Hal. 61-72
ABSTRAK
Kata kunci : Hevea brasilliensis Mull. Arg., asam giberelat, asam indol
asetat,perkecambahan, pertumbuhan.
ABSTRACT
Rubber tree (Hevea brasilliensis Mull. Arg.) are commodities that have an important role in
Indonesia. Gibberellin and auxin can accelerate seed dormancy breaking. The aim of this
research was to study the effects of gibberellin and auxin on the germination and growth of
Hevea brasilliensis Mull. Arg. This research was conducted in December 2014 until Pebruary
2015 in Bringin village, sub district of Bringin, Semarang Regency and Laboratory structure
and function of plant biology, FSM Diponegoro University. The arrangment used is the full
factorial pattern of random design (RAL) with two factors, namely the gibberellin (G0,G1,G2)
and auxin (I0,I1,I2). This research using nine treatments, each of treatment are three
replicates. Parameters were observed such as percent of germination, rate of germination,
height of plant, number of leaves,length of the roots, wet weight, and dry weight. The
1
2
analysis of data used is Analysist of Variances (ANOVA), if it shows significant results then
continued with the test duncan’s multiple test (DMRT)in fact 95% level. The results showed
that the hormone gibberellin 100 ppm to provide maximum results for improving germination
percentage and germination rate Hevea brasilliensis Mull. Arg. Gibberellin100 ppm
increasing germination percentage up to 28% and germination rate up to 45%. Combination
of 200 ppm gibberellin and auxin 100 ppm to provide maximum results for plant height with
the increase reached 61%, wet weight up to 100 % and dry weight up to 159%.
Key words: Hevea brasilliensis Mull. Arg., gibberellic acid, indol-3-acetic acid,
germination, growth.
ditanggulangi dengan melakukan penelitian lingkar pohon) dan aspek pertumbuhan kualitatif
pengaruh aplikasi zat pengatur tumbuh pada H. merupakan hal yang sangat penting dalam
brasiliensis. Zat pengatur tumbuh ini berguna produktifitas tanaman karet.
untuk meningkatkan pertumbuhan dan Fernando dan Tambiah (1970) dalam
perkembangan H. brasiliensis. Perlakuan Williams (1982) menyatakan bahwa klon H.
diberikan pada awal pertumbuhannya, sehingga brasiliensis yang produksi lateksnya tinggi
diharapkan dapat meningkatkan diferensiasi mempunyai lingkar batang yang relatif besar,
berkas pengangkut. Susunan latisifer yang terdiri floem lebih panjang dan jaringan latisifer yang
dari sel-sel latisifer atau buluh getah terdapat berkembang. Pemacuan pertumbuhan dan
dalam jaringan floem (Fahn, 1995). perkembangan H. brasiliensis perlu ditingkatkan
Asam indol-3-asetat (IAA) mempunyai untuk menghasilkan klon yang produksi lateksnya
peran dalam pembesaran sel, pembelahan pada sel tinggi. IAA dan GA3 berperan terhadap
kambium dan perkembangan batang, sedangkan pengembangan dinding sel, pembesaran sel,
giberelin (GA) menyebabkan pemanjangan batang pembelahan sel, sehingga perlu untuk diadakan
dengan memacu pembelahan sel dan pemanjangan penelitian tentang pengaruh IAA dan GA3
sel (Wattimena, 1992; Davies, 1995; Kende dan terhadap perkecambahan dan pertumbuhan
Zeevaart, 1997; Kende dkk., 1998). Diferensiasi tanaman pada H.brasiliensis.
sel juga dipengaruhi oleh IAA dan GA.
Kombinasi IAA dan GA mempunyai efek pada BAHAN DAN METODE
aktivitas kambium dan diferensiasi jaringan berkas
pengangkut. Perbandingan konsentrasi IAA dan Waktu dan tempat
GA menentukan xilem dan floem yang terbentuk Penelitian dilakukan di Desa Bringin,
(Wareing dan Phillips, 1973; Aloni, 1991). Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang dan
Eksperimen dengan IAA secara nyata Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi
menunjukkan bahwa transpor polar IAA Tumbuhan Fakultas Sains dan Matematika
menyebabkan pembentukan jaringan berkas Universitas Diponegoro.Waktu penelitian
pengangkut primer dan mempertahankan struktur dilakukan dari bulan Desember 2014 sampai
dan aktivitas pembelahan sel dari kambium Februari 2015.
pembuluh (Uggla dkk., 1998). Eksperimen
dengan IAA pada beberapa tumbuhan kayu keras Bahan dan Alat
dan konifer menunjukkan bahwa IAA berpotensi Bahan yang digunakan yaitu Biji karet
mempengaruhi banyak aspek pertumbuhan (Hevea brasililensis Mull. Arg.) dari PTP
kambium, termasuk produksi xilem dan floem, NUSANTARA 9 Salatiga, tanah, asam giberelat,
ukuran dan ketebalan dinding sekunder dari asam indol asetat, dan air. Alat yang digunakan
elemen xilem (Tuominen dkk., 1997; Uggla dkk., pada penelitian ini yaitu pot, polybag, oven,
1998). timbangan digital, hands sprayer, label, alat tulis,
Asam indol-3-asetat dan asam giberelat penggaris dan kamera.
mempunyai efek sinergis pada aktivitas kambium
dan diferensiasi jaringan pengangkut. Aplikasi Cara kerja
penggunaan IAA pada batang berkayu Persiapan Pot dan Tanah
memperlihatkan pembelahan kambium dan Polybag berukuran 40 x 30 cm disiapkan
diferensiasi elemen xilem. Penggunaan GA3 saja terlebih dahulu sebanyak 36 polybag. Polybag
menyebabkan pembelahan kambiun dan derivat tersebut diisi tanah hingga hampir penuh.
sel-sel xilem tidak berdiferensiasi tetapi Pengisian tanah kedalam polybag dilakukan
diferensiasi terjadi pada jaringan floem. IAA dan sampai polybag hampir penuh dengan tujuan
GA3 jika diaplikasikan bersama-sama tanaman mendapatkan nutrisi yang optimal dari
menyebabkan peningkatan yang tinggi pada tanah tersebut.
pembelahan kambium dan diferensiasi xilem
maupun floem (Wareing dan Phillips, 1973). Penyemaian Biji Karet
Perkembangan kayu (misalnya macam kulit dan
4
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial3 x 3
yang terdiri dari dua faktor, yaitu: Faktor
pertamaGiberelin(G) dengan konsentrasi 0, 100,
dan 200 ppmdan faktor kedua Auksin (I) dengan Perlakuan
konsentrasi 0, 100, dan 200 ppm.
Gambar 4.1.2 Histogram rerata persentase perkecambahan
Parameter Penelitian biji tanaman karet pada perlakuan hormon auksin selama 21
Pengamatan parameter meliputi persentase hari.
dan laju perkecambahan, tinggi tanaman, jumlah
daun, panjang akar utama, berat basah dan berat Hasil Anova menunjukkan bahwa pemberian
kering. hormon tumbuh giberelin (GA3) maupun auksin
(IAA) memberikan pengaruh nyata terhadap
persentase biji karet (p<0,05), sedangkan
HASIL DAN PEMBAHASAN kombinasi kedua hormon tumbuh tersebut tidak
Parameter yang diamati yaitu persentase memberikan pengaruh nyata terhadap persentase
perkecambahan, laju perkecambahan, tinggi perkecambahan biji karet, sehingga tidak ada
tanaman, jumlah daun, panjang akar, berat basah interaksi pada kedua hormon tersebut (p>0,05).
dan berat kering Berdasarkan hasil uji lanjut duncan,
4.1 Perkecambahan konsentrasi giberelin 100 ppm dan 200 ppm
4.1.1 Persentase Perkecambahan mampu memberikan pengaruh nyata terhadap
Hasil persentase perkecambahan tanaman persentase perkecambahan biji karet. Sedangkan
karet dari perlakuan kombinasi hormon tumbuh pada pemberian auksin, auksin 100 ppm mampu
giberelin dan auksin ditunjukkan pada gambar memberikan pengaruh nyata terhadap persentase
4.1.1 dan 4.1.2 perkecambahan biji karet tetapi auksin dengan
konsentrasi 200 ppm tidak berpengaruh nyata.
Pemberian hormon giberelin dengan
konsentrasi 100 ppm maupun 200 ppm
menunjukkan hasil tertinggi terhadap persentase
perkecambahan biji karet dengan persentase
sebesar 76,67 %. Nilai tersebut meningkatkan
persentase perkecambahan sebesar 28 % jika
5
Laj
dibandingkan dengan perlakuan tanpa giberelin.
u
Sedangkan pada pemberian hormon auksin, hanya
auksin dengan konsentrasi 100 ppm yang Pe
menghasilkan persentase perkecambahan biji karet rk
tertingggi dengan persentase sebesar 76,67 %. ec
Pemberian hormon auksin 200 ppm pada a
percobaan ini tidak memberikan pengaruh nyata m
terhadap persentase perkecambahan biji karet. ba
Berdasarkan gambar 4.1.1 dan 4.1.2. terlihat ha
bahwa hormon tumbuh giberelin maupun auksin n
mampu meningkatkan persentase perkecambahan. bij
PERLAKUAN
Hal tersebut diduga karena hormon giberelin i/h
maupun auksin dengan konsentrasi tersebut ari
Gambar 4.2.1 Histogram rerata laju perkecambahan biji
membantu mematahkan dormansi biji karet. Hal tanaman karet pada perlakuan hormon giberelin selama 21
tersebut sesuai dengan pernyataan Gardner (1991), hari
giberelin dapat menghilangkan masa dormansi
biji, sehingga biji akan lebih mudah untuk
Laj
berkecambah. Menurut Hopkins (1995), giberelin
u
akan berperan dalam fase berkecambah dan akhir
Pe
fase dormansi melalui pembentukan enzim α-
rk
amilase pada lapisan aleuron.
Giberelin mendorong pembentukan α- ec
amilase dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. a
Adanya enzim-enzim hidrolitik yang masuk ke m
kotiledon atau endosperm, akan mengakibatkan ba
terjadinya hidrolisis cadangan makanan yang ha
menghasilkan energi, untuk aktifitas sel (Hopkins, n
1995; Ashari, 1995). bij
Menurut Riyadi (2014), auksin juga dapat i/h
PERLAKUAN
mematahkan dormansi benih, merangsang proses ari
perkecambahan benih serta menaikkan kuantitas Gambar 4.2.2 Histogram rerata laju perkecambahan biji
hasil panen jika benih direndam pada auksin tanaman karet pada perlakuan hormon auksin selama 21 hari
terlebih dahulu. Auksin juga akan memacu proses
terbentuknya akar serta pertumbuhan akar dengan Hasil Anova menunjukkan pemberian hormon
lebih baik. tumbuh giberelin (GA3) maupun auksin (IAA)
memberikan pengaruh nyata terhadap laju
perkecambahan biji tanaman karet (p<0,05),
4.1.2 Laju perkecambahan sedangkan kombinasi kedua hormon tumbuh
Hasil laju perkecambahan tanaman karet dari tersebut tidak memberikan pengaruh nyata
perlakuan kombinasi hormon tumbuh giberelin terhadap laju perkecambahan biji karet, sehingga
dan auksin ditunjukkan pada gambar 4.2.1 dan tidak ada interaksi pada kedua hormon tersebut
4.2.2. (p>0,05).
Berdasarkan hasil uji lanjut duncan pemberian
giberelin 100 ppm maupun 200 ppm memberikan
pengaruh nyata terhadap laju perkecambahan biji
karet. Sedangkan pada pemberian auksin, auksin
100 ppm mampu memberikan pengaruh nyata
terhadap laju perkecambahan biji karet tetapi
auksin dengan konsentrasi 200 ppm tidak
berpengaruh nyata.
6
mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut belum banyak dibandingkan dengan kontrol dengan
diketahui secara pasti (Ratna, 2008). peningkatan sebesar 66,6 %.
Hasil terendah ditunjukkan pada perlakuan Giberelin menghasilkan pengaruh yang
G2I2 (giberelin 200 ppm dan auksin 200 ppm) cukup luas. Salah satu efek utamanya adalah
walaupun tidak berbeda nyata dengan kontrol. Hal mendorong pemanjangan daun (Ratna, 2008).
tersebut diduga karena adanya auksin Sedangkan IAA berperan dalam pembelahan sel
berkonsentrasi tinggi yaitu 200 ppm dan menjadi dan diikuti dengan pembesaran sel akan
hambatan untuk pertumbuhan tanaman karet. menghasilkan primordia daun yang berkembang
Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992), Davies (Salisbury dan Ross, 1995; Loveless, 1991).
(1995), dan Lakitan (1996) penambahan auksin Jumlah daun dan luas daun dipengaruhi oleh
eksogen terutama dalam konsentrasi tinggi akan genotip dan lingkungan. Posisi daun pada tanaman
merangsang sel tumbuhan tertentu untuk yang dikendalikan oleh genotip, juga mempunyai
menghasilkan etilen. Etilen tersebut menghambat pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan daun,
pertumbuhan batang. dan kapasitas untuk merespon kondisi lingkungan
yang lebih baik, seperti ketersediaan air (Gardner
4.2.3 Jumlah Daun dkk., 1991).
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa
pemberian giberelin (GA3), auksin (IAA) dan 4.2.2 Panjang Akar
kombinasi keduanya tidak berpengaruh nyata Hasil Anova menunjukkan pemberian
terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman karet. hormon tumbuh giberelin (GA3) tidak
Rerata jumlah daun tanaman karet dengan berpengaruh nyata terhadap panjang akar tanaman
perlakuan giberelin dan auksin dapat dilihat pada karet, sedangkan auksin (IAA) memberikan
gambar 4.4. pengaruh yang nyata terhadap panjang akar
tanaman karet. Kombinasi kedua hormon tumbuh
tersebut tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan panjang akar tanaman karet
(p>0,05). Hasil uji lanjut panjang akar tanaman
Ju karet yang dipengaruhi oleh giberelin dan auksin
ml ditunjukkan pada gambar 4.5.
ah
Da
un
Pa
nja
Perlakuan
ng
Gambar 4.4 Histogram rerata jumlah daun setelah penanaman
dengan perlakuan media tanam dan klon yang berbeda selama 42 Ak
hari. ar
Berdasarkan gambar 4.4 menunjukkan rerata (c
jumlah daun yang paling tinggi yaitu pada G2I1 m)
(perlakuan kombinasi giberelin 200 ppm dan
auksin 100 ppm) sebesar 10,00 dan hasil
pengukuran jumlah daun paling sedikit sebesar
6,00 yaitu pada semua perlakuan tanpa giberelin Perlakuan
dan kombinasi giberelin 200 ppm dan auksin 200
ppm. Walaupun secara uji stasistik kombinasi
Gambar 4.5 Histogram rerata panjang akar tanaman karet pada
kedua hormon tidak memberikan pengaruh yang perlakuan kombinasi hormon auksin dan giberelin setelah
nyata, tetapi perlakuan tersebut menghasilkan penanaman 42 hari.
tanaman yang mempunyai jumlah daun yang lebih Pertumbuhan panjang akar dari perlakuan
G1I2, G2I2, G2I1, G0I2 menunjukkan perbedaan
yang signifikan, hal tersebut dapat dilihat pada
8
Gambar 4.5. Pertumbuhan panjang akar paling gram dengan peningkatan sebesar 100 %
baik ditunjukkan pada perlakuan G1I2, yaitu dibandingkan kontrol. Hal tersebut diduga karena
sebesar 14,60 cm. Hasil tersebut meningkatkan tanaman karet pada perlakuan G2I1 memiliki tinggi
panjang akar sebesar 72 % dibanding kontrol. tanaman tertinggi, jumlah daun terbanyak dan
Berdasarkan hasil uji duncan, faktor yang panjang akar yang relatif lebih panjang
menyebabkan pengaruh nyata terhadap panjang dibandingkan dengan hasil perlakuan lainnya,
akar adalah auksin 200 ppm. Hal ini menandakan sehingga tanaman memiliki berat basah yang
bahwa auksin dominan dalam merangsang relatif lebih tinggi.
pertumbuhan akar. Hal tersebut sesuai dengan Menurut Nurhamida (2005), elongasi dan
pernyataan Tanimorto (2005), auksin adalah perbesaran sel yang diakibatkan oleh GA3dan IAA
hormon yang berperan penting pada pertumbuhan mempengaruhi berat basah dan berat kering
dan perkembangan tumbuhan, seperti tanaman. Cleland (1995), menyebutkan bahwa
pembentangan dan pembelahan sel. Misalnya auksin dapat meningkatkan tekanan osmotik,
pembentukan struktur akar, auksin berperan dalam meningkatkan permeabilitas sel terhadap air,
produksi akar dan pertumbuhan panjang akar. menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding
Sedangkan Wilkins (1989), menyatakan bahwa sel. Lakitan (1996) menyatakan bahwa giberelin
giberelin eksogen berpengaruh kecil pada menyebabkan potensial air menjadi lebih negatif,
pembentukan akar. sehingga air masuk lebih cepat dan menyebabkan
perbesaran sel.
4.2.4 Berat Basah
Hasil Anova menunjukkan pemberian
hormon tumbuh giberelin (GA3), auksin (IAA) 4.2.6 Berat Kering
dan kombinasi keduanya berpengaruh nyata Hasil ANOVA menunjukkan pemberian
terhadap berat basah tanaman karet (p<0,05). giberelin danauksin tidak memberikan pengaruh
Hasil uji lanjut berat basah tanaman karet yang nyata terhadap berat kering tanaman karet
dipengaruhi oleh kombinasi giberelin dan (p>0,05). Namuninteraksi kedua hormon tersebut
auksinditunjukkan pada gambar 4.6. berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman
karet (p<0,05). Hasil uji lanjut berat kering
tanaman karet yang dipengaruhi oleh
kombinasigiberelin dan auksin yang berbeda
ditunjukkan pada gambar 4.7.
Be Be
rat rat
Ba Ke
sa rin
h g
(g) (g)
Perlakuan
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. Penerjemah: Purba, Oktoviani. 2014. Perkecambahan Benih
Soediarto, A. Yogyakarta: Universitas Aren (Arenga pinnata) Setelah
Gadjah Mada Press. Diskarifikasi Dengan Giberelin pada
Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. Berbagai Konsentrasi.Fakultas Pertanian
1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Alih Universitas Lampung. ISSN 2339-0913.
Bahasa : Herawati Susilo. PenerbitUI. Ratna Dewi A, Intan. 2008. Peranan dan Fungsi
Jakarta. Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman.
Goldsworthy, P.R. dan Fisher, N.M. 1992. Bandung : Universitas Padjadjaran.
Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Riyadi, I. 2014. Media Tumbuh : Penggunaan Zat
Universitas Gadjah Mada Press: Pengatur Tumbuh dan Bahan-bahan Lain.
Yogyakarta. Materi disampaikan pada Pelatihan Kultur
Harjadi, Srisetyadi. 1979. Pengantar Agronomi. Jaringan Tanaman Perkebunan. BPBPI
Jakarta: PT. Gramedia Bogor 19 – 23 Mei 2014.
Junaidi, Wawan. 2008.Pengaruh Auksin Terhadap Riyanto, dkk. 2013. Laporan Dasar-Dasar
Pemanjangan Jaringan, http://wawan- Akuakultur.http://rahmanriy4nto.blogspot.c
junaidi.blogspot.com/, Diakses pada hari om/2013_01_01_archive.html.
Jum’at tanggal 20 Oktober 2014 pukul Rusmin, D., F. C. Suwarno. dan I. Darwati. 2011.
19.00 WIB. Pengaruh Pemberian GA3 pada Berbagai
Lakitan, B., 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Konsentrasi dan Lama Imbibisi terhadap
Perkembangan Tanaman. PT Raja Peningkatan Viabilitas Benih Purwoceng
Grafindo Persada. Jakarta. (Pimpinella pruatjan Molk.). Littri
Leopold, A.C. dan P.E. Kriedeman. 1975. Plant 17(3):89-94.
Growth and Development, Sec. Ed. Mc. Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi
Graw Hill Book Company, New York. Tumbuhan Jilid III.Penerjemah: Kisman,
Maryani, A.T. 1998. Pengaruh Skarifikasi dan S. Dan S.Ibrahim. Bandung: Penerbit
Giberellin terhadap Perkecambahan Benih InstitutTeknologi Bandung.
dan Pertumbuhan Bibit Rotan Manau. Setyowati, dan Rini. 2010. Pengaruh
Program Pasca Sarjana Universitas Penambahan Bekatul Terhadap Kadar
Andalas, Padang. Serat Kasar dan Sifat Organoleptik. Jurnal
Ningsih, I., A. Nasruddin. Dan Baharuddin., 2007. Gizi dan Pangan. Hal. 34.
Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Tuominen, H.; L. Puech; S. Fink; and B.
terhadap Pemecahan Dormansi Benih Sundberg. 1997. A radial concentration
Kentang (Solanum tuberosum L.) dan gradient of indole-3-acetic acid is related
Tingkat Kerusakan Akibat Penyakit Busuk to secondary xylem development in hybrid
Umbi (Erwinia carotovora subsp. aspen. Plant Physiol. 115: 577-585.
Carotovora). Prosiding. Seminar Ilmiah Uggla, C., E.J. Mellerowicz, and B. Sundberg.
dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI 1998. Indole-3-acetic acid controls
XVIII Komda Sum-Sel. 2007. Sulawesi cambial growth in scots pine by positional
Selatan. 110-114. signaling. Plant Physiology 117: 113-121
Nurshanti, D, F. 2009. Zat Pengatur Tumbuh Wattimena, G.A. 1992. Bioteknologi Tanaman.
Asam Giberellin (GA3) dan Pengaruh Bogor: PAU Bioteknologi Institut
Terhadap Perkecambahan Benih Palem Pertanian Bogor.
Raja (Roystonea regia). Agronobis, Vol. 1 Wareing, P.F. and I.D.J. Phillips. 1973. The
No.2, September 2009. Control of Growth and Differentiation in
Osterc, G., dan F. Stampar. 2011. Difference in Plants. Oxford: Pergamon Press.
Endo/Eogenous Auxsin Profile in Cuttings Widya.2010. Diferensiasi Berkas Pengangkut
of Different Physiological Ages. Plant Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell.
Physiology, 168: 2088-2092. Arg.). http://widya.blogspot.com/, Diakses
. pada bulan januari 2015 pukul 19.30 WIB.
11