Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

BIOTEKNOLOGI PEROMBAKAN PLASTIK

Dosen Pengampu :
Panca Nugrahini F., S.T., M.T.

Oleh:
1. Selvy Salfitri (1615041006)
2. Ulfa Islamia (1615041025)
3. M. PraditiaAnsor (1615041030)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
KATA PENGATAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah bioteknologi ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Adapun kesulitan yang terjadi semata-mata karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis.
Namun, berkat dorongan dari berbagai pihak dan usaha penulis, maka kesulitan itu dapat teratasi.

Tugas makalah ini berisi tentang bioteknologi perombahan plastik, plastik, bakteri perombakan dan bioplastik
serta uji mekanik daripada bioplastik. Yang tak lain bertujuan untuk menuntaskan tugas yang diberikan oleh Ibu Panca
Nugrahini F., S.T., M.T.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam tugas makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan yang telah penulis buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun dan semoga tugas
makalah dapat berguna demi memperluas pengetahuan kita. Terima kasih.

Bandarlampung, 6Maret 2018

Penulis, dkk.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plastik adalah polimer rantai panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit
molekul berulang atau monomer. Plastik yang umum terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen,
nitrogen, chlorine atau belerang di tulang belakang. Tulang belakang adalah bagian dari rantai di jalur utama yang
menghubungkan unit monomer menjadi kesatuan. Untuk mengeset properti plastik grup molekuler berlainan
bergantung dari tulang belakang (biasanya digantung sebagai bagian dari monomer sebelum menyambungkan
monomer bersama untuk membentuk rantai polimer).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya selama dua dekade terakhir, telah
meningkatkan jumlah polimer sintetis yang diproduksi di seluruh dunia setiap tahun . Salah satu polimer
sintetik yang sering dikenal dengan polimer buatan adalah plastik Polimer ini telah menjadi primadona
dalam kehidupan sehari-hari. Setiap tahunnya lebih dari 260 juta ton plastik yang diproduksi di berbagai
negara. Di Indonesia, penggunaan plastik semakin populer di kalangan masyarakat karena memiliki
banyak kegunaan dan praktis. Menurut Budi S. Sadiman,Wakil Ketua Umum Asosiasi Olefin Aromatik
dan Plastik Indonesia (Inaplas) menyatakan bahwa konsumsi plastik di Indonesia diproyeksikan mencapai
1,9 juta ton hingga tahun 2013 dengan jumlah peningkatan sekitar 22,58 % dibandingkan tahun lalu
sebanyak 1,55 juta ton.

Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bahan pengemas yang cukup dikenal dan
paling banyak digunakan masyarakat karena harganya yang relative murah dan ringan adalah tas plastik atau
masyarakat menyebutnya “kantong kresek”. Di samping itu, kantong kresek yang beredar di pasaran
adalah tergolong plastik daur ulang yang ditambahkan zat pewarna berlebihan. Peningkatan konsumsi plastik
tersebut berpeluang sebagai limbah dan dapat mencemari tanah. Sifat plastik yang tidak mudah didegradasi secara
alami akibatnya akan terakumulasi di tempat pembuangan sampah dan tertimbun di dalam tanah.
Haltersebut akan mempengaruhi aktivitas biologi yang ada dalam tanah.

Menurut Lucas dkk., mikroorganisme seperti fungi dan bakteri termasuk komponen utama dari
biosfer berperan dalam memecah senyawa organik dan siklus lingkungan . Mikroorganisme sangat adaptif
terhadap lingkungan dan mengeluarkan endoenzim dan eksoenzim yang mendegradasi substrat menjadi
komponen yang lebih sederhana. Komponen tersebut dimanfaatkan sebagai sumber karbon dan energi oleh
mikroorganisme. Degradasi polimer tersebut akan membentuk formasi biofilm pada permukaan polimer. Proses
tersebut dapat dikatakan proses biodegradasi yang merupakan salah satu upaya mengatasi limbah plastik
secara biologi.

Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan potensi bakteri indigenus dari tempat
pembuangan sampah pendegradasi plastik adalah bakteri tanah Acinetobacter sp. mampu mendegradasi
polietilen. Genus Brevibacillus, Pseudomonas dan Rhodococcus spp. telah mampu mendegradasi polietilen
melalui beberapa treatment dengan prosentase berat kering sebesar 37,5%, 40,5% dan . Ditemukannya dua
konsorsium mikroorganisme dari genus Sphingomonas dan Pseudomonas yang mampu mendegradasi polietilen
dengan tingkat degradasi tinggi hingga 42,8% penurunan berat kering.
1.2 Tujuan

1. Dapat mengetahui struktur plastik

2. dapat mengetahui bakteri pendegradasi plastik

3. Dapat memahami tentang bioplastik


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plastik

Plastik adalah polimer rantai panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit
molekul berulang atau monomer. Plastik yang umum terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen,
nitrogen, chlorine atau belerang di tulang belakang. Tulang belakang adalah bagian dari rantai di jalur utama yang
menghubungkan unit monomer menjadi kesatuan. Untuk mengeset properti plastik grup molekuler berlainan
bergantung dari tulang belakang (biasanya digantung sebagai bagian dari monomer sebelum menyambungkan
monomer bersama untuk membentuk rantai polimer). Pengesetan ini oleh grup pendant telah membuat plastik
menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan pada kehidupan abad 21 dengan memperbaiki properti dari polimer
tersebut.

Plastik merupakan material yang baru secara luas dikembangkan dan digunakan sejak abad ke-20 yang
berkembang secara luar biasa penggunaannya dari hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta
ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005. Saat ini penggunaan material plastik di
negara-negara Eropa Barat mencapai 60 kg/orang/tahun, di Amerika Serikat mencapai 80 kg/orang/tahun,
sementara di India hanya 2 kg/orang/tahun.

Pengembangan plastik berasal dari penggunaan material alami (seperti: permen karet, shellac) sampai ke
material alami yang dimodifikasi secara kimia (seperti: karet alami, nitrocellulose) dan akhirnya ke molekul
buatan manusia (seperti: epoxy, polyvinyl chloride, polyethylene).

Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Mereka terbentuk dari
kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau
ekonomi. Ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapat dibentuk menjadi film atau fiber
sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka malleable, memiliki properti keplastikan. Plastik
didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras, reliency dan
lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan
memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri.

2.1.1 Jenis plastik

Plastik dibagi menjadi dua klasifikasi utama berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan
kegunaannya plastik komoditi dan plastik teknik. Plastik-plastik komoditi dicirikan oleh volumenya yang tinggi
dan harga yang murah. Plastik ini bisa diperbandingkan dengan baja dan aluminium dalam industri logam. Mereka
sering dipakai dalam bentuk barang yang bersifat pakai-buang (disposable) seperti lapisan pengemas, namun
ditemukan juga pemakaiannya dalam barang-barang yang tahan lama. Plastik teknik lebih mahal harganya dan
volumenya lebih rendah, tetapi memiliki sifat mekanik yang unggul dan daya tahan yang lebih baik. Mereka
bersaing dengan logam, keramik dan gelas dalam berbagai aplikasi.
Plastik komoditi pada prinsipnya terdiri dari empat jenis polimer utama: polietilena, polipropilena,
polivinil klorida dan polistirena. Polietilena dibagi menjadi produk massa jenis rendah (<0,94 g/cm3) dan produk
masa jenis tinggi (>0,94 g/cm3). (perbedaan dalam massa jenis ini timbul dari strukturnya. Polietilena massa jenis
tinggi secara essensial merupakan polimer linier dan polietilena massa jenis rendah bercabang). Plastik-plastik
komoditi mewakili sekitar 90% dari seluruh produksi termoplastik, dan sisanya terbagi di antara kopolimer
stirena-butadiena, kopolimer akrilonitril-butadiena-stirena (ABS), poliamida dan polyester. Konsumsi plastik
teknik dunia hingga akhir 80-an mencapai kira-kira 1,5 x 109 kg/tahun, diantaranya poliamida, polikarbonat,
asetal, polifenilena oksida dan polyester mewakili 99% dari pemasaran, yang tidak diperlihatkan adalah bahan-
bahan berkualitas teknik dari kopolimer akrilonitril-butadiena-stirena, berbagai polimer terflourinasi dan sejumlah
kopolimer dan paduan polimer yang meningkat jumlahnya.

Ada banyak kesamaan dalam pasaran plastik-plastik teknik, tetapi plastik-plastik ini dipakai, terutama
dalam bidang transportasi (mobil, truk, pesawat udara), konstruksi (perumahan, instalasi pipa ledeng, perangkat
keras), barang-barang konsumsi. Selain polimer-polimer yang telah diperlihatkan, kopolimer dan paduan polimer
teristimewa yang disesuaikan untuk memperbaiki sifat (mutu) pun bertambah jumlahnya. Pemasaran plastik-
plastik teknik tumbuh dengan cepat dengan proyeksi pemakaian yang menarik hingga 10% per tahun pada masa-
masa mendatang.

Hampir semua plastik yang telah disebutkan sejauh ini merupakan termoplastik. Di antara plastik-plastik
ini, hanya beberapa fenol-formaldehida dan urea-formaldehida dan poliester-poliester tak jenuh menduduki sekitar
90% dari seluruh produksi. Perbandingan produksi antar termoplastik dengan thermoset kira-kira 6:1. Tipe-tipe
plastik komoditi, plastik teknik dan plastik thermoset disajikan pada Tabel 1, 2 dan 3.
Plastik juga dapat digolongkan berdasarkan:
1. Sifat fisikanya
a. Termoplastik. Merupakan jenis plastik yang bisa didaur-ulang/dicetak lagi dengan proses pemanasan
ulang. Contoh: polietilen (PE), polistiren (PS), ABS, polikarbonat (PC).

b. Termoset. Merupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang/dicetak lagi. Pemanasan ulang akan
menyebabkan kerusakan molekul-molekulnya. Contoh: resin epoksi, bakelit, resin melamin, urea-
formaldehida.
2. Kinerja dan penggunaanya
a. Plastik komoditas
- Sifat mekanik tidak terlalu bagus

- Tidak tahan panas

- Contohnya: PE, PS, ABS, PMMA, SAN

- Aplikasi: barang-barang elektronik, pembungkus makanan, botol minuman


c. Plastik teknik
- Tahan panas, temperatur operasi di atas 100 °C

- Sifat mekanik bagus

- Contohnya: PA, POM, PC, PBT

- Aplikasi: komponen otomotif dan elektronik

d. Plastik teknik khusus


- Temperatur operasi di atas 150 °C

- Sifat mekanik sangat bagus (kekuatan tarik di atas 500 Kgf/cm²)

- Contohnya: PSF, PES, PAI, PAR

- Aplikasi: komponen pesawat

3. Berdasarkan jumlah rantai karbonnya


a. 1 - 4 Gas (LPG, LNG)

b. 5 - 11 Cair (bensin)

c. 9 - 16 Cairan dengan viskositas rendah

d. 16 - 25 Cairan dengan viskositas tinggi (oli, gemuk)


e. 25 - 30 Padat (parafin, lilin)

f. 1000 - 3000 Plastik (polistiren, polietilen, dll)


4. Berdasarkan sumbernya
a. Polimer alami: kayu, kulit binatang, kapas, karet alam, rambut

b. Polimer sintetis:
- Tidak terdapat secara alami: nylon, poliester, polipropilen, polistiren

- Terdapat di alam tetapi dibuat oleh proses buatan: karet sintetis

- Polimer alami yang dimodifikasi: seluloid, cellophane (bahan dasarnya dari selulosa tetapi telah mengalami
modifikasi secara radikal sehingga kehilangan sifat-sifat kimia dan fisika asalnya).

2.2 Potensi Bakteri Bacillus Sp. dalam Mendegredasi Plastik

2.2.1 Tahap dalam Mendegredasi Plastik

Plastik yang digunakan berupa produk kantong plastik dengan berbagai warna yaitu putih dan
hitam. Kadua jenis kantong plastik tersebut dipotong dengan ukuran 15x4 cm sebanyak 3x ulangan tiap
jenis plastik kemudian disterilisasi dengan menggunakan alkohol 70% selama kurang lebih 30 menit dan
dikeringkan anginkan sekaligus di UV pada LAF (Bio 60-M) selama kurang lebih 15 menit dan di oven
pada suhu 80 ºC selama 24 jam. Plastik tersebut kemudian ditimbang menggunakan analitical balance
(Shimadzu) untuk mengetahui berat kering awal plastik.
Isolat bakteri uji yang digunakan adalah Bacillus. Pertama dilakukan peremajaan isolat bakteri uji.
Peremajaan isolat dilakukaan melalui beberapa tahap. Tahap pertama yaitu subkultur pada medium padat
Nutrient Agar. Subkultur ini dilakukan sebanyak 2-3 kali sehingga didapat isolat murni. Selanjutnya hasil
koloni tunggal diidentifikasi secara makroskopis dan biokimia berdasarkan Bergey’s Manual of
Determinative Bacteria. Uji konfirmasi ini dilakukan sesudah proses biodegradasi.

Subkultur tahap kedua dilakukan pada medium cair NB sebanyak 3 kali pada medium Nutrient
Broth. Dari proses subkultur terakhir dilanjutkan dengan proses pembuatan starter sebanyak 35 ml untuk
satu kolom Winogradsky (10% dari total medium).

Metode yang digunakan adalah Kolom Winogradsky denganbotol ukuran 660 ml, berisi pasir
steril : Mineral Salt Medium (MSM) 300 gram : 315 ml. Plastik uji yang digunakan adalah kantong
plastik hitam, putih dan transparan ukuran 10 x 3 cm. Botol diisi 3 potongan plastik. Proses biodegradasi
dilakukan selama 4 bulan, dengan parameter berat plastik, dan pengukuran densitas bakteri uji pada λ 600
nm dengan spektrofotometer. Pengukuran kehilangan berat plastik dilakukan dengan cara menghitung
selisih berat potongan plastik sebelum didegradasi dan setelah proses degradasi. Berikut rumus
perhitungan prosentase kehilangan berat plastik, dengan Wi adalah berat kering awal sebelum degradasi
(gram) dan Wf adalah berat kering akhir setelah degradasi (gram).

2.2.2 Rekonfirmasi Isolat Bakteri Uji

Inokulum uji yang digunakan adalah isolat Bacillus sp. koleksi Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Biologi ITS. Rekonfirmasi isolat bakteri uji dilakukan pada pasca masa inkubasi.

Gambar 3. Penampang Mikroskopis Isolat Bacillus sp. perbesaran 1000x

Pada proses konfirmasi didapatkan bahwa bakteri Bacillus sp. memiliki Gram positif, sel
berbentuk batang, positif endospora, fakultatif anaerob. Karakter bakteri tersebut sesuai dengan yang
dijelaskan pada .

2.2.3. Proses Biodegradasi

Proses biodegradasi polimer terdiri dari beberapa langkah : pertama tahap biodeterioration
terjadinya perpaduan aktivitas dari sekumpulan mikroorganisme, dekomposer lain dan faktor abiotik yang
memecah komponen polimer menjadi lebih sederhana. Kemudian mikroorganisme mensekresikan
senyawa katalitik (berupa enzim dan radikal bebas) membentuk biofilm yang mampu memutus rantai
polimer secara progresif menjadi lebih sederhana : oligomer, dimer, dan monomer. Langkah ini disebut
dengan depolimerisasi. Hasil dari pemecahan molekul polimer tersebut beberapa ada dikenali oleh sel
reseptor mikroorganisme dan mampu masuk melewati membran sel mikroorganisme sisanya akan tetap
berada dilingkungan. Selanjutnya terjadi proses asimilasi di dalam sitoplasma mikroorganisme yaitu
terjadinya proses metabolisme untuk menghasilkan produk berupa energi, biomassa, cadangan makanan
serta metabolit primer maupun sekunder. Beberapa metabolit sederhana dan kompleks kemungkinan
dieksresikan menuju bagian ekstraseluler (misalnya asam organik, aldehid, terpen, antibiotic, dan lain-
lain). Molekul sederhana seperti CO2, N2, CH4, H2O dan garam mineral yang termasuk hasil
metabolisme intraseluler teroksidasi ke lingkungan. Tahap ini disebut mineralisasi.

Proses biodegradasi ini dilakukan dengan menggunakan medium Mineral Salt Medium (MSM)
tanpa sumber karbon selama 3 bulan masa inkubasi, sehingga mikroorganisme distimulus untuk
menggunakan plastik sebagai sumber karbon. Pada keadaan tercekam nutrisi (seperti kekurangan sumber
karbon) mikroorganisme akan cenderung membentuk lapisan biofilm. Formasi biofim ini membantu
bakteri yang ada di dalamnya untuk efisiensi energi selama tercekam nutrisi Menurut penelitian [11],
pembentukan biofilm pada permukaan plastik merupakan salah satu pertumbuhan yang sering terjadi pada
bakteri pendegradasi plastik. Pertumbuhan biofilm diukur dengan λ 600 nm.

Metode kuantitatif yang paling sederhana untuk mengukur terjadinya biodegradasi suatu polimer
adalah dengan menentukan kehilangan berat dan degradabilitas polimer. Kehilangan berat ditentukan
dengan menghitung selisih berat potongan plastik setelah 3 bulan masa inkubasi (Tabel 4.). Pengukuran
ini dilakukan setiap 3 minggu sekali.

Tabel 4.Persentase Kehilangan Berat Plastik oleh Bacillussp.

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji Tukey ANOVA dengan tingkat kepercayaan 0,05
Gambar 4. Grafik Nilai Absorbansi Bacillus sp. λ 600 nm pada (A) Biofilm dan (B) Kolom Air.

Persentase kehilangan berat kering plastik mengalami peningkatan setiap minggunya (Tabel 1.). Hal ini
memperkuat asumsi bahwa agen biodegradasi yang berperan adalah inokulum Bacillus dimana pada minggu 6 dan
12 diasumsikan merupakan fase adaptasi inokulum uji untuk melakukan proses degradasi dari total 4 bulan masa
inkubasi yang dilakukan. Pada plastik hitam, isolat Bacillus mampu mendegradasi plastik lebih tinggi
dibandingkan dengan plastik putih dan transparan, yaitu pada minggu 12 setelah masa inkubasi biodegradasi
mencapai 8%.

Plastik hitam memiliki tingkat persentase kehilangan berat plastik lebih tinggi jika dibandingkan dengan
plastik putih dan transparan. Hal ini diasumsikan bahwa inokulum ujimendegradasi molekul yang bukan
merupakan molekul asli dari plastik uji dikarenakan tertutupnya molekul asli plastik oleh molekul polimer zat-zat
tambahan yang adanya pada plastik hitam. Menurut BPOM (2013), kantong kresek yang beredar di pasaran adalah
tergolong plastik daur ulang yang berbahaya karena ditambahkan zat pewarna berlebihan contohnya kantong
plastik hitam. Penambahan adanya bahan aditif dan proses daur ulang meningkatkan tingkat kejenuhan molekul
sehingga bakteri susah untuk melakukan degradasi.

Dari proses pengukuran selama masa inkubasi selama 3 bulan menunjukkan adanya peningkatan
pertumbuhan bakteri uji berdasarkan kekeruhan (Gambar 2.). Hal ini juga menunjukkan bahwa bakteri Bacillus
sp. mampu menggunakan polimer plastik sebagai sumber karbon, sehingga bakteri mampu membelah diri. Jumlah
absorbansi bakteri pada biofilm memiliki nilai yang cenderung lebih rendah dari pada nilai absorbansi pada kolom
air. Berarti sebagian besar inokulum uji memanfaatkan sumber karbon yaitu yang terdapat di dalam kolom air dan
plastik untuk pertumbuhannya. Sumber karbon yang ada dikolom air diduga berasal dari hasil sampingan atau
eksudat dari degradasi plastik hitam. Peningkatan nilai absorbansi biofilm bakteri Bacillus sp. pada plastik hitam
bahwa cenderung lebih tinggi dibanding dua plastik uji lainnya. Sedangkan pada nilai absorbansi kolom air plastik
hitam cenderung lebih rendah dibandingkan dua plastik uji lainnya. Hal ini diasumsikan berkaitan dengan
kecenderungan tingkat kejenuhan molekul polimer pada plastik hitam yang menyebabkan lebih susah untuk
didegradasi. Berdasarkan adanya penambahan bahan aditif dan proses daur ulang meningkatkan tingkat kejenuhan
molekul sehingga bakteri susah melakukan degradasi.

2.3 Potensi Bakteri Pseudomonas dalam Mendegredasi Plastik

Biodegradasi adalah proses dimana mikroorganisme mampu mendegradasi atau memecah polimer alam
(seperti lignin dan selulosa) dan polimer sintetik (seperti polietilen dan polistiren). Mikroorganisme mendegradasi
polietilen dan poliuretan dengan memanfaatkannya sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Degradasi polimer tersebut akan membentuk formasi biofilm pada permukaan polimer. Proses degradasi diawali
dengan polimer yang dirubah menjadi monomer kemudian monomer ini dimineralisasi. Sebagian besar polimer
terlalu besar untuk melalui membaran sel, jadi polimer harus dipolimerisasi menjadi monomer yang lebih kecil
sebelum dapat diserap dan didegradasi dalam sel mikroba. Beberapa jenis mikroorganisme yang paling sering
dimanfaatkan dalam biodegradasi adalah bakteri.

Salah satu jenis bakteri yang banyak diteliti dan memiliki kemampuan mendegradasi plastik adalah
Pseudomonas. Bakteri Pseudomonas termasuk dalam golongan bakteri gram negatif, tidak membentuk spora,
berbentuk rod (batang), motil dengan satu atau lebih flagela pada bagian tepi. Jenis bakteri obligat aerob, tetapi
beberapa spesies dapat tumbuh secara anaerob dalam kondisi lingkungan yang terdapat nitrat di dalamnya.
Termasuk dalam bakteri katalase positif, yakni dengan memetabolisme gula secara oksidatif. Pseudomonas secara
umum tidak memiliki enzim hidrolitik yang penting dalam mendegradasi polimer menjadi monomer namun
bakteri ini memiliki system inducible operon yang mampu menghasilkan enzim tertentu dalam proses
metabolisme sumber karbon yang tidak biasa digunakan. Oleh karena itu bakteri ini memiliki peran penting dalam
proses biodegradasi berbagai macam polimer antara lain senyawa xenobiotic dan pestisida. Salah satu jenis enzim
yang dihasilkan oleh Pseudomonas spp. yang berperan dalam biodegradasi adalah serine hidrolase, esterase dan
lipase. Salah satu kemampuan Pseudomonas sp adalah mendegredasi polistirena.

Polistirena dan produk turunan polistirena lainnya merupakan komoditas plastik yang secara ekstensif
digunakan untuk pengemasan dan banyak aplikasi lainnya. Palstik hasil sintesis bersifat non-biodegradable di
lingkungan alaminya disebabkan oleh kompleksitas strukturnya, bobot molekular tinggi dan hidrofobik
(Schlemmer et al., 2009; Rahmat et al., 2009). Polistirena merupakan plastik yang bersifat kaku (rigid) dimana
biasanya secara umum digunakan sebagai bahan pengemas (Khaksar dan Khansari, 2009).

Mikroorganisme memainkan peran kunci dalam proses biodegradasi dilingkungan (Gu, 2003). Enam
isolat bakteri telah diisolasi dari tanah yang tertimbun sejumlah besar lapisan (film) dari polistirena menunjukan
kaitan erat dan pertumbuhan pada polistirena sebagai sumber karbon tunggalnya. Enzim ekstraselular
mikroorganisme ini memainkan peran kunci dalam proses biodegradasi suatu polimer. Enzim ini mengubah
polimer rantai panjang menjadi bentuk yang lebih sederhana dan selanjutnya menjadi molekul yang lebih kecil
sehingga mudah untuk diabsorbsi dan dimetabolisme didalam mikroorganisme dengan bantuan enzim-enzim
intraselular. Tumpukan polimer ditanah digunakan sebagai bidang uji untuk studi biodegradasi dikarenakan mirip
dengan kondisi lingkungan alaminya (Eubeler et al., 2009).

Scanning electron microscopy (SEM) pada lapisan permukaan film polistirena yang digunakan pada
proses isolasi menunjukan adanya pertumbuhan mikroba yang ekstensif. Konsorsium pertumbuhan mikroba dapat
dilihat dengan mata telanjang pada film polistirena dengan ketidak hadiran sumber karbon lainnya. Bakteri hasil
isolasi diidentifikasi berdasarkan urutan 16S RNA ribosomal. Strain bakteri yang diisolasi adalah Microbacterium
sp. NA23, Paenibacillus urinalis NA26, Bacillus sp. NB6 dan Pseudomonas aeruginosa NB26. Squen ini
kemudian dirujuk ke NCBI gen bank dan diperoleh nomer aksesinya. Bakteri ini tumbuh dan berikatan kuat pada
film polistirena untuk periode waktu yang lama tanpa sumber karbon lainnya mengindikasikan bahwa bakteri
tanah yang terisolasi mampu membentuk koloni dan menggunakan polistirena sebagai sumber karbon tunggal.
Kemampuan mikroba untuk membentuk koloni pada permukaan polimer merupakan tahap pertama untuk proses
biodegradasi (Yabannavar dan Bartha, 1993).

Populasi mikroba dipengaruhi oleh bahan-bahan di lingkungan sekitarnya. Mikroba tanah ini yang mampu
menggunakan senyawa karbon yang terkandung didalam polimer akan melimpah jumlahnya sementara yang tidak
bisa menggunakanya tidak akan mampu bertahan. Mikroba-mikroba ini memiliki beragam jalur degradasi polimer
sejalan dengan keanekaragaman mikroorganisme yang memetabolisme hidrokarbon aromatik. Sifat fisik dan
kimia alami pada proses pembusukan pada beragam material merupakan karakteristik utama biodegradasi.
Oraganisme seperti ini disebut biodeteriogen yang memiliki kemampuan saprotrofik dengan menggunakan
substrat untuk keberlanjutan pertumbuhan dan reproduksinya (Pinzari et al., 2006).

Skrening awal untuk kemampuan biodegradasi ini menggunakan spektroskopi Fourier Transform Infrared
(FTIR) pada perubahan kimia permukaannya dan analisis produk biodegradasi dengan menggunakan High
Pressure Liquid Chromatography (HPLC). Spektroskopi FTIR digunakan untuk analisis teknik pada banyak studi
biodegradasi (Kiatkamjornwong et al., 1999; Klrbas et al., 1999; Arboleda et al., 2004; Drimal et al., 2007).
Polimer sintesis terutama poliolefin terbuat dari hanya atom karbon dan hidrogen yang pada umumnya kurang
dapat di degrdasi mikroba. Sifat inert ini mungkin disebabkan sedikitnya total ikatan karbon–oksigen (C=O, C-
OR, C-OH), yang merupakan tempat degradasi enzim mikroba (Motta et al., 2007).

Polistirena secara struktural terdiri dari rantai alifatik dengan cincin aromatik melekat pada setiap atom
karbon lainya. Stirena adalah monomer dari polistirena dan dibiodegradasi oleh bakteri dan fungi (Mooney et al.,
2006). Biodegradasi intermediet stirena digunakan sebgai standar untuk analisis HPLC. Rntai panjang polimer
dipecah menjadi molekul yang lebih kecil oleh enzim ekstraselular yang kemudian diabsorbsi untuk metabolisme
selanjutnya didalam sel. Biodegradasi polimer biasanya dimulai dengan proses oksidasi. Oksidase dan peroksidase
mengoksidasi substrat yang cocok untuk karbonil, alkohol atau kelompok aldehid. Peroksidase mereduksi oksigen
terlarut menjadi peroksida. Lakkase mereduksi oksigen menjadi air dan mengoksidasi fenol dan substrat non-fenol
dengan pembentukan quinon atau radikal fenoksi dan radikal kation (Moen dan Hammel, 1994; Rabinovich et al.,
2004).

Deteksi senyawa metabolit pada lingkungan ekstraselular mengindekasikan bahwa bakteri NA26, NB6,
NB26 mampu untuk mengekstrak karbon dari molekul komplek polistirena tetapi proses ini sngat lambat dan
menyebabkan perubahan kimia yang tidak signifikan. Strain yang dikembangkan secara teknik molekular munkin
dapat digunakan untuk meningkatkan potensi biodegradasi pada bakteri isolat.

2.3.1 Peremajaan dan Pembuatan Starter Isolat Uji

Isolat bakteri uji yang digunakan adalah Pseudomonas sp., pertama dilakukan peremajaan isolat
bakteri uji. Peremajaan isolat dilakukaan melalui beberapa tahap. Subkultur-1 adalah 1 ose kultur murni
isolat diinokulasikan ke dalam medium Nutrient Agar (NA) dan diinkubasi selama 24 jam. Subkultur-2
adalah 1 ose dari subkultur-1 dan diinokulasikan ke dalam 10 ml medium Nutrient Broth (NB) dan
diinkubasi selama 24 jam. Subkultur-3 adalah 2,5 ml subkultur-2 diinokulasikan ke dalam 25 ml medium
NB dan diinkubasi selama 24 jam. Subkultur-4 adalah 5 ml subkultur-3 dan diinokulasikan ke dalam 50
ml medium NB. Subkultur-5 merupakan 10 ml subkultur-4 diinokulasikan ke dalam 100 ml medium NB.

2.3.2 Isolasi dan identifikasi Bakteri Genus Pseudomonas danOchrobactrum

Proses isolasi awal bakteri menggunakan metodeplatting method dengan cara sampel tanah dan
sampah plastikyang telah diperoleh dari lokasi TPA dan hutan mangrove,diambil sebanyak 10 Gram dan
disuspensikan ke dalam botolyang telah diisi dengan 90 mL larutan salin 0,85%, kemudiansuspensi
disimpan pada inkubator sheaker dengan suhu 37ºCselama 30 menit. Setelah proses inkubasi, suspensi
kemudiandiencerkan dengan metode serial dilution hingga mendapatkantingkat pengenceran 10-6.
Suspensi yang telah diencerkankemudian dipipet sebanyak 0,1 mL pada masing-masingsuspensi yang
berbeda dan dituang dalam cawan Petri steril,lalu masing-masing dituangkan media King’s B Agar
yangtelah ditambahkan 2% Polyethylene Glycol (PEG) untukmenguji kemampuan tumbuh isolat dalam
lingkungan yangmengandung bahan dasar plastik. Kemudian cawan Petri yangmengandung suspensi
diinkubasi secara aerob dalam inkubatordengan suhu 37ºC selama 48 jam.

Isolat bakteri yang telah berumur 48 jam kemudiandimurnikan dengan menggunakan metode
streak for singlecolonies dan diidentifikasi biokimia untuk mengetahui genusawal dari isolat bakteri.
Metode isolasi biokimia meliputi ujikatalase, uji produksi gas (oksidase), uji motilitas, uji produksiIndol
dan Hidrogen Sulfida (H2S), uji pewarnaan Gram sertauji fermentasi laktosa. HAsil uji disesuaikan
dengan bukuacuan Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology 9thEdition.

2.3.3 Screening Bakteri Pendegradasi Polimer Plastik pada Media Cair

Media Mineral Salt cair yang telah dibuat sebelumnya,dituangkan sebanyak 25 mL pada labu
Erlenmeyer berukuran100 mL dan ditambahkan dengan 0,1% serbuk HDPE danLDPE sebagai substrat
dan penyuplai karbon. Labu Erlenmeyerkemudian disterilisasi dengan autoclave, lalu sebanyak 1 mLpada
masing-masing medium Mineral Salt cair yang telahditambahkan oleh glukosa dan suspensi bakteri
sebelumnya,digunakan sebagai inokulum untuk setiap labu Erlenmeyeryang berisi serbuk HDPE dan
LDPE. Semua labu Erlenmeyerdiinkubasi pada inkubator shaker 150 rpm pada suhu 30ºCselama 4 hari.
Pertumbuhan bakteri ditentukan berdasarkantingkat kekeruhan (Asmita et al., 2015).

2.3.4 Screening Bakteri Pendegradasi Polimer Plastik pada Media Padat

Pengujian ini diawali dengan media agar yangmengandung HDPE dan LDPE ditambahkan
dengan Tween 80kemudian diinokulasi dengan kultur murni dan disebarkan padabagian tengah media
sepanjang 1 cm. Pengujian zona beningdigunakan kontrol negatif berupa media tanpa inokulum.

2.3.5 Biodegradasi Plastik

Isolat yang digunakan dalam tahap biodegradasi ini adalah isolat Pseudomonas murni dengan
kode P. Pertama disiapkan botol berukuran 1 L, berisi 300 gr pasir steril dan 350 ml medium Mineral Salt
Medium (MSM). Pasir steril disini berfungsi hanya sebagai media tanam plastik. Plastik dimasukkan
kedalam medium yang telah berisi bakteri uji dengan menggunakan pinset steril hingga terendam dalam
medium. Botol ditutup dan diinkubasi selama 3 bulan.

2.3.6 Persentase Kehilangan Berat Kering

Potongan plastik yang telah tepisah dari biofilm disemprot dengan alkohol 70% dan dikering
anginkan. Setelah kering, potongan plastik dioven pada pada suhu 80°C selama 24 jam. Plastik diukur
kehilangan berat kering plastik dengan menghitung selisih berat kering plastik sebelum proses degradasi
dan berat kering plastik setelah degradasi. Berikut rumus persentase kehilangan berat plastik, dengan W1
adalah berat kering awal sebelum degradasi (g) dan Wf adalah berat kering akhir plastik setelah degradasi
(g).

2.3.7 Sumber Inokulum

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan bakteri Pseudomonas sp. koleksi Laboratorium
Mikrobiologi dan Bioteknologi, Jurusan Biologi, ITS. Dari penelitian sebelumnya bakteri Pseudomonas
sp. mampu mendegradasi plastik putih sebesar 3% - 9%, dan plastik hitam sebesar 3% - 6% (data tidak
dipubilkasikan, 2014).

Tabel 5.Karakter Biokimia Pseudomonas


Gambar 5. Sel Bakteri Pseudomonas sp. pada Perbesaran 1000x.

Berdasarkan uji biokimia menunjukkan bahwa bakteri yang digunakan dalam proses biodegradasi
adalah bakteri Pseudomonas dengan karakteristik sebagai berikut :

Pada penelitian ini, inokulum yang akan diujikan diinokulasikan ke dalam medium MSM
(Mineral Salt Medium) yang tidak mengandung sumber karbon. Proses biodegradasi diawali dengan
menempelnya mikroorganisme pada plastik untuk memperoleh sumber C akibat medium yang tercekam
karena hanya terdiri dari garam-garam mineral. Dengan demikian inokulum dicekam agar menggunakan
sumber karbon dari plastik uji baik sebagai sumber C maupun energi.

Berdasarkan rerata persentase kehilangan berat kering, isolate Pseudomonas mampu


mendegradasi plastik setelah 3 bulan masa inkubasi yaitu sebesar 2,7%, plastik putih sebesar 3,3% dan
plastik transparan sebesar 4,5% selama 3 bulan masa inkubasi ( Tabel 3). Secara statistika dapat terlihat
jika kemampuan degradasi isolat Pseudomonas tidak berbeda nyata pada setiap jenis plastik.

Tabel 6.Rata-rata Persentase Kehilangan Berat Kering Setelah 3 Bulan Masa Inkubasi

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji Tukey ANOVA One Way dengan tingkat kepercayaan 0,05.

Apabila dikaitkan dengan kerapatan sel OD biofilm (Tabel 4) maka dapat terlihat jika persentase
kehilangan berat kering plastik uji berkorelasi positif dengan laju pertumbuhan bakteri Pseudomonas. Hal
ini menunjukkan bahwa bakteri ini mampu tumbuh dengan memanfaatkan plastik sebagai sumber karbon
biomassa maupun sumber energinya. Namun apabila dikaitkan dengan nilai kerapatan sel di kolom air
(Tabel 5), sel isolat Pseudomonas L1 cenderung membentuk biofilm dibandingkan hidup bebas di kolom
air. Hal ini dapat diasumsikan bahwa bakteri Pseudomonas lebih banyak tumbuh pada area biofilm atau
melekat pada permukaan plastik untuk mempermudah cara mendapatkan sumber karbon. Bakteri
pendegradasi plastik cenderung tumbuh membentukan biofilm pada permukaan plastik. Sifat polimer
plastik seperti polietilen (PE) dan polistiren (PS) adalah hidrofobik, sehingga agar dapat menempel kuat
pada sumber C-nya bakteri Pseudomonas harus mampu membentuk biofilm yang stabil.

Tabel 7.Rata-rata Kerapatan Sel Isolat Pseudomonas L1 Di Biofilm


Tabel 8.Rata-rata Kerapatan Sel Isolat Pseudomonas L1 Di Kolom Air

Kontrol merupakan plastik uji yang diinkubasi di dalam medium MSM (Mineral Salt
Medium) tanpa ada tambahan inokulum dan diinkubasi selama 3 bulan. Tabel 3 menunjukkan bahwa
nilai berat kering plastik uji bertambah jika dibandingkan dengan berat kering sebelum masa inkubasi.
Hal ini diasumsikan karena adanya partikel-partikel medium yang berupa garam mineral yang masuk
ke dalam serat plastik yang sudah cukup terbuka setelah adanya pre-treatment dengan menggunakan
alkohol dan sinar UV. Kebanyakan jenis plastik akan cenderung menyerab radiasi dengan energi tinggi
dalam spectrum bagian ultraviolet, dimana akan mengatifkan electron mereka menjadi lebih reaktif dan
menyebab\kan oksidasi, pemutusan dan degradasi lainnya. Namun pada panen ke- 2 hingga panen ke-
4 menunjukkan terjadi pertumbuhan pada biofilm dan kolom air botol uji pada semua plastik uji.
Sehingga ada kemungkinan proses degradasi terjadi karena ada mikroorganisme yang hidup dalam
botol kontrol selama proses degradasi. Pertumbuhan mikroorganisme ini kemungkinan terjadi karena
adanya kontaminasi selama perlakuan. Bila dibandingkan dengan perlakuan, persentase kehilangan
berat kering plastik pada kontrol masih rendah dibandingkan perlakuan dengan isolat Pseudomonas.
Persentase kehilangan berat kering yang terjadi di kontrol dapat digunakan sebagai faktor koreksi.

2.3 Bioplastik

Bioplastik atau yang sering disebut plastik biodegradable, merupakan salah satu jenis plastik yang hampir
keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat diperbarui, seperti pati, minyak nabati, dan mikrobiota. Ketersediaan
bahan dasarnya di alam sangat melimpah dengan keragaman struktur tidak beracun. Bahan yang dapat diperbarui ini
memiliki biodegradabilitas yang tinggi sehingga sangat berpotensi untuk dijadikan bahan pembuat bioplastik
(Stevens, 2002).

Permintaan bioplastik yang meningkat menyebabkan bioplastik berkembang cepat dalam produk
termoplastik global, baik yang bersifat biodegradable atau non-biodegradable. Permintaan bioplastik global
diperkirakan akan mencapai lebih dari satu milyar pon pada 2012. Saat ini, segmen bioplastik biodegradable adalah
segmen terbesar dari kategori bioplastik, tetapi diperkirakan akan digeser oleh kelompok produk bioplastik non-
biodegradable, yang paling tidak 100% berasal dari biomassa. Penggunaan utama bioplastik ditujukan untuk
kemasan, pelayanan makanan sekali pakai, dan serat aplikasi (Phil S. Dan Stephen W., 2008).
Bioplastik dapat dibuat dengan berbagai teknik dan metode sesuai dengan tujuannya. Menurut Sri Widia
(2010), bioplastik diproduksi pada skala industri dalam bentuk PCL (poli-å-kaprolakton), PHB (poli-â- hidroksi
butirat), PBS (poli butilena suksinat), dan PLA (polilactic acid). Bahannya pun dapat berupa bahan yang dapat
diperbarui seperi pati dalam pembuatan PLA atau minyak bumi seperti pada pembuatan PCL (Pusporini, 2011).
Cara lain yang lebih mudah adalah dengan membuat bioplastik dari nata. Pembuatan bioplastik dengan cara ini
membutuhkan bahan dasar seperti dari air cucian beras (Budi Haryono, 2011), air kelapa (Lisbeth Tampubolon,
2009), air limbah tahu dan sari buah (Ani S., Erliza H., dan Prayoga S., 2005).

BAB III
KESIMPULAN

1. Kitosan dipadukan dalam selulosa dengan tujuan meningkatkan sifat fisik, kimia, dan biologi. Sifat antimikrobial
dari kitosan diharapkan dapat mendukung perkembangan bioplastik dari selulosa sebagai pembalut luka.
Pembuatan bioplastik dalam penelitian ini menggunakan bahan dasar air cucian beras.\
2. Plastik terbagi atas 2 macam yaitu plastik yang susah terdegradable dan plastik yang mudah terdegradable
3. Pada umumnya untuk menguraikan plastik membutuhkan waktu yang sangat lama karena panjangnya ratai
polimer pentusunnya, namun saat ini telah ditemukan plastik yang ramah lingkungan yaitu Bioplastik.
Daftar Pustaka

Anonim, 2016. “Tinjauan Pustaka Plastik”

Anonim, 2016. “Tinjauan Pustaka Bioplastik”

Fadlilah, F. R. dan Maya Shovitri. 2014. Potensi Isolat Bakteri Bacillus dalam Mendegradasi Plastik dengan Metode
Kolom Winogradsky. Jurnal Teknik Pomits. 3(2): 40 –43.

Marjayandari, Lisa dan Maya Shovitri Biologi.2015.Potensi Bakteri Bacillus sp. dalam Mendegredasi Plastik.Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).Jurnal Sains Dan Seni Its
Vol. 4, No.2.

Sriningsih, Atik dan Maya Shovitri Biologi.2015.Potensi Isolat Bakteri Pseudomonas sp. dalam Mendegredasi Plastik.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).Jurnal Sains Dan
Seni Its Vol. 4, No.2.

Anda mungkin juga menyukai