Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk
dapat memilih, mempersiapkan diri, memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan
dalam jabatan yang dipilihnya itu (Frank Parson, dalam jones dalam Prayitno, 2015:93).
Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna
pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat (Levever
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan,
yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu
pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri
Jadi, bimbingan menurut para ahli dapat disimpulkan bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang
6
individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa: agar orang yang dibimbing dapat
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan norma-norma yang
2. Pengertian Konseling
Konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara
seorang individu yang terganggu oleh karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya
sendiri dengan seorang pekerja yang profesional, yaitu orang yang telah terlatih dan
berpengala man dan membantu orang lain mencapai pemecahan terhadap berbagai jenis
kesulitan pribadi (Maclean dalam Sherzer dan Stone dalam Prayitno, 2015:100).
kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan membantu
individu yang bersangkutan untuk mengapresiasi ketiga hal tersebut (Bernad dan Fullmer,
Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor)
kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (klien) yang bermuara pada
a. Tujuan Umum
Menurut (Hamrin dan Clifford, dalam Jones, 1951 dalam Prayitno, 2015:112) tujuan
Bimbingan dan Konseling secara umum yaitu untuk membantu individu membuat pilihan-
situasi-situasi tertentu (Hamrin & Clifford, dalam Jones, 1951). Sedangkan menurut
(Bradshow dalam McDaniel, 1956 dalam Prayitno, 2015:112) tujuan bimbingan dan
konseling yaitu untuk memperkuat fungsi-fungsi pendidikan dan menurut (Tiedeman dalam
Bernard & Fullmer, 1969 dalam Prayitno, 2015:112) untuk membantu orang-orang menjadi
insan yang berguna, tidak hanya sekadar mengikuti kegiatan-kegiatas yang berguna saja.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut
yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang
untuk seorang individu berbeda dari (dan tidak boleh disamakan) tujuan bimbingan dan
Tujuan pendidikan adalah perkembangan yang optimal dari setiap individu sesuai
dengan nilai-nilai yang dianutnya amsing-masing. Selanjutnya tujuan ini tidak akan tercapai,
jika kepada siswa diberikan sejumlah mata pelajaran saja apalagi tanpa administrasi dan
supervisi yang baik. Disekolah banyak ditemui mahasiswa dengan masalah-masalah yang
tidak hanya program pendidikan tetapi berkenaan dengan masalah lain seperti penyesuaian
sosial, emosional, pemilihan jurusan dan pemilihan lapangan kerja. Hal ini tidak akan dapat
disesuaikan dengan bidang administrasi dan supervisi saja tetapi terkait dengan bimbingan,
oleh karena itu erat hubungan antara kegiatan bimbingan dan konseling disekolah dengan
diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas-asas itu diikuti dan
terselenggara dengan baik sangat dapat diharapkan proses pelayanan mengarah pada
pencapaian tujuan yang diharapkan; sebaliknya asas-asas itu diabaikan atau dilanggar sangat
dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan tujuan bimbingan dan
konseling, bahkan akan dapat merugikan orang-orang yang terlibat didalam pelayanan, serta
profesi bimbingan dan konseling itu sendiri. Macam-macam Azas Bimbingan Dan Konseling
(Prayitno, 2015:115).
a. Azas Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan
kepada orang lain atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak
diketahui orang lain. Azas kerahasiaan dapat tercapai apabila memenuhi syarat, sebagai
berikut:
1) Tempat harus terbatas dari kemungkinan yang berkaitan didengar orang lain selama
proses wawancara.
2) Data yang didapat tidak boleh diinformasikan lagi kepada pihak lain tanpa sepengetahuan
klien.
b. Azas Kesukarelaan
Bimbingan dan konseling terselenggara atas dasar kesukarelaan dan ketulusan dari kedua
belah pihak (klien dan konselor). Seorang konselor rela membantu mengidentifikasi
c. Azas Keterbukaan
Bimbingan dan konseling diselenggarakan dalam suasana saling terbuka antara klien dan
pembimbing. Klien secara terus terang mengungkapkan segala informasi yang terkait
dengan masalah yang dihadapi begitu pula pembimbing harus secara terbuka melakukan
bimbingan.
d. Azas Kekinian
Masalah yang ditangani oleh pembimbing adalah yang sedang dialami atau dirasakan
oleh klien pada saat sekarang. Mengambil prinsip atau teori Gestau (hear and now) atau
disini dan sekarang dan hanya bisa atau boleh mengerjakan kasus mahasiswa pada saat
itu, dapat membahas masalah masa lalu dan masalah yang akan datang tetapi harus ada
kaitannya dengan masalah inti. Azas kekinian juga mengandung pengertian bahwa
e. Azas kemandirian
Merupakan tujuan dari bimbingan dan konselling yaitu tercapainya kemandirian didalam
konseling bertujuan menjadikan si terbimbing dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada
orang lain atau tergantung pada konselor. Individu yang dibimbing setelah dibantu
yang dimilikinya.
f. Azaz kegiatan
Didalam bimbingan konselilng klien dan atau konselor harus melakukan aktifitas-aktifitas
kegiatan tertentu jika menginginkan masalahnya terpecahkan. Azaz kegiatan ini harus
ditanamkan pada klien yang menjadi bimbingan dalam bimbingan harus ada kegiatan atau
berbagai aspek kepribadian mahasiswa yang meliputi cita-cita, bakat, minat, dan potensi-
potensi.
h. Azas kedinamisan
klien. Perubahan itu menuju kearah yang lebih baik yaitu perubahan yang menuju sesuatu
yang lebih baru, kreatif, dan lebih maju. Didalam bimbingan dan konseling diharapkan
terjadi kedinamisan selama wawancara. Dalam proses konseling yang baik perlu
menerapkan demokratis.
i. Azas kenormatifan
Upaya bimbingan dan konseling dilakukan dengan memperhatikan dan berpegang pada
pembimbing, jika masalah sudah diluar jangkauanya, maka harus dilakukan alih tangan
dengan persetujuan klien selain itu tindakan referal dilakukan tidak hanya pada masalah
diluar jangkauan tetapi juga ketika teranferensi yang negatif dari klien pada konselor.
k. Azas keahlian
Pelayanan bimbingan dan konseling diberikan secara teratur dan sestimatis dengan
Azas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan
azas ini makin dirasakan keperluanya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ ing ngarso
sung tulodo. Ing madya mangun karso“. Azas ini menuntut agar pelayanan bimbingan
dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan
menghadap kepada konselor saja, namun diluar hubungan proses bantuan bimbingan dan
konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan
konseling itu. Hakekat tut wuri handayani yaitu “pembimbing mengikuti apa-apa yang
diinginkanya oleh klien, sehingga kllien merasa aman, senang, dan nyaman (karena
diikuti pembimbingnya).”
a. Jenis-jenis masalah
sebagai berikut :
pelajar iru sendiri maupun bagi pelajar. Beberapa masalah belajar mengajar,
berhasil memilih metode dan alat0alat yang tepat sesuai dengan jenis dan
situasi belajar dan sebagainya. Bagi murid sendiri sering mengalami berbagai
2) Masalah pendidikan
kulikuler, memilih program studi yang cocok, mencar teman belajar yang
3) Masalah pekerjaan
banyak yang tidak lepas dari masalah ini, terutama murid-murid yang tidak
luang yang tidak terisi oleh suatu kegiatan tertentu. Yang menjadi persoalan
kegiatan yang bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat
luang, mengisi waktu luang dan memilih kegiatan yang cocok. Murid-murid di
sekolah pada umumnya banyak menghadapi masalah ini, terutama pada waktu
5) Masalah sosial
dengan individu lain atau dengan lingkungan sosialnya. Masalah ini timbul
sosialnya atau lingkungan sosial itu sendiri kurang sesuai dengan keadaan
dan merupakan salah satu jenis masalah yang sering dihadapi murid-murid.
6) Masalah pribadi
merasa kurang berhasil dalam menghadapi dan menyesuaikan diri dengan hal-
hal dari dalam menghadapi dan menyesuaikan diri dengan hal-hal dari dalam
ini sering dialami para pemuda pada waktu menjelang masa adolesensi yang
Pada umumnya masalah pribadi ini timbul karena individu tidak berhasil
b. Jenis bimbingan
Dalam hal ini bantuan yang dapat diberikan kepada anak dalam
pendidikan atau membantu agar para siswa dapat sukses dalam belajar dan
yang dimuali oleh Frank Parson pada tahun 1908 di Boston, Amerika Serikat.
pekerjaan bagi kaum muda agar mereka memiliki bekal untuk terjun ke
masyarakat.
3) Bimbingan pribadi
gaya hidup, perkembangan nilai-nilai moral/ adama dan sosial dalam diri,
kemampuan mengerti dan menerima diri orang lain, serta membantunya untuk
terfokus pada pengembangan pribadi, yaitu membantu para siswa sebagai diri
lingkungannya.
penanggulanganya.
diambilnya.
Etika adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang masalah yang baik dan
tidak baik. Tingkah laku manusia sesuai dengan norma maka tingkah laku itu disebut baik
sebaliknya jika tingkah laku tidak sesuai dengan norma maka tingkah laku itu disebut
tidak baik. Etika dalam hal ini mengandung arti moral, kejujuran, kehormatan, sikap yang
baik, sopan santun dan sebagainya. Berikut ini merupakan kode etik bimbingan dan
konseling yang dirumuskan oleh Ikatan Petugas Bimbingan dan Konseling (IPBI) :
sendiri.
c. Konselor tidak membedakan klien atas dasar suku, bangsa, warna kulit dan
d. Konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk mengerti
dapat mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan yang akan diberikan seta merugikan
klien.
e. Konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat rendah hati, sederhana, sabar, tertib,
g. Konselor memiliki sifat tanggung jawab baik terhadap lembaga dan orang-orang
i. Konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai tentang hakekat dan tingkah
j. Semua catatan tentang klien merupakan informasi bersifat rahasia dan konselor harus
menjada kerahasiaannya.
k. Semua test hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan dan
menafsirkan hasinya.
l. Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan lain
yang membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian seperti taraf intelegensi,
m. Data hasil test psikologi diintegrasikan daengan informasi lainnya yang diperoleh dar
sumber lain serta harus memperlakukannya serta dengan informasi lainnya itu.
o. Hasil test psikologi baru dikasih tahu kepada klien yang disertai dengan alasan-alasan
tentang kegiatan dan hasil test tersebut dapat diberi tahu kepada pihak lain, sejauh
pihak lain yang diberitahu itu tidak ada hubungannya dengan usaha bantuan kepada
a. Fungsi pengungkapan
Fungsi untuk memperoleh data tentang seseorang dan berdasarkan data itulah
b. Fungsi pencegahan
Apa yang diketahui pembimbing dapat digunakan untuk memperkirakan hambatan klien
dan dapat dicegah sehingga tidak mengalami potensi yang terdapat pada diri klien.
c. Fungsi penyaluran
Fungsi untuk membantu klien memilih sesuatu dan apakah sesuatu sesuai dengan apa
d. Fungsi pengembangan
Potensi yang terdapat pada diri klien yang perlu dikembangkan dengan bantuan dan
e. Fungsi penyesuaian
Fungsi ini membantu klien untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
f. Fungsi pengarahan
berbeda-beda, disinilah fungsi pembimbing hendaknya mengetahui arah yang akan dituju
oleh klien.
g. Fungsi informatif
Individu yang sedang berkembang memerlukan informasi baik tentang dirinya atau
lingkungan maka pembimbing perlu memberikan informasi yang mendukung bakat atau
Hal ini merupakan memberikan bantuan kearah pemecahan masalah yang sedang dialami
i. Fungsi perbaikan
Hal ini ditujukan kepada si klien pada usaha agar diri klien timbul suatu perubahan
j. Fungsi pemeliharaan
Dalam hal ini pembimbing berfungsi agar apa yang telah ada itudapat dijaga dengan baik
sehingga memberi manfaat bagi klien yang bersangkutan maupun bagi lingkungannya.
k. Fungsi peningkatan
Diharapkan bagaimana bantuan yang diberikan pada klien selalu ditingkatkan sehingga
1) Bimbingan untuk semua individu tanpa mengenal status sosial, ekonomi, jenis
pemberian bimbingan.
1) Masalah individu yang dikerjakan bimbingan dan konseling adalah pengaruh kondisi
mental dan fisik terhadap penyesuaian dirinya dengan lingkungan dan sebaliknya.
2) Keadaan sosial, ekonomi, politik, dll ikut diperhatikan jika hal itu ikut dipengaruhi
program bimbingan dan konseling harus menunjang bagian-bagian lain seperti bagian
2) Program bimingan harus fleksibel dengan kondisi sekolah, kebutuhan siswa-guru dan
1) Kemandirian
4) Guru dan orang tua harus bekerja sama secara aktif dengan konselor
B. Belajar
1. Belajar
Belajar dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai
usaha penguasaan meteri ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju
mengenai belajar. Pandangan beberapa ahli tentang belajar dalam Syaiful Bahri Djamarah
a. Belajar menurut James O. Whittaker adalah merumuskan belajar sebagai proses dimana
experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku
c. Belajar menurut Howard L. Kingskey adalah bahwa Learning is the process by which
behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training.
Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah
d. Slameto merumuskan pengertian belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan
imdividu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa definisi di atas, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
terbentuk karena pengalaman maupun ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh sesorang.
Pengalaman tersebut diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya maupun melalui ilmu
Dari penjelasan di atas, belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku. Ciri-ciri
perubahan tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut (Slameto, 2003: 3-5) :
Ini berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara
perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar
berikutnya.
Dengan demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan maka semakin banyak
dan baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan
itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha sendiri. Dalam proses belajar pasti
ada suatu tujuan yang ingin dicapai, ada beberapa hal yang menjadi tujuan dalam belajar.
Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010: 22-23), yaitu:
a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajara intelektual yang terdiri dari enam aspek
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yang meliputi
c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa ketrampilan dan
kemampuan bertindak, meliputi enam aspek yakni gerakan refleks, keterampilan gerak
dan interpretatif.
dan menanamkan sikap mental. Dengan mencapai tujuan belajar maka akan diperoleh hasil
C. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu motivum, yang artinya alasan sesuatu
terjadi, alasan tentang sesuatu hal itu bergerak atau berpindah. Kata motivum
merupakan sesuatu yang membuat individu bergerak, memunculkan tingkah laku untuk
berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Sobur, 2003).
Pada dasarnya motivasi itu terjadi karena adanya keinginan untuk memenuhi faktor-
faktor yang belum terpenuhi (Schiffman, 2007). Motivasi adalah salah satu fasilitas atau
kecenderungan individu untuk mencapai tujuan. Individu yang memiliki motivasi, akan
Goleman, 2001). Chernis dan Goleman (2001) juga menjelaskan bahwa individu yang
memiliki motivasi merupakan individu yang memiliki 4 aspek seperti adanya dorongan
mencapai sesuatu, memiliki komitmen, memiliki inisiatif, dan memiliki sikap optimis
terhadap aktifitas yang dilakukan. Menurut teori motivasi belajar yang diungkapkan
Uno (dalam Sagala, 2009) juga menjelaskan bahwa individu dikatakan memiliki
motivasi belajar, apabila individu memiliki adanya suatu tujuan yang diharapkan
dalam kegiatan belajarnya, selain itu adanya sikap ulet, gigih, tidak putus
asa dalam memiliki sikap tidak jenuh dalam pelajaran, dan selalu mencari cara
untuk menemukan ide-ide dalam belajar turut serta dikatakan sebagai individu yang
menuju ke arah yang diinginkan dan akan diwujudkan disebut motivasi. Motivasi
belajar yaitu sesuatu hal yang membuat individu ingin melakukan hal yang ingin
dicapai, sesuatu yang membuat individu tersebut tetap ingin melakukannya dan
menekankan pada ide-ide dari motivasi internal untuk mencapai sesuatu. Pandangan
e. Motivasi ekstrinsik
Sesuatu yang terjadi disebabkan oleh faktor-faktor eksternal individu, biasa
disebut dengan motivasi ekstrinsik (Omrod, 2009). Motivasi ini terjadi apabila siswa
menekankan suatu perilaku yang dilakukan akan diulangi kembali apabila perilaku
tersebut diberikan suatu respon (Santrock, 2008). Ketika siswa merasa putus asa,
merasa sesuatu hal yang telah dilakukan, namun tidak dianggap berarti atau
penting oleh orang menjadi turun dan menjadi malas. Peranan motivasi ekstrinsik
menjadi penting sebagai penguat dan pendorong, dengan banyak cara, seperti pujian
ketika mendapat nilai bagus kepada siswa, memiliki arti bahwa siswa itu dipandang
memiliki kemampuan, adanya rasa kepuasan dan tidak merasa sia-sia dengan usaha
Suatu imbalan atau hukuman sebagai konsekuensi dari faktor eksternal yang
atau hukuman dapat diberikan sebagai pengarahan karena siswa tersebut mampu
b. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik yaitu dorongan yang berasal dari dalam diri. Dorongan ini
dilakukan demi untuk mencapai sesuatu tujuan itu sendiri (Santrock, 2008). Motivasi
instrinsik menekankan bahwa siswa yang melakukan suatu usaha tertentu, karena
pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab pribadi atas pembelajaran siswa
tersebut. Salah satu contoh motivasi intrinsik yaitu pada mata pelajaran Sains,
kelompok lain.
Motivasi intrinsik biasanya ditingkatkan dengan banyak cara, salah satunya dengan
membuat siswa merasa tertarik dan tidak jenuh untuk melakukan proses belajar. Salah
satu contohnya bisa dilakukan dengan guru sebagai pembimbing dan pendidik untuk
sehari-hari sesuai perkembangan belajar siswa. Adanya hal ini, siswa merasa selalu
ingin tahu variasi belajar yang akan diberikan selanjutnya. Permainan- permainan
seperti games di kelas juga akan menarik rasa ingin tahu dan menimbulkan motivasi
intrinsik dari dalam diri siswa (Djiwandono, 2006). Pada hakikatnya motivasi yang
berasal dari dalam diri individu, akan berkembang dengan baik, apabila dapat
diterapkan dengan banyak metode dan variasi. Ketika belajar keterampilan guru dan
siswa sangat dibutuhkan untuk menciptakan dukungan belajar, seperti: nonton video
sejarah 17
Agustus, bercerita, membuat tugas dengan bentuk kliping koran. Keterampilan ini
akan memunculkan dorongan belajar dari dalam diri siswa, agar siswa merasa pelajaran
(Boekaerts, 2002)
tujuan dan mencapai tujuan tersebut. Motivasi ini sangat didukung oleh pendekatan
kognitif, karena individu akan lebih ingin melakukan sesuatu yang menjadi
Motivasi belajar yang baik, memiliki aspek-aspek (Chernis dan Goleman, 2001),
sebagai berikut :
1. Dorongan mencapai sesuatu
Suatu kondisi yang mana individu berjuang terhadap sesuatu untuk meningkatkan dan
2. Komitmen
Salah satu aspek yang cukup penting dalam proses belajar ini, adanya komitmen di
kelas. Siswa yang memiliki komitmen dalam belajar, mengerjakan tugas pribadi dan
terlebih dahulu. Siswa yang memiliki komitmen juga merupakan siswa yang
merasa bahwa Ia memiliki tugas dan kewajiban sebagai seorang siswa, harus belajar.
Tidak hanya itu, dengan kelompoknya juga, siswa yang memiliki komitmen memiliki
3. Inisiatif
Kesiapan untuk bertindak atau melakukan sesuatu atas peluang atau kesempatan
yang ada. Inisiatif merupakan salah satu proses siswa dapat dilihat kemampuannya,
apabila siswa tersebut memiliki pemikiran dari dalam diri untuk melakukan tugas
dengan disuruh orang tua atau siswa sudah memiliki pemahaman untuk
menyelesaikan tugas pekerjaan rumah tanpa di suruh orang tua. Siswa yang
memiliki inisiatif, merupakan siswa yang sudah memiliki pemikiran dan pemahaman
sendiri dan melakukan sesuatu berdasarkan kesempatan yang ada. Ketika siswa
menyelesaikan tugas, belajar untuk ujian, maka siswa memiliki kesempatan untuk
memperluas pengetahuan serta dapat menyelesaikan hal lain yang lebih bermanfaat
lagi.
4. Optimis
Suatu sikap yang gigih dalam mengejar tujuan tanpa perduli adanya kegagalan dan
kemunduran. Siswa yang memiliki sikap optimis, tidak akan menyerah ketika belajar
ulangan, meskipun mendapat nilai yang jelek, tetapi siswa yang memiliki rasa optimis
tentunya akan terus belajar giat untuk mendapat nilai yang lebih baik. Optimis
merupakan sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap siswa, agar siswa belajar bahwa
kegagalan dalam belajar bukanlah suatu akhir belajar dan bukan berarti siswa itu
D. Kepercayaan Diri
Enung Fatimah (dalam Khusnia, S., & Rahayu, S. A, 2010) mengartikan kepercayaan
diri sebagai sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan
penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan atau situasi yang dihadapinya.
Rasa percaya diri adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri
seseorang (Loekmono, 1983). Secara definitif, Hasan (dalam Khusnia, S., & Rahayu, S. A,
2010) menjelaskan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan akan kemampuan diri sendiri
Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan
segala sesuatu seorang diri, tetapi rasa percaya diri hanya merujuk pada adanya perasaan
yakin mampu, memiliki kompetensi dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh
pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
Dalam penelitian ini, kepercayaan diri yang penulis maksud yaitu keyakinan akan
kemampuan diri dalam mengembangkan sikap positif dan dapat memanfaatkannya dengan
tepat.
remaja yaitu
Berdasarkan risetnya, Harter berpendapat bahwa yang harus diperhatikan ketika ingin
meningkatkan rasa percaya diri remaja yaitu mengenai penyebab dari rendahnya rasa
memiliki tingkat rasa percaya diri yang paling tinggi ketika mereka berhasil pada aspek
dalam diri yang penting. Maka dari itu, remaja harus didukung untuk mengidentifikasikan
Dukungan emosional dan persetujuan sosial dari orang lain merupakan pengaruh yang
penting bagi rasa percaya diri remaja (Harter dalam Santrock, 2003). Sumber dukungan
alternatif dapat diterima secara informal seperti dukungan dari guru, pelatih, atau orang
dewasa lainnya yang berpengaruh terhadap dirinya, dan sumber dukungan secara formal
melalui program-program. Dukungan orang dewasa dan teman sebaya menjadi faktor
yang berpengaruh terhadap rasa percaya diri remaja. Salah satu penelitian menunjukkan
bahwa dukungan orangtua dan teman sebaya sama-sama berhubungan dengan harga diri
h. Prestasi
Prestasi merupakan salah satu faktor untuk dapat memperbaiki tingkat rasa percaya diri
remaja (Bednar, Wells, & Peterson, 1989). Rasa percaya diri remaja meningkat lebih
tinggi karena mereka tahu tugas-tugas penting untuk mencapai tujuan dan telah
meningkatkan rasa percaya diri remaja memiliki banyak kesamaan dengan konsep teori
belajar sosial kognitif Bandura mengenai kualitas diri yang merupakan keyakinan
individu bahwa dirinya dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan sesuatu yang
positif.
i. Mengatasi masalah (coping) Rasa percaya diri juga dapat meningkat ketika remaja
Wells, & Peterson; Lazarus dalam Santrock, 2003). Ketika remaja memilih mengatasi
masalah dan bukan menghindari, remaja menjadi lebih mampu menghadapi masalah
secara nyata, jujur, dan tidak menjauhinya. Perilaku ini menghasilkan suatu evaluasi diri
yang menyenangkan yang dapat mendorong terjadinya persetujuan terhadap diri sendiri
yang bisa meningkatkan rasa percaya diri dan perilaku sebaliknya dapat menyebabkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada seseorang menurut Hakim
a. Lingkungan keluarga
Keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam
percaya diri pada seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang
terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah
laku sehari-hari. Berdasarkan pengertian di atas, rasa percaya diri baru bisa tumbuh
dan berkembang baik sejak kecil, jika seseorang berada di dalam lingkungan keluarga
yang baik, namun sebaliknya jika lingkungan tidak memadai menjadikan individu
tersebut untuk percaya diri maka individu tersebut akan kehilangan proses
seseorang. Hakim (2002:121) menjelaskan bahwa pola pendidikan keluarga yang bisa
diterapkan dalam membangun rasa percaya diri anak adalah sebagai berikut :
b. Pendidikan formal
Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak, dimana sekolah
merupakan lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah lingkungan keluarga di
rumah. Sekolah memberikan ruang pada anak untuk mengekspresikan rasa percaya
percaya diri siswa di sekolah bisa dibangun melalui berbagai macam bentuk kegiatan
sebagai berikut :
1) Memupuk keberanian untuk bertanya
7) Belajar berpidato
Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh
rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan
orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika seseorang memiliki
suatu kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum. Kemampuan atau
keterampilan dalam bidang tertentu bisa didapatkan melalui pendidikan non formal
misalnya : mengikuti kursus bahasa asing, jurnalistik, bermain alat musik, seni vokal,
sebagainya. Sebagai penunjang timbulnya rasa percaya diri pada diri individu yang
bersangkutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri yang lain menurut
1) Kemampuan pribadi: Rasa percaya diri hanya timbul pada saat seseorang
selama ini diharapkan dan cita-citakan akan memperkuat timbulnya rasa percaya
diri.
4) Tekat yang kuat: Rasa percaya diri yang datang ketika seseorang memiliki tekat
rasa percaya diri ada tiga, yaitu pertama faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yaitu kemampuan yang dimiliki individu dalam mengerjakan sesuatu yang mampu
dan dicita-citakan, keinginan dan tekat yang kuat untuk memperoleh sesuatu yang
seseorang. Kedua, lingkungan formal atau sekolah, dimana sekolah adalah tempat kedua
untuk senantiasa mempraktikkan rasa percaya diri individu atau siswa yang telah didapat
lingkungan pendidikan non formal tempat individu menimba ilmu secara tidak langsung
faktor pendukung guna mencapa rasa percaya diri pada individu yang bersangkutan.
Menurut Lauster (1997), ada beberapa aspek dari rasa percaya diri sebagai berikut:
1. Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya
2. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam
3. Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala
4. Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang
5. Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu kejadian
dengan mengunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.
E. Penanganan Mahasiswa
pembagian Jumlah anggota yang disertakan sebanyak 4-8 (empat sampai delapan)
memiliki tanggung jawab untuk mengambil peran aktif dan direktif dalam
kelompok atau konseli dituntut untuk terlibat aktif dalam seluruh proses konseling
dan mengambil tanggung jawab untuk membuat perubahan dalam dirinya sendiri
maupun perubahan dalam diri anggota kelompok lain. Oleh karena itu, sebagai
pendukung pelaksanaan konseling ini, seluruh anggota kelompok diformasikan dalam
secara langsung.
Salah satu pendekatan yang diasumsikan efektif untuk mengatasi kepercayaan diri
pendekatan realita berfokus pada tingkah laku sekarang terutama mengenai perasaan-
perasaan dan sikap-sikap individu. Hal inipun diperkuat dari beberapa penelitian
individu. Melalui pendekatan realita konselor melibatkan diri dengan konseli dan
akan mampu untuk dapat memahami dan menentukan berbagai kebutuhan dasar yang
harus mereka penuhi sesuai dengan tingkat perkembangan yang ada pada dirinya
sendiri secara nyata dan realistis. Caranya adalah dengan memberikan kepercayaan
penuh terhadap kelayan dalam menjalani kehidupannya. Namun hal ini konselor perlu
mengarah pada pembentukan dan perubahan perilaku ke arah yang nyata yang
akan dapat membantu kelayan dalam mengatasi persoalan yang muncul pada dirinya
termasuk dalam hal ini yaitu permasalahan yang berhubungan dengan aspek
right, responsibility dan reality serta dengan dukungan berbagai teknik dalam
kegiatan konseling ini dimungkinkan akan dapat membantu masalah kelayan yang
berkaitan dengan kepercayaan dirinya yang kurang. Right merupakan nilai atau norma
patokan sebagai pembanding untuk menentukan apakah suatu perilaku benar atau
individu untuk menerima konsekuensi logis dan alamiah dari suatu perilaku.