Disusun Oleh:
Kelompok 16
Sasaran belajar:
Skenario
Seorang perempuan berusia 28 tahun, datang ke puskesmas di tempat saudara bekerja dengan
keluhan sakit perut mendadak, sampai tidak dapat berdiri lagi. Kejadian tersebut dialami
sehabis mencuci pakaian. Pasien memiliki 1 orang anak berusia 6 tahun, tidak pernah
menggunakan kontrasepsi. Sebelum menikah, pernah berobat karena nyeri haid, oleh dokter
dikatakan ada massa kistik sebesar telur ayam kampung.
Pemeriksaan ditemukan.
KU : tampak kesakitan, nadi 100x/menit, tekanan darah 100/80mmHg, temperatur 3,5oC,
respirasi 20x/menit
Pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan perut bagian bawah: teraba massa kistik, nyeri tekan
(+), terutama perut bawah bagian kiri. Pemeriksaan inspekulo: tidak ditemukan leokorrea
maupun tanda-tanda infeksi lainnya. Pemeriksaan bimanual, teraba benjolan kistik pada perut
bawah kiri dengan batas jelas, kira-kira sebsar bola tenis.
DATA KETERANGAN
● Perempuan, usia 28 tahun Usia produktif
● KU : sakit perut mendadak, sampai tidak dapat berdiri DD: kista ovarium terpuntir
lagi (torsio) ,salfingitis akut, KET,
endometriosis, apendisitis
● Kejadian tersebut dialami sehabis mencuci pakaian. Faktor presipitasi
● Pasien memiliki 1 orang anak berusia 6 tahun, tidak
pernah menggunakan kontrasepsi.
● Sebelum menikah, pernah berobat karena nyeri haid,
oleh dokter dikatakan ada massa kistik sebesar telur
ayam kampung. DD: kista ovarium
● Pemeriksaan ditemukan.
KU : tampak kesakitan, N 100x/menitTD
100/80mmHg, T 37,5oC, R 20x/menit Suhu febris(batas atas)
● Pemeriksaan ginekologi,
-pemeriksaan perut bagian bawah: teraba massa kistik,
nyeri tekan (+), terutama perut bawah bagian kiri.
-Pemeriksaan inspekulo: tidak ditemukan leokorrea
maupun tanda-tanda infeksi lainnya. Bukan karena infeksi genitalia
Pendahuluan
Kista ovarium terpuntir merupakan penyebab nyeri abdomen bagian bawah yang
jarang namun signifikan pada wanita. Presentasi klinisnya sering tidak spesifik dengan
temuan fisik tidak khas, biasanya menimbulkan keterlambatan diagnosis dan penanganan
bedah.
Insiden
Kista ovarium terpuntir dapat terjadi pada berbagai usia, namun umumnya terjadi pada
awal usia reproduksi. Hampir 17% kasus ditemukan pada wanita premenarche dan
postmenopause. Usia median adalah 28 tahun dengan persentasi pasien berusia <30 tahun
mencapai 70-75%.
Etiologi
Perubahan anatomis yang mempengarahui berat dan ukuran ovarium dapat mengubah
posisi tuba fallopi dan menimbulkan puntiran. Torsi/putaran tangkai dapat terjadi pada
tangkai kista ovarium dengan diameter 5 cm atau lebih. Kehamilan kadang-kadang
menyebabkan kista terpuntir, sekunder terhadap pembesaran ovarium yang terjadi selama
ovulasi dengan kelemahan jaringan penyokong ovarium. Pada kehamilan, uterus yang
membesar akan merubah letak kista, sedangkan pada sesudah persalinan dapat terjadi
perubahan mendadak dalam rongga abdomen.
Diagnosis
a. Anamnesis
Pasien datang dengan onset mendadak, berat, nyeri abdomen bagian bawah unilateral
yang memburuk secara intermiten dalam beberapa jam. Hampir 25% pasien mengalami nyeri
bilateral kuadran bawah yang dideskripsikan sebagai nyeri tajam atau lebih jarang berupa
kram.
Mual muntah terjadi pada hampir 70% pasien, menyerupai nyeri yang berasal dari
traktus gastrointestinal dan menyulitkan diagnosis.
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya mungkin membantu sehubungan dengan adanya
torsi yang membaik secara spontan. Demam mungkin merupakan temuan akhir bila ovarium
mengalami nekrosis. Onset selama latihan fisik atau gerakan aktif lainnya umum terjadi.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, sebagaimana anamnesis biasanya tidak spesifik dan sangat
bervariasi. Massa adnexa kenyal, unilateral, dilaporkan pada 50-90%. Bagaimanapun, tidak
adanya temuan ini tidak menyingkirkan diagnosis.
Nyeri tekan umum ditemukan; tetapi cukup ringan pada 30% pasien. Oleh karena itu,
tidak adanya nyeri tekan tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan kista ovarium terpuntir.
Nyeri lepas dan muscle rigidity dapat ditemukan dan sering sulit dibedakan dari abses pelvis
atau apendisitis.
Temuan massa ovarium mungkin mengarahkan, namun bisa menyesatkan asal sumber
nyeri. Karena massa yang terlibat biasanya non-neoplasma atau kista hemoragik, yang
memang menimbulkan nyeri pada lokasi dan dengan kualitas yang sama.
c. Pemeriksaan penunjang
− USG adalah modalitas pencitraan utama untuk pasien yang dicurigai mengalami kista
ovarium terpuntir. Pembesaran ovarium sekunder terhadap kerusakan drainase vena
dan limfatik adalah temuan paling umum pada kista ovarium terpuntir.
− Kombinasi Doppler flow imaging dengan penentuan morfologik ovarium dapat
meningkatkan akurasi diagnosis; membantu memperkirakan viabilitas struktur adneksa
dengan menggambarkan aliran darah pada pedikel yang terpuntir dan adanya aliran
vena sentral.
− Computed tomography dapat menggambarkan pembesaran ovarium dan massa
adneksa, tapi tidak dapat mengevaluasi da tidaknya aliran darah ke ovarium yang
terlibat. CT dapat berguna dalam menyingkirkan penyebab lain nyeri abdomen bawah
bila diagnosis tidak dapat ditentukan. CT dapat menyingkirkan adanya massa pelvis.
2. CONCEPT MAP
Faktor Risiko
-Gerakan mendadak
Etiologi
-Kista ovarium
-Perubahan anatomis
membesar
-Kehamilan
-Panjang tuba ovari
Patofisiologi berlebihan
Ketidakseimbangan
hormon
Tanda & gejala Komplikasi
-Nyeri perut akut bagian Kista Infertilitas
bawah -
-Subfebris Membesar
-Teraba massa pada
perut bagian bawah Tangkai kista
memanjang
Perubahan anatomis
Kista terpuntir
Diagnosis Banding
-Torsi kista ovarium
- endometriosis eksterna
Pemeriksaan -Adneksitis akut
Penunjang
-USG
- CT
- Kombinasi Diagnosis Kerja
Epidemiologi
Doppler flow Torsi Kista Ovarium umumnya pada awal
imaging Sinistra reproduksi, 17% wanita
Aspek Bioetika premenarche, usia
& Humaniora median 28 thn, pasien
Penatalaksanaan <30 th (70-75%)
-Perbaiki keadaan umum
-Rujuk bedah laparoskopi
Prognosis
-Quo ad vitam: Ad bonam
-Quo ad functionam: Dubia ad
malam
3. Ilmu Kedokteran Dasar yang Terkait
Anatomi Ovarium
Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, dengan
penggantung mesovarium di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan kanan.
Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira
4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.
Hiitologi Ovarium
Secara histologi Permukaan ovarium dibatasi oleh epitel selapis gepeng atau
kuboid yang disebut epitel germinal. Di bawah epitel germinal terdapat tunica
albuginea, suatu jaringan pengikat padat yang tidak berbatas jelas. Di bawah tunica
albuginea, terlihat stroma yang mengandung sel-sel berbentuk fusiform (sel-sel
fibroblas) yang tersusun padat. Ini adalah bagian dari cortex. Di dalam cortex terdapat
berbagai bentuk struktur bulat yang berisi oosit atau sel telur. Struktur bulat tersebut
dinamakan follicula ovarii. Kemudian di tengah-tengahnya tampak medulla. Medulla
ovarii terdiri atas jaringan pengikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah.
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS
Kista ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau setengah cair yang
tumbuh dalam indung telur. Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus oleh selaput semacam
jaringan. Bentuknya kistik dan ada pula yang berbentuk anggur. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah
dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.
4. Patofisiologi
Kista semakin membesar dan membuat tangkai kista semakin memanjang. Perbesaran
kista dan pemanjangan tangkai kista merupakan sebuah keadaan patologis dimana akan
menyebabkan perubahan kedudukan ovarium secara anatomis.Perubahan kedudukan yang
tidak sebagaimana mestinya ini apabila di picu oleh beberapa hal antara lain kegiatan berat,
olahraga, mencuci pakaian akan menyebabkan perubahan pada tuba dan ligamentum
penyokong ovarium dam menyebabkan kista menjadi terpuntir.
Kista yang terpuntir menyebabkan beberapa hal, yang pertama ialah gangguan suplai darah
yang akan berlanjut pada metabolisme anaerob karena kurangnya pasokan O2 dari perfusi
yang terganggu tadi. Metabolisme anaerob ini menghasilkan asam laktat yang kemudian
menyebabkan rasa nyeri abdomen bagian bawah sebagaimana didapatkan pada anamnesis.
Patofisiologi
ketidakseimbangan
hormon
Kista ovarium
Palpasi teraba
Pembesaran ukuran massa
(Diameter 7-15cm)
Perlekatan dalam daera
punggung
Torsio/terpelintir kista ovarium
Menekan kandun kemi
infertilitas
Kepada Nyeri perut bawah
Yth. Ts. Dr. ..................
Spesialis .......................
Jln. ...............................
Bandung
Dh,
Mohon konsul dan pengobatan selanjutnya penderita Tn. ............, .... tahun,
Torsi kista ovarium; hasil pemeriksaan laboratorium
terlampir.
Penderita telah kami beri terapi sementara ................ dengan dosis
................
Atas kesediaan Ts, kami ucapkan terima kasih.
Wassalam,
(Dr..............)
6. Kompikasi
Pada keadaan lebih lanjut, kista yang terpuntir dapat ikut melilit tuba fallopii
sehingga terjadi gangguan pada proses ovulasi dan menyebabkan suatu keadaan infertilitas
pada pasien.
Torsi pada tangkai tumor akan menyebabkan gangguan sirkulasi karena vena mudah
tertekan, terjadi bendungan darah dalam tumor yang berakibat tumor makin besar dengan
perdarahan didalamnya. Jika torsi berlanjut akan terjadi nekrosis hemoragik dan jika
dibiarkan dapat terjadi robekan pada dinding kista dengan akibat perdarahan intra adominal
atau peradangan sekumder dengan manifestasi klinik dengan akut abdomen.
Prognosis
Dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, prognosis torsi ovarium sangat
baik. Namun, kebanyakan pasien dengan torsi ovarium memiliki diagnosis yang tertunda,
sehingga sering sudah terjadi infark dan nekrosis ovarium. Tingkat penyelamatan ovarium
telah dilaporkan di bawah 10% pada orang dewasa, dan 27% pada pasien anak.6
Meskipun kehilangan satu ovarium saja tidak mungkin dapat mengakibatkan
kesuburan berkurang secara signifikan dan tidak ada laporan mengenai kasus kematian akibat
torsi ovarium. Diagnosis dini memungkinkan pengobatan laparoskopi konservatif dan
pengurangan komplikasi.6
Pada skenario, quo ad vitam adalah ad bonam karena kasus ini jika belum terjadi
komplikasi peritonitis tidak akan mengancam jiwa, sedangkan quo ad functionam adalah
dubia ad malam karena jika dilakukan operasi maka fungsi ovarium akan berkurang, tidak
seperti awal saat tidak ada kista.
DAFTAR PUSTAKA
1. Linda Heffner. At a glance sistem reproduksi. Ed. 2. Jakarta: Erlangga, 2008. 90.
2. Martini, Nath. Fundamentals of anatomy & physiology. Ed. 8. United States of
America, 2010. 1060-1.
3. Universal College of Learning. Female reproductive system. (Available on-line at
http://on-line.ucol.ac.nz/mt100/Female%20Repro.htm.) (Verified 22 Januari 2013.)
4. Junqueira. Histologi Dasar Teks & Atlas. Ed.10. Jakarta: EGC,2004.
5. Heller, Luz. 1994. Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
6. Medscape reference. Ovarian Torsion, 2011 (Available on-line with updates at
http://emedicine.medscape.com/article/2026938-overview#a0156.) (verified 23 Jan.
2013)
7. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina
PustakaSarwono Prawirohardjo.
8. Moore, Keith L. Agur,Anne M.R. 2002. Anatomi Klinis Dasar .Laksman,H. editors.
Jakarta: Hipokrates.
9. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27146/4/Chapter%20II.pdf)
10. Saifuddin, Abdul.(2007). “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal”. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
11. Wiknjosastro, Hanifa. (2002). “Ilmu Kebidanan”. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
12. Wiknjosastro, Hanifa. (2005). “Ilmu Bedah Kebidanan”. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardho
13. http://kistaovarium.org