Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan tentang massa jenis dalam sebuah praktikum sangat penting

mengingat bahwa pengetahuan tentang massa jenis akan selalu kita butuhkan dan

selalu kita gunakan dalam praktikum lanjutan atau dalam pengaplikasiannya

dalam penelitian.

Pengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan sifat-sifat

yang khas dari zat tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi dalam beberapa

bagian yang luas. Salah satunya ialah sifat intensif dan sifat ekstensif. Sifat

ekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran sampel yang sedang diselidiki.

Sedangkan sifat intensif adalah sifat yang tidak tergantung dari ukuran sampel.

Kerapatan atau densitas merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain,

kerapatan suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel.

Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat

terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama,

jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya,

sangat lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif.

Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon

farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian

dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan.

Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara

untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan berat jenis terutama menyangkut cairan,
zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar

karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.

Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan

mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot

jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak

dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot

jenis maka percobaan ini dilakukan.

B. Tujuan Percobaan

Menentukan massa jenis dan bobot jenis dari air suling, Gliserin, Parafin,

Alkohol, dan Minyak Goreng dengan menggunakan piknometer dan hydrometer.

C. Manfaat Percobaan

Dapat membandingkan massa jenis dan bobot jenis air suling, Gliserin,

Parafin, Alkohol, dan Minyak Goreng yang didapatkan dari hasil praktikum

dengan yang terdapat pada literatur.

D. Prinsip Percobaan

Penentuan massa jenis air suling, alcohol, oleum coccos, paraffin, dan

gliserin menggunakan piknometer dengan membandingkan massa sampel dengan

volume sampel dalam piknometer.

Penentuan bobot jenis air suling, alcohol, oleum coccos, paraffin, dan

gliserin dengan membandingkan massa jenis sampel dengan air pada suhu yang

sama, dan menggunakan hydrometer dengan mencelupkan alat ke dalam sampel

dan mengamati skala alat yang berhimpit dengan permukaan sampel.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang

volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting

untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per

satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa

berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan

dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan

bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat

terhadap sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki

bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya

bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol

adalah 0,81 , artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara.

(Ansel, 2006)

Massa jenis suatu zat adalah perbndingan antara massa zat dibanding

dengan olume zat padan suhu tertentu (biasanya 25˚C). Rapat jenis

(specificgrafity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu

tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25˚ /25˚, 25˚/4˚, 4˚,4˚). Untuk bidang

farmasi biasanya 25% / 25%.

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi penetapan bobot

jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada

perbandingan bobot zat diudara pada suhu 25˚ terhadap bobt air dengan volume
dan suhu yang sama. Bila suhu bila suhu ditetapkan pada monografi, bobot jenis

adalah perbandingan bobot zat diudara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobt

air dengan volume dan suhuyang sama. Bila pada suhu dibawa 25˚C zat

berbentukn padat, tetapkan bobot jenis pada suhu Yangn tetrtera pada masing-

masing monografi dan mengacu pada air yang tepat pada suhu 25˚C

Menurut definisi, massa jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam

desimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari satandar dalam volume yang sama

kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yangntelah

diketahui. Air digunkan untuk satandar unuk zat cair dan padat, hydrogen

menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk

digunakan sebagai standar kerana mudah didapat dan mudah dimurnikan

Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tampa

dimensi, yang dapat di ubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang

cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisakan sebagai

perbandingan massa dari suhu zat 4˚C atau temperatur yang telah ditentukan

Metode penentuan untuk cairan :

1. Metode Pignometer
Prinsip metode inindidasarkan atas penuntuanmassa cairan dan penentuan

ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhakan wadah untuk

menimbangan yang dinamakan pignometer. Ketelitian metode pignometer

akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan

bertambahnya volume pignometer. Keoptimuman ini terletakmpada sekitar isi

ruang 30 ml
2. Metode Neraca Hidrostatik
Metode ini berdasakan hukum archimedes yaitu suatu benda yang

dicelupkan ke cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang

terdesak.
3. Metode Neraca Mhor-Whetpal
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada blokmtimbangan yang

ditoreh menjadi 10 bagian sama dan dseitimbangkan dengan bobot lawan.

Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mhor-Whetpal adalah

penggunaan waktu yang singkat dan mudah dilaksanakan.


4. Metode aerometer
Penentuan kerapatan dengan arometer berskala (timbangan benam sumbu)

didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang

sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan


 Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada

air.
 Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat daripada

air.

Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang

koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua

angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk

senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau

buku acuan lain. (Ansel, 2006)

Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur

tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan

sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan

demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan

bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat

karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks

kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin,

1993).

Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan

besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume.

Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume.

Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu,

dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3)

(Martin, 1993).

Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa

dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang

cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat

terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama,

jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya,

sangat lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif

(Martin, 1993).

Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai

perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama

pada suhu 4oC atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan

dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 4oC/4oC. Angka yang

pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka di bawah


garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi

menggunakan patokan 25oC /25oC untuk menyatakan berat jenis (Martin, 1993).

Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe

piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan

perhitungan didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).

B. Uraian Bahan

1. Air suling (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain : Aquadest

RM / BM : H2O / 18,02

Bobot jenis : 0,997 g/ml (250C)

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai larutan uji

2. Minyak kelapa (Ditjen POM, 1979)


Nama resmi : Oleum Cocos
Nama lain : Minyak kelapa
BM : 0,845 – 0,905 g/ml
Bobot jenis : 0,903 g/Ml
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning pucat;

bau khas, tidak tengik


Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu

600C; sangat mudah larut dalam kloroform P dan juga mudah larut dalam

eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,

di tempat sejuk.
Kegunaan : sebagai sampel
3. Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Etanol, etil alcohol
BM/RM : 46, 07 / C2H6O
Bobot jenis : 0,8119–0,8139 gr/mL
Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut.

Menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada lidah


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, dijauhkan dari api
Kegunaan : Sebagai pembilas piknometer dan gelas ukur.
4. Gliserin (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : GLYCEROLUM
Sinonim : Gliserin
BM/RM : C3H8O3 / 92,09
Bobot jenis : 1,2620 g/mL
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa

manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik;

netral terhadap lakmus.


Kelarutan : Dalam bercampur dengan air dan dengan etanol;

tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah dan dalam

minyak menguap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
5. Parafin (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : PARAFFINUM
Sinonim : Parafin
BM/RM : C3H8O3 / 92,09
Bobot jenis : 0,84 – 0,89 g/mL
Pemerian : Hablur tembus cahaya atau agak buram; tidak

berwarna atau putih; tidak berbau; tidak berasa; agak berminyak.


Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol; mudah larut

dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap, dalam hampir semua

jenis minyak lemak hangat; sukar larut dalam etanol mutlah.


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan

terhadap panas berlebih.


Kegunaan : Sebagai pelarut

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan yaitu Gelas ukur 250 ml, Gelas Kimia,

Hidrometer, neraca analitik Piknometer, dan Termometer.


Bahan yang digunakan yaitu Alkohol, Aquadest, Gliserin, Minyak Kelapa,

dan Parafin.
B. Cara kerja
1. Mengukur massa jenis menggunakan Piknometer
a. Dibersihkan piknometer hingga tidak meninggalkan bekas tetesan air

dengan cara setelah dibersihkan dengan aquadest, bilas dengan pelarut

aseton atau alcohol 96%.


b. Dipanaskan piknometer pada suhu 100oC selama 1 jam, kemudian

dimasukkan ke dalam eksikator sampai dingin. Ditimbang dalam neraca

analitik (massa a gram).


c. Diisi sampel yang akan diukur ke dalam piknometer hingga penuh.
d. Diukur suhu menggunakan thermometer
e. Setelah suhu mencapai tepat 25 oC segera ditutup piknometer dan dilap

dengan kain bersih. Dibiarkan pada suhu kamar dan ditimbang secara teliti

menggunakan neraca analitik (massa b gram).


f. Dilakukan poin c-e sebanyak tiga kali
g. Dihitung massa jenis masing-masing serta massa jenis rata-ratanya.
2. Mengukur bobot jenis menggunakan Hidrometer
a. Diambil gelas ukur volume 250 ml, selanjutnya dimasukan cairan yang

akan diukur.
b. Cari di literature bobot jenis masing-masing sampel.
c. Dipilih hydrometer yang sesuai dengan BJ di pustaka
d. Hydrometer yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu.
e. Dimasukan ke dalam gelas ukur yang telah berisi sampel yang akan

diperiksa.
f. Dicatat angka yang bertanda tepat di permukaan cairan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan
1. Piknometer

NO. Nama Sampel Volume Berat Berat MJ Rata- BJ


(g/ml)
pikno pikno pikno + rata
(ml) kosong sampel MJ
(g/ml)
(gram) (ml)
1. Aquadest 25 14,73 39,83 0,97
2. Aquadest 25 16,34 41,93 1,023 0,99 0.99
3. Aquadest 50 26,51 75,93 0,988
4. Minyak kelapa 50 26,48 71,95 0,91
5. Minyak kelapa 10 13,46 22,20 0,874 0,89 0,898
6. Minyak kelapa 25 15,11 37,79 0,91
7. Paraffin 25 14,73 35,84 0,84
8. Paraffin 25 16,34 37,81 0,85 0,84 0,848
9. Paraffin 50 26,51 68,02 0,83
10. Alcohol 50 26,48 66,60 0,8024
11. Alcohol 10 13,46 21,11 0,765 0,79 0,798
12. Alcohol 25 15,11 35,24 0,8052
13. Gliserin 25 15,11 43,08 1,12
14. Gliserin 10 13,46 24,21 1,075 1,105 1,116
15. Gliserin 50 26,48 82,49 1,12
2. Hydrometer

No. Nama sampel BJ Pustaka BJ Percobaan Skala


1. Aquadest 1 0,95 0,95-1,00
2. Minyak kelapa 0,94-0,95 0,875 0,85-0,90
3. Paraffin 0,87-0,89 0,81 0,80-0,85
4. Alkohol 0,819-0,8139 0,77 0,75-0,80
5. Gliserin 1,255-1,260 1,12 1,1-1,2

B. Pembahasan

Pada percobaan ini, penentuan kerapatan dilakukan dengan menggunakan

piknometer sementara penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan

hidrometer. Sampel yang digunakan adalah aquadest, alkohol, minyak kelapa,

paraffin, dan gliserin.

Pengukuran dengan menggunakan piknometer, sebelum digunakan harus

dibersihkan dan dikeringkan hingga tidak ada sedikitpun titik air di dalamnya. Hal

ini bertujuan untuk memperoleh bobot kosong dari alat. Jika masih terdapat titik

air di dalamnya, dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Pada pengisiannya


dengan sampel, harus diperhatikan baik-baik agar di dalam alat tidak terdapat

gelembung udara, sebab akan mengurangi bobot sampel yang akan diperoleh.

Keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer

adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan

ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil

yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu

penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang

lama.

Adapun hasil pengukuran massa jenis air, alcohol, minyak kelapa, parafin,

dan gliserin didapat hasil berturut-turut adalah 0,99; 0,79; 0,89; 0,84 g/ml dan

1,105. Hal tersebut menandakan bahwa gliserin mempunyai kerapatan yang paling

besar. Dari massa jenis ke lima sampel yang didapatkan tersebut tidak sesuai

dengan massa jenis yang terdapat pada literature namun selisihnya hanya sedikit.

Pada air massa jenisnya 1 g/ml namun dari hasil percobaan yaitu 0,99, alcohol

massa jenisnya 0,8 namun dari hasil percobaan yaitu 0,79, minyak kelapa massa

jenisnya 0,905 namun dari hasil percobaan yaitu 0,89, parafin massa jenisnya

0,87-0,89 namun dari hasil percobaan yaitu 0,84, dan untuk gliserin massa

jenisnya 1,26 g/ml namun dari hasil percobaan yaitu 1,105. Ketidaksesuaian ini

bisa disebabkan oleh penimbangan yang kurang teliti, masih terdapatnya rongga

dalam pikno ataupun karena adanya bahan-bahan lain yang menempel di

piknometer pada saat pengerjaan sehingga mengganggu bobot piknometer itu

sendiri.
Kemudian pada pengujian berat jenis menggunakan hydrometer

didapatkan berat jenis air, alcohol, minyak kelapa, parafin, dan gliserin berturut-

turut adalah 0,95; 0,875; 0,81; 0,77; 1,12. Sama halnya seperti massa jenis, hasil

berat jenis yang diperoleh juga sedikit menyimpang dari berat jenis pada

literature. Hal ini dapat disebabkan oleh larutan yang telah tercampur dengan

sampel lain karena hydrometer yang tidak dibersihkan dengan baik setelah

digunakan pada sampel yang berbeda, pengaruh perubahan suhu, ataupun sampel

yang terkontaminasi.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan massa jenis air suling,

alkohol, oleum coccos, paraffin, dan gliserin berturut-urut adalah 0,99 g/ml ;

0,798 g/ml ; 0,898 g/ml ; 0,848 g/ml ; 1,116 g/ml, serta bobot jenisnya berturut-

turut yaitu 0,95 ; 0,77 ; 0,875 ; 0,81 ; 1,12. Dimana hasil yang diperoleh tersebut

sedikit menyimpang dari literature.

B. Saran

Lakukan praktikum dengan teliti dan hati-hati agar tidak terjadi

pencampuran sampel yang akan diuji.


DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C Howard. 2006. Kalkulasi Farmasetik. Penerbit Buku Kedokteran EGC :


Jakarta
Arisanty;dkk. 2018. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Poltekkes Kemenkes
Makassar: Makassar
Ditjen POM.1979.”Farmakope Indonesia Edisi III”.:Jakarta
Lachman,Leon.1994.’’Teori Dan Praktek Farmasi Industri’’.Jakarta:Universitas
Indonesia.
Martin,Alfred.1990.Farmasi Fisika I.Penerbit universitas Indonesia : Jakarta
LAMPIRAN

A. Perhitungan Massa Jenis


1. Aquadest 1
Bobot pikno kosong (a) = 14,73 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 39,83 gram
Volume = 25 ml
b−a 39,83−14,73
MJ = = = 0,97 g/ml
v 25
Aquadest 2
Bobot pikno kosong (a) = 16,34 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 41,93 gram
Volume = 25 ml
b−a 41,93−16,34
MJ = = = 1,203 g/ml
v 25
Aquadest 3
Bobot pikno kosong (a) = 26,51 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 75,93 gram
Volume = 50 ml
b−a 75,93−26,51
MJ = = = 0,988 g/ml
v 50
0,97+1,203+0,988
Rata-rata = = 0,99
3
2. Minyak Kelapa 1
Bobot pikno kosong (a) = 26,48 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 71,95 gram
Volume = 50 ml
b−a 71,95−26,48
MJ = = = 0,91 g/ml
v 50
Minyak kelapa 2
Bobot pikno kosong (a) = 13,46 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 22,2 gram
Volume = 10 ml
b−a 22,2−13,46
MJ = = = 0,874 g/ml
v 10
Minyak kelapa 3
Bobot pikno kosong (a) = 15,11 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 37,79 gram
Volume = 25 ml
b−a 37,79−15,11
MJ = = = 0,91 g/ml
v 25
0,91+ 0,874+0,91
Rata-rata = = 0,89 g/ml
3
3. Gliserin 1
Bobot pikno kosong (a) = 15,11 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 43,08 gram
Volume = 25 ml
b−a 43,08−15,11
MJ= = = 1,12 g/ml
v 25
Gliserin 2
Bobot pikno kosong (a) = 13,46 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 24,21 gram
Volume = 10 ml
b−a 24,21−13,46
MJ = = = 1,075 g/ml
v 10
Gliserin 3
Bobot pikno kosong (a) = 26,48 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 82,49 gram
Volume = 50 ml
b−a 82,49−26,48
MJ = = = 1,12 g/ml
v 50
1,12+1,075+1,12
Rata-rata = = 1,105 g/ml
3
4. Paraffin 1
Bobot pikno kosong (a) = 14,73 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 35,84 gram
Volume = 25 ml
b−a 35,84−14,73
MJ = = = 0,84 g/ml
v 25
Paraffin 2
Bobot pikno kosong (a) = 16,34 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 37,81 gram
Volume = 25 ml
b−a 37,81−16,34
MJ = = = 0,85 g/ml
v 25
Paraffin 3
Bobot pikno kosong (a) = 26,51 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 68,02 gram
Volume = 50 ml
b−a 68,02−26,51
MJ = = = 0,83 g/ml
v 50
0,84+0,85+0,83
Rata-rata = = 0,84 g/ml
3
5. Alcohol 1
Bobot pikno kosong (a) = 26,48 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 66,60 gram
Volume = 50 ml
b−a 66,60−26,48
MJ = = = 0,802 g/ml
v 50
Alcohol 2
Bobot pikno kosong (a) = 13,46 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 21,11 gram
Volume = 10 ml
b−a 21,11−13,46
MJ = = = 0,765 g/ml
v 10
Alcohol 3
Bobot pikno kosong (a) = 15,11 gram
Bobot pikno + sampel (b) = 35,24 gram
Volume = 25 ml
b−a 35,24−15,11
MJ = = = 0,805 g/ml
v 25
0,802+ 0,765+ 0,805
Rata-rata = = 0,79 g/ml
3

B. Perhitungan Bobot Jenis


garis yang sejajar
BJ = batas atas + ( jumlah garis ) x (batas bawah−batas atas)
1. Aquadest
Batas atas = 0,95
Batas bawah = 1,00
Jumlah garis = 10
Garis yang sejajar = 9
9
BJ = 1,00 - ( )
10
x 0.05 = 1,00 – 0,045 = 0,965
2. Minyak kelapa
Batas atas = 0,85
Batas bawah = 0,90
Jumlah garis = 10
Garis yang sejajar = 5
5
BJ = 0,85 - ( )
10
x 0.05 = 0,85 – 0,025 = 0,875
3. Alcohol
Batas atas = 0,75
Batas bawah = 0,80
Jumlah garis = 10
Garis yang sejajar = 4
4
BJ = 0,75 + ( )
10
x 0.05 = 0,85 – 0,025 = 0,77
4. Parafin
Batas atas = 0,80
Batas bawah = 0,85
Jumlah garis = 10
Garis yang sejajar = 2
2
BJ = 0,80 + ( )
10
x 0.05 = 0,85 – 0,025 = 0,81
5. Gliserin
Batas atas = 1,1
Batas bawah = 1,2
Jumlah garis = 10
Garis yang sejajar = 2
2
BJ = 1,1 + ( )
10
x 0,1 = 0,85 – 0,025 = 0,875

Anda mungkin juga menyukai