Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kondisi kelompok rentan ibu dan anak masih mengalami berbagai
masalah kesehatan dan gizi, yang ditandai dengan masih tingginya angka
kematian ibu dan angka kematian bayi, prevalensi gizi kurang (BB/U) dan
pendek (TB/U) pada anak balita, prevalensi anemia gizi kurang zat besi pada
ibu hamil, gangguan akibat kurang yodium pada ibu hamil dan bayi serta
kurang vitamin A pada anak balita. Secara nasional, prevalensi berat-kurang
pada balita tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk
dan 13,9 persen gizi kurang. Prevalensi pendek tahun 2013 adalah 37,2 persen,
yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007
(36,8%). Prevalensi risiko KEK wanita hamil umur 15–49 tahun, secara
nasional sebanyak 24,2 persen (Riskesdas, 2013).
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa masalah gizi adalah
masalah intergenerasi, yaitu ibu hamil kurang gizi akan melahirkan bayi
kurang gizi. Pemecahan masalah pangan dan gizi tentunya memerlukan
program kegiatan yang direncanakan secara tepat dan multisektoral.
Kebijakan-kebijakan dan program pembangunan dari pemeritah sudah banyak
dilakukan untuk mengatasi permasalahan pangan dan gizi di Indonesia.
Intervensi kegiatan untuk mengatasi masalah tersebut yang dilaksanakan
melalui pelayanan berkelanjutan (continuum care) pada periode kesempatan
emas kehidupan (window of opportunity), yaitu sejak janin dalam kandungan,
dan bayi baru lahir sampai anak berusia 2 tahun. Meskipun demikian berbagai
tantangan masih teridentifikasi sehingga perlu beberapa analisis terhadap
program perbaikan gizi ibu dan anak untuk pembangunan pangan dan gizi
nasional. Analisis dan pembahasan terhadap kebjakan dan program yang telah
ada diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan perbaikan untuk kebijakan
dan program selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai