5. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium:


Asam urat serum meninggi
Radiologik:
Pounched Up Lesion di permukaan sendi dan/atau gambaran
tophi.

6. Konsultasi : -

7. Perawatan Rumah Sakit : -

8. Terapi : Segera cegah serangan akut, cegah kumat-kumatan, cegah


komplikasi.
a. Obat-obatan:
NSAID:
- Piroksikam 2 x 20 mg untuk 2 hari 1 x 20 mg/had.

12
- Fenilbutazon 200 mg tiap 4 jam untuk 2 hari 4 100-500
mg/had.
- Indometasin 25-50mg, 3-4 x/hari selama 4-7 hari.
- Kolcisin 1-7 mg/had dosis terbagi, maksimal untuk 2
hari
Pemeliharaan: 1 - 2 x 0,5 mg/hari
Obat-obatan Urikosurik dan/atau Urikostatik diberikan jika
keadaan tidak akut lagi.
Urikostatik: Allopurinol 100 - 300 mg/hari
Urikostatik: Benzromaron, Probenesid 1,5-2 mglhari
Sulfinpirazon 200 - 400 mg/hari
b. Diit rendah Purin.

9. Penyulit : Gagal Ginjal, Destruksi Sendi.

10.Informed Consent : -

11.Lama Rawatan : -

12.Masa Pemulihan : -

13.Output : -

14.P. A. : -

15.Otopsi/Risalah Rapat : -

13. ARTRITIS REUMATOID

1. Nama Penyakit : Artritis Reumatoid

2. Definisi : Suatu penyakit inflamasi sistemil progresif yang kronis tidak


saja pada sendi dan jaringan sinovial tetapi jug pada tendon
dan berbagai orga Iainnya.

3. Kriteria Diagnosa : a. Dengan menilai: Manifestasi klinis, gambaran radiologik


dan laboratorium
b. Klasifikasi ARA
c. Revised Criteria ACR 1987

4. Diagnosis Banding : a. Demam rematik


b. Lupus Erimatosus Sistemik
c. Osteoartrosis
d. Artritis Gout.
e. Artritis Piogenik.

5. Pemeriksaan Penunjang : a. Uji Faktor Rematik Positif.


b. L.E.D meninggi.
c. Radiologik/Sinar X: adanya Osteoporosis.

6. Konsultasi : -

13
7. Perawatan Rumah Sakit : Pada serangan akut yang berat, dan sistemik perlu tirah
baring total sekitar 2 minggu.

8. Terapi : a. 1. Atasi nyeri dan cegah kecacatan.


2. Tirah sistemik dan tirah artikuler.
3. Tirah emosional.
b. Fisioterapi.
c. Psikoterapi.
d. Diet yangcukup dan seimbang (Well Balance Diet).
e. Obat-obatan simtomatik:
Salisilat 4 - 6 Gr/hari, Parasetamol 1 - 2 Gr/hari,
Fenilbutazon 200-400 mg/hari NSAID = Piroksikam 1 x 20
mglhari, Sodium Diklofenat 75 - 150 mg/haft
f. Obat - obat Remitif:
- Garam emas pertahap sampai 1 gr dosis pemeliharaan
50 gr/bulan.
- Penisilamin-D bertahap s/d 4x300 mg untuk 2-4 minggu.
- Klorokuin fosfat 250-500 mg/hari.
- Metotreksat 7,5 mg/minggu sampai
- Sulfasalazin bertahap 3 s/d 2x 1000 mg/hari 2-3 bln
sampai remissi.

9. Penyulit : 1. Dampak samping obat.


2. Deformitas.
3. Disabilitas.

10. Informed Consent : -

11. Lama Rawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : Mencapai remisi.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

14. ASBESTOSIS

1. Nama Penyakit : Asbestosis

2. Definisi : Asbestosis adalah penyakit yang disebabakan oleh debu


asbes.

3. Kriteria Diagnosis : Klinis:


Sesak nafas waktu latihan yane timbul setelah fibrosis
progresif.
Biasanya timbul setelah pemaparar+ dengan asbes selama 15
- 20 tahun
Fisis:
Ronki basah akhir inspirasi pads bagian bawah paru. Biasa

14
dijumpeo jari tabuh dan sianosis. Gerakan dinding dada
berkurang. Auskultasi, suara jantung ke III dan ke IV dt
daerah epigastrium.
Foto dada:
Pada pleura terdapat penebalan dan kalsifikasi sering berupa
obliterasi pada sinus disertai dengan kalsifikasi di daerah
diafragma.
Paru-paru, tampak bayangan opaque yang berbentuk garis
terutama bagian bawah. Juga biasa didapati kekaburan antara
batas difragma dan jantung. Didapati pula kista dan honey
comb, pembesaran jantung dan juga pembesaran arteri
pulmonalis. Sangat jarang didapati gambaran massa.

4. Diagnosa Banding : Semua fibrosis yang disebabkan penyakit paru lain.

5. Pemeriksaan Penunjang : Anamnesis: terkena paparan debu asbes selama bertahun-


tahun minimal 3 tahun.
Faal paru: kapasitas vital menurun progressif, penurunan
volume total.
Difusi CO menurun, kompliance paru menurun.

6. Konsultasi : -

7. Perawatan Rumah Sakit : Bila timbul tanda kor pulmonale dekompensasi.

8. Terapi : Tidak ada obat mempengaruhi perjalanan penyakit.

9. Penyulit : Kor Pulmonale Keganasan (tumor paw, mesothelioma).

10. Informed Concern : -

11. Lama Perawatan : -


12. Masa Pemulihan : -

13. Output : -

14. P. A. : -

15. Otopsi / Risalah Rapat : -

15. ASITES

1. Nama Penyakit : Asites

2. Difinisi : Berkumpulnya cairan dalam rongga peritoneum.

3. Kriteria Diagnosis : Perut membesar seperti kodok, ada undulasi, ada pekak
beralih, ada suara ganda (double sounds).

4. Diagnosa Banding : a. CHF


b. Sindroma nefrotik
c. TBC Peritonium

15
d. Sindroma Meig

5. Konsultasi : Bedah

6. Perawatan Rumah Sakit : Pada asites permagna (amat besar dan mengganggu
penderita)
Untuk penjajagan diagnostik

7. Penyulit : Peritonitis bacterial spontan, Sindroma hepatorenal,


Ensefalopati hepatik.

8. Terapi : Tirah Baring: Diit rendah/pantang garam (tergantung Na


kemih), restriksi cairan cukup 1 L I 24 jam.
Bila dengan cara-cara diatas tidak ada penurunan berat badan
atau diuresis spontan maka diberikan spinorolakton 100 mg
yang dapat ditingkatkan sampai 400mg/h, bila juga tidak
berhasil dapat diberi furosemide 40 sd 240 mg/hari.
Bila ada ginekomasti diberi amilorid 10 mg/hari.
Untuk asites yang sangat besar dan membandel (refraktoir),
dapat dilakukan parasen tesis dengan infus albumin 6 gr/1 L
cairan asites. Shut/TIPPS.

9. Lama Perawatan : Tergantung respon pengobatan, umumnya 2 - 4 minggu.

10. Masa Pemulihan : -

11. Informed Consent : -

12. Output : Asites berkurang sd menghilang.

13. P. A. : -

14. Otopsi/Risalah Rapat : -

16. ASMA BRONKIAL (AB)

1. Nama Penyakit : Asma Bronkial (AB)

2. Definisi : Serangan yang berulang peneyempitan saluran nafas,


sembuh spontan maupun dengan pengobatan.
Klinis : Sesak nafas wheezing.
3. Kriteria Diagnosis : Riwayat serangan sesak yang berulang dan reversible.
Riwayat faktor pencetus/predisposisi wheezing dan tanda-
tanda fisik yang hilang dengan pengobatan.
Adanya eosinofilia dalam darah dan sputum.
Skin tes positif.
IgE dalam serum meninggi.

4. Diagnosa Banding : - Bronkitis Akut.


- Bronkitis Kronis.
- Asma Kardiak.

16
5. Pemeriksaan Penunjang : Foto Toraks:
- Tidak waktu serangan: Normal
- waktu serangan:
Hiperinflation: Diafragma rendah Iga II tampak jantung kecil
panjang.
Bayangan Tramline: Bulat dan elipsoid.
Faal paru:
- Tidak waktu serangan: Normal
- Waktu serangan: VEP1,VEP1 tKVP dan APE merendah.
Analisa Gas Darah:
- Pasien Asimtomatik: Normal
- Serangan ringan sedang: Hipocapnia dan respiratory
alkalemia.
- Serangan berat: Hipercapdan respiratory acidemia.

6. Konsultasi : Bagian Anestesia untuk pemasangan ventilasi mekanis.

7. Perawatan Rumah Sakit : Penderita sama yang berat yang memerlukan pengobatan
yang mendesak atau ventilasi mekanis.

8. Terapi : Serangan Asma Akut Ringan Sedang.


- Beta 2 Agonist (Salbutamol, Terbutalin, Fenoterol).
- Inhaler 4 x 2 puff sehari.
- Beclomethasone aerosol 4 x 2 puff sehari.
- Prednisolone 40 mg per hari selama 7 - 10 had tanpa
tapering of.
Serangan Asma Akut yang Beret:
- Pemberian 02 2 L/menit dengan nasal Prong ditingkatkan
dosisnya.
- Pemberian Beta 2 Agonist dengan Nebulizer atau Ventilator
- Pemberian Aminophyline intra venuos:
Loading dose 5,6 mg/Kg BB pelan-pelan 5 - 20 menit.
Oasis pemeliharaan: 0,5-0,9 mg/kgBB/jam dgn pemberian
per infus.
- Pemberian epinefrine atau Beta 2 Agonist subcutan (Sc).
- Hydrocortisone 150 mg iv dan dapat diulangi setiap 6 jam
dengan dosis maksimum 1000 mg.
- Bila pasien sudah bisa makan obat: Beri oral steroid
Prednisolone 60 mg/hari kemudian tapering 10 mg sehari
selama 2 hari dan 5 mg sehari sampai mencapai dosis
pemeliharaan 10 mg/hari.
- Pemberian Beta 2 Agonist inhaler.
Pencegahan:
- Beclothasone inhaler 4 x 1-2 puff/hari.
- Beta 2 Agonist 4 x 2 puff/hari. 1pratropium Bromide 4 x 1-
2 puff/hari (usia diatas 40).
- Oral Theophyline Slow release 2 x 1 tablet.
- Slow release Salbutamol 4 - 8 mg untuk wheeze malam
hari.
- Ketotifen 2 x 1 tablet.

9. Penyulit : Spontaneous Pneumothorax

17
10.Informed Consent : -

11. Lama Rawatan : 10 hari.

12. Masa Peralihan : 1 minggu

13. Output : Sembuh

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

17. BATU SALURAN KEMIH

1. Nama Penyakit : Baru Saluran Kemih

2. Definisi : Didapatinya batu pada saluran kemih, baik secara sinar-x


ataupun secara USG, dengan ataupun tanpa gejala.

3. Kriteria Diagnosis : Sama dengan nefropati obstrukstif

4. Diagnosa Banding : -

5. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan Sinar X


- Foto polos (BNO): Untuk melihat adanya batu, posisi dan
besar batu.
- Pyelografi Intravena: Untuk melihat ekskresi kedua ginjal
posisi serta intensitas obstruksi
- USG: Melihat batu yang radiolucent, melihat intensitas
obstruksi terutama pada yang non- ekskresi.

6. Konsultasi : Bedah Urologi

7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat Inap bila nyeri berkelanjutan, anuria

8. Terapi : Umum: Seperti pada nefropati obstruktif


Khusus: Batu ureter dengan diameter < 5 mm dengan
obstruksi unilateral dan tidak total, dapat dilakukan salah satu
prosedur diuresis paksa :
- Metode Sesia
- Metode HRL:
Infus larutan elektrolit 5 liter/24 jam dan diberi suntikan IV
Loop diuretik (Furosemide 40 mg/6 jam)
Batu radiolucent:
Berikan larutan elektrolit bersifat alkali (seperti Ringer
laktat).
Berikan tablet Na bikarbonat 3-4 x 1 gram dan Allopurinol
300 mg/hari.

9. Penyulit : Infeksi Saluran Kemih

10.Informed Consent : Bila diperlukan tindakan Kemih

18
11.Lama Rawatan : -

12.Masa Pemulihan : -

13.Output : -

14.P. A. : -

15.Otopsi/Risalah Rapat : -

18. DEMAM

1. Nama Penyakit : Demam

2. Definisi : Kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh kenaikan titik


tetap (set point) suhu di hipotalamus

3. Kriteria Diagonosis : Suhu badan istirahat > 3 derajad Celsius pada pengukur oral.

4. Diagnosa Banding : a. Demam Trivial (1-3 hari) Common Cold, Malaria, Infeksi
Sal. Kemih.
b. Demam tanggung (4-7 hari). Infeksi Virus.
c. Demam serium (> 7 hari)
Bakteri: Demam Tifoid, Tuberkulosis.
Virus: Dengue.
Protozoa: Amebiasis, Toksoplasmosis.
Spirocheta: Leptospirosis.
Cacing: Filariasis.
d. Prolonged Fever (Demam berkepanjangan):
Kenaikan suhu 38,3 derajad Celsius atau lebih selama
beberapa minggu, misal : Demam yang tak diketahui
penyebabnya (Febris Unknown Origin atau FUO).

5. Pemeriksaan Penunjang : Darah lengkap, hapusan darah tepi, urinalisa rutin , tinja
lengkap, uji widal, biakan dan pemeriksaan enzim-enzim serui
uji imunologik (ASTO, CRP, AN dsb).

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap untuk demam yang lama (> 2 minggu), demam
yang munculnya perlahan-lahan, demam dengan perdarahan,
demam kejang-kejang, dan demam dengan kesadaran yang
menurun.

8. Terapi : Umum:
Dipiron (antalgin) tablet 3 x 500 Mg/hari, ataupun injeksi
parasetamol 3 x 500 mg/hari.
Khusus:
Lihat uraian diagnosa/terapi masing-masing penyakit

19
penyebab demam.

9. Penyulit : Syok (renjatan)septik, perdarahan.

10. Inforrmed Consent : Tidak perlu.

11. Lama Rawatan : 7 - 14 hari.

12. Masa Pemulihan : 1 minggu.

13. Output : Sembuh total.

14. P. A. : Tidak diperlukan.

15. Otopsi / Risalah Rapat : -

19. DEMAM BERDARAH (DENGUE HEMORRHAGIC FEVER/DHF)

1. Nama Penyakit : Demam Berdarah (Dengue Hemorrhagic Fever/DHF)

2. Definisi : Penyakit infeksi yang ditimbul oleh masuknya virus den


(arbovirus) melalui gigitan nyai Aedes dan, menimbulkan mani
Tasi klinis berupa demam s perdarahan serta kecenderur
terjadinya renjatan yang di berakibat fatal.
3. Kriteria Diagnosis : Dengue klasik: demam akut selama 2 - 7 hari dan turun se
lisis, bisa naik kembali sets beberapa jam sampai 2 selama 1-
2 hari, disertai torniquet positif dengan tanpa perdarahan
spontan.
DHF derajat I: Disertai trombositopenia ( trombosit
100.000/mm3 dan hemokonsentrasi ( kenaikan hematokrit
>1= 20 %)
DHF derajat II: Disertai perdara spontan
DHF derajat III: Disertai kegagF sirkulasi, tekanan nadi </=
20 mn hipotensi, dingin, kulit bas gelisah.
DHF derajat IV : Disertai renjal tensi dan nadi tidak terukur.

4. Diagnosa Banding : a. Purpura Trombositopenik.


b. Lekemia stadium Ianjut.
c. Anemia aplastik.
d. Sepsis.

5. Pemeriksaan Penunjang : Darah lengkap, Serologik (Haemaglutinin, Inhibition Test,


Complement
Fixation Test).

6. Konsultasi : Spasialis Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah Sakit : Perlu.

8. Terapi : Simtomatik:
Dipiron 3 x 500 mg PO atau injeksi atau Parasetamol 3 x 500
mg PO

20
Asam traneksamat 500 mg/8jam IV
Infus cairan Ringer Laktat (RL) kalau kenaikan hematokrit
>/= 20%
Transfusi trombosit bila sampai pada derajat II
Dengue Syok Sindrome / DSS (derajat III-IV): Oksigen 2-4
liter/m
Infus RL /NaCI 0,9 % 10-20 ml/ kgBB dalam 30 menit.
Bila renjatan tak teratasi :
- Infus diatas dilanjutkan dengan 15-20 mg/kgBB/j
- Infus Dextran atau kolloid plasma atau FFP dengan dosis
10-20 ml/kg BB/jam sampai renjatan teratasi
- Koreksi asidosis .
Bila renjatan teratasi: Infus RL ml/kgBB/jam (selama 24 jam)
dilanjutkan dengan 5 ml/kg BB/jam .

9. Penyulit : Koagulasi Intravaskular Disseminata

10.Informed Consent : Tidak perlu

11.Lama Perawatan : 7 hari

12.Masa Pemulihan : -

13. Output : Dengue klassik sampai derajat II sembuh total.


DSS, Case Fatality Rate tinggi

14. P. A. : Tidak perlu

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

20. DEMAM TIFOID

1. Nama Penyakit : Demam Tifoid

2. Definisi : Penyakit sistemik akut dan menulat yang disebabkan infeksi


Salmonella tiphi .

3. Kriteria Diagnosis : Demam lebih dari 5 hari, naik turur secara bertangga, tidak
pernah mencapai normal , bradikardi relative pembesaran hati
dan limpa, bintikbintik roseola, keluhan gastro. intestinal,
toksemia, ditemukar Salmonella pada biakan darah, tinja
ataupun urin.

4. Diagnosa Banding : a. Influensa.


b. Malaria.
c. Disentri Basiler.
d. Abses Hati Amubik.
e. Tuberkulosis.
f. Hepatitis
g. Penyebab lain demam lebih dari 7 hari.

21
5. Pemeriksaan Penunjang : Darah lengkap, Urinalisa, Faal Hati, ureum/kretinin, biakan
darah , urin, tinja, sumsum tulang, empedu, serologik (widal,
immunofluoresen ). Foto toraks, EKG.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah Sakit : Harus

8. Terapi : Tirah Baring


Supportif: Diet tinggi kalori rendah serat/cellulose.
Kausal:
- Kloramfenikol 4 x 500 mg PO ( 10-14 hari ) atau
- Tiamfenikol 4 x 500 mg / h PO atau
- Kotrimoksazol forte 2 x ltab selama 7 hari atau
- Ampisilin trihidrat 4 x1gram/h,14 hr atau
- Amoksilin 4 x 500 mg/h 14 -21 hari.
Pada demam Tifoid yang sangat toksik yaitu demam tinggi,
kesadaran menurun , gelisah , terapi diatas ditambah dengan
injeksi Dexametason 3 mg/kgBB dalam Ringer Laktat 2cc
/kgBB, di infuskan selama 30 menit dilanjutkan dengan 1
mg /kgBBl6jam /IV sebanyak 6 kali pemberian. Pada demam
Tifoid dengan perdarahan/ perforasi terapi kausal diberikan
parenteral, puasa 24 jam dan pemberian NPE, transfusi
darah, koreksi cairan/ elektrolit dan asam traneksamat 500
mg/ 8 jam IV.

9. Penyulit : Intestinal: Perdarahan , Perforasi, ileus paralitik.


Ekstra intestinal: miokarditis, trombosis, tromboflebitis,
renjatan septik, hemolitik, trombositopenia, KID, pneumonia,
empiema, pleuritis, epatitis kolesistitis, glomerulonefritis,
pielonefritis, perinefritis, osteomielitis, periotitis,
spondilitis, artritis, psikosa, meningitis, meningismus,
polyneuritis per sindroma Guillain Barre.

10. Informed Consent : Perlu.

11. Lama Rawatan : 14 hari.

12. Masa Pemulihan : 6 hari.

13. Output : Penyembuhan atau sebagai Carrier.

14. P. A. : Tidak perlu

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

21. DIABETES INSIPIDUS

1. Nama Penyakit : Diabetes Insipidus

2. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis:


Poliuria, dehidrasi, rasa haus, tidur terganggu.

22
Laboratorium:
Jumlah urin/24 jam 5-10 liter BD urin 1005. ADH menurun.

3. Diagnosa Banding : 1. Diabetes Mellitus: Kadar gluk plasma meninggi.


2. Diabetes Insipidus Nefrogenik: ureum dan kreatinin plasma
meningkat
3. Gagal Ginjal Kronik : Ureum dan kreatinin plasma
meninggi.
4. Compulsive Water Drinking : Gangguan jiwa, respon ADH
normal

4. Pemeriksaan Penunjang : - Foto X-Ray Kepala.


- Water Depriviation Test.

5. Rujukan : - Spesialis Radiologi.


- Spesialis Bedah.

6. Indikasi Rawat Inap : Poliuria, dehidrasi.

7. Pengobatan : Ada beberapa alternatif.


1. Aqueosus vasopressin. 5-10 usc/im 3 - 5 x / hari.
2. Lysin vasopressin, nasal spary 1 - 20 unit setiap beberapa
jam.
3. Desmopressin, 10 - 20 mikrogram 2 kali sehari sehari nasal
spary atau suntikan.
4. Obat - obat non - hormonal mis. Diuretika, chlorpropamid,
carbamazepin, clofibrat.
5. Microsurgery.

8. Penyulit : Dehidrasi berat, koma.

9. Informed Consent : -

10. Tenaga Standar : Spesialis Penyakit Dalam.

11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu sekitar 3 - 5 hari.

12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu sekitar 2 - 3 hari.

13. Hasil : Diuresis dapat dikendalikan.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

22. DIABETES MELLITUS

1. Nama Penyakit : Diabetes Mellitus


terdiri dari:
1. Diabetes mellitus tipe I (IDDM ).
2. Diabetes mellitus tipe II (NIDDM).
3. Diabetes mellitus malnutrisi (MRDM).

23
2. Kriteria Diagnosis : - Gejala klinis polifagi, polidipsi, poliuri, pruritus, berat badan
menurun dalam waktu singkat yang tidak dapat
diterangkan, lemah (kekuatan fisik menurun).
- Kadar glukosa plasma puasa > 140 mg/dl.
- Kadar glukosa plasma 2 jam setelah mendapat beban 75
gram gula 2 jam > 200 mg/dl.

3. Diagnosa Banding : - IDDM didapatkan umumnya pada usia < 30 tahun.


- NIDDM didapatkan umunya pada usia > 40 tahun.
- MRDM didapatkan umumnya pada usia antara 30 - 40
tahun dan mempunyai riwayat malnutrisi.
- Diabetes melitus sekunder (mis. Pemakai kortikosteroid)
jangka lama, penyakit cushing, akromegali / gigantis,
stress hyperglycemia).

4. Pemeriksaan Penunjang : - Pemeriksaan urin: reduksi protein.


- HbA1, HbA1 c, Fruktosamin.
- Trigliserida, kolesterol total, HDL – kolesterol LDL -
kolesterol.
- Foto sinar - X dada, abdomen untuk melihat kalsifikasi
pankreas.
- EKG.

5. Rujukan : - Spesialis Mata.


- Spesialis Saraf.
- Spesialis Paru.
- Spesialis Penyakit Dalam (ginjal, kardiologi,
gastroenterologi).
- Spesialis Rehabilitasi Medik.
- Spesialis Bedah.
- Spesialis Gizi.

6. Indikasi Rawat Inap : - Krisis ketoasidosis diabetik.


- Krisis hiperglikemia hiperosmoler nonketotik .
- Infeksi.
- Glukosa darah tinggi tidak terkontrol dengan diet, latihan
jasmani dan obat penurun glukosa darah oral untuk
NIDDM.

7. Pengobatan : - Diet sesuai dengan berat badan, tinggi badan, aktifitas,


usia, penyakit penyerta.
- Latihan jasmani disesuaikan dengan kebugaran jasmani
penderita.
- Obat penurun glukosa darah oral (gol. Sulfonilurea,
biguanid, acarbose) bagi NIDDM yang tidak terkontrol
dengan diet dan latihan jasmani.
- Insulin bagi IDDM, bisa dikombinasikan dengan obat
penurun glukosa darah oral golongan biguanid atau
akarbose.
- Penderita MRDM bisa dimulai dengan obat penurun
glukosa oral disamping diet dan latihan jasmani, dan bila
tidak berhasil bisa diganti dengan insulin atau gabungan

24
insulin dengan obat penurun glukosa darah oral.

8. Penyulit : - Ketoasidosis sampai koma diabetik.


- Hiperglikemia hieprsmoler nonketotik sampai koma
diabetik.
- Penyakit jantung koroner.
- Gangren diabetik.
- Nefropati diabetik .
- Neuropati diabetik.
- Kardiomopati diabetik.
- TBC paru.
- Hiperlipdemia.
- Hipoglokimia.
- Stroke.

9. Informed Consent : -

10. Tenaga Standar : Spesialis Penyakit Dalam.

11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu sekitar 2 minggu untL mengendalikan


glukosa darah.

12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu lebih kurang 7 hari.

13. Hasil : Dicapai dengan glukosa dare terkendali.

14. P. A. : -
15. Otopsi/Risalah Rapat : -

23. DIABETES MELLITUS GESTASI

1. Nama Penyakit : Diabetes Mellitus Gestasi

2. Kriteria Diagnosis : - Kadar glukosa plasma puasa.


- Tes Toleransi glukosa dengan beban glukosa 100 gram.

3. Diagnosa Banding : - Diabetes mellitus sebelum hamil biasanya ditemukan pada


usia < 30 tahun (IDMM).
- Diabetes mellitus semasa han biasanya ditemukan pada
ibu yang mempunyai faktor resiko : gemu riwayat
melahirkan bayi > 4 kg, riwayat keluarga diabetes mellitus.

4. Pemeriksaan Penunjang : - HbA1, HbA1 c, Fruktosamin.


- EKG.
- Trigliserida, kolestrol total, LDL
- kolesterol.

5. Rujukan : - Spesialis gizi.


- Spesialis KebidananlPenyakit kandungan.
- Spesialis Mata
- Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi).

25
6. Indikasi Rawat Inap : - Kehamilan.
- Infeksi.
- Penyakit Kardiovaskular.

7. Pengobatan : - Diet.
- Latihan jasmani.
- Insulin.

8. Penyulit : - Obes.
- Retinopati.
- Neuropati.
- P J K.

9. Informed Consent : -

10.Tenaga Standar : Spesialis Penyakit Dalam.

11.Lama Rawatan : 6 - 8 minggu.

12.Masa Pemulihan : 1 minggu.

13. Hasil : Dicapai dengan kadar glukosa darah terkendali, berat badan
ideal.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

24. DISENTRI AMUBA

1. Nama Penyakit : Disentri Amuba

2. Definisi : Penyakit infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh


Entamuba histolitika dengan gejala diare, tenesmus dan berak
darah disertai mukus.

3. Kriteria Diagnosis : Diketemukannya trofozoiddan/atau kista dalam tinja secara


Mikroskopik.
Gejala klinis: diare dengan tenesmu muntah, nyeri abdomen,
demai tinja berbau amis.

4. Diagnosa Banding : a. Disentri basiler.


b. Kolitis Ulserosa.
c. Irritable Bowel Syndrome (IBS).
d. Tumor kolon

5. Pemeriksaan Penunjang : Tinja rutin


Biakan Entamoeba histolyca.
Foto Barium
Kolonoskopi
Tes serologis

26
6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah Sakit : Bila keadaan umum jelek.

8. Terapi : Metronldazol 3 x 750 mg/had selar 10 hari atau Seknidazol 2


gr (4 tablet) dosis tunggal. Atau 2 x 1 gram selar 3 hari atau
Tinidazol 2 gr dosis tunggal, atau Tetrasiklin 4 x 500 mg ! h
selama 10 hari

9. Penyulit : Perforasi intestinal


Apendisitis amubik
Abses hati amubik
Perdarahan massif
Ameboma
Striktur amubik
Pleuropulmonari amebiasis
Perikarditis amubik
Cerebral amebiasis
Kutaneus amebiasis

10. Informed Concent : Tak diperlukan.

11. Lama Perawatan : 10 hari.

12. Masa Pemulihan : 3 hari

13. Output : Sembuh

14. P. A. : Tidak perlu

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

25. DISENTRI BASILER

1. Nama Penyakit : Disentri Basiler

2. Definisi : Penyakit infeksi saluran cerna yang disebabkan bakteri


dengan gejala mual, muntah, demam, dan diare yang disertai
darah.

3. Kriteria Diagnosis : Ditemukannya kuman dalam tinja.


Gejala klinis: Nyeri perut, tenesmus, demam, menggigil,
anoreksi, tinja bercampur darah dan mukus.

4. Diagnosa Banding : A. Disentri amuba.


B. Salmonella enterokolitis.
C. Enterotoxigenic E. coll.
D. Campilobacter enteritis.
E. Kolitis ulserosa

5. Pemeriksaan Penunjang : Tinja rutin: ditemukan banyak lekosit dan eritrosit . Biakan
tinja

27
6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah Sakit : Kalau keadaan umum jelek dan mencegah penyebaran infeksi
.

8. Terapi Kausal : Kotrimokazol forte 2 x 1 tablet/h selama 5 hari atau


Siprofloksasin 2 x 750 mg ( kontra indikasi pada wanita hamil
dan anak dibawah 12 tahun )

9. Penyulit : Dehidrasi, Asidosis, Artritis.

10.Informed Concent : Tidak perlu.

11.Lama Rawatan : 5 hari.

12.Masa Pemulihan : 1 minggu.

13.Output : Sembuh total.

14.P. A. : Tidak perlu

15.Otopsi/Risalah Rapat : -

26. DISRITMIA ( ARITMIA ) NO. ICD 427 yang panting adalah BRADIARITMIA dan
TAKIARITMIA

1. Nama Penyakit : Disritmia (Aritmia) No. ICD 427


yang penting adalah Bradiaritma dan Takiaritmia

2. Definisi : Gangguan irama jantung dilua berbatas-batas fisiologis yang


dapat disebabkan pengaruh ekstra kardia pada pusat
pembentukan rangsangan jantung (nod SA) atau boleh sebab
sebab intra kardia dari tempat-tempat pembentukai rangsang
dan penghantarnya yanl berada di atrium maupun di
ventrikel.

3. Kriteria Diagnosis : - Adanya gejala: Pusing, berdebal lemah, pandangan gelap,


bisa sampa pingsan, angina atau sesak nafas.
- Tanda-tanda gangguan hemodinami Iain:Tekanan darah
turun, perfus berkurang.
- Debar jantung pada bradiaritmi kurang dari 60 x / mnt dan
bisa tidak teratur, ada takiaritmia lebih dari 100 x / mnt
dan bisa tidak teratur.

4. Diagnosa Banding : Bradiaritmia:


- Blok AV.
- Aritmia atrial dengan blok AV derajat tinggi .
- Penyakit nodus sinus (SSS).
Takiaritmia:
- Takikardia supraventrikuler.
- Fibrilasi atrium respon cepat.

28
5. Pemeriksaan Penunjang : EKG, EKG monitor, Elektrolit.

6. Konsultasi : - Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiologi.


- Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.

7. Perawatan Rumah Sakit : Ruang Rawat Kardiologi.

8. Terapi : Bradiartimia:
Non Farmakologis: tirah baring, hentikan obat-obat yang
mungkin bisa menyebabakan bradiaritmia.
Farmakologis:
- Sulfas Atropin
- Orciprenalin
- Isoprenalin
Takiaritmia:
Non Farmakologis: tirah baring
Farmakologis:
- Takikardi supraventrikuler: Verapamil (isoptin), digitalis.
- Fibrilasi atrium respon cepat: digitalis
- Takikardi ventrikuler:
- Xylocard, Disopiramid, meksiletin.
Penting dikoreksi defisit/ketidak seimbangan elektrolit
dan/atau gas darah.
Defibrilasi (DC Shock) bila hemodinamik terganggu atau obat-
obatan gagal.
Pada kasus tertentu diatasi dengan pacu jantung (over drive).

9. Penyulit : Henti jantung.


Syok.
Payah jantung.
Penyulit akibat tindakan invasif (pemasangan alat pacu).

10. Informed Concent : Perlu untuk pemasangan alat pacu atau defibrilasi elektif.

11. Lama Perawatan : Bisa singakat 1-2 hari (takikardi supraventrikuler).


Bisa lama tergantung penyakit yang mendasari .

12. Masa Pemulihan : Tergantung penyakit yang mendasari.

13. Output : Takikardi supraventrikuler bisa hilang sendiri pada umumnya


sembuh parsiel.
14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

27. DISPEPSI

1. Nama Penyakit : Dispepsi

2. Definisi : Kumpulan keluhan saluran cerna bagian atas yang beraneka


ragam, seperti perut gembung, rasa penuh rasa cepat

29
kenyang, nyeri epigastrium, mual,muntah.
Berdasarkan pengamatan endoskopik dibedakan atas Dispepsi
Non Ulser dan Dispepsi Ulser.

3. Kriteria Diagnosis : Nyeri diulu hati, rasa mual dan muntah, perut gembung rasa
penuh, rasa cepat kenyang.
Gejala-gejala dapat berhubungan atau tidak ada
hubungannya dengan makan.

4 Diagnosa Banding : a. Tukak peptik.


b. IMA.
c. Esofagitis.
d. Cholangitis kronis.

5. Pemeriksaan Penunjang : Esofagogastroduodenoskopi:


Foto Esofagus, lambung/duodenum.
Pemeriksaan EKG, USG.
Pemeriksaan Iengkap dianjurkan pada penderita dengan
keluhan berat, muntah-muntah yang telah berlangsung > 4
minggu, penurunan berat badan, dan usia > 40 tahun.

6. Konsultasi : Bila perlu ke Divisi Gastroenterologi Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah Sakit : Umumnya rawat jalan, Rawat inap bila banyak muntah-
muntah dan dehidrasi.

8. Terapi : - Diet lunak, tidak merangasang, sedikit- sedikit , sering-


sering. -Diberikan penjelasan yang memadai keluhan
mungkin hilang timbul berlangsung dalam waktu yang
lama, sehingga rasa aman dapat membantu penderita
agak cukup toleran.
- Terapi obat-obatan disesuaikan dengan keluhan yang
paling dominan.
- Ulcer like dyspepsia:
Antasida, H2 - Receptor Blocker, Omeprazole, Prokinitic.
- Reflux like dyspepsia:
Prokinetic, Antasida, H2-Receptor, Blocker Omeprazole,
Mucosa
protector.
- Dismotility like dyspepsia: Prokinetic.
- Non Specipic: Prokinetic, Antasida.

9. Penyulit : Malnutrisi: Dehidrasi.

10. Informed Concent : Diperlukan bila ada pemeriksaan endoskopi.

11. Lama Perawatan : Bila diperlukan perawatan biasanya 7-10hari.

12. Masa Pemulihan : Kurang dari 7 hari tergantung lingkungan dan kepribadian si
sakit.

13. Output : Umumnya dapat sembuh total.

30
14. P.A. : Dilakukan pemeriksaan jaringan bila pada endoskopi ada yang
mencurigakan.

16. Otopsi/Risalah Rapat : -

28. EFUSI PLEURA

1. Nama Penyakit : Efusi Pleura

2. Definisi : Penumpukan cairan dalam jumlah afnormal dirongga pleura


basik berupa transudat maupun eksudat yang disebabkan
infeksi, keganasan, gangguan kardiovaskular dan lain-lain.

3. Kriteria Diagnosis : Klinis berupa sesak nafas, rasa tidak lemak didada,batuk-
batuk non produktif.
Pemeriksaan fisis:
Perkusi didaerah efusi redup, pada palpasi resonans
berkurang, auskultasi suara pernafasan melemah sampa
hilang.

4. Diagnosa Banding : a. Pneumotoraks.


b. Tumor disertai kolaps paru.
c. Pneumoni.

5. Pemeriksaan Penunjang : Foto dada PA dan lateral.


Aspirasi cairan untuk keperluaan diagnostic terutama
pemeriksaan
biokimiawi dan mikrobiologik.
Biopsi Pleura.
6. Konsultasi : Onkologist bila disangkakan penyebabnya tumor, Dokter
bedah toraks.

7. Perawatan Rumah Sakit : Bila efusi disertai sesak nafas hebat.

8. Terapi : Aspirasi cairan pleura untuk mengurang sesak. Pengobatan


kausal tergantuni penyebabnya, bila penyebabnya TBC paru
diberi OAT dsb.
Kortikosteroid diberikan untuk mencegah
perlengketan/fibrosis. Bila penyebabnyE proses keganasan
diberi kemoterapi intrE pleural.

9. Penyulit : Gagal nafas.

10. Informed Concent : Diperlukan bila dilakukan aspirasi atat. biopsi fleura.

11. Lama Perawatan : 1 minggu.

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : Tergantung penyebab

14. P.A. : -

31
15. Otopsi/Risalah rapat : -

29. ENSEFALOPATI HEPATIK

1. Nama Penyakit : Ensefalopati Hepatik

2. Definisi : Sindroma neuropsikiatrik yang terjadi pada pasien dengan


gagal hati karena menderita penyakit hati kronis dan dapat
tersects oleh diit yang tinggi protein, infeksi perdarahan usus,
hipokalemi, penggunaan obat sedatif/hipnotik, asites
terinfeksi, konstipasi, dan azotemia.

3. Kriteria Diagnosis : Kelainan intelektual, Dispraksia konstruksional, (uji


menghubungkan angka, menu! is nama, menggambar
bintang : tak bisa), flapping tremor, foetor hepatikum. Tanda
- tanda menderita kelainan/ penyakit hati kronis (+) kelainan-
kelainan EEG yang khas.

4. Diagnosis Banding : Koma oleh sebab-sebab serebral.

5. Pemeriksaan Penunjang : EEG, pemeriksaan kadar amoniak.

6. Konsultasi : - Spesialis Penyakit Dalam


- Spesilis Penyakit Syaraf
- Psikiater
- Ahli Bedah Digestif

7. Perawatan Rumah Sakit : Perlu

8. Terapi : Tirah baring total,


Diit sonde babas protein maksimal 3 hari, kemudian protein
dinaikkan menjadi 40 – 60 gram/h sebaiknya protein nabati.
Koreksi faktor pencetus, Stop pemberian obat-obat diuretika,
sedatifa/hipronika.
Laktulosa diberi 30 cc / 8 jam sd b.a.b 2 - 3 x hari, Klisma,
Salah satu dari pemberian obat oral Neomisin 4 x 1 gram,
Metronidazol 3 x 500 mg atau pemberian vancomycine, infus
BCAA 1 flaks/hari.
Antibiotika sistemik bila ada infeksi.

9. Penyulit : -

10.Lama Perawatan : 2 - 4 minggu.

11.Informed Consent : -

12.Output : Sadar.

13.P. A. : -

14.Otopsi/Risalah Rapat : -

32
30. ESOFAGITIS

1. Nama Penyakit : Esofagitis

2. Definisi : Suatu keadaan dimana mukosa esofagus mengalami


keradangan.

3. Kriteria Diagnosis : - Rasa terbakar didada (Heart burn), nyeri di ulu hati, mual-
mual.
- Kadang-kadang penderita mengeluh dapat merasakan
jalannya makanan yang ditelan dari kerongkongan ke
lambung, kadang-kadang nyeri retrosternal yang
menyebar sampai kedaerah skapula.
- Regurgitas yang kadang-kadang amat pahit.

4. Diagnosa Banding : a. Esofagitis refluks.


b. Esofagitis refluks basa.
c. Esofagitis infeksi (moniliasis, herpes).
d. Esofagitis Korosif.
e. Esofagitis pit.
f. Esofagitis radiasi.

5. Pemeriksaan Penunjang : - Radiologi dengan barium.


- Endoskopi.
- Manpmetri esofagus.
- Pengukuran pH.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah sakit : Umumnya rawat jalan.


Rawat inap bila keadaan umum kurang baik atau timbul
komplikasi.

8. Terapi : Esofagitis Refluks:


- Menghindari faktor predisposisi.
- Mengurangi berat badan jika gemuk.
- Menghindari makanan yang merangsang, merokok atau
alkohol.
- Menghindari terlalu banyak makan.
- Menghindari makanan/minuman 3 jam sebelum tidur.
Terapi postural:
- Meninggikan bagian kepala (tempat tidur diganjal dengan
balok).
- Pencegahan posisi yang meninggikan refluks, menghindari
pekerjaan/olahraga yang menimbulkan refluks.
Obat:
Metoklopropamide, Domperidone, Cicapride, Antasida,
Antisekretorik.
Operasi:
Bila resisten dengan pengobatan konservatif (Funduplikasi).
Esofagitis Monilia: Nystatin 3 x 200.000 atau obat jamur

33
Iainnya.
Esofagitis herpes: Acyclovir, Adenosine arabinoside.
Esofagitis korosif: Antibiotika, Antasida, obat sitoprotektor.
Esofagitis pil: Minum obat dalam posisi tegak sebaiknya
bentuk obat cair atau bubuk disertai minum air yang cukup.

9. Penyulit : - Striktura esofagus perdarahan, transisi ke epitel kolumnar


(Baretis) pramaligna.
- Sindroma aspirasi pulmonal.

10. Informed Concent : Diperlukan bila melakukan tindakan endoskopi.

11. Lama Perawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : Sembuh.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

31. FILARIASIS

1. Nama Penyakit : Filariasis

2. Definisi : Penyakit yang disebabkan infeksi satu atau dua cacing jenis
filaria yaitu Wuchereria bancrofti atau Brugria malayai.

3. Kriteria Diagnosis : Terdapat pemaparan pada daerah endemis.


Ditemukan mikrofilaria dalam darah atau sayatan kulit.
Bentuk tanpa gejala:
Pembesaran kelenjar limfa inguinal, mikrofilaria dan eosinofilia
darah.
Filariasis dengan peradangan:
- Terdapat Infeksi sekunder oleh bakteri dan jamur pada
saluran limfa tungkai dan alat genital
- Elefantiasis.
Fialriasis dengan penyumbatan:
- Terjadi Proliferasi jaringan granulasi dan pembentukan
varices saluran limfe.
- Elefantiasis.

4. Diagnosa Banding : A. Deep Mycosis.


B. Limfangitis bakterial .
C. Tromboflebitis .
D. Tuberkulosis, leprosy, sarkoidosis dan penyakit
granulomatous sistemik lain.

5. Pemeriksaan Penunjang : Hapusan darah tebal dan tipis malam hari


Biopsi kelenjar getah bening

34
Limfografi

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam


Spesialis Bedah

7. Perawatan Rumah Sakit : Untuk mengatasi gejala serangan akut, infeksi sekunder dan
operasi

8. Terapi Kausal : Dietil karbamazin ( DEC ) 6 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3


dosis, selama 10-14 hari (total dosis kumulatif kumulatif 72
mg/kgBB)

9. Penyulit : Infeksi sekunder. Gangguan tropfis.

10. Informed Consent : Perlu

11. Lama Perawatan : 2 minggu

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : Kambuh kembali

14. P. A. : Perlu.

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

32. GANGGUAN PSIKOSOMATIK

1. Nama Penyakit : Gangguan Psikosomatik

2. Definisi : Gangguan Psikosomatik atau nama lain gangguan


psikofisiologi adalah suatu penyakit gangguan fungsi
organ/sistem tubuh yang penyebabnya berupa masalah
kejiwaan dalam bentuk keluhan personal maupun psikososial.

3. Kriteria Diagnosis : Prosedur pemeriksaan dan penentuan diagnosa mengikuti


azas Elektik Holistik:
A. Anamnese yang mendalam
Meliputi pada masa anak, remaja dan pada masa dewasa,
pada saat pasien mengalami gangguan berupa keluhan-
keluhan jasmani.
Gejala/khas:
- Keluhan jasmani datangnya berkaitan dengan adanya
emosi.
- Keluhan jasmani sifatnya berganti - ganti umpama :
kadang-kadang mengenai jantung, mengenai saluran
pencernaan, mengenai saluran pernafasan, mengenai
kepala dan sebagainya.
- Pasien umumnya mempunyai bakat jasmaniah,
gangguan pola kepribadian atau stress
psikososial
- Pasien suka berpindah-pindah dokter (Dokter shopping)

35
adakalanya pasien pergi kedukun, orang pintar dan
siapa saja yang menurutnya pasien yang mau
menolongnya.
- Pasien datang kedokter selalu membawa daftar
keluhan-keluhannya, obat-obat yang telah
didatanginya.
- Realitas masih positif.
B. Pemeriksaan Jasmani:
- Dilakukan pemeriksaan Diagnosa Fisik yang teliti.
- Bila diperlukan dilakukan EKG, Thorax Fhoto, Endoskopi
dsb .
C. Laboratorium:
- Darah Rutin, Urine dan Faeces.
- Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan Fungsi hati,
kadar gula darah, fungsi ginjal, fungsi tiroid dsb.

4. Laboratorium Penunjang : - Test insulin.


- Test adrenalin.
- Test air.

5. Diagnosa Banding : Neurosis.

6. Konsuitasi : Pasien yang mempuyai derajat keparahan penyakit sedang


dan berat.

7. Perawatan Rumah Sakit : Melihat keadaan umum dan derajat keparahan penyakit
pasien.

8. Terapi : Tujuan pengobatan untuk menghilangkan keluhan dan gejala


dan mengembalikan kestabilan emosi menuju kematangan
pribadi.
Terdiri dari obat-obatan:
1. Medis Internis
2. Psikofarmaka
- anti anxietas
- anti depresi (F)
9. Penyulit : - Lingkungan yang kurang mendukung.
- Keadaan social
- Ekonomi lemah

10. Lama Perawatan : Tergantung derajat keparahan penyakit pasien.

11. Masa Pemulihan : 3 sampai 12 minggu. (F)


Psichoterapi Supervisial: Ventilasi, Re-Edukasi, Agama

33. GASTROENTERITIS KOLEROFORMIS

1. Nama Penyakit : Gastroenteritis Koleroformis

2. Definisi : Penyakit infeksi akut saluran cerna disebabkan serotip Vibrio


cholerae.

36
3. Kriteria Diagnosis : Diare akut dan berat (frekwensi > 6 x /had, bisa > 1 L/jam),
tinja tidak berbau, tidak mengandung darah ataupun pus,
(seperti air cucian beras), dan tidak ada disertai mulas.

4. Diagnosa Banding : -

5. Pemeriksaan Penunjang : Mikroskopis (Lapangan gerlap ataupun fluoresen ): Biakan


tinja, Aglutinasi serologik spesifik.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam

7. Perawatan Rumah Sakit : Harus.

8. Terapi : Kausal
- Tetrasiklin HCL 500 mg (awal) dilanjutkan 4 x selama 3
hari.
- Kloramfenikol 500 mg (awal) dilanjutkan 4 x 500 mg/h
selama 3 hari.
- Kotrimoksazol forte 2 x 1 tablet/h selama 5 hari.
- Doksisiklin 2 x 200 mg / h ( hari I) diteruskan dengan 1 x
(5 hari).

9. Penyulit : Dehidrasi, asidosis, hipokalemi, hipotensi.

10. Informed Consent : Tak perlu.

11. Lama Rawatan : 3 hari.

12. Masa Pemulihan : 2 hari.

13. Output : Sembuh total.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

34. GAGAL GINJAL AKUT

1. Nama Penyakit : Gagal Ginjal Akut

2. Definisi : Suatu keadaan kedaruratan medik ditandai dengan adanya


penurunan fungsi ginjal yang berlangsung akut dengan
oliguria atau tanpa oliguria tetapi penjemihan kreatini < 5
ml / menit.
3. Kriteria Diagnosis : Anamnese:
Gejala dan tanda:
- Sindroma uremia
- Oliguria/anuria
- Peningkatan ureum dan kreatinin darah
- Gangguan kardiovaskuler
- Gangguan kesadaran dan kejang
Pemeriksaan Fisik:

37
- Kesadaran dapat terganggu
- edema
- uremic lung
- bisa asites
- nyeri tekan/ketok sudut kostorenal.
Laboratorium:
- Darah rutin: Lekositosis, LED meninggi
- Urin rutin: Proteinuria, reduksi bisa (+)
Sedimen:
- Hematuria > 3 lpb
- Lekosituria > 5 I Ipb
- Silinderuria (+)
- Khusus:
Ureum, kreatinin,asam urat darah meninggi
Penjemihan kreatinin meninggi
Elektrolit Kalium meninggi
Analisa gas darah, asidosis metabolik

4. Diagnosa Banding : -

5. Pemeriksaan Penunjang : 1. USG: Melihat ukuran, permukaan, bendungan, massa,


kista dan batu
pada ginjal.
2. BN0/IVP: Gambaran fungsi ekskresi, keadaan ureter, dan
distorsi pelvicalyceal.

6. Konsultasi : -

7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap segera pada GGA dengan sindroma uremia,
anuria, uremic lung

8. Terapi : Konservasi:
Pengaturan diet:
- Cukup kalori
- Pantang garam
- Restriksi protein: 0,6 gr / kg BB / hari
- Restriksi Kalium, Magnesium dan fosfor.
Pemantauan cairan:
- Pada oliguria, cairan = jumlah urine 24 jam + 500 ml.
Pemberian diuretik:
- Disesuaikan dengan intake dan output cairan
- Dosis 20-100mg / jam
Pemberian bicarbonat:
- Substitusi dengan formula:
24 - aktual bikarbonat x Berat Badan
Koreksi Hiperkalemia: insulin, Ca glukonas
Bila ada tanda infeksi beri antibiotik, nontoksin pada ginjal:
- Doksisiklin 2 x 100 mg
- Ceftriaxon 1 gram / hari
- Eritromisin 3 x 500 mg
Terapi pengganti:
Dialisis: Hemodialisis, peritoneal dialisis, peritoneal dialisis
mandiri kesinambungan.

38
Indikasi:
A. Klinis:
1. Sindroma uremia dengan penurunan kesadaran
2. Kelebihan cairan dalam sirkulasi/edema.
3. Anuria > 3 hari.
B. Biokimia :
1. Asidosis metabolik, pH<7,2 yang tidak membaik
dengan substitusi Bicarbonat
2. Hiperkalemia K >7 mEq / I
3. Ureum > 200 mg / dl

9. Penyulit : - Kardiovaskuler, Hipertensi, perikarditis, CHF


- Hematologi , anemia , koagulopati
- Neurologi, periferal neuropati

10. Informed Consent : -

11. Lama Perawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : -

14. P. A. : -

15. Otopsi / Risalah Rapat : -

35. GAGAL GINJAL KRONIK

1. Nama Penyakit : Gagal Ginjal Kronik

2. Definisi : Suatu keadaan dimana terjadi kegagalan fungsi ginjal secara


perlahan oleh karena berbagai gangguan pada ginjal atau
saluran kemih .

3. Kriteria Diagnosis : Gejala dan tanda:


- Sindroma uremia
- Gastrointestinal: nausea, anoreksia, muntah, singultus.
- Hematologi: anemia, gangguan pembekuan.
- Endokrinologi: amenorea, gangguan metabolisme KH ,
protein/lemak
- Kulit: pucat , gatal , uremic frost.
- Miski terganggu, polakisuria, dysuria, nokturia
Pemeriksaan fisik:
- kesadaran dapat terganggu,
- udem
- uremic lung
- bisa asites
- nyeri tekan/ ketok sudut kostorenal
Laboratorium:
- Darah rutin: HB menurun, lekositosis, LED meninggi .
- Urine rutin:

39
Proteinuria: reduksi bisa (+)
Sedimen: Hematuria >3/Ipb
Lekosituria >51/pb
Silinderuria (+)
- Khusus:
Ureum, kreatinin, asam urat darah meninggi
Penjemihan kreatinin meninggi
Elektrolit Kalium meninggi, Analisa gas darah, asidosis
metabolik

4. Diagnosa Banding : -

5. Pemeriksaan Penunjang : 1. USG: melihat ukuran, permukaan, bendungan, massa,


kista dan batu pada ginjal
2. BNO/IVP : Gambaran fungsi ekskresi, keadaan ureter, dan
distorsi pelvicalyceal.
6. Konsultasi : -

7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap pada penderita dengan sindroma uremia berat
dan pada penderita dengan penyulit.

8. Terapi : Konservasi:
Pengaturan diet:
- Cukup Kalori
- Restriksi cairan dan garam
- Restriksi protein : 0,6 grfkgBB/hari
- Restriksi Kalium , Magnesium dan Fosfor
Terapi Pengganti:
Dialisis: Hemodialisa, peritoneal dialisis, Peritoneal dialisis
mandiri berkesinambungan Indikasi sama dengan gagal ginjal
akut Transplantasi

9. Penyulit : - Perdarahan saluran cerna


- Disfungsi platelet
- Anemia
- Hiperfosfatemia, hipokalsemia

10. Informed Consent : -

11. Lama Perawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : -

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

36. HENTI JANTUNG (CARDIAC ARREST) No. ICD 427.6

1. Nama Penyakit : Henti Jantung (Cardiac Arrest ) No. ICD 427.6

40
2. Definisi : Kematian klinis yang ditandai dengan hilangnya nadi arteri
karotis dan arteri femoralis, terhentinya denyut jantung atau
pernafasan dan terjadinya penurunan/kehilangan kesadaran.

3. Kriteria Diagnosis : - Berlangsung tiba-tiba.


- Tidak sadar, tidak ada pulsasi, tidak ada pernafasan.

4. Diagnosa Banding : - Stroke dengan koma.


- Koma lain.

5. Pemeriksaan Penunjang : - "Quick Look" dengan EKG monitor/EKG.


- Analisa gas darah, elektrolit, gula darah.

6. Konsultasi : - Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiologi.


- Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.
- Spesialis Anestesi.

7. Perawatan Rumah Sakit : ICCU

8. Terapi : Segera dilakukan resusitasi jantung paru/bantuan hidup dasar


sesuai protokol resusitasi diikuti bantuan hidup lanjut .

9. Penyulit : Komplikasi akibat tindakan (fratuktur, laserasi jantung dan


paru, perdarahan rongga dada).
10. Informed Consent : Tidak diperlukan, kecuali untuk tindakan invasif Iebih lanjut
pada bantuan hidup lanjut.

11. Lama Perawatan : Bila henti jantung primer rata-rata 2 minggu.

12. Masa Pemulihan : Tidak dapat ditentukan.

13. Output : Kurang balk.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : Untuk menegakkan diagnosis bila kejadiannya tidak terekam
(unwitnessed).

37. HEPATITIS AKUT

1. Nama Penyakit : Hepatitis Akut

2. Definisi : Radang hati difus yang dapat disebabkan oleh infeksi virus
(Virus hepatitis A.B.C.D. dan E), alkohol dan obat-obatan,
penyakit Wilson, leukemi, limfoma, dan bakteri (Tifoid
penyakit wail), dengan kematian sel-sel hati yang
mengakibatkan terjadinya serangkaian kelainan klinis,
biokemis, imunoserologik, dan morfologik yang berlangsung
tidak Iebih dari 6 bulan sejak timbulnya keluhan/gejala
penyakit.

41
3. Kriteria Diagnosi : Gejala Klinis:
a. Fase prodmoral:
Demam ringan, Anoreksi, sakit kepalalsendi, mual muntah.
b. Fase ikterus:
Kemih gelap, kuning, mata kuning, gejala prodromal
berkurang.
c. Fase penyembuhan:
Mata kuning berangsur membaik sedang rasa lelah dapat
bertahan beberapa bulan.
Laboratorium:
AST dan ALT meninggi > 10 x normal pada minggu I sedang
bilirubin meninggi pada fase lebih lanjut dari penyakit.
IgM Anti HAV (+) pada Hepatitis A, HBsAg dan IgM anti HBC
(+) pada Hepatitis B.
Anti HCV IgM (+) pada Hepatitis C, dan Anti HDV, HBsAg (+)
pada Hepatitis D, dan Anti HEV (+) pada Hepatitis E
Copper urine meninggi dan seruloplasmin darah menurun
serta Copper sel hati meninggi pada sediaan biopsi hati
penderita dengan Penyakit Wilson.

4. Diagnosa Banding : a. Influensa pada fase prodromal.


b. Penyakit Weil.

5. Perawatan Rumah Sakit : Muntah-muntah berat, Billirubin > 10 mg%


Masa Protrombin memanjang > 3 detik
Perubahan mental.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.

7. Pengobatan : Aktivitas ringan sesuai dengan toleransi, Diit tinggi kalori,


protein, karbohidrat, lemak secukupnya, dan pengobatan
simptomatis.

8. Penyulit : Hepatitis fulminans, Ikterus berkepanjangan pada hepatitis A,


dan Hepatitis kronis Hepatitis B dan C.

9. Informed Consent : Perlu bila ada biopsi.


10. Lama Rawatan : Antara 1 - 2 minggu.

11. Masa Pemulihan : Dibawah 6 bulan sd semua faal hati normal.

12. Output : Umumnya Hepatitis Akut A sembuh total. Hepatitis B 5 - 10%


dan Hepatitis C 50-70% menjadi Hepatitis Kronis.

13. P. A. : Diperlukan biopsy hati bila diagnosa meragukan.

14. Otopsi/Risalah Rapat : -

38. HEPATITIS FULMINANS

1. Nama Penyakit : Hepatitis Fulminans

42
2. Definisi : Gagal hati mendadak oleh karena nekrosis sel-sel hati masif
yang terlihat berupa suatu sindroma klinis (ensefalopati
progresif, ikterus progresif, hati yang mengecil).
Pada penderita yang belum pernah menderita penyakit hati
sebelumnya (timbul 8 minggu sejak timbulnya penyakit
Hepatitis akut).
Etiologi (penyebab) , Virus Hepatitis A, B, C, D dan E, obat-
obatan, perlemakan hati akut pada ibu hamil.

3. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis:


- Ikterius yang progresif (bilirubin > 20 mg%).
- Gangguan kesadaran yang progresif.
- Mual dan muntah.
- Hati mengecil.
- Masa protrombin sangat memanjang.
- Transaminase cepat dan sangat meninggi.
- Albumin darah menurun.

4. Diagnosa Banding : Psikosis.

5. Pengobatan : - Oksigen 2-4 L/menit:


Dextrose 10% 3 L 124 jam dengan KCL 50 mEq.
- Hindari obat sedatif dan bila sangat perlu pilihan adalah:
Diazokside, antihistamin, laktulosa dan kalau perlu
dilakukan klisma, Neomisin 4 x 500 mg oral.
- Koreksi kelainan faktor pembekuan darah dan elektrolit
serta antibiotika bila terbukti ada infeksi.
- Mannitol i.v 1 Gr/KgBB dan steroid pada udem otak.
Glukosa 10 - 25% pada hipoglikemi.
- Terapi suportif dan perawatan sebaiknya di IPI.
Transplantasi hati.

6. Penyulit : - Udem serebri dengan kejang-kejang.


- Kelainan kardiovaskular dengan hipoksemi, asidosis, dan
aritmi jantung.
- Kelainan paru yang cenderung pneumoni.
- Kelainan ginjal dengan Sindroma Hepatorenal (Na kemih
<20 mEq/L).
- Perdarahan saluran cerna atas.
- Pankreatitis akut.

7. Konsultasi : - Spesialis Penyakit Dalam (Nefrologi).


- Anestesi.
- Bedah saluran cerna.

8. Lama Perawatan : -

9. Masa Pemulihan : -
10. Informed Concent : -

11. Output : Mortalitas 95%

12. Otopsi : -

43
13. Otopsi/Risalah Rapat : -

39. HEPATITIS KRONIK

1. Nama Penyakit : Hepatitis Kronik

2. Definisi : Peradangan hati yang berlanjut lebih dari 6 bulan sejak


tirnbulnya keluhan/gejala penyakit dengan fibrosis dan tanpa
nodul regenerasi yang terdiri dari kelompok kronik persisten
lobular dan kronik aktif, yang dapat disebabkan oleh virus
hepatitis B, C dan D, obat-obatan (metildopa), alkohol,
autoimun (Hepatitis lupid), penyakit Wilson, kolestasis
empedu, hemokromatosis, defisiensi antitripsin al,
kriptogenik.

3. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis:


Pada Hepatitis kronik persisten dan lobular: Rasa lekas Ietih,
kurang enak perut kanan atas, anoreksi, hepatomegali ringan.
Pada Hepatitis kronik aktif:
Fase eksaserbasi: Rasa letih, demam, ikterus, nyeri sendi
anoreksi, berat badan menurun.
Fase remisi: Keluhan dan tanda klinis pada fase akut
(eksaserbasi) berkurang hepatomegali, kadang - kadang
ditemukan spidernevi.
Eritema palmaris dan splenomegali.
Laboratorium: Peninggian AST dan ALT yang berfluktuasi,
peninggian bilirubin, peninggian gamma globulin tanpa
penurunan albumin plasma, HBSAg, Anti HCV dan Anti HDF
(tergantung penyebabnya) positif.

4. Diagnosa Banding : a. Hepatitis akut.


b. Sirosis hati tahap awal.

5. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium faal hati (AST, ALT, Bilirubin), imunoserologik.


Ultrasonografi (melihat ukuran, pinggir, permukaan parenkim
dan pembuluh darah hati).
Biopsi hati dan pemeriksaan P.A.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah Sakit : HKA yang progresif dan bilirubin yang meninggi.

8. Terapi : HK persisten HK Lobular: tak perlu diobati.


HK Aktif Autoimun: Kortikosteroid.
HK Aktif Type C: Anti HCV (+) , HBV DNA (+), dan
transminase > 3 x normal diberi Interferon 3 x 3 MU/minggu
selama 6-12 bulan.
Hemokromositosis: Flebotomi.
Penyakit Wilson: Copper < 1 mg/hari, D Penicillamine.

9. Penyulit : Sirosis Hati, Ensefalopati hepatik.

44
10. Informed Concent : Perlu bila biopsi hati.

11. Lama Perawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : HKA B dan C: kemungkinan sembuh 10 - 25 %.


14. Otopsi/Risalah Rapat : -

40. HEPATOMA

1. Nama Penyakit : Hepatoma

2. Definisi : Tumor ganas hati primer yang biasanya didapati bersamaan


dengan sirosis hati, dengan etiologi yang berhubungan
dengan Virus Hepatitis B dan C, Predisposisi pada sirosis hati,
dan Aflatoksin.

3. Kriteria Diagnosis : - Rasa pembengkakan di hipokondrium kanan kadang-


kadang nyeri.
- Hepatomegali berbenjol-benjol, dan kadang ada bruit
didaerah hati.
- Biasanya dengan sirosis hati B atau C.
- Alfafetoprotein > 500 atau terus meningkat pada
pemeriksaan sari
- USG ada Iasi fokal.
- Gambaran khas pada pemeriksaan PA jaringan dari biopsi
hati.

4. Pemeriksaan Penunjang : USG, CT Scan, MRI.

5. Diagnosa Banding : a. Tumor hati sekunder.


b. Abses hati.
c. Tumor jinak hati.

6. Konsultasi : Ahli Bedah. Ahli Radiologi.

7. Perawatan Rumah sakit : Kalau ada sirosis hati dekompensata, atau bila ada nyeri.

8. Terapi : Tumor soliter < 5 cm, tenaga cadangan hati baik: Reseksi
tumor.
Percutaneous etanot injeksi 0,5 cm.
Kemo-Embolisasi transarteriall bila vena porta utuh (intact =
tak ada tromboemboli).
Pengobatan sintomatis.

9. Penyulit : Hipoglikemi, Perdarahan SMBA.

10. Informed Consent : Tak perlu bila ada biopsi, PEI, TACE, atau tindakan operasi.

11. Lama Perawatan : 2 - 4 minggu.

45
12. Masa Pemulihan : -

I3. Output : : Prognosa jelek/fatal.

14. P. A. : Perlu (diagnosa pasti).

15. Otopsi/Risalah rapat : -

41. HEPERGLIKENIA HIPEROSMOLAR NON KETOTIK

1. Nama Penyakit : Heperglikenia Hiperosmolar Non Ketotik

2. Kriteria Diagnosis : - Gejala klinis: Dehidrasi, kulit dan membrana mukosa


kering, mata cekung, oliguria, sampai anoria, temperatur
tubuh meninggi, hipovolemia sampai syok, stupor samapai
koma.
- Glukosa plasma > 600 mg/dl.
- Osmolalitas plasma > 340 mOsm/I.

3. Diagnosa Banding : - Ketoasidosis diabetik krisis biasanya glukosa plasma > 350
mg/dl, badan keton plasma positif kuat (4+).
- Hipoglikenia krisis biasanya glukosa plasma < 55 mg/dl,
badan keton plasma negatif.

4. Pemeriksaan Penunjang : - Badan keton plasma.


- Serum elektrolit (Na, K, CI).
- pH dan gas darah arteri.
- EKG, foto sinar - X dada, enzim jantung,
- kultur darah, pemeriksaan serebrovaskular.

5. Rujukan : - Spesialis penyakit saraf.


- Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi, Paru).
- Spesialis Radiologi.

6. Indikasi Rawat Inap : Dehidrasi berat, hiperosmolaliti, oliguria sampai anuria, syok,
stupor atau koma.

7. Pengobatan : - Memberikan cairan intravena.


- Insulin.
- Memperbaiki gangguan elektrolit.
- Mencari faktor pencetus.

8. Penyulit : Koma diabetik.

9. Informed Concent : -

10. Tenaga Standard : Spesialis Penyakit dalam.

11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu 1 hari bergantung pada faktor pencetus.

12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu lebih kurang 1 hari.

46
13. Hasil : Dicapai dengan kadar glukosa plasma dalam batas normal.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

42. HIPERNATREMIA

1. Nama Penyakit : Hipernatremia

2. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis:


Rasa haus yang hebat, kulit dan membrana mukosa kering,
dispnoe berat dengan pemafasan mussmaul,
takhikardia, stupor, konvulsi, koma.
Laboratorium:
Natrium serum meninggi.
Osmolalitas serum meninggi.
Hemoglobin dan hematokrit meninggi.

3. Diagnosa Banding : Keadaan hiperosmolar pada koma diabetic ketoasidosis dan


hiperglikemia non - ketotik.

4. Pemeriksaan Penunjang : - Kalium, khlorida, glukosa serum.


- Ureum, kreatinin serum.
- Hb dan Htc.
- Albumin, globulin serum.

5. Rujukan : -

6. Indikasi Rawat Inap : Konvulsi dan koma.


7. Pengobatan : Ada beberapa alternatif
1. Infus intravena larutan glukosa 5%
2. Infus intravena larutan NaCl 0,45 %
3. Pasien mampu minum berikan cairan peroral.

8. Penyulit : Konfulsi, koma.

9. Informed Consent : -

10. Tenaga Standar : Spesialis Penyakit Dalam.

11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu 2 - 3 hari tergantung penyakit yang


mendasarinya.

12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu 2 hari.

13. Hasil : Natrium serum berada dalam rentangan normal.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

47
43. HIPERTENSI

1. Nama Penyakit : Hipertensi

2. Definisi : Peninggian abnormal menetap Tekanan Darah (Sistole > 140


mmHg, Diastole ≥ 90 mmHg). (KRITERIA PERNEFRI 1995)

3. Kriteria Diagnosis : Anamnese: tanpa gejala dengan gejala: keterlibatan organ


tubuh
Pengukur Tekanan Darah:
- Dengan Sphygmomanometer di lengan kanan/kiri duduk
atau berbaring, sedikitnya setelah 5 menit istirahat.
- Dilakukan pengukuran sebanyak 2-3 kali – pemeriksaan
dengan interval 2-3 kali menit.
- Pencatatan tekanan darah diambil dari pemeriksaan ke 2
dan ke 3.
- Bila perlu dilakukan pengukuran tekanan darah sewaktu
berbaring (2-3 kali dengan interval 2-3 menit)
- TD Sistolik: Korotkoff I
- TD Diastolik: Korotkoff IV/V
Hipertensi Ringan: 140 - 159 mmHg/90-99mmHg.
Hipertensi Sedang : 160 – 179 mmHg/100–109mmHg.
Hipertensi Berat: ≥ 180 mmHg/110mmHg.
Pemeriksaan fisik:
(melihat keterlibatan target organ/adanya hipertensi
sekunder)
Kepala: Funduskopi:
KW I: Penyepitan a. retina ( ailed > 2/3 vena ) Dijumpai
adanya Flame shape pada retina
KW II: Crossing phenomena antara arteri dan vena
KW III: Bercak – bercak eksudat
KW IV: Perdarahan, papil udema
Leher: TVJ , kelenjar tiroid
Toraks: batas jantung, ronki basah pada basis paru
Abdomen: hepatomegali, asites, ballotement ginjal
Ekstremitas: udem , kelemahan otot
Laboratorium: Darah rutin/urin rutin

4. Diagnosa Banding : -

5. Pemeriksaan Penunjang : EKG, X-Ray Thorax


Profil lemak, KGD, Urem/kreatinin (hanya bila urinalisa
abnormal)
6. Konsultasi : - Spesialis Mata
- Neurologi

7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap pada hipertensi berat, krisis (gawat/mendesak)
atau dengan komplikasi.

8. Terapi : Hipertensi ringan: Non farmakologi.


Bila setelah 3-6 bulan tak memadai diberi terapi farmakologi.

48
Hipertensi berat dan sedang: Non farmakotogi dan
farmakologi
1. Non farmakotogi:
- Turunkan Berat badan
- Olah raga teratur
- Diet rendah Garam
- Hindari stress, atkohol , rokok dan hiperlipidemia.
2. Farmakologi
Hipertensi sekunder: mendahulukan pengobatan kausal
Obat-obatan:
1. Diuretik
2. Obat dengan aksi sentral: klonidin , guanefensin
3. Vasodilator: hidralazin
4. Penghambat adrenergik: atfa, beta , alfa + beta.
5. Penghambat ACE
6. Antagonis kalsium
Titrasi dosis terapi farmakologi ditakukan setelah 2 minggu
.
Bila terapi optimal telah diperoleh: kontrol 1 – 3 bulan
Hipertensi berat, bila tidak krisis, rawat jalan. Diberi obat
dengan aksi farmakologi yang cepat: kfonidin, beta
bloker , kalsium antagonis, ACE-1

9. Penyulit : -

10.Informed Concent : -

11.Lama Perawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : Terkontrol

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

44. HIPOGLIKEMIA

1. Nama Penyakit : Hipoglikemia

2. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis:


Palpitasio kordis (jantung berdebar), berkeringat, rasa lapar,
lemah, penglihatan kabur, koma.
Kadar glikosa plasma < 55 mg/dl.

3. Diagnosa Banding : - Krisis hiperglikemia nonketotik: KGD > 600 mg/dl.


- Krisis ketoasidosis diabetik: KGD > 350 mgldl, badan keton
darah 4+

4. Pemeriksaan Penunjang : - Pemeriksaan urine


- EKG.

49
5. Rujukan : -

6. lndikasi Rawat lnap : Krisis/koma hipoglikemia.

7. Pengobatan : - Glukosum 40 % 40 ml bolus.


- Infus intravena dekstrose 10%

8. Penyulit : Brain syndrome.

9. lnformed Concent : -

10. Tenaga Standar : Spesialis Penyakit dalam.

11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu sekitar 1 hari bergantung pada penyebab
hipoglikemia.

12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu Iebih kurang 1 hari.

13. Hasil : Dicapai dengan kadar glukosa darah dalam batas normal.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

45. HIPONATREMIA

1. Nama Penyakit : Hiponatremia

2. Kriteria Diagnosa : Gejala klinis:


- Nausea, muntah, anoreksia, hilang indera rasa, banyak
ludah.
- Sakit kepala, cemas.
- Disorientasi.
- Kejang sampai koma.
Laboratorium:
- Na serum menurun.
- Osmolalitas serum menurun.
- Hematokriet menurun.

3. Diagnosa Banding : 1. Hiperkalsenia: Kalsium serum meninggi.


2. Tirotoksikosis: Hipermetabolik, gondok.
3. Hipokalemia : Kalium serum menurun.
4. Pseudohiponatremia didapat pada hiperglikemia,
hiperproteinemia, hiperlipidemia.

4. Pemeriksaan Penunjang : - Kalsium serum


- T3 dan T4 serum
- K. CI serum.
- Kadar gula darah
- Albumin dan globulin serum
- Lemak darah.

50
5. Rujukan : - Spesialis Jiwa
- Spesialis Saraf

6. lndikasi Rawat lnap : Efek terhadap sistem saraf pusat

7. Pengobatan : Pemberian larutan Na - Khlorida hipertonik 5%

8. Penyulit : Kejang - kejang

9. lnformed Concent : -

10. Tenaga Standar : Spesialis Penyakit dalam.


11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu sekitar 1 hari bergantung pada
penyebabnya.

12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu sekitar 1 hari

13. Hasil : Baik

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

46. INFARK MIOKARD AKUT (IMA) No. ICD 410

1. Nama Penyakit : lnfark Miokard Akut (IMA) No. ICD 410

2. Definisi : Nekrois miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu

3. Kriteria Diagnosis : Nyeri dada khas, lamanya 30 menit atau lebih. Perobahan
EKG: gelombang Q, Elevasi segmen ST, gel. T hiperakut.

4. Diagnosa Banding : Angina pektoris tidak stabil.


Disekans aorta.
Emboli paru.

5. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium:


Konfirmasi dengan enzim.
Ro. Foto thorax.
Pemantauan hemodinamik hanya selektif atas indikasi

6. Konsultasi : - Spesialis Penyakit Dalam


- Konsultan Kardiologi.
- Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

7. Perawatan Rumah Sakit : ICCU.

8. Terapi : Non Farmakologi Reassurance, tirah baring, oksigen.


Farmakologik:
- Trombolisis bila masih dalam masa 6 dan tersedia obat
sesuai protokol

51
- Aspirin.
- Beta blocker bila tidak ada indikasi kontra.
- Obat-obat perendam nyeri: Morfin/petidin.
- lsosorbid dinitrat oral atau intravena.
- Laksantia.

9. Penyulit : - Syok kardiogenik.


- Ruptur miokard.
- Payah Jantung.
- Disritmia atau block.
- Henti Jantung.

10. lnformed Consent : Perlu untuk tindakan invasif/pembedahan.

11. Lama Perawatan : bila tanpa penyulit 10 -14 hari, tergantung luasnya infark.

12. Masa Pemulihan : 2 – 3 bulan.

13. Output : Bila infark kecil cukup baik.


lnfark luas atau dengan penyulit, prognosis kurang baik.

14. P. A. : -
15. Otopsi/Risalah Rapat : -

47. INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

1. Nama Penyakit : lnfeksi Saluran Kemih (ISK)

2. Definisi : Berkembangnya mikroorganisme di dalam saluran kemih yang


ditunjukkan oleh bakteriuria bermakna, dengan atau tanpa
gejala ktinis.

3. Kriteria Diagnosis : Gejala dan tanda: Dapat tanpa gejala


Anamnese (Bakteriuria Asimptomatik)
Gejala yang Iazim:
ISK atas: Sakit pinggang/kolik ,demam (Pyelonefritis) tinggi,
menggigil, mual dan muntahserta hematuri
ISK bawah: polakisuria, disuria,dan nyeri daerah (cystitis,
urethritis) supra pubik dengan atau tanpa demam hematuria.
Pemeriksaan fisik: Demam, nyeri tekan/ketok sudut
kostorenal, nyeri pinggang, nyeri supra pubik.
Laboratorium:
Darah rutin: Leukositosis bisa ada/tidak
Urine rutin: Pyuria.5/Ipb, hematuria.3lpb)
Leukosituria
Protein uria ringan: trace sld ++atau< 2 grlhr.
Bakteri uria:
1. Urine aliran pertengahan/Mid Stream Urine (MSU)
- cuci duluh dengan air bersih
- buka labia/preputium
- miksi secara bebas : 113 awal dibiarkan terbuang, 1/3
tengah ditampung, 1/3 akhir dibuang

52
- Wadah/botol steril dengan mulut lebar (diemeter
minimal 2 cm ) bertutup
Kriteria:
≥ 10 000 kofoni/ml urine : Bakteriuria ber makna 10.000
-100.000 koloni /ml kofoni:
Ragu-ragu-ulang, bermakna bakteriuria 10.000 kolonia/ml
urine: Kontaminasi
2. Aspirasi Supra Pubik ( SPA/SPP ) Kultur : setiap ada
pertumbuhan kuman : bermakna
3. Bila kateter sudah terpasang ( indwelling catheter) ?
100.000 koloni/ml urine bermakna
Catatan: Dilarang mengambilan sampel untuk kultur urine
dengan menggunakan kateter.

4. Diagnosa Banding : -

5. Pemeriksaan Penunjang : Sangat sefektif: terutama pada infeksi berulang


1. USG:Melihat besar ginjal, permukaan ginjal, adanya
bendungan, massa, kista, batu.
2. BNO/IVP: Gambaran fungsi ekskresi, keadaan uter, dan
distorsi pelvicalyceal (hanya dilakukan bila fungsi ginjal
baik)

6. Konsultasi : Bedah urologi (koreksi terhadap penyulit)

7. Perawatan Rumah Sakit : Pada penderita dengan infeksi berat

8. Terapi : A. Bakteriuria simptomatik


1. Anti mikroba sesuai dengan test kepeka
2. Dalam keadaan klinis yang akut dilakukan:
a. Ambil sampel urin untuk kultur, kirimkan ke
laboratorium atau simpan di lemari pendingin 4°C
sebelum di kirim ke Lab
b. Berikan anti mikroba: amoksisillin, kotrimoksazole,
oral cephalosporin, Quinolone (Ciprofloksasin). Bila
tdk mungkin oral: parenteral amoksisillin inj,
cefalosporine qufnolone inj. Bila fungsi ginjal
terganggu berikan oral doksisik pefloxacine,
amoksisillin dosis sesuai. Bila tdk mungkin oral:
cefoperazone, Ceftriaxc Pefloxacine inj. Lama
pemberian antimikroba: 5-7 hari
B. Bakteriuria asimptomatik:
Tidak diobati kecuali hamil:
Pemilihan AB: Perlu diperhatikan perubah farmakodinamik
pada kehamilan dan e toksik pada janin.

9. Penyulit : Sepsi, Batu saluran kemih

10. Informed Consent : Bila diperlukan tindakan Bedah

11. Lama Perawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

53
13. Output : -

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

48. JANTUNG BAWAAN BIRU DENGAN SPELSIANOTIK TETRALOGI FALLOT (yang


terbanyak)
No. ICD 745.2

1. Nama Penyakit : Jantung Bawaan Biru Dengan Soelsianotik Tetralogi Fallot


(yang terbanyak) No. ICD 745.2

2. Definisi : Sekumpulan Malformasi struktur jantung atau pembuluh


darah besar yang telah ada sejak lahir.
Terdiri dari:
1. defek septum ventrikel.
2. obstruksi outflow ventrikel kanan.
3. aorta yang overriding.
4. hipertrofi ventrikel kanan.

3. Kriteria Diagnosis : Biru sejak lahir/beberapa bulan kemudian, biru bertambah


bila aktifitas.
Sering squating.
Jari tabuh.
Spel (serangan biru bertambah berat dan lama), dapat
disertai kejang.

4. Diagnosa Banding : Kelainan bawaan biru lain (Atresia trikuspidal, TGA).

5. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium: Analisa gas darah, Hb, Ht, Eritrosit.


EKG: RVH
Ekokardiografi: Anatomi
Kateterisasi jantung.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiologi.


Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah
Spesialis Anak Konsultasi Kardiologi.

7. Perawatan Rumah Sakit : Ruang rawat Kardiologi

8. Terapi : Non farmakologik: Knee chest position.


Farmakologik: Oksigen, morphin sulfat, propanolol, koreksi
dengan
Bic. Natricus bila asidosis.
9. Penyulit : Tromboemboli abses otak. Asidosis berat sampai henti
napas/syok.

10. lnformed consent : tidak diperlukan, kecuali bila tindakan invansif

11. Lama Perawatan : Beberapa hari bila tidak ada penyuiit.

54
12. Masa Pemulihan : Beberapa hari bila tidak ada penyulit.

13. Output : Jelek kecuali bila dioperasi

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

49. JANTUNG REMATIK NO. ICD 371- 398 yang terbanyak adalah:
STENOSIS MITRALIS (MS) NO. ICD 394.0.
REGURGITASI MITRALIS (MS) NO. ICD 394.1.
STENOSIS AORTA (AS) NO. ICD
REGURGITASI AORTA (AR) NO.ICD

1. Nama Penyakit : Jantung Rematik NO. ICD 371-398 yang terbanyak adalah:
STENOSIS MITRALIS (MS) NO. ICD 394.0.
REGURGITASI MITRALIS (MS) NO. ICD 394.1.
STENOSIS AORTA (AS) NO. ICD
REGURGITASI AORTA (AR) NO. ICD

2. Definisi : Sekuele Demam Rematik pada katup - katup jantung yang


dapat menyebabkan penebalan struktur katup (stenosis)
hingga pembukaan katup tidak sempurne saat sistolik (katup
Aorta & Pulmonal) dan saat diastolik (katup Mitral &
Trikuspidal) atau penutupan katup tidak sempurna
(regurgitasi) baik saat sistolik (Mitral & Trikuspidal) atau
diastolik (Aorta & Pulmonal) hingga terjadi refluks darah
melalui katup tersebut.

3. Kriteria Diagnosis : - Adanya bisisng jantung yang sesuai dengan letak lesi
katup.
- Riwayat reuma atau sedang mengalami reaktifasi reuma.
- EKG: Gambaran pembesaran 1 hipertrofi ruang jantung
dan kadang-kadang gangguan irama (disritmia).
- Ro Foto toraks: Pembesaran ruang-ruang jantung.

4. Diagnosa Banding : - Penyakit katup non rematik.


- Defek septum atrium (ASD) Atau Defek septum ventrikel
(VSD).

5. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium: ASTO, CRP, LED


Ekokardiografi
Katerisasi jantung (selektif)

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam


Konsultan Kardiologi.
Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.

7. Perawatan Rumah sakit : Ruang perawatan Kardiologi


lndikasi rawat antara lain:
- Bila ada komplikasi

55
- Eksaserbasi akut/reaktifasi reuma
- Untuk tindakan invasive/pembedahan.

8. Terapi : Non farmakologis: Reassurance, cukup istirahat.


Farmakologis:
Profilaksis SBE/Endokarditis.
Pengobatan penyulit payah jantung.
Pengobatan reuma/reaktifasi reuma dengan anti inflamsi
(aspirin atau steroid).

9. Penyulit : Payah jantung.

10. lnformed Consent : Tidak diperlukan, kecuali untuk tindakan invasif/pembedahan.

11. Lama Perawatan : Rata-rata 4 minggu untuk reuma/reaktifasi reuma.

12. Masa Pemulihan : 3 bulan.

13. Output : Sembuh parsial bila ada sekuele.


Jelek bila sudah ada payah jantung.
Cukup baik bila belum ada payah jantung dan dilakukan
pencegahan sekunder atau tindakan invasive/pembedahan
bila ada indikasi.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

50. KARSINOMA BRONKOGENIK

1. Nama Penyakit : Karsinoma Bronkonenik

2. Definisi : Tumor Ganas Paru primer, yang berasal dari saluran nafas.

3. Kriteria Diagnosis : Klinis terdiri dari:


- Gejala dari endobrokial: batuk dan batuk berdarah.
- Gejala dari obstruksi bronkus sesak, pneumoni.
- Gejala dari keterlibatan pleura: sesak, efusi pleura.
- Gejala dari struktur yang berdekatan: berupa jantung
(gangguan fungsionil, efusi perikarditis), esofagus
(disfagi).
- Gejala dari komplikasi keterlibatan mediatinum: berupa n.
frenikus (paraselparalise diagframa), n.rekuren (parase /
paralise cord vokalis). Vena kava superior (sindroma vena
kava superior).
- Gejala metastasis jauh: keotak, hati, tulang, adrenal.
- Gejala ekstra pulmoner non metastatik.
Neuromuskuler: Neuropatia Karsinomatosa.
Endokrin/Metabolik: S. Cushing, S. Carcinoid Hiponatremia,
Hiperparatiroid + Hiperkalsemia, sekresi insulin +
Hipoglikemia, Ginekosmatia, hiperpigmantasi.
Jaringan ikat/tulang: Hypertrophic osteo arthropathy.

56
- Gejala Sistemik: Anoreksia, berat badan menurun.
Fisis didapatui berat badan menurun, jari tubuh,
Iimfadenopati (leher, supraklavikuler, ketiak), Kardiovaskuler
(fibrilasiatrium, efusi perikardial), perut (Hepatosplenomegali).
Foto dada: bisa didapat Tumor yang sangat besar,
pneumonis, Kolaps paru, efusi pleura.
Histologis untuk menentukan jenis Tumor

4. Diagnosa Banding : Benda asing, Tuberkulosa, Jamur Paru, Hamartoma, penyakit


autoimun, Tumor Metastatik.

5. Pemeriksaan Penunjang : Foto Thoraks, Sitologi sputum, Bronkoskopi, Biopsi kelenjar


limfe, Biopsi paru perkutan, CT Scan, Bronkografi, bedah
eksploratif.

6. Konsultasi : Onkologis.

7. Perawatan Rumah Sakit : -


8. Terapi : Karsinoma Bronkogenik non Small Cell Type:
Bila Masih operabel: Operasi
Non Operabel: paliatif.
Small cell type: tidak dioperasi, oleh karena telah menyebar
saat didiagnosa.
Untuk keperluan evaluasi tidak dilakukan pentahapan NTM.
Tetapi dibagi atas:
- Limited disease: Tumor terbatas pada Hemitoraks dan
kelenjar ipsilateral.
- Extensive disease : Penyebaran tumor melampaui batas
limited disease.
Pemberian Kemoterapi pada:
Non Small cell (bila telah ada metastase).
a. FAM (4mg)
- Flouracil 300mg/M2, iv hari ke 1, 8, 15, 21.
- Adriamycin 40mg/M2, iv hari ke 1.
- Menthotrexate 15 mg/M2, iv hari 1,8,15 dan 21.
b. PV (4mg)
- Cisplatin 100 mglM2, iv hari 1
- Vinblastine 6mg/M2, iv hari 1, 15. Small cell: MVCA (3 -
4 MG)
- Methotrexate 50mg / M2 iv, hari 1
- Vincristine 1,4 mg/M2 iv, hari i
- Cyclospospamide 500mglM2 iv, hari 1
- Adriamycin 30mg 1 M2 iv, hari 1

9. Penyulit : -

10. Informed Consent : Diperlukan setiap melakukan tindakan invasif baik untuk
diagnostik maupun pengobatan.

11. Lama Perawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

57
13. Output : -

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

51. KERACUNAN HIDROKARBON

1. Nama Penyakit : Keracunan Hidrokarbon

2. Definisi : Kumpulan gejala klinis akibat terpapar bahan kimia


hidrokarbon (misalnya DDT, TDE, DFDT, Aldrin, Chlordane,
Eldrin, Dieldrin).

3. Kriteria Diagnosis : Ada riwayat pemaparan (terminum, terhirup, kontak dengan


kulit atau mata). Manifestasi pneumositis aspirasi (batuk,
perasaan tercekik, muntah, tanda-tanda bronkhopneumoni)
Manifestasi sistemik (kebingungan, vertigo, lesu, sinkop,
koma, henti nafas, aritmia jantung, gangguan fungsi hati dan
ginjal). Manifestasi kontak kuliUmata : iritasi, terbakar,
kerusakan kornea)

4. Diagnosa Banding : Tergantung bahan kimianya.

5. Pemeriksaan Penunjang : Analisa gas darah arteri (AGDA), elektrolit, ureum/kreatinin,


tes faal
hati, foto torak, EKG.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam, Kulit, Mata, THT


7. Perawatan Rumah Sakit : Untuk Penanganan komplikasi, Pemasangan selang
endotrakheal.

8. Terapi Kausal : Kumbah lambung bila tertelan kecuali kerosens. Bersih kulit.
Irigasi mata dengan larutan garam fisiologis bila terjadi
kontak.
Untuk kasus inhalasi, bebaskan jalan nafas dan beri oksigen.

9. Penyulit : Aspirasi pneumonia

10. lnformed Consent : Perlu.

11. Lama Perawatan : tergantung klinis.

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : Umumnya sembuh bila pertolongan segera

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : Perlu.

58
52. KERACUNAN MAKANAN (BOTULISMUS)

1. Nama Penyakit : Keracunan Makanan (Botulismus)

2. Definisi : Suatu bentuk keracunana yang spesifik akibat penyerapan


toksin botulin dari makanan yang tercemar Clostiridium
botulinum dan sering berakibat fatal.

3. Kriteria Diagnosi : Riwayat memakanan makanan yang tercemar Cl. botulinum


atau sporanya.
Manifestasi klinis :mual, muntah, mulut kering, nyeri
tenggorokan, vertigo, ptosis, disartria, konstipasi gejala
neurologik (diplopia, disfonia, disfagia kelelahan,
paralysisdesending) midrasis, kesadaran normal.
Masa inkubasi beberapa jam sampai 8 hari (umumnya 18-36
jam)

4. Diagnosa Banding : a. Miastenia gravis.


b. Sindroma Guillan Barre.
c. Poliomielitis Akut.
Sindroma Eaton – Lambert.

5. Pemeriksaan Penunjang : lndentifikasi toksin pada makanan yang dicurigai, dari sampel
muntahan, tinja dan darah.
Elektrolit, AGDA, analisis CSF.
EEG.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam. Spesialis THT.


Spesialis Penyakit Syaraf.

7. Perawatan Rumah Sakit : Harus.

8. Terapi : Langsung: intubasi trakhea, kalau gagal nafas dilakukan


ventilasi mekanis.
Katartik, enema.
Medikamen:
- Prokain penisilin 1,2 juta unit 12 jam
- Antitoksin: ABE Trivalen 1 vial/ 4 jam(minimal 4-5 kali
pemberian)

9. Penyulit : Gagal nafas.

10. lnformed Consent : Perlu.


11. Lama Rawatan : 7 hari.

12. Masa Pemulihan : 7 hari.

13. Output : Tergantung strain (bisa fatal). Sembuh dengan sekuele


neurologik.

14. P. A. : Tidak perlu.

15. Otopsi/Risalah Rapat : Perlu (kalau pasien meninggal).

59
53. KERACUNAN OPIAT

1. Nama Penyakit : Keracunan Opiat

2. Definisi : Kumpulan gejala klinis akibat intoksikasi obat yang kerjanya


menyerupai morfin.

3. Kriteria Diagnosis : Ringan: Perubahan Mood, euforia, mual, kadang - kadang


muntah, miosis, hipotensi, bradikardia, kelemahan otot.
Berat: Depressi pernafasan, vasodilatasi perifer, pupil, pin
point, udem paru, koma, bisa terjadi kematian mendadak.

4. Diagnosa Banding : Tergantung jenis obat.

5. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium rutin, elektrolit, AGDA.


Foto toraks.

6. Konsultasi : - Spesialis Penyakit Dalam.


- Spesialis Penyakit Jiwa.

7. Perawatan Rumah Sakit : Pemberian antidotum.


Penanggulangan komplikasi.

8. Terapi : Langsung:
Antidotum: Naloksan 0,4 mg IV.
Methadon 10 mg PO untuk gejala withdrawal, diulang tiap 4-8
jam, kemudian turunkan dosis setelah 24 jam. Clonididn 0,1
mg/hari (10-14 hari) bila terjadi keracunan Methadon.
Bebaskan jalan nafas, kalau perlu ventilasi mekanik, beri
oksigen.
Atasi koma, kejang hipotensi dan udem paru (bila terja).

9. Penyulit : Udem paru.

10. lnformed Consent : -

11. Lama Perawatan : Tergantung penyulit.

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : Tergantung penyulit.

14. P. A. : Tidak perlu

15. Otopsi/Risalah Rapat : Perlu.

54. KERACUNAN ORGANOPOSFAT

1. Nama Penyaki : Keracunan Organoposfat

60
2. Definisi : Kumpulan gejala klinis akibat terpapar bahan insektisida
organoposfat (suatu penghambat kolinesterase) baik pada
kulit maupun saluran makanan.

3. Kriteria Diagnosis : Terdapat riwayat pemaparan.


Gejala muncul sekitar 2 jam pemaparan.
Hiperhidrosis, hiperlakrimasi, muntah, diare, kelemahan otot,
kejang, gangguan kesadaran miosis, bronkhoreamengi.

4. Diagnosa Banding : Tergantung jenis bahan kimia

5. Pemeriksaan Penunjang : Sampel darah untuk pemeriksaan kadar kolinesterase


eritrosit/plasma.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.


Spesialis Penyakit Jiwa.

7. Perawatan Rumah Sakit : Harus, tindakan awal dilakukan di IGD

8. Terapi : Tindakan Umum:


- Tirah Baring, kumbah lambung, klisma tinggi.
- Oksigen 2-4 liter / menit.
- lnfus Ringer Laktat 40 tetes lmenit
- Monitor EKG dan Refleks pupil.
Tindakan Khusus:
- Pasien sadar:
Sulfas atropin 2 mg/ IV kemudian 0,5 mg/ 30 menit
sampai terjadi antropinisasi, dilanjutkan dengan 0,25 / 4
jam sampai 24 jam.
- Pasien tidak sadar:
Sulfas atropin 4 mg/IV dilanjutkan 2 mg/30 menit sampai
pasien sadar, kemudian 0,5 mg / 30 menit sampai
atropinisasi, selanjutnya 0, 251 4 jam sampai 24 jam.

9. Penyulit : Udem paru akibat:


- Gangguan aktivitas Pace Maker
- Gangguan konduksi atrioventrikular.

10. lnformed Consent : -

11. Lama Rawatan : 3 hari.

12. Masa Pemulihan : 1 hari.

13. Output : Umumnya sembuh.

14. P. A. : Tidak perlu

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

55. KRISIS KETOASIDOSIS DIABETIK

61
1. Nama Penyakit : Krisis Ketoasidosis Diabetik

2. Kriteria Diagnosis : - Gejala klinis: Dehidrasi dengan kulit dan mukosa kering,
mata cekung, pernafasan cepat sampai anuria, muntah,
otot-otot sakit, hipotensi dan takhikardia, stupor sampai
koma.
- Glukosa plasma biasanya > 350 mgldl, keton plasma
positif kuat (4+), pH darah dalam batas asidosis, pCO2
arteri menurun.

3. Diagnosa Banding : - Koma dan asidosis yang disebabkan infark serebri, trauma
kepala, meningitis, ensefalitis.
- Asidosis disebabkan seperti uremia atau keracunan.
- Ketosis alkoholik biasanya tidak disertai hiperglikemia.
- Hiperosmolar non ketotik glukosa plasma > 600 mg/dl.
- Hipoglikemia glukosa plasma < 55 mg/dl.

4. Pemeriksaan Penunjang : - Pemeriksaan urin: reduksi, keton.


- Pemeriksaan darah : elektrolit, bikarbonat serum.
- EKG
- Head Scanning.

5. Rujukan : - Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi).


- Spesialis saraf.

6. Indikasi Rawat Inap : Asidosis, dehidrasi, stupor sampai koma.

7. Pengobatan : - Memperbaiki volume cairan.


- Memperbaiki metabolisme dengan insulin.
- Memperbaiki gangguan elektrolit.
- Mencari faktor pencetus.

8. Penyulit : - Brain syndrome.


- infark miokard.

9. lnformed Consent : -

10. Tenaga Standar : Spesialis Penyakit Dalam.

11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu 1 hari bergantung pada faktor pencetus.

12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu lebih kurang 1 hari

13. Hasil : Dicapai dengan kadar glukosa darah dalam batas normal.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

56. KOLESISTITIS

1. Nama Penyakit : Kolesistitis

62
2. Definisi : Radang kandung empedu yang terjadi akut maupun kronis
sebagian besar disebabkan adanya sumbatan ductus cysticus
oieh batu dan 10% tanpa disertai batu.

3. Kriteria Diagnosis : Kholesistitis akut:


Gejala klinis bervariasi dari radang ringan sampai gangren
fulminan. nyeri tiba-tiba pada perut kanan atas terutama
malam hari yang menetap sampai 30-60 menit, dapat
dicetuskan oleh makan kenyang atau banyak lemak, dan
tekanan pada perut kanan atas, mual, muntah dan demam
ringan sampai tinggi, tanda Murphy (+).
Kholesistitis kronis:
Nyeri yang ringan dan menetap pada perut kanan atas,mual,
tanda Murphy (+).
Laboratorium:
Lekositosis ( Lekosit > 10.000/mm3).
USG Kolesistitis akut:
Penebalan berlapis dua dari dinding kandung empedu, batu
kandung empedu biasanya ditemukan, pembesaran kandung
empedu.
Perforasi
4. Diagnosa Banding : Kolesistitik akut:
Apendisitis akut, perforasi tukak peptik, pankreatitis akut,
Iskemi miokardial, pleuritis diafragmatika.
Kolesistitis kronis:
Intoferansi lemak, tukak lambung, hiatus hernia, dispepsi
fungsional.

5. Pengobatan : Kolesistektomi emergensi:


Konservatif pada kolesistitis akut ber-resiko tinggi untuk
operasi, (analgetik kuat), antipasmodik, serta antibiotika.
Kolesistektomi berencana dilakukan pada kolesistitis kronik.

6. Penyulit : Empiema kandung empedu, Gangren, kandung empedu,


Perforasi kandung empedu, Fistel biliar interna, Sepsis.

7. Koresultasi : Dokter Spesialis:


- Patologi Klinik.
- Radiologi.
- Patologi Anatomi.
- Bedah digestif.

8. Lama Rawatan : -

9. Output : -

10. lnformed Consent : Perlu kalau ada ERCP, Pembedahan.

11. P. A. : -

12. Otopsi/Risalah Rapat : -

63
57. KOLITIS ULSEROSA

1. Nama Penyakit : Kolitis Ulserosa

2. Definisi : Radang kronis non spesifik kolon dan rektum yang tidak
diketahui penyebabnya.

3. Kriteria Diagnosis : Diare dengan darah dan lendir, mungkin disertai dengan
kram-kram serta gejala infeksi seperti demam, nyeri abdomen
bagian bawah yang berderajad sedang, bersifat hilang timbul
sehingga kurang mendapat perhatian.

4. Diagnosa Banding : a. Tuberkulosis intestinal


b. Sigelosis
c. Kolitis kampilobakter
d. Kolitis hemoragika akut
e. Poliposis kolon famial
f. lnfeksi virus sitomegali
g. Penyakit Crohn

5. Pemeriksaan Penunjang : Sigmoidoskopi, pemeriksaan/biakan tinja, Barium enema,


Kolonoskopi.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah Sakit : Bila masih ringan dapat rawat jalan, bila keadaan sedang /
berat harus rawat inap.

8. Terapi : Serangan akut dan eksaserbasi:


Diit Tinggi kalori tinggi protein, tidak minum susu,
kortikosteroid, (prednison 60 mg pada pagi hari, dosis
diturunkan bila terkontrol).
Dapat juga dipakai metilprednisolon 40 mg. Sulfasalazin
dimulai dosis 3x 1-2 Gr/h secara oral sampai perbaikan khas
terlihat lalu diturunkan, dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan sampai pasien sembuh sama sekali.
Pengobatan simptomatik:
Dapat diberikan toperamide atau codein. Pada keadaan berat
mungkin memerlukan transfusi, pemberian elektrolitlsteroid
i.v.
Pengobatan rekurensi:
Sulfasalazin 3 x 1 Gr diberikan seterusnya:
Pencegahan terjadinya Karsinoma kolon:
Dilakukan pada penderita yang lebih dari 10 tahun, penyakit
luas dengan melakukan kolonoskopi tiap tahun & Biopsi
multipel.
Tindakan pembedahan:
Dilakukan pada megakolon, perforasi, karsinoma kolon.

9. Penyulit : Terlokalisir pada rektum dan kolon:


Mega kolon,Perforasi kofon,pendarahan masif, supurasi
peritoneal, karsinoma.

64
Jauh dari rektum dan kolon Artritis, Sakroileitis, Uveitis,
Perikolangitis, Kritamarnodosum, Pioderma gangrenosum.

10. Informed Consent : Diperlukan bila dilakukan endoskopi atau pembedahan.

11. Lama Perawatan : Tergantung kondisi penderita.

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : Kolitis ini tidak dapat diobati sampai tuntas.Tiap saat bisa
kambuh.

14. P. A. : Diperlukan pengevaluasian terjadinya keganasan.

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

58. KRISIS HIPERKALEMIA

1. Nama Penyakit : Krisis Hiperkalemia

2. Kriteria Diagnosis : Gejala Klinis:


- Weakness, lassitude, dan fatigue.
- Refleks tendon dalam menurun.
- Parestesia (kadar kalium 6,5-8,0 mEq/liter).
- Paralisa neuromuskular.
- Bradikardia, aritmia, cardiac arrest, cardiovascular collapse
(kadar kalium > 8,0 mEq/liter).
Laboratorium: Kalium serum.

3. Diagnosa Banding : - Manifestasi neuromuscular irritability dijumpai pada


hiperkalsemia dan hipokalsemia.
- Manifestasi kardiovascular dijumpai pada penyakit jantung
koroner dan kardiomiopati.

4. Pemeriksaan Penunjang : - serum elektrolit, glukosa, ureum, dan pH darah.


- EKG.

5. Rujukan : Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi, Nefrfilogi).

6. lndikasi Rawat Inap : Aritmia kordis.

7. Pengobatan : Perbaikan jantung karacunan hiperkalemia:


1 - 3 ampul 10% kalsium khlorida intravena selama 3-5
menit.
Pengobatan hiperkalemia ada tiga pilihan:
1. 1 ampul natrium bikarbonat (50mEq) dalam 5-10 menit.
2. Larutan glukosa 5 - 10 % 500-1000 ml infus intravena 1-2
jam. Bisa ditambahkan regular insulin (1 U per 3g glukos)
kedalam larutan infus atau dengan subkutan.
3. Terapi glukosa dan insulin bisa diberikan bersama-sama
dengan infus natrium bikarbonat.
Removal of Potassium.

65
1. Cation exchange resin.
2. Pritoneal dialysis atau hemodialysis.

8. Penyulit : Aritmia jantung.

9. Informed Consent : -

10. Tenaga Standar : Spesialis Penyakit Dalam.

11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu 3-7 hari.

12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu 7 hari.

13. Hasil : Penurunan kadar kalium.

14. P. A. : -

15. OtopsilRisalah Rapat : -

59. KRISIS HIPERKALSEMIA

1. Nama Penyakit : Krisis Hiperkalsemia

2. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis:


- Simptom gastrointestinal (anoreksia, nausea, muntah, dan
konstipasi, abdominal pain).
- Sirnpton ginjal (poliuria, polidipsia)
- Simptom neuromuskular.
- Simptom non spesifik (hidung, mata kering, letargi,
disfagia,berat badan, menurun, sakit belakang kepala
insomnia, denyut jantung ireguler, sakit sendi, mialgia).
- Keratopati, Hipertensi.
Laboratorium:
- Kalsium serum meninggi,
- Fosfor serum merendah, normai atau meninggi.
- EKG: QTc memendek.

3. Diagnosa Banding : - Pankreatitis akut.


- Ulkus peptikum.
- Hiperparatiroidi.
- Diabetes insipidus.

4. Pemeriksaan Penunjang : Fosfor serum.

5. Rujukan : Spesialis Penyakit Dalam. (Endokrinologi).

6. lndikasi Rawat Inap : Rasa sakit perut yang hebat.

7. Pengobatan : - Larutan salin isotonic.


- Furosemid intravena.
- Prednosin 40 mglhari.
- Larutan 0,1 M fosfat.

66
8. Penyulit : Sakit perut yang hebat.

9. lnformed Consent : -

10. Tenaga Standar : Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu sekitar 3 - 5 hari bergantung pada penyakit
dasar.

12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu sekitar 2 -3 hari .

13. Hasil : Memuaskan.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

60. KRISIS HIPOKALEMIA

1. Nama Penyakit : Krisis Hipokalemia

2. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis:


- Weakneas and lethargy (kalium serum < 3,5 mEq/liter).
- Anoreksia, mual, muntah, perut terasa penuh, ileus
(kalium serum < 2,5 mEq / Iiter).
- Gangguan kardiovaskular aritmia, dilatasi ventrikel kiri,
asistole.
- Paralisis dan koma.
Laboratorium:
Kalium serum < 3,5 mEqlliter.

3. Diagnosa Banding : - Penyakit gastrointestinal primer.


- Penyakit-penyakit metabolik.
- Penyakit kardiovaskular primer.

4. Pemeriksaan Penunjang : EKG.

5. Rujukan : - Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi).


- Dokter Spesialis Saraf.

6. lndikasi Rawat lnap : Aritmia kordis.

7. Pengobatan : Terapi penggantian kalium.

8. Penyulit : Aritmia kordis.

9. lnformed Consent : -

10. Tenaga Standar : Dokter Spesialis Penyakit Dalam.

11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu 3 - 5 hari bergantung pada penyakit yang
mendasarinya.

67
12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu 3 hari.

13. Hasil : Kalium serum dalam rentangan normaL

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

61. KRISIS HIPOKALSEMIA

1. Nama Penyakit : Krisis Hipokaisemia

2. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis:


- Tetani (Chovostek's sign, twitching pada sudut mulut,
Trousseau's sign, main d' accoucheur ). Spasme otot-otot
laring, kejang.
- Oedema papil.
- Halusinasi.
- Katarak.
- Kulit kering dan coarse.
Laboratorium:
- Kalsium rendah.
- fosfor serum bisa rendah, normal, tinggi bergantung pada
etiologi hipokalsemia.
- QTc memanjang.
- EEG --> voltase tinggi gelombang lambat (+).
- X-Ray tengkorak: Kalsifikasi basal gangglia.

3. Diagnosa Banding : - Respiratory acidosis.


- Pankreatitis akut
- Tetanus: Spasme mulai pada kepala dan leher.

4. Pemeriksaan Penunjang : - Fasfor serum.


- PTH serum.
- Clostridium tetani.

5. Rujukan : Spesialis Penyakit Dalam (Endokrinologi, penyakit infeksi).

6. Indikasi Rawat Inap : Spasme.

7. Pengobatan : - Calcium gluconate 10%


- Terapi pendukung bergantung pada penyakit dasar.

8. Penyulit : Spasme.

9. lnformed Consent : -

10. Tenaga Standar : Spesialis Penyakit Dalam.

11. Lama Rawatan : Dibutuhkan waktu sekitar 1-3 hari bergantung pada penyakit
dasar.

68
12. Masa Pemulihan : Dibutuhkan waktu sekitar 2 hari.

13. Hasil : Baik

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

62. PHEOKHROMOSITOMA

1. Nama Penyakit : Pheokhromositoma

2. Kriteria Diagnosis : Gejala Klinis:


Sakit kepala serang-serangan, berkeringat, palpitasi,
hipertensi.
Laboratorium:
Metanefrin urin/24 jam mininggi.

3. Diagnosa Banding : 1. Hipertensi esensial: Tekanan darah menetap.


2. Hipertiroidi: T3 dan T4 meninggi, struma (+).
3. Diabetes mellitus: kadar glukosa plasma meninggi.
4. Anxietas: Tekanan darah normal.

4. Pemeriksaan Penunjang : - Kadar glukosa plasma


- EKG
- T3, T4 dan TSH

5. Rujukan : - Spesialis Penyakit Dalam (Neprologi, Endokrinologi).


- Spesialis Jiwa.
- Spesialis Bedah.

6. lndikasi Rawat lnap : - Hipertensi maligna.


- Sakit kepala yang hebat.

7. Pengobatan : Eksisi tumor.

8. Penyulit : - Hipertensi maligna


- Sakit kepala yang hebat.

9. lnformed Consent : -

10.Tenaga Standar : Spesialis Penyakit Dalam.

11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu 7 hari, dilanjutkan tindakan bedah.

12. Masa Pemulihan : Lihat bagian bedah.

13. Hasil : Diharapkan kadar katekolamin (metanefrin urin) normal.

14. P. A. : Lihat bagian bedah.

69
15. Otopsi/Risalah Rapat : -

63. KRISIS TIROTOKSIK (HIPERTIROID STROM)

1. Nama Penyakit : Krisis Tirotoksik (Hipertiroid Strim)

2. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis:


Demam, hiperpireksia (37,7 - 41 C) takikardia >140 x/menit
atrial fibrilasi. Tremor, nause, muntah, diare, oedema paru,
agitasi, konvulsi, koma.
Laboratorium: T3 dan T4 meninggi.

3. Diagnosa Banding : - Infeksi, demam, kenaikan denyut jantung sesuai dengan


kenaikan tempratur, lekosit meninggi.
- Penyakit gastrointestinal, nausea, muntah dan diare tidak
spesifik.
- Gambaran tekanan darah mirip dengan
pheocoromocytoma: tidak ada gondok, sistolik dan
diastolik meninggi.
- Manifestasi neurologik dan psikiatri pada hipertiroidi bisa
dikacaukan dengan berbagai penyakit neuropsikiatri.

4. Pemeriksaan Penunjang : - TSH


- Lekosit, kultur urin dan darah.
- Foto x-ray dada dan leher.

5. Rujukan : - Spesialis Saraf


- Spesialis Jiwa
- Spesialis Penyakit Dalam
6. lndikasi Rawat lnap : - Demam, hiperpireksia
- Gangguan kesadaran

7. Pengobatan : - Menghentikan peningkatan sintesia dan sekresi T3 dan T4


- Menekan sinergisme iodotironin
- katekolamin pada target organ
- Mengobati penyakit pencetus
- Memperbaiki mekanisme pertahanan tubuh.

8. Penyulit : - Atrial fibrilasi, dekompensasi kordis.


- Koma
- Hiperpireksia
- Mual, muntah, dan diare.

9. Informed Consent : -

10. Tenaga Standart : Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu sekitar 14 hari.

12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu sekitar 7 hari.

70
13. Hasil : Menghilangkan tanda-tanda neuropsikiatri, gastrointestinal
kerja iiodotironin-katekolamin pada target organ.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

64. LEKEMIA GRANULOSITIK KRONIK (CGL)

1. Nama Penyakit : Lekemia Granulositik Kronik (CGL)

2. Definisi : Likemia granulositik kronik adalah kelainan mieloprotiferatif


yang kronik dan bersifat klonal, ditandai dengan lekositosis
yang terdiri dari sel-sel yang matang dan tidak matang.

3. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis: Anemia, malaise, lekas lelah, keringal malam
dan berat badan menurun, perdarahan.
Pemeriksaan fisik: Splenomegali yang masif.
Pemeriksaan Laboratorium: Hitung iekosit meningkat >
50.000 tml, shift to the ieft, blase sedikit, mielosit dan
granulosit yang lebih tua meningkat.
Sumsurn tulang: Hiperseluler, megakariosit dan
granulopoiesis meningkat.

4. Diagnosa Banding : Lekemia mieloblastik akut, reaksi lekemoid, lekemia


limfoblastik kronik.

5. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan sitokimia seperti PAS, Peroksidase, Sudan Black,


esterase
Pemeriksaan biokimia seperti LDH
Pemeriksaan kromosom philadelhia.
BMP

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam Hematologi

7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap bila ada penyulit.

8. Terapi : Komoterapi:
Busutphan atau Hydroxiurea peroral.
Allopurinol Radioterapi bila adanya splenomegali dengan rasa
nyeri.
9. Penyulit : Perdarahan, Infeksi, Splenomegali yang masif.

10. Lama Perawatan : Perawatan diperlukan bila ada penyulit.

11. Masa Pemulihan : Tidak dapat ditentukan.

12. Output : Pengobatan yang ingin dicapai adalah remisi.

13. P. A. : Sumsum tulang: Hiperseluler dengan mieloid yang dominan


dengan kematangan yang berbeda.
Bisa ditemui kromosom Ph.

71
14. Otopsi/Risalah Rapat : -

65. LEKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT

1. Nama Penyakit : Lekemia Limfoblastik Akut

2. Definisi : Lekemia limfoblastik akut adalah penyakit keganasan darah


yang ditandai dengan proliferasi abnormal sel-sel limfoblast
disumsum tulang (sel sel hemopoietik imatur) yang timbulnya
akut.

3. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis:


Anemia, perdarahan, demam, infeksi, nyeri tulang,
pembesaran kelenjar limfe, hepatosplenomegalia, sakit kepala
sampai kelumpuhan syaraf kranial.
Pemeriksaan fisik:
Perdarahan dibawah kulit, mukosa dan gejala perdarahan
intrakranial, kadang - kadang kejang.
Pemeriksaan Laboratorium:
Hitung lekosit meningkat dengan limfoblast > 30% pada
sumsum tulang.

4. Diagnosa Banding : Lekemia mieloblastik akut, reaksi lekemoid, mononukleosis


infeksiosa.

5. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan sitokimia seperti PAS, Peroksidase, Sudan Black,


esterase.
Pemeriksaan biokimia seperti Tdt, acid phosphatase, Petanda
imunologik seperti antigen cALL, antigen T, Smlg. BMP.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam Hematologi.

7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap saat pemberian kemoterapi dan bila timbul
penyulit.

8. Terapi : Kemoterapi:
Vinkristin, Asparaginase, Prednisoslon, Daunorubisisn,
Allopurinol dan Metotrexat secara intra tekal.
Radioterapi bila adanya lekemia pada SSP dan adanya massa
lekemia extra meduler.

9. Penyulit : Perdarahan intrakranial. Perdarahan gastrointestinal. lnfiltrasi


sel-sel lekemia ke SSP. lnfeksi.

10. Lama Perawatan : Perawatan diperlukan pada waktu pemberian kemoterapi dan
bila ada
penyulit.

11. Masa Pemulihan : Tidak dapat ditentukan.

12. Output : Pengobatan yang ingin dicapai adalah remisi.

72
13. P. A. : Sumsum tulang
Hiperseluler dengan blast yang dominan ebih dari 30 %.
14. Otopsi/Risalah Rapat : -

66. LEKEMIA MIELOBLASTIK AKUT

1. Nama Penyakit : Lekemia Mieloblastik Akut

2. Definisi : Lekemia mieloblastik akut adalah plorifelasi dari se-sel blast


seri nonlimfoid, sehingga didarah tepi dan/atau sumsum
tulang, sel-sel blast tersebut tebih dari 30%.

3. Kriteria Diagnosis : Gejala klinis:


Anemia, perdarahan, demam, spesis, limfadenopati,
hepatosplenomegali.
Pemeriksaan fisik:
Sama dengan gejala klinis.
Pemeriksaan Laboratorium:
Hitung lekosit meningkat dengan jumlah blast lebih dari 30 %
disumsum tulang.

4. Diagnosa Banding : Reaksi lekemoid, mononuk Ieosis krisis blastik dari GGL,
lekemia limfoid akut, sindroma mielodisplastik.

5. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan sitokimia seperti PAS, peroksidase, Sudan Black,


estrerase nonspesifik, Tdt dan sitogenetik.
BMP.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam Hematologi.

7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap untuk pemberian sitostatika dengan empat
perawatan yang khusus.

8. Terapi : Suportif:
Transfusi PRC dan trombosit. Kemoterapi dengan protokol
khusus untuk AML seperti Cytosine Arabinoside, daunorubisisn
atau Doxorubisisn dan Etoposid. Antibiotika yang poten untuk
bakteri gram negatif dan anti jamur, seperti vankomisin,
Piperasilin, ltrakanazol, Gentamisin. Untuk ini tersedia
protokol khusus.

9. Penyulit : Perdarahan, lnfeksi sampai sepsis, Infeksi jamur.

10. Lama Perawatan : Perawatan diperlukan pada saat pemberian kemoterapi dan
bila timbul penyulit.

11. Masa Pemulihan : Tidak dapat ditentukan.

12. Output : Hasil pengobatan yang ingin dicapai adalah remisi.

13. P. A. : Sumsum tulang:

73
Ditemui sel-sei blast > 30°k, seri eritrosit dan trombosit
tertekan.

14. Otopsi/Risalah Rapat : -

67. LEPTOSPIROSIS (PENYAKIT WEIL)

1. Nama Penyakit : Leptospirosis (Penyakit Weil)

2. Definisi : Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme


berbentuk spiral dan bergerak aktif, dinamakan Leptospira
icterohemorrhagiae, menimbulkan gejala leptospirosis yang
berat.

3. Kriteria Diagnosis : Riwayat kontak dengan hewan reservoir atau berada pada air
tergenang. Manifestasi klinis: mialgia berat, demam kontinua,
conjuctival injection, ikterus, anemia, uremia, gangguan
kesadaran, kadang-kadang disertai perdarahan (epistaksis,
hemoptisis, hematemesis/ melena, perdarahan adrenal,
pneumonitis hemorhagik)

4. Diagnosa Banding : a. Influensa sporadik.


b. Meningitis Aseptik Viral.
c. Penyakit - penyakit dengan ikterus.
d. D. H. F.

5. Pemeriksaan Penunjang : Darah lengkap, urin rutin, faal hati, faal ginjal, bakteriologis
(pemeriksaan darah/ urine secara mikroskopik lapangan
gelap, biakan leptospira inokulasi pada hewan), pemeriksaan
serologis (reaksi aglutinasi, spesifitas genus)

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah Sakit : Perlu.

8. Terapi : a. Langsung.
- Penisilin G 4 x 1,6 juta unit/ hari selama 7 hari.
- Obat alternatif:
- Doksisiklin 2 x 100 mg/hari selama 7 hari
- tetrasiklin 500 mg diikuti 250 mg18 pada 24 jam
pertama, dilanjutkan dengan 4 x 500 mg/hari
selama 10 hari
- Eritromisin 500 mg diikuti 4 x 250 mg / hari selama
10 hari.
- Sefalosporin generasi ketiga, Quinolon.
b. Suportif.

9. Penyulit : Nekrosis Tubular Akut.

10.lnformed Consent : Tidak perlu.

11.Lama Rawatan : 10 hari.

74
12.Masa Pemulihan : 3 hari

13. Output : Tergantung keadaan umum saat masuk Umumnya sembuh.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

68. LIMFOMA NON-HODGKIN (NHL)

1. Nama Penyakit : Limfoma Non-Hodgkin (NHL)

2. Definisi : Limfoma Non - Hodgkin adalah suatu keadaan proliferasi yang


abnormal dari system limfoid dan struktur pembentukannya
yang terutama
menyerang kelenjar getah bening.

3. Kriteria Diagnosis : Gejala Klinis:


Anemia, purpura, infeksi, demam, keringat malam, berat
badan menurun
Pemeriksaan fisisk: Hepatosplenomegali, pembesaran nodus
retroperitoneal atau mesenterik dan gastrointestinal, kulit,
otak, testis, tiroid, kelenjar orofaring (cincin Waldeyer),
kelenjar limf leher.
Pemeriksaan Laboratorium: Anemia normokromik normositik,
hitung lekosit menurun (netropenia), eosinofilia, limfosit bisa
meningkat. Sumsum tulang infiltrasi sel-sel ganas.
4. Diagnosa Banding : Limfadenitis tuberkulosa, metastase karsinoma, lekemia,
mononukleousus infeksiosa.

5. Pemeriksaan Penunjang : Pemriksaan limfografi CT Scan


Arteriografi, Biopsi jaringan limfoid.
Pemeriksaan biokimia seperti: LDH, fungsi hati, fungsi ginjal B
M P.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam Hematologi.

7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap pada waktu pemeberian kemoterapi dan bial ada
penyulit. Sebagian besar penderita dapat berobat jalan pada
waktu pemberian kemoterapi.

8. Terapi : LNH derajat rendah tidak perlu diterapi Kemoterapi:


Siklofosfamid, Onkovin.
Prednison (COP). Allopurino Radioterapi bila penyakit
terlokalisasi. mediastinal, SSP.

9. Penyulit : lnfeksi sampai sepsies. Penekanan organ vital misal


dimediastinum.

10. Lama Perawatan : Perawatan diperlukan bila ada penyulit.

75
11. Masa Pemulihan : Tidak dapat ditentukan.

12. Output : Pengobatan yang ingin dicapai adalah remisi sempurna.

13. P. A. : Biopsi getah bening untuk menetukan klasifikasi.

14. Otopsi/Risalah Rapat : Untuk menentukan staging

69. LUPUS ERIMASTOSUS SISTEMIK

1. Nama Penyakit : Lupus Erimastosus Sistemik

2. Definisi : Penyakit radang multisistim yang penyebabnya belum


diketahui dengan perjalanan penyakit yang semakin akut dan
fulminan kronik, dengan remisis dan eksaserbasi disertai oleh
terdapatnya bermacam - macam otoantibodi.

3. Kriteria Diagnosis : Sesuai kriteria ARA 1982.

4. Diagnosa Banding : a. Artritis reumatoid.


b. Endokarditis bakterial sub-akut.
c. Septikemia.
d. Reaksi terhadap obat.
e. Limfoma.
f. Leukemi.
g. T. T. P.
h. Sarkoidosis.
i. Lues.
j. Sepsis bakterial.

5. Pemeriksan Penunjang : Laboratorium:


Anemi, Leukopeni, Trombositopeni, Limfopeni Sel LE Positif.
Antibodi antikuneklear positif.

6. Konsultasi : -

7. Perawatan Rumah Sakit : -

8. Terapi : Penjelasan mengenai penyakitnya.


Hindarkan kontak dengan sinar matahari atau dengan sinar
ultraviolet.
Obat-obat simptomatik: Salisilat, lndometasin 3 x 25mg/h.
NSAID
Obat antimalaria: Klorokuin atau hidroksi - klorokuin 200 -
500 mg/h.
lmunosupresif: Azatioprin 3-4 mg/KgBB/h Siklofosfamid 100-
150 mg/h.

9. Penyulit : Komplikasi pada ginjal dan susunan syaraf pusat.

10. lnformed Consent : -

76
11. Lama Perawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : -

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah rapat : -

70. MALARlA

1. Nama Penyakit : Malaria

2. Definisi : Penyakit infeksi yang disebabkan sporozoa genus plasmodium


ditandai dengan serangan demam paroksismal dan periodik
disertai anemi, pembesaran limpa dan kadang-kadang
penyulit lainnya.

3. Kriteria Diagnosis : Riwayat pemaparan di daerah endemik malaria, serangan


menggigil diikuti demam dan berkeringat banyak yang bersifat
periodik, splenomegali.
Laboratorium: Terhadap plasmodium pada pemeriksaan darah
tepi.

4. Diagnosa Banding : a. Influensa.


b. I. S. K.
c. Demam tifoid.
d. Hepatitis.
e. Demam Dengue.
f. Abses hati amuba.
g. Leptospirosis.

5. Pemeriksaan Penunjang : Darah/Urine lengkap, hapusan darah tebal/tipis, Faal hati.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam.

7. Perawatan Rumah Sakit : Bila terjadi resistensi antimalaria.

8. Terapi kausal : Bergantung pada jenis plasmodium, beratnya penyakit, dan


resistensi terhadap obat, Lengkapnya dapat dilihat pada
lampiran malaria.

9. Penyulit : Khususnya pada Malaria Falsifarum:


Malaria serebral.
Shock Lung Syndrome.
Gagal ginjal akut.
Hemolisis akut.
Kelainan Gastrointestinal.
Hipoglikemia.
Asidosis Metabolik.
Gagal Nafas.

77
Malaria Algida.
10. Informed Consent : Tak perlu

11. Lama Rawatan : 7 hari

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : Sering kambuh kembali

14. P. A. : Tidak perlu.

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

PLASMODIUM KLINIS OBAT PILIHAN OBAT ALTERNATIF


FALSIPARUM: Berat Kuinin dihidrokforida 20 Kuinin dihidroklorida 20
Terpapar di daerah mg /kgBB dalam 220 NaCI mg /kgBB dalam 200 NaCl
Resisten Klorokin 0,9% diinfus selama 4 jam 0,9% diinfuskan selama 4
Atau: diikuti 10mg/kgBB tiap 8-12 jam diikuti 10 mg/kgBB
lnfeksi diketahui jam + Pyrimetamin- setiap 8-12 jam + Tetrasiklin
Resisten Ktorokin suifadoksin 3 tablet dosis 4 x 500 mg selama 7 hari.
tunggal. Atau:
Atau: Kuinidin glukonat 10-15
Kuinidin glukonat 10-15 mg /KgBB dalam 500 ml
mg /kg BB dalam 500 ml NaCI + glukosa isotonik
NaCI + glukosa isotonik selama 2 jam, diikuti 1-1,5
selama 2 jam, diikuti 1-1,5 mg/kgBB /jam selama
mg/kgBB /jam selama maksimal 72 jam +
maksimal 72 jam + Tetrasiklin 4x500 mg selama
Pyrimetamin-sulfadoksin 3 7 hari.
tablet dosis tunggal. Atau:
Meflokin 750-1250 mg dosis
Tidak berat tunggal.
Kuinin sulfat 3 x 650 mg Kuinin sulfet 3x 650 mg
selama 3 - 7 hari + selarna 3-7 hari + Tetrasiki
pyrimetamin-sutfadoksin 4x500 mgl
Atau: Atau:
Kuinidin sulfat 3x650 selama Kuinidin sulfet 3x650 mg
7 hari + pyrirnetamin- Selama 3-7 hari + Tefresiklin
sulfedoksin 3 tablet dosis 4x 500 mg salama 7 hari.
tunggal Atau: Meflokin 750 -1250 mg
Dosis tunggal
FALSIPARUM Berat Kuinin dihidrokforida 20 mg/ Klorokuin dihidrokbrida 300
Terpapar di daerah kgBB dalam 200 ml NaCI mg tiap 8-12 jam IM diikuti
Yang tak diketahui 0,9% diinfuskan selama 4 (kalau sudah bias minum):
Resisten Klorokin jam diikuti 10 mg/kgBB Klorokuin pos€at/diposfat
setiap 8-12 jam 600 mg diikuti 300 mg pada
Diikuti: jam ke 6, 24 & 48.
Klorokuin posfat/diposfat 600 Atau:
mg diikuti 300 mg jam ke 6, Klorokuin dihidroklorida 10
24 & 48 mg/kgBB dilarutkan dalam
Atau: 500ml NaCI 0,9% diberikan
Kuinidin glukonat 10-15 selama 8 jam
mg /kgBB + glukosa isotonik Diikuti:

78
selama 2 jam, diikuti 1-1,5 Klorokuin posfat/diposfat
mg/kgBB/jam selama NaCL 0,9% diberikan dalam
maksimal 72 jam 8 jam, diulang 3 kali
Diikuti: Diikuti:
Klorokuin posfat/diposfat 600 Klorokuin posfat/diposfat 600
mg diikuti 300 mg pada jam mg diikuti 300 mg pada jam
ke 6, 24 & 48. ke 6, 24 & 48.
Tidak berat Klorokuin posfat/diposfat 600 Amodiekuin600 mg (inisial)
mg diikuti 300 mg pada jam Diikuti: 300-400 mg pada
ke 6, 24 & 48. jam ke 24 dan 48.
FALSIPARUM Berat Kinin dihidroklorida 20 mg/ Kinin dihklrokiorida 20 mg/
Terpapar di daerah KgBB per drip selama 4 jam. KgBB per drip selama 4 jam.
Yang diketahui Diikuti 10 mg/kg BB setiap 8- Diikuti 10 mg/kgBB setiap 8-
resisten Klorokuin dan 12 jam + Tetrasikilin 4 x 500 12 jam + Meflokin 750-1250
Pyrimetamin- mg selama 7 hari. mg dosis tunggal.
Sulfadoksin atau Atau: Atau:
infeksi diketahui Kinidin glukonat 10-15 mg/ Kinidin glukonat 10-15 mg/
resisten Klorokuin dan KgBB dalam 500 ml NaCI + KgBB dalam 500 ml NaCI +
Pyrimetamin- glukosa isotonik selama 2 glukosa isotonik selama 2
Sulfadoksin atau jamdiikuti 1-1.5 mg/kgBB/ jam, diikuti 1-1,5 mg/kgBB
daerah pemaparan tak jam selama maksimal 72 jam selama maksimal 72 jam +
diketahui + Tetrasiklin 4 x 500 mg Meflokin 750-1250 mg
selama 7 hari dosis tunggal
Tidak Berat Kinin sulfat 3 x 650 mg Meftokin 750-1250 mg Dosis
selama 3-7 hari + Tetrasiklin tunggal
4 x 500 mg selama 7 hari.
Atau:
Kinindin sulfat 3 x 650 mg
selama 3-7 hari + Tetrasikiin
4 x 500 mg selama 7 hari.
MALARIA Kiorokin posfat/diposfat 600 Amodiakuin 600 mg(inisilin)
mg diikuti 300 mg pada jam diikuti 300-400 mgpada jam
ke 6, 24 & 48. ke 24 dan 48.
VIVAX & OVALE Klorokin posfat/diposfat 600 Amodiakuin 600 mg (inisilin)
mg diikuti 300 mg pada jam Diikuti:
ke 8, 24 & 48. 300-400 mg pada jam ke 24
Diikuti: dan 48.
Primakuin 1 x 15 mg PO Primakuin 1x15 mg PO
selama 14 hari Selama 14 hari
TAK DIKETAHUI = FALSIPARUM = FALSIPARUM
INFEKSI CAMPURAN = FALSIPARUM DIIKUTI = FALSIPARUM DIIKUTI
SPESIES LAIN SPESIES YANG LAIN

71. MIKOSIS PARU

1. Nama Penyakit : Mikosis Paru

2. Difinisi : Adalah penyakit paru baik berupa infeksi maupun kelainan


imunologi yang disebabkan oleh jamur patogen dan jarmur
opurtunis.

3. Diagnosa Banding : Tuberculosa paru, Tumor paru, Pneumonia

79
4. Kriteria Diagnosa : Klinis: sangat bervariasi mulai tanpa gejala sampai yang
paling berat.
Gejala utama yang sering adalah batuk-batuk kronis dengan
dahak kadang-kadang sesak nafas, batuk darah, sabt dada,
demam. Dijumpai jamur dari kuftur (dahak, bilasan bronkus,
darah)

5. Pemeriksaan Penunjang : Biopsi jaringan, test kulit dan reaksi serologis, pemeriksaan
radiologis sangat bervariasi, gambaran khas berupa
aspergilosis paru (fungus ball) berupa bayangan bulat atau
oval yang dikelilingi oleh bayangan udara.

6. Konsultasi : Ahli mikrobiologi klinik.

7. Perawatan Rumah sakit : Bila dijumpai tanda-tanda sistemik berupa demam tinggi,
limfadenopati, hepatosplenomegali, pansitopenia dan
terlibatnya organ - organ lain.

8. Terapi : Ringan:
Pilihan utama Flukonasol dan bila tidak berhasil ltrakonasol.
Berat (Sistemik): Terapi awal dengan Amphoterisin B
kemudian deteruskan dengan Flukonasol atau ltrakonasol.
Khusus terhadap Aspergillosis Bronkopulmoner Alergik dan
Kandidiosis Bronkopufmoner Alergik diberikan.
Kortiko steroid 0,5 mg/kgBB/hari seiama 1 bulan kemudian
dilanjutkan lagi beberapa bulan berikutnya.
Aspergilloma paru tidak memerlukan pengobatan, tetapi bila
timbul batuk darah hebat dengan fungsi cadangan paru cukup
memadai dilakukan reaksi paru. Untuk Nokardiosis diberikan
preparat Sulfa.

9. Penyulitan : Batuk darah masif, empiema, osteomiolitis iga.

10. lnformed Consent : Bila diperlukan pemeriksaan bronkoskopi & biopsi paru.

11. Lama Perawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : -

14. P. A. : Diperlukan setelah biopsi paru.

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

72. NEFROPATI OBSTRUKTIF

1. Nama Penyakit : Nefropati Obstruktif

2. Definisi : Obstruktif saluran kemih, kiri danlatau kanan baik total


maupun partial oleh sesuatu penyebab. Penyebab dapat oleh

80
batu, striktur, tumor ataupun debris. Lokasi dapat di dalam
kandung kemih, ureter distal, pertengahan ureter, ureter
proksimal, pyelum ataupun calyces.

3. Kriteria Diagnosis : Anamnese:


- Kolik, nyeri, pinggang kananlkiri
- miksi: polakisuri, dysuri
- urine: poliuri/normo/oliguri, hematuri, pyuri, chyluri.
Pemeriksaan fisik:
- Tekanan darah meningkat/Normal
- sebab/oedema
- flank: ballotement
- Nyeri sudut kostorenal
Laboratorium:
- Darah: lekositosis/normal
- Urine proteinuria (± s/d ++)
- Urem/kreatinin, kreatinin klirens meningkat/normal
- biakan kuman.

4. Diagnosa Banding : -

5. Pemeriksaan Penunjang : X-Ray:


- Opacity di ginjal/diatur urine
- ukuran ginjal, pelvis calyces
- keutuhan ureter sampai ke v. urinari.
IVP tidak dilakukan bila ureum darah > 100mg% dan/atau
kreatinin > 3,5 mg%. Pecahan tidak menggunakan Mg SO4
USG:
- Ukuran ginjal
- Dilatasi sistim pelvi calyces
- Material sonodens dengan bayangan akustik
- Densitas korteks, ratio korteks/medulla

6. Konsultasi : Bedah Urologi

7. Perawatan Rumah Sakit : Nyeri berkelanjutan, Evaluasi fungsi ginjal

8. Terapi : Umum:
- Atasi rasa nyeri: Analgetik, NSAIDs, Muscles relaxant
- Balans cairan dan elektrolit
Khusus: lnfeksi: Antibiotik yang sesuai

9. Penyulit : -

10. Informed Consent : Bila diperlukan Tindakan Bedah

11. Lama Perawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : -

14. P. A. : -

81
15. Otopsi/Risalah Rapat : -

73. OSTEOARTROSIS

1. Nama Penyakit : Osteoartrosis

2. Definisi : Penyakit sendi degeneratif yang mengenai tulang rawan,


mengakibatkan tulang rawan jadi rapuh tidak kenyal dan
menipis.

3. Kriteria Diagnosis : Manifestasi klinis yang khas.


Terdapat krepitasi.
Gambaran radiologik yang khas.

4. Diagnosa Banding : a. Artritis reumatod.


b. Artritis gout.
c. Demam rematik.

5. Pemeriksaan Penunjang : SinarX:


Celah sendi menyempit asimetris
Osteofit, Spur, Nodulus, dan deformitas

6. Konsultasi : Pada tahap lanjut:


Dokter Bedah Ortopedik.

7. Perawatan Rumah Sakit : -

8. Terapi : - Mencegah bertambahnya kerusakan tulang rawan


- Mengatasi/menghilangkan nyeri
- Mempertahankan ruang lingkup gerak sendi
- lstirahatakan sendi yang sakit
- Fisioterapi
- Alat bantu (tongkat dsb)
Obat: Analgetika/antiinflamasi:
- NSAID
- Aspirin

9. Penyutit : - Dampak samping obat


- Deformitas
- Diasbilitas
10. lnformed Consent : -

11. Lama Perawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : -

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

82
74. PANKREATITIS

1. Nama Penyakit : Pankreatitis

2. Difinisi : Reaksi keradangan parenkim pankreas yang berjalan secara


akut (pankreatitis akut) ataupun kronis (pankreatitis kronis)
yang menimbul kan nekrosis dan perdarahan atau fibrosis dan
atrofi parenkim.
Penyebab pankreatitis akut:
Minum alkohol berlebihan, penyakit hati biliar, idiofatik.
Penyebab pankreatitis kronis:
Minum/kecanduan alkohol, malnutrisis, hiperparatiroidi,
herediter, kelainan ampula Vateri, kotedokolitiasis, batu
keganasan saluran pankreas, trauma.

3. Kriteria Diagnosis : Pankreatitis akut


Gejala klinis:
- Nyeri tiba-tiba pada perut tengah atas yang terus menerus
dan progresif.
- Mual dan muntah serta demam
- Teraba massa pada epigastrium yang nyeri tekan.
- Bising usus melemah sampai menghilang (ileus
pankreatitis).
Laboratorium:
- Lekositosis
- Lipase dan amilase meninggi > 3 x normal.
USG:
Gambaran khas:
Pembengkakan setempat atau difus dari pankreas dengan eko
parentim berkurang.
CT Scan: Gambaran khas.
Pankreatitis kronis klinis:
Nyeri berfluktuasi atau terus menerus pada perut bagian atas
yang akan bertambah bila minum alkhol, Diare dan steatore,
serta kurus.
Laboratorium:
Heperglikemi, Labil, cenderung menjadi hipoglikemi dengan
cepat.
USG:
Pankreas bisa membesar atau mengecil dengan hiperekoik
dengan kontour iregular, pelebaran saluran pankreas.
ERCP: Saluran pankreas iregular seperti manik manik.

4. Diagnosa Banding : Pankreatitis akut:


Kolik biliar, Kolesistitis akut, Perforasi tukak lambung, IMA,
aneurisma aorta yang pecah, ileus obstruktif, infark
mesenterium, kehamilan ektopik yang pecah, kolik ginjal.
Pankreatitis kronis:
Tukak peptik, IMA, Batu empedu.

5. Pengobatan : Pankreatitis akut:

83
Puasa 24 jam dengan NGT untuk aspirasi cairan lambung
terus menerus. NPE, Analgetika kuat, H2 Antagonist, antasid,
antibiotika, Pembedahan eksplorasi dan drainage.
Pankreatitis kronis:
Simptomatik, eksaserbasi akut: seperti pankreatitis akut. Stop
minum alkohol, diet tinggi protein/rendah lemak, substitusi
enzim pankreas, lnsulin bila ada DM, Reaksi parsil,
pankreatektomi sub total atau total.

6. Penyulit : Pankreatitis akut:


Pseudokista atau abses pankreas, penjalaran radang ke
sekitar.
Pembentukan fistel, ulkus duodeni, asites, sepsis, Koma DKA.
Pankreatitis Kronis:
Pseudokista, eksudat pleura, efusi perikard, kecanduan opiat.

7. Konsultasi : - Patologi klinik.


- Radiologi.
- Bedah saluran cerna.

8. Masa Perawatan : -

75. PAYAH JANTUNG (HEAR FAILUREIDECOMPENSATIO CORDIS) No. ICD 428


PAYAH JANTUNG KONGESTIF

1. Nama Penyakit : Payah Jantung (Hear Failure/Decompensatiocordis) No. ICD


428
Payah Jantung Kongestif

2. Difinisi : Keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan


darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi
badan untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada
keadaan tertentu, sedangkan tekanan pengisian kedalam
jantung masih tinggi.

3. Kriteria Diagnosis : Sesak:


Dyspnoe dsefort, paroxysmal noctumal dyspnoe, orthopnoe.
Takhikardia dan irama gallop.
Tanda - tanda bendungan:
- Rhonki basah basal diparu (payah jantung kiri).
- Peningkatan JVP, hepatomegali, edema pretibial (payah
jantung kanan).
Tanda perfusi perifer yang berkurang:
- Rasa lelah.
- Nadi kecil.
- Urin berkurang.

4. Diagnosa Banding : - Asma bronkial.


- Gagal ginjal.
- Sirosis hepatis.

5. Pemeriksaan Penunjang : Ro Foto thoraks:

84
Kardiomegali, tanda bendungan.
EKG:
Takhikardial, gangguan irama, LVH, RVH.
Laboratorium:
LFT, Fungsi ginjal, elektrolit, Hb, Ht. Ekokardiografi.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam Konsuttan Kardiologi.


Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.

7. Perawatan Rumah Sakit : Ruang rawatan kardiologi.

8. Terapi : Non farmakologis: Reassurance, istirahat atau tirah baring


setengah duduk, makan porsi kecil dan pembatasan cairan.
Farmakologis: Oksigen nasal, i.v. line, digitalis, diuretika. Bila
edema paru dapat dengan morfin. Vasodilator bila diperlukan.

9. Penyulit : - Kematian mendadak.


- lntoksikasi digitalis.
- Gangguan etektrolit, asam basa dan gas darah.
- Payah ginjal.

10. lnformed Consent : Tidak diperlukan, kecuali bila diperlukan tindakan invasif.

11. Lama Perawatan : Payah jantung ringaNsedang – 1 minggu.


Payah jantung berat – sampai dengan 1 bulan.

12. Masa Pemulihan : Tergantung penyebab dasar.


Untuk payah jantung ringan kira-kira 2 minggu.

13. Output : Tergantung penyebab dasar.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

76. PENYAKIT JANTUNG PARU (KOR PULMONALE) No ICD 416.9

1. Nama Penyakit : Penyakit Jantung Paru (Kor Pulmonale) No. ICD 416.9

2. Definisi : Keadaan Patologis dengan temukannya hipertrofi ventrikel


kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur
paru.

3. Kriteria Diagnosa : - Riwayat penyakit paru menahun (PPOM).


- Keluhan sesak dan bisa disertai tanda bendungan perifer.
- Tanda - tanda pembesaran jantung kanan (P.D, EKG, Ro).
- Tanda - tanda kelainan paru Emfisema, tanda - tanda
obstruktif.

4. Diagnosa Banding : - Kardiomiopati/payah jantung kiri.


- Perikarditis konstriktiva.
- Hipertensi pulmonal.

85
6. Pemeriksaan Penunjang : Laporatorium: Hb, Ht darah tepi lainnya, analisa gas darah.
Ekokardiografi: Tes faal paru.

6. Konsultasi : - Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiologi.


- Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.
- Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Pulmonologi.

7. Perawatan Rumah Sakit : Ruang rawat kardiologi.

8. Terapi : Non farmakologis:


lstirahat, hindari aktifitas fisik yang memberatkan, Fisioterapi.
Farmakologis:
Oksigen.
Terutama untuk penyakit dasar:
- Antibiotika untuk atasi infeksi.
- Mukolitik
- Bronkodilator.
Pengobatan payah jantung:
- Diuretika.
- Digitalis.
- Vasodilator pada kasus-kasus dengan hipertensi pulmonal.
- Antikoagulan bila ada emboli paru.
9. Penyulit : - Payah jantung
- Gagal nafas

10. lnformed Consent : Tidak diperlukan, kecuali ada tindakan invasif.

11. Lama Perawatan : Pada payah jantung 1-2 minggu.

12. Masa Pemulihan : Tidak bisa pulih.

13. Output : Dubia

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

77. PENYAKIT PARU OBSTRUKTIP KRONIK (PPOK) - BRONKITIS KRONIS DAN


EMFISEMA.

1. Nama Penyakit : Penyakit Paru Kronik (PPOK) – Bronkitis Kronis Dan Emfisema

2. Difinisi : Bronkitis Kronis: Batuk - batuk dengan sputum selama lebih


dari 3 bulan dalam setahun selama sekurang-kurangnya 2
tahun.
Emfisema: Dilatasi rongga udara yang letaknya distal dari
terminal bronchiole dan kerusakan dindingnya. Dalam stadium
lanjut Bronkitis Kronis (BK) dan emfisema (EF) menjadi 2
bentuk Pink Puffer dan Blue Bloater yang mempunyai
beberapa sifat yang sama dari bentuk itu.

86
3. Kriteria Diagnosi : 1. Gejala batuk dengan dahak dan pada stadium lanjut sesak
nafas waktu bekerja dan sesak malam hari.
2. Tanda-tanda fisik Emfisema:
Infeksi: Dada bentuk tong (Bralel chest), diameter AP
bertambah.
Palpasi: Frernitus suara melemah.
Perkusi: Hipersonor.
Auskoltasi: Suara pemafasan melemar
3. Pemeriksaan Faal Paru:
Bronkitis Kronis: VEP 1, VEP 1/KVP rendah.
Enfisema: TLC, RV/TLC meninggi (hiperinflation).
Transfer faktor (Tco) rendah.
4. Pink Puffer
- Kurus, sesak menonjol.
- Hiperinflation
- Analisa Gas Darah: Pa02 dan PaCo2 relatif normal.
5. Blue Bloater:
- Tidak begitu sesak
- Sentral sianose
- Oedem.
- Analisa Gas Darah: Pa02 rendah, PaCo2 tinggi.

4. Diagnosa Banding : - TB.


- Ca. Bronchus
- Bronkiectasis
- Asma Bronkial.

5. Pemeriksaan Penunjang : 1. Pemeriksaan Faal Paru:


Bentuk obstruktif: VEP 1, VEP 11 KVP rendah.
Hiperinflation: TLC, RV/TLC tinggi
Emfisema: Toc rendah.
2. Analisa Gas Darah:
Pink Puffer: Pa02 rendah/sedikit rendah. PaCO2 meninggi.
3. Foto toraks:
- Untuk menyingkirkan penyebab batuk yang lain.
- Hiperinflation:
- Diafragma rendah.
- Tanpa iga 11.
- Jantung kurus.
- Blue Boater:
- Jantung membesar
- Hilus melebar
- Conus Pulmonalis menonjol.
4. Pemeriksaan Bakteriologis:
- Pengecatan Gram sediaan hapus, lebih berguna untuk
konfirmasio.
- Kultur sputum:
- Bakteri yang biasa: S. pneumoniae, Saureus, H.
lnfluenzae.
- Bakteri yang jarang: Klebsiella pneumoniae, E. coli,
Proteus, Pseudomonas.

6. Konsultasi : - Anaestesia untuk pemasangan Ventilasi Mekanis.

87
- Bagian Rehabilitasi & Fisioterapi, untuk memperbaiki
kemampuan dan toleransi kerja dengan latihan pernafasan
dan postural drainase.

7. Perawatan Rumah Sakit : - Penderita dengan eksaserbasi infeksi yang berat.


- Penderita yang memerlukan ventilasi mekanis.
- Penderita dengan CPC (Blue - Blue Bloater).

8. Terapi : 1. Pengobatan Jangka Panjang.


A. Menghentikan merokok.
B. Menghindari polusi udara.
C. Pencegahan infeksi Ampicilin/Tetracycline 1 minggu
perbulan.
D. Pengobatan eksaserbasi akut dengan bakteri yang
biasa:
F. Terapi Oksigen Jangka Lama.
Tipe Blue Bloater:
Hipoksemia: Pa02 kurang dari 60 mmHg 02 2 UMenit.
E. Bronkolidator:
1. Ipatropium Bromide: 4 x 2 puff
2. Betab 2 Agonist:
Salbutamol, terbutalin Fenoterol 4 x 2 puff.
3. Theohyline/xanthine:
Tablet Long acting 300 - 900 mg/hari, 2 x 1 tab.
Pada eksaserbasi akut:
Aminophyline loading dose 5,6 mg/kgBB
maintenanse 0,5 mg/kgBBt jam.
Perhatian interaksi theopylyline dengan:
- Obat-obatan: cimetidine, erythromycine dan
ciprofloxacine.
- Keadaan: perokok, orang tua, penyakit jantung.
4. Kortikosteroid.
- Beclomethasone 4 x 2 puff.
- Prednisone 40 mg/hari selama 14 hari dan
selanjutnya tapering sampai dosis 0- 10 mglhari
atau dengan inhalasi.
Bila dalam 1 minggu tidak ada respon, hentikan.
G. Fisioterapi:
- Latihan pernafasan.
- Latihan batuk.
- Postural drainase
H. lnfluenzae, S. pneumonia, S. aureus dengan:
Ampicillin 4x500 mg/hari.
Amoxicilin 4x500 mg/hari.
Erythromycine 4 x 500 mg/hari.
Trymethoprim - cotrimoxazole 2 x 2 tablet
Cephalosporin.
2. Penatalaksanaan Eksaserbasi Akut
A. Faktor pencetus:
lnfeksi H. lnfluenza
S. Pneumoniae
Eksaserbasi Akut memperberat:
- Keadaan hipoksenia

88
- Hiperkapnia
- Asidosis
B. Terapi
Ampicillin 4x500 mglhari
Amoxcilin 4x500 mg/hari
Erythromycine 4x500 mg/hari
Trimethoprim - cotrimoxazole 2x2 tab
Cephalosporin parenteral, pasien RS.
C. Kontrol Oksigen Terapi:
Pemberian 02 2 U menit dengan nasal prong,
Ventimask, Edimburgmask.
D. Ventilasi Mekanis.

9. Penyulit : - Pneumothorax
- CPC.

10. Informed Concent : -

11. Lama Rawatan : 2 minggu

12. Masa Pemulihan : 1 minggu.

13. Output : Keadaan Penyakit kembali stabil.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

78. PERITONITIS BAKTERiAL SPONTAN

1. Nama Penyakit : Peritonitis Bakterial Spontan

2. Definisi : Peritonitis yang terjadi pada penyakit hati akut dan kronik
dimana tidak didapati sumber intraabdomen yang menularkan
seperti abses dan perforasi.
Terjadi pada 10 - 30 % pasien dengan asites yang berlama-
lama, yang dapat disebabkan (etiologinya) Escherechia coli,
pneumococcus, Klebsiella, atau anaerob (jararang).
Patogenesisnya multifaktorial seperti penurunan filtrasui
retikuloendotelial bakteri usus, penurunan aktifitas
antibakterial, cairan asites dengan rendahnya aktiofitas
opsonik.

3. Kriteria Diagnosis : Klinis:


Asimptomatik dan Simptomatik:
Simptomatik:
Pada pasien dengan asites klasik: demam menggigil, nyeri
perut dengan rebound, peristaltik menurun.
Analisa cairan asites:
Asimptomatik: sel > 1000/mm3, tipe granulositik atau sel >
1500 neutrofil/mm3.
Simptomatik: Sel > 250 Neutrofil/mm3.

89
4. Diagnosa Banding : a. Peritonitis TBC
b. Peritonitis Sekunder

5. Pemeriksaan Penunjang : - U S G.
- Analisa dan biakan cairan asites.

6. Konsultasi : -

7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap sesuai dengan sirosis dekompensata .

8. Terapi : Sefalosporin generasi 111 minimal 55 hari intravena atau


Amoksisilin - Asam klauvulanat.

9. Penyulit : Ensefalopati hepatik.

10. lnformed Concent : -

11. Lama Perawatan : 2 - 4 minggu.

12. Masa Pemulihan : 1 minggu

13. Output : Sirosis hati kompensata.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

79. PIELONEFRITIS AKUT (PNA) No. ICD 590.1

1. Nama Penyakit : Pielonefritis Akut (PNA) No. ICD 590.1

2. Kriteria Diagnosis : - Demam rnenggigil.


- Nyeri pinggang bagian atas, nyeri ketok.
- Disuri (nyeri pada saat berkemih).
- Didapat bakteri dalam urin (kultur urun porsi tengah >
100.000 koloni/ml urin, atau dengan aspirasi suprapubik
terdapat bakteri berapapun jumlahnya).

3. Diagnosa Banding : -

4. Pemeriksaan Penunjang : - Urinalisis: Leukosit > 5/LPB, silinder leukosit.


- BNO.
- USG:
Terdapat faktor predisposisi (batu kelainan) dilakukan
terutama pada pria saja.
Pada wanita hanya apabila infeksi berulang-ulang atau
terdapat PNA.

5. Konsultasi : Spesialis Bedahl Urologi apabila ada batu/kelainan bedah.

6. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap segera, pada PNA atau yang mempunyai gejala

90
sistemik atau pada yang berkomplikasi (dengan faktor
predisposisi).

7. Terapi : Tanpa Komplikasi 5- 7 hari:


- Ampisilin 4 x 500 mg, Amoksilin 3x500 mg.
- Nitrofurantoin 4x50 - 100 mg
- Trimetoprim - Sulfametoksazol 2 x (80/400 mg).
- Cefaleksin 4 x 250 - 500 mg.
Dengan komplikasi (bukan obstruksi) 7 - 14 hari atau lebih.
lnfeksi di RS/Nosokomial:
- Menghilangkan faktor penyebab: Kateter, obstruksi.
- Antibiotik sesuai dengan pola kuman ditempatkan
tersebut.
Pada infeksi berulang:
Menghilangkan faktor penyebab.
lnfeksi pada obstruksi/batu:
Pembedahan.

8. Penyulit : - Sepsis.
- Pielonefrosis.
- Pada wanita hamil: partus prematurus.
- Gagal ginjal.

9. lnformed Concent : -

10. Tenaga Standart : -

11. Lama Perawatan : 1 minggu

12. Masa Pemulihan : 1 minggu

13. Output : Sembuh

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

80. PNEUMOTORAKS

1. Nama Penyakit : Pneumotoraks

2. Difinisi : Terdapatnya udara dalam rongga pleura.

3. Kriteria 'Diagnosis : Klinis:


Nyeri dada dan sesak nafas yang mendadak, sianosis, gagal
nafas dan kollaps.
Pemeriksaan fisis:
lnfeksi bulging palpasi fremitus suara melemah sampai
menghilang, perkusi hipersonor.
Auskultasi:
Suara pernafasan menghilang.

91
4. Diagnosa Banding : a. Pleuritis.
b. Perikarditis.
c. Emboli paru.
d. Hernia diafragma.
e. IMA.

5. Pemeriksaan Penunjang : Foto toraks (foto dada).

6. Konsultasi : Bedah toraks.

7. Perawatan Rumah Sakit : Perlu.

8. Terapi : Pada keadaan ringan:


Konservatif saja, diharapakan udara diserap spontan.
Pada Tension Pneumothorax:
Pemasangan WSD
Pemberian Oksigen.
Bila pengembangan paru lambat:
Dilakukan penghisapan udara.
Bila ada fistel Bronkopleural:
Operasi ekstirpasi.
Pneumotoraks berulang:
Sclerosing agents.

9. Penyulit : Gagal nafas, renjatan.

10. Informed Concent : Diperlukan bila ada pemasangan WSD atau tindakan operatif.

11. Lama Rawatan : Tergantung keadaan, umumnya 7-10 hari.

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : Tergantung penyulit. Dengan terapi intensif hasil biasanya


memuaskan.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

81. PURPURA TROMBOSITOPENIK IDIOPA-TIK (ITP)

1. Nama Penyakit : Purpura Trombositopenik ldiopa-Tik (ITP)

2. Definisi : ITP adalah suatu keadaan ditemui adanya purpura yang


disebabkan oleh trombositopenia yang idiopatik.

3. Kriteria Diagnosis : Gejala Klinis:


Purpura, ptekie, mudah memar, menoragia, perdarahan gusi
dan kadang-kadang dijumpai perdarahan hebat dari mukosa
atau perdarahan intrakranial.
Pemeriksaan fisik:
Perdarahan dibawah kulit, mukosa dan gejala perdarahan

92
intrakranial.
Pemeriksaan laboratorium: Hitung trombosit rendah, pada
sumsum tulang ditemui megakariosit meningkat.

4. Diagnosa Banding : Trombosito penia oleh karena obat, trombositopenia imun


akut, anemia aplastik, trombastenia, DIC.

5. Pemeriksaan Penunjang : - Pemeriksaan fungsi trombosit.


- BMP.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam Hematologi.

7. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap bila timbul gejala-gejala perdarahan berat.

8. Terapi : Steroid: Prednison 60 mg/h. Transfusi trombosit.


Obat-obat: lmunosupresan seperti vinkristin, siklofosfamid,
azatioprin, andragen, gamma globulin.

9. Penyulit : - Perdarahan berat.


- Perdarahan intrakranial.

10. Lama Perawatan : Perawatan diperlukan sampai gejala penyulit telah diatasi.

11. Masa Pemulihan : Tidak dapat ditentukan.

12. Output : Hasil pengobatan dicapai bila ada perdarahan berhenti dan
hitung Trombosit cukup tinggi agar ancaman perdarahan
dapat dihindarkan.

13. P. A. : Sumsum tulang: Megakariosit meningkat.

14. 0topsi/Risalah Rapat : -

82. RABIES

1. Nama Penyakit : Rabies


2. Definisi : Penyakit infeksi akut susunan syaraf pusat yang disebabkan
oleh virus rabies (Rhabdo virus) dan hampir selalu berakhir
dengan kematian.

3. Kriteria Diagnosis : Ada riwayat gigitan hewan.


Manifestasi klinik: hidrofobia, aerofobia, inspirasi, yang
menyentak-nyentak, spasmus otot bantu pernafasan, kepala
tertarik kebelakang, opistotonus, kejang umum,
parese/paralise, hipersalivasi, hiperhidrosis, hiperlakrimasi,
tindak tanduk maniakal, agresif, meningismus, hiperestesia,
fluktuasi tekanan darah dan tempratur yang tinggi, diabetes
insipidus, libido meningkatkan dengan orgasme spontan.

4. Diagnosa Banding : A. Histeria


B. Intoksikasi obat (strichin, fenotiazin, canabis)
C. Ensefalomielitis herpes simplex

93
D. Tetanus.

5. Pemeriksaan Penunjang : Isolasi virus.


Uji antibody fluoresen (Fluorescent Antibody Test = FAT)

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam

7. Perawatan Rumah Sakit : Sangat perlu.

8. Terapi : Profilaksi:
- ATS 5000 – 10000 subkutan
- Human Diploid Cell Vacicine HDCV 0,5 -1 ml suntikan
subkutan atau IM pada hari 0, 3, 7, 14, dan 28.
- Nerve Tissue Vaccine (Verorav).

9. Penyulit : Kelumpuhan otot-otot pernafasan, Apnu.

10. lnformed Concent : Perlu.

11. Lama Rawatan : Umumnya sampai pasien meninggal

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : Infaus i fatal.

14. P. A. : Tidak perlu

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

83. SINDROMA CHUSING

1. Nama Penyakit : Sindroma Chusing

2. Kriteria Diagnosis : Gejala Klinis:


Berat badan bertambah, amenorroe sekunder, infertilitas,
otot-otot melemah, moon face.
Simpton hipertensi.
Simpton diabetes mellitus.
Sakit pinggang, pink striae, acne, hirsutis. Perubahan mental.
Laboratorium: Kortisol serum meninggi.

3. Diagnosa Banding : 1. Penyakit Cushing: ACTH Meninggi.


2. Tumor supraren: Kortisol meninggi, ACTH rendah.
3. Sindroma produksi hormon ektopik
4. Alkoholis.
5. Sindroma Cushing sekunder: Pemakaian steroid.
4. Pemeriksaan Penunjang : - Foto X – Ray Kepala, toraks, abdomer
- ACTH serum
- 17 - ketosteroid urin.

5. Rujukan : - Spesialis Radiologi.


- Spesialis Penyakit Dalam (Endokrin).

94
- Spesialis Bedah.

6. lndikasi Rawat Inap : - Hipertensi berat.


- Tumor basofilik hipofisa.
- Oat – celled bronchial carcinoma.

7. Pengobatan : - Hentikan pemakaian steroid.


- Tindakan bedah.

8. Penyulit : Metastase.

9. lnformed Concent : -

10. Tenaga Standart : Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan : Bergantung pada etiologi.

12. Masa Pemulihan : Bergantung pada etiologi.

13. Hasil : Sindroma Cushing sekunder baik dengan menghentikan


pemakaian
steroid.

84. SINDROMA HEPATO RENAL

1. Nama Penyakit : Sindroma Hepato Renal

2. Definisi : Gagal ginjal fungsional yang progresif pada penyakit hati yang
berat.
Kebanyakan pada penderita Sirosis hati dekompensata
dengan asites yang tegang. Ginjal secara anatomis dan
histologis normal. Etiologi (pasti tidak diketahui tetapi sering
akibat pemakaian diuretik yang berlebihan, parasentesis,
perdarahan saluran cerna, diare.

3. Kriteria Diagnosis : Azotemi progresif oliguri/anuri Osm kemih/Osm plasenta


rasionya > 1 Konsentrasi Na kemih < 10 mEq/L, Urinalisis
normal.

4. Diagnosa Banding : Gagal Ginjal Akut.

5. Pemeriksaan Penunjang : - U S G.
- Urinalisis.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam (Nefrolog).

7. Perawatan Rumah Sakit : Perlu (rawat inap)

8. Terapi : Mengenali, mengurangi dan menghilangkan faktor pencetus


gagal ginjal.
- Hentikan penggunaan diuretika, penggantian cairan tubuh
(perdarahan, diare).

95
- Hentikan pemakaian obat yang menghambat
prostaglandin.
- Tingkatkan (ekspansi) volume plasma dengan albumin.
- Dialisis pada pasien yang potensial reversibel,
Transplantasi hati.

9. Penyulit : -

10. Informed Concent : -


11. Lama Perawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : 90 % meninggal

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

85. SIROSIS HATI

1. Nama Penyakit : Sirosis Hati

2. Definisi : Penyakit hati menahun dengan proses peradangan, nekrosis


selhati, usaha regenerasi dan penambahan jaringan ikat difus
dengan terbentuknya nodul-nodul yang rriengganggu susunan
lobulus hati, dapat disebabkan oleh Virus hepatitis B, C dan D,
alkohol, gangguan metabolisme (DM, penyakit Wilson,
Hemokromatosis, Galaktosemi), Kolestatik bilier yang
lama, bendungan vena hepatika yang lama, skistosomiasis,
obat-obatan, malaria, sirosis primer ataupun kriptogenik
(idiofatik).

3. Kriteria Diagnosis : Klinis:


Gejala pada stadium awal tidak khas, seperti cepat letih,
anoreksi, berat badan semakin menurun, diare atau
konstipasi, kemih warna kuning tua, demam sore dan malam
hari, ikterus, udem pretibial, eritema palmaris, spider naevi,
splenomegali dengan atau tanpa hepatomegali dan asites,
ginekomasti dan atrofi testis serta hiperpigmentasi,
venakolateral dinding perut (Caput Medusae).
Laboratorium: Bilirubin darah dan transaminase meninggi,
albumin darah menurun sedangkan gamma globulin
meninggi.
USG: Perobahan ukuran, permukaan pinggir dan parenkim
hati serta perobahan pembuluh darah didalamnya, juga
perobahan ukuran limpa, vena lienalis, dan adanya asites.

4. Diagnosa Banding : a. Hipertensi portal nom sirotik.


b. Sirosis dengan hepatoma.

5. Pemeriksaan Penunjang : - U S G.

96
- CT Scan.
- MRI Upper abdomen.

6. Konsultasi : Bedah digestif bila ada kemungkinan shunt.

7. Perawatan Rumah Sakit : Bila sirosis dekompensata.

8. Terapi : Sirosis Kompensata:


Latihan jasmani hanya boteh yang ringan saja.
Diet Kalori dengan protein 1 mg/KgBB/H. Roboransia.
Sirosis dekompensata:
- Penanganan asites (Iihat bagian asites).
- Penanganan Ensefalopatihepatik (lihat
Ensefalopatihepatik).
- Penanganan perdarahan varices esofagus (lihat bagian
ybs).
- Penanganan Sindroma hepatorenal (lihat bagian ybs).

9. Penyulit : Asites, Ensefalopati hepatik, periton-1 bakterial spontan,


perdarahan varoea esofagus, hipertensi portal, sindroma
hepatorenal.

10. Lama Perawatan : Tergantung penyulit, rata-rata 2-minggu.


11. Masa Pemulihan : 2 minggu.

12. Output : Menjadi Kompensata.

13. lnformed Concent : Perlu bila ada biopsi.

14. P. A. : Perlu untuk diagnosa pasti.

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

86. STRUMA ENDEMIK

1. Nama Penyakit : Struma Endemik

2. Kriteria Diagnosis : Gejala Klinis: Pembesaran kelenjar tiroid sejak kecil, berasal
dari daerah endemik kekurangan yodium, mental retardasi.
Kadar hormon tiroid merendah, TSH meninggi.

3. Diagnosa Banding : - Struma non-toksik.


- Tiroiditis.
- Tumor ganas tiroid.
- Adenoma Tiroid.

4. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan yodium urin.

5. Rujukan : -

6. lndikasi Rawat lnap : -

97
7. Pengobatan : - Hormon tiroid.
- Lipiodol.
- Garam yodium.

8. Penyulit : Penekanan organ leher.

9. lnformed Concent : -

10. Tenaga Standar : Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Hasil : Gondok mengecil, perbaikan mental.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

87. STRUMA NON — TOKSIK (Struma Simpel)

1. Nama Penyakit : Struma Non – Toksik (Struma Simpel)

2. Kriteria Diagnosis : - Struma.


- T3, T4 dalam rentangan normal

3. Diagnosa Banding : - Adenoma tiroid biasanya dijumpai pada usia pertengahan,


soliter.
- Struma endemik biasanya dijumpai didaerah endemik
kekurangan yodium.
- Hipertiroidi biasanya kadar hormone tiroid meninggi, TSH
merendah.
- Tiroiditis biasanya disertai tanda-tanda inflamasi.
- Tumor ganas tiroid biasanya pada aspirasi biopsi jarum
halus menunjukkan gambaran sel ganas.

4. Pemeriksaan Penunjang : - Biopsi aspirasi jarum halus.


- Kultur cairan aspiat.
- TSH.

5. Rujukan : -

6. lndikasi Rawat lnap : -

7. Pengobatan : Hormon tiroid.

8. Penyulit : - Penekanan organ leher.


- Keganasan.

9. lnformed Concent : -

98
10. Tenaga Standar : Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Hasil : Pengecilan gondok.

14. P. A. : Memilah diagnosis banding.

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

88. SINDROMA NEFRITIK AKUT (SNA)

1. Nama Penyakit : Sindroma Nefritik Akut (SNA)

2. Definisi : Sindroma yang terdiri dari terutama hematuria yang disertai


oleh oliguria dan/atau hipertensi dan/atau peningkatan
kreatinin.

3. Kriteria Diagnosis : Anamnese: Kwalitas/kwantitas urin


Pem Fisik: Tekanan darah meninggi Periorbital,
hematuria/mikroskopis Hematuria/cylinderuria.
Lab rutin: Urine, Proteinuria, hematuria cylinderuria.
Darah: Lekositosis, kreatinin meningkat, Kreatinin klirens
menurun, ureum meningkat.

4. Diagnosa Banding : -

5. Pemeriksaan Penunjang : X-toraks


BNO IVP: hanya dilakukan bila kadar ureum <100 mg%
Creatinin <3,5%
USG

6. Konsultasi : -

7. Perawatan Rumah Sakit : -

8. Terapi : Bed rest sampai hematuria mengurang


Diet: Diet ginjal, rendah garam, protein 0,6 g/kgBB hari
Rendah Kalium. Medikamen: Antibiotik, bila masih ada tanda
infeksi (Doksisiklin, eritromisin, ktoksasillin) Roboransia.
9. Penyulit : -

10. lnformed Concent : -

11. Lama Rawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : -

99
14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

89. SINDROMA NEFROTIK

1. Nama Penyakit : Sindroma Nefrotik

2. Definisi : Suatu keadaan yang ditandai dengan adanya proteinuria


masif, lebih dari 3,0 gr/24 jam.

3. Kriteria Diagnosis : Anamnese


Gejala dan tanda:
- Proteinuria lebih dari 3.5 gr/24 jam
- Hipoalbuminemia
- Serum albumin < 3.Og /dl
- Udema perifer atau anasarea dng Asites
- Hiperkholesterolemia Puasa >200 mg/dl.

5. Pemeriksaan Penunjang : - Urine


protein kwantitatif 3.5 gr/24 jam
protein kwalitatif + 2 atau + 3 "Oval fat bodies"
- Darah
Albumin < 3.0 g/dl
Protein tota! < 6.0 g/dt dan
Kholesterol > 200 mg/dl

6. Konsultasi : -

7. Perawatan Rumah Sakit : -

8. Terapi : - Diet
Restriksi garam
Asupan protein 0.6 g/kgBB/hari.
Bila kehilangan protein melebihi 10 g/24 jam, perlu
diberikan tambahan protein sesuai dengan jumlah yang
hilang.
- Restriksi kholesterol.
- Medikamen:
Prednison 1 mglkg BB/hari Respon diharapkan setelah 2- 4
minggu, lalu tappering off.
- Alternatif lain:
- ACE – inhibitor
- Captopril 2-3 X ( 12.5-25.0 ) mg
- lndometasin 150-200 mglhari
- Siklofosfamid 2-3X50 mg
- Siklosporin 2.5 mg/kg BB

9. Penyulit : -

10. lnformed Concent : -


11. Lama Rawatan : -

100
12. Masa Pemulihan : -

13. Output : -

14. P. A. : Biopsi ginjal membantu mengenal abnormalitas ginjal sebagai


petunjuk terapi dan prognosa.

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

90. TETANUS

1. Nama Penyakit : Tetanus

2. Definisi : Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Clostiridium tetani yang


menghasilkan toksin tetanospasmin yang mengakibatkan
ketegangan otot seluruh tubuh diikuti kejang otot paroksismal

3. Kriteria Diagnosis : Manifestasi klinis: timbul mendadak, dimulai dengan


ketegangan otot
terutama rahang dan leher, diikuti trismus dan opistotonus,
risus sardonikus, kejang rangsang atau spontan.
Ada riwayat lukaltrauma.

4. Diagnosa Banding : a. Abses Retrofaringeal.


b. Abses ginggiva berat.
c. lnfeksi Akut Susunan Syaraf Pusat.
d. Keracunan strichnin / fenotiazin.

5. Pemeriksaan Penunjang : Darah Lengkap.

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam

7. Perawatan Rumah Sakit : Perlu

8. Terapi : Pasien dirawat di ruangan yang sejuk dan tenang (isolasi).


1. Hilang sumber toksin
a. Eksplorasi luka.
b. Antibiotik.
Prokain Penisilin 1,2 juta unitl 12 jam IM selama 10 hari
atau: Eritromisin 4 x 500 mg PO selama 10 hari atau
Klindamisin 4 x 300 mg PO atau Tetrasiklin 4 x 500 mg PO
atau Metronidazol 2 x 2 gram PO selama 10 hari.
2. Netraliser toksin bebas.
- Anti Toksin Tetanus 10.000 unit IM.
- Atau : Tetanus lmmuno Globulin Human 500 unit IM .
3. Cegah/atasi kejang
lnjeksi Diazepam 50 mg dalam 500 ml NaCI 0,9 %, 20
tetes/menit (150 mg/hari).
Bila masih kejang, injeksi Diazepam 10 mgljam, maksimun
pemverian 400 mg sehari.
Bila masih kejang berikan injeksi Klorpromazin 25-75 mg /

101
hari IM atau Fenobarbital.
4. Perawatan jalan nafas, kalau perlu ventilasi mekanik.

9. Penyulit : Spasme otot pernafasan dan obstruksi jalan nafas.

10. lnformed Concent : Perlu.

11. Lama Rawatan : 14 hari.


12. Masa Pemulihan : 14 hari.

13. Output : Umumnya sembuh.

14. P. A. : Tidak perlu

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

91. TIROIDITIS HASHIMOTO (Lymphocytic Thyroiditis)

1. Nama Penyakit : Tiroiditis Hashimoto (Lymphocytic thyroiditis)

2. Kriteria Diagnosis : Gejaia Klinis:


Kelenjar tiroid membesar, tertanam erat, berlobus.
Laboratorium:
- Infiltrasi limfosit, folikel rusak, oksifilia (+), fibrosis.
- Antitiroid antibodi.
- Antibodi tiroid (tiroglobulin antibodi, mikrosomal antibodi,
antinuklear antibodi).
- Cell-mediated antibody.

3. Diagnosa Banding : - Tiroiditis Supuratif akut: mikroorganisme (+), demam,


sakit di daerah leher menjalar ke telinga.
- Tiroiditis subakut: lnfeksi virus, demam, sakit didaerah
leher menjalar ke telinga.
- Tumor Tiroid: sel-sel tumo jinak atau ganas.
- Struma nontoksit: Antibodi antitiroid (-) cell-mediated
immunity (-).
- Struma Endemik: Hormon tiroid rendah

4. Pemeriksaan Penunjang : - Biopsi aspirasi jarum halus.


- Foto feher.
- Kultur cairan aspirat.

5. Rujukan : Spesialis Bedah

6. lndikasi Rawat Inap : -

7. Pengobatan : Terapi supresif.

8. Penyulit : -

9. lnformed Concent : -

102
10. Tenaga Standart : Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Hasil : -

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

92. TIROIDITIS SUB AKUT (Dequervain's thyroiditis, Granulomatous thyroiditis)

1. Nama Penyakit : Tiroiditis Sub Akut (Dequervain's thyroiditis,Granulomatous


thyroiditis)

2. Kriteria Diagnosis : Gejala Klinis:


- Wanita, dekade 2 dan 5.
- Mengikuti parotitis, measles, adevirus atau infeksi virus
lainnya.
- Akut, sakit berat menjalar ke telinga, mandibula atau
occiput.
- Demam (38,9 C ), disertai malaise.
- Tiroid membesar.
Laboratorium: Mikroabses, sel besar (+).

3. Diagnosa Banding : - Tiroiditis supuratif akut:


Mikroorganisme (+).
- Tiroiditis Hashimoto:
Cell-mediated immunity (+), anti tiroid antibodi (+).
- Tumor Tiroid:
Sel-sel tumor ganas atau jinak.
- Struma Non-toksit:
Demam (-), sakit (-).
- Struma Endemik: T3 dan T4 rendah.

4. Pemeriksaan Penunjang : - Biopsi aspirasi jarum halus.


- Foto leher.
- Kultur cairan aspirat.

5. Rujukan : - Spesialis Bedah


- Spesialis Patologi

6. Indikasi Rawat lnap : Infeksi.

7. Pengobatan : Kortikosteroid & hormon tiroid.

8. Penyulit : Demam tinggi.

9. lnformed Concent : -

103
10. Tenaga Standart : Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu 2 minggu.

12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu 7 hari.

13. Hasil : Baik.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

93. TIROIDITIS SUPURATIF AKUT

1. Nama Penyakit : Tiroiditis Supuratif Akut

2. Kriteria Diagnosis : Gejala Klinis:


- Muncul mendadak dengan demam menggigil, malaise, sulit
menelan.
- Rasa sakit di daerah leher menjalar ketelinga, mandibula
atau occiput.
- Rasa sakit menjadi berat dengan menggerakkan kepala
atau menelan.
- Leher dalam posisi fleksi.
- Leher membengkak dan keras.
- Bisa terlihat tanda-tanda abses.
Laboratorium:
- Lekositosis sedang sampai berat.
- T3 dan T4 dalam batas normal.
- Kultur: mikroorganisme (+).
3. Diagnosa Banding : - Tiroiditis sub akut: Mikroorganisme (-).
- Tiroiditis Hashimoto:
Anti tiroid antibodi (+), cell mediated immunity (+)
- Tumor Tiroid: Folikel kecil, hurthle sel (+), T3 dan T4
normal atau meninggi, menunjukkan sel tumor jinak atau
ganas.
- Struma Non-toksik: Demam (+), mikroorganisme (-).
- Struma Endemik: T3 dan T4 rendah.

4. Pemeriksaan Penunjang : - Biopsi aspirasi jarum halus.


- Foto leher.
- Kultur cairan aspirat.

5. Rujukan : - Spesialis Bedah.


- Spesialis Patologi.

6. lndikasi Rawat lnap : - lnfeksi.


- Perforasi ke mediastinum.

7. Pengobatan : - Antibiotika.
- Trakheostomi.
- Partial tiroidektomi.

104
8. Penyulit : Perforasi.

9. lnformed Concent : -

10. Tenaga Standart : Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu sekitar 2 minggu.

12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu sekitar 7 hari.

13. Hasil : Bergantung pada ketepatan diagnosis dan terapi.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

94. TIROTOKSIKOSIS (Hipertiroidi)

1. Nama Penyakit : Tirotoksikosis (Hipertiroidi)

2. Kriteria Diagnosis : Gejala Klinis:


Gugup, berkeringat banyak, palpitasi, lemah, berat badan
menurun, kulit hangat, nadi cepat, tekanan nadi melebar.
Laboratorium:
T4 dan T3 meninggi, TSH rendah, FT4 meninggi.

3. Diagnosa Banding : - Struma non-toksik biasanya T3, T4 dan TSH dalam


rentangan normal.
- Mobes Basedowi biasanya terdapat pada usia muda, dan
LATS positif (dekade ke 3).
- Gondok multinoduler toksik dijumpai pada usia tua
(dekade ke-5)
- Adenoma toksik biasanya pada us.a pertengahan (dekade
ke 4), gondok kecil (soliter).
- Yod Basedowi biasanya ditemulcan di daerah struma
endemik yan5 mendapat terapi yodium.
- Tirotoksikosis factitia ditemukan orang yang mendapat
terapi hormon tiroid (obat pengurus, obat jerawat).
- Struma ektopik toksik biasanya didapati jaringan tiroid di
luar tempat biasanya (mis ovarium).
4. Pemeriksaan Penunjang : - FT41, TSH
- Foto sinar-X leher.

5. Rujukan : Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi).

6. lndikasi Rawat lnap : - Dehidrasi.


- Penyakit Jantung Tiroid.
- Toksikosis Krisis.

7. Pengobatan : - Propiltiourasil atau kartbimazol.


- Vitamin B – kompleks dan vitamin C.

105
8. Penyulit : - Toksikosis krisis
- Penyakit jantung tiroid

9. lnformed Concent : -

10. Tenaga Standart : Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan : Diperlukan waktu biasanya 7 hari.

12. Masa Pemulihan : Diperlukan waktu biasanya 7 hari.

13. Hasil : Gejala perifer menghilang, dan hormon tiroid mendekati batas
normal.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

95. TOLERANSI GLUKOSA TERGANGGU

1. Nama Penyakit : Toleransi Glukosa Terganggu

2. Kriteria Diagnosis : - Kadar glukasa darah puasa 120 -139 mgldl.


- Kadar glukosa plasma 2 jam setelah pemberian beban 75
gram gula 2 jam < 200 mg/dl.

3. Diagnosa Banding : Diabetes melitus umumnya menunjukkan polifagi, polidipsi,


poliuri, pruritus, berat badan menurun dalam waktu singkat,
kadar glukosa plasma puasa > 140 mg/dl dan kadar glukosa
plasma 2 jam prospandial > 200 mg/dl.

4. Pemeriksaan Penunjang : - HbA1, HbA1 c, Fruktosamin.


- Triglesirida, kolesterol total, HDL-kolesteroi, LDL kolesterol.

5. Rujukan : - Spesialis Gizi


- Spesialis Mata
- Spesialis saraf

6. Indikasi Rawat Inap : -

7. Pengobatan : - Diet
- Latihan jasmani
Kalau gagal bisa ditambah dengan penghambat alfa
glukosidase (alfa- glukosidase inhibitor).

8. Penyulit : - Obes
- Retinopati
- Neuropati
- Diabetes mellitus
9. Informed Consent : -

106
10. Tenaga Standart : Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Hasil : Kadar glukosa terkendali.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

96. TUBERKULOSiS PARU

1. Nama Penyakit : Tuberkulosis Paru

2. Definisi : Adalah penyakit infeksi kronis disebabkan oleh Mikobakterium


tuberkulosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma
dan menimbulkan nekrosis pada jaringan.

3. Kriteria Diagnosis : Klinis: Gejala bervariasi dari tidak ada keluhan sama sekali
sampai keluhan yang sangat mencotak. Timbulnya gejala
secara perlahan-lahan.
Gejala sistemik: Bisa berupa demam, malaise, badan terasa
tidak enak, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan
makin kurus, sakit kepala, mudah capek, pada wanita dapat
terjadi gangguan siklus haid.
Gejala respiratorik: Berupa batuk, batuk darah, sesak
nafas/sakit dada.
Fisis: Pada permulaan penyakit umumnya tidak banyak
membantu. Pada tahap ini bisa ditemukan ronki basah halus
yang umumnya dipuncak paru. Pada stadium lanjut
macamnya proses bervariasi dari infiltrasi sampai fibrosis,
kadang ada kavitas. Foto dada sesuai dengan pemeriksaan
fisis. Ditemukannya kuman BTA baik secara hapusan dahak
maupun kultur.

4. Diagnosa Banding : Semua penyakit paru menahun atau subakut.

5. Pemeriksaan Penunjang : - Pewamaan Ziehl-Neelsen atau pewamaan Auramin.


- Kultur pada medium Lowenstein-Jensen.
- Biopsi.

6. Konsultasi : -

7. Perawatan Rumah Sakit : Perdarahan masif,infeksi sekunder, gagal nafas.

8. Terapi : Pada terapi kasus baru harus dipertimbangkan pemberian


obat-obatan yang bersifat bakterisid, sterilisator dan dapat
mencegah terjadinya rensistensi. Terapi jangka pendek
dengan memakai Rifampisin.
Fase permulaan: INH 400 mg, Rifampisin 450 sampai 600 mg

107
(tergantung berat badan kurang atau lebih dari 50 kg)
ditambah dengan salah satu obat dibawah ini yaitu:
Pirazinamid 25 – 35 mg/kg BB yang diberikan setiap hari
selama 2 bulan.
Fase lanjutan: INH 700 mg + Rifampisin 600-900 mg
seminggu 2 kali sampai total 6-9 bulan atau INH 400 mg +
Rifampism 450-600 mg tiap hari. Pada populasi dengan
tingkat resistensr awal tinggi, untuk ini dipertimbangkan
untuk memberikan obat ke 4 pada fase awal, yaitu Etambutol
atau Streptomisin.
2 EHRZ/4 HR
2 SHRZ/4HR
Terapi jangka panjang, yaitu tanpa Rifampisin lamanya 12 –
18 bulan.
Obat inti:
INH + Streptomisin, mulanya ditambah
Etambutol/Pirazinamid.
INH + Etambutol, mulanya ditambah Streptomisin atau
Pirazinamid.
Pengobatan dengan INH harus disertai dengan Vitamin B6.

9. Penyulit : lnfeksi sekunder, efusi pleura, tuberkulosis organ lain.

10. lnformed Concent : -

11. Lama Perawatan : Tergantung penyutit.

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : Baik, selama patuh dalam pengobatan.

14. P. A. : -

15. Otopsi/Risatah Rapat : -

97. TUMOR GANAS TIROID


1. KARSINOMA TIROID PAPILER
2. KARSINOMA TIROID FOLIKULER
3. KARSINOMA TIROID MEDULER
4. UNDIFFERENTIATED CARCINOMA.

1. Narna Penyakit : Tumor Ganas Tiroid


1. KARSINOMA TtROID PAPILER
2. KARSINOMA TtRO1D FOLIKULER
3. KARSINOMA TIROID MEDULER
4. UNDIFFERENTIATED CARCINOMA.

2. Kriteria Diagnosis : Sel tumor tiroid ganas.

3. Diagnosa Banding : - Adenom.a tiroid


- Struma nontoksik.
- Tiroiditis.

108
4. Pemeriksaan Penunjang : - T3, T4 dan TSH.
- Kultur aspirat.
- Biopsi aspirasi jarum halus.
5. Rujukan : - Spesialis Onkologi
- Spesialis Radiologi
- Spesialis Patologi

6. lndikasi Rawat lnap : Keganasan.

7. Pengobatan : - Hormon tiroid supresi.


- Sitostatika.
- Radiasi.

8. Penyulit : Metastase.

9. lnformed Concent : -

10. Tenaga Standart : Spesialis Penyakit Dalam

11. Lama Rawatan : Tidak tertentu

12. Masa Pemulihan : Tidak tertentu

13. Hasil : Jelek.

14. P. A. : Memilih jenis sel ganas.

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

98. TUMOR MEDIASTINUM

1. Nama Penyakit : Tumor Mediastinum

2. Definisi : Tumor yang terdapat dalam rongga mediastinum dan berasal


dari salah satu organ mediastinum.

3. Kriteria Diagnosis : Klinis:


Tumornya sendiri umumnya tidak memberikan gejala, kecuali
timoma bisa memberikan gejala miastenia gravis.
Gejala yang diberikan berupa batuk, sesak, parau, disfagi,
sindroma vena kava superior, gangguan hemodinamik adalah
gejala akibat penekanan organ sekitar.
Foto dada, adanya bayangan bulatllonjong di daerah
mediastinum atau pelebaran bayangan mediastinum
mempunyai batas yang tegas, tanpa disertai kelainan yang
berhubungan pada parenkim paru.
Laboratorium:
Tidak ada yang khas atau menunjang.

4. Diagnosa Banding : Atas dasar Iokasi tumor yang mempunyai predileksi dibagian
tertentu mediastinum.

109
Mediastinum anterior:
Timoma, Teratoma, Tiroid intratorakal, kistaperikardial.
Mediastinum medial:
Limfoma, kista Bronkogenik.
Mediastinum posterior:
Tumor neurogenik.

5. Pemeriksaan Penunjang : Computerized Tomography Scan (CT Scan), untuk


menentukan Iokasi tumor dan bagaimana hubungannya
dengan organ sekitarnya.
Mediastinoskopi,berguna untuk menentukan diagnosa pasti
tipe tumor mediastinum dan juga pertimbangan operabilitas.

6. Konsultasi : Onkologis

7. Perawatan Rumah Sakit : Untuk keperluan operasi

8. Terapi : Operasi sedini mungkin, kecuali pada limfoma radiasi dan


sitostatika.

9. Penyulit : Penekanan organ sekitarnya dan menjadi ganas.


Penekanan trakes dan bronkus: batuk, sesak.
Penekanan n. laringeus reccurens: parau.
Penekanan esophagus: disfagi.
Penekanan V. Cava superior: sindroma V. Cava superior.
Penekanan jantung dan pembuluh darah: gangguan
hemodinamik.

10. lnformed Concent : Diperlukan bila akan melakukan tindakan invasif baik dalam
rangka diagnosis maupun terapi.

11. Lama Perawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : -
14. P. A. : -

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

99. TUMOR PARU METASTASIS

1. Nama Penyakit : Tumor Paru Metastasis

2. Definisi : Tumor soliter atau multipel diparu dimana dari organ lain
yang mana bisa berasal dari organ kepalalleher, kolon, testis,
ginjal, tulang hati, prostat dan lain-lain.

3. Kriteria Diagnosis : Tegakkan adanya tumor ganas primer.


Dibuktikan kelainan paru ganas.
Cara:
Sama dengan yang dilakukan Tumor bronkus. Kelainan PA

110
diparu sama dengan kelainan PA tumor primemya.
Foto dada:
Bisa didapatkan beberapa bentuk yaitu tipe milier, limfangitis,
softball, noduler, sub pleural, pneumoni dan peribronkial.
Laboratorium:
Tidak ada yang khas, kelainan laboratorium tergantung tumor
primer.

4. Diagnosa Banding : Semua kelainan paru multinoduler.

5. Pemeriksaan Penunjang : -

6. Konsultasi : Onkologis

7. Perawatan Rumah Sakit : Segera

8. Terapi : Palliatif.
Hormonal untuk tumor primer tertentu (buah dada, prostat).
Reseksi tumor primer (ginjal, chorio karcinoma).

9. Penyulit : -

10. lnformed Consent : Untuk tindakan invasif baik dalam rangka diagnosis dan
terapi.

11. Lama Perawatan : -

12. Masa Pemulihan : -

13. Output : -

14. P. A. : Untuk menegakkan tumor ganas primer atau paru.

15. Otopsi/Risalah Rapat : -

100. MENINGITIS TUBERKULOSA

1. Nama Penyakit : Meningitis Tuberkulosa

2. Definisi : Suatu keadaan inflamasi meningens akibat invasi basil


Mikobakterium
tuberkulasis.

3. Kriteria Diagnosa : Manifestasi klinis: sakit kepala, gangguan kesadaran, kaku


kuduk, ada riwayat tuberkulosis di tempat lain, umumnya di
paru, tanda-tanda rangsangan meningeal.
4. Diagnosa Banding : A. Meningitis virus
B. Meningitis Bakterial.
C. Abses Otak
D. Tuberkuloma

5. Pemeriksaan penunjang : Darah tengkap

111
Pemeriksaan BTA ditempat lain
Foto Toraks
CT Scan kepala
MRI

6. Konsultasi : Spesialis Penyakit Dalam


Spesialis Penyakit Syaraf

7. Perawatan Rumah sakit : Harus

8. Terapi kausal : Streptomisin + Etambutol + Pirazinaimd + Rifampisin + INH


+ Vitamin + B6 dosis dengan TBC paru.
Lama pemberian obat diatas minimal 12 bulan.
Kortikisteroid: sama dengan meningitis purulenta .

9. Penyulit : Sekuele neurolokik

10. lnformed Concent : Perlu

11. Lama Perawatan : Bergantung perkembangan klinis.

12. Masa Pemulihan : Bergantung sekuele.

13. Output : Sebagai sembuh dengan sekuele

14. P. A. : Tidak perlu

15. Otopsi/Risalah rapat : -

112

Anda mungkin juga menyukai