Anda di halaman 1dari 17

PENGATURAN TEKANAN DARAH

Kontraksi otot jantung untuk mendorong darah dicetuskan oleh potensial aksi
yang menyebar melalui membran sel otot. Jantung berkontraksi atau berdenyut
secara berirama akibat potensial aksi yang ditimbulkan sendiri, suatu sifat yang
dikenal dengan otoritmisitas. Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung yaitu 99%
sel otot jantung kontraktil yang melakukan kerja mekanis, yaitu memompa. Sel - sel
pekerja ini dalam keadaan normal tidak menghasilkan sendiri potensial aksi.
Sebaliknya, sebagian kecil sel sisanya adalah, sel otoritmik, tidak berkontraksi tetapi
mengkhususkan diri mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi yang
bertanggungjawab untuk kontraksi sel - sel pekerja. Kontraksi otot jantung dimulai
dengan adanya aksi potensial pada sel otoritmik. Penyebab pergeseran potensial
membran ke ambang masih belum diketahui. Secara umum diperkirakan bahwa hal
itu terjadi karena penurunan siklis fluks pasif K+ keluar yang langsung bersamaan
dengan kebocoran lambat Na+ ke dalam. Di sel - sel otoritmik jantung, antara
potensial - potensial aksi permeabilitas K+ tidak menetap seperti di sel saraf dan sel
otot rangka. Permeabilitas membran terhadap K+ menurun antara potensial -
potensial aksi, karena saluran K+ diinaktifkan, yang mengurangi aliran keluar ion
kalium positif mengikuti penurunan gradien konsentrasi mereka. Karena influks
pasif Na+ dalam jumlah kecil tidak berubah, bagian dalam secara bertahap
mengalami depolarisasi dan bergeser ke arah ambang. Setelah ambang tercapai,
terjadi fase naik dari potensial aksi sebagai respon terhadap pengaktifan saluran Ca2+
dan influks Ca2+. Fase ini berbeda dari otot rangka, dengan influks Na+ bukan Ca2+
yang mengubah potensial aksi ke arah positif. Fase turun disebabkan seperti
biasanya, oleh efluks K+ yang terjadi karena terjadi peningkatan permeabilitas K+
akibat pengaktifan saluran K+. Setelah potensial aksi usai, inaktivasi saluran –
saluran K+ ini akan mengawali depolarisasi berikutnya. Sel – sel jantung yang
mampu mengalami otoritmisitas ditemukan pada nodus SA, nodus AV, berkas His
dan serat purkinje.

Sebuah potensial aksi yang dimulai di nodus SA pertama kali akan menyebar
ke atrium melalui jalur antar atrium dan jalur antar nodus lalu ke nodus AV. Karena
konduksi nodus AV lambat maka terjadi perlambatan sekitar 0,1 detik sebelum
eksitasi menyebar ke ventrikel. Dari nodus AV, potensial aksi akan diteruskan ke
berkas His sebelah kiri lalu kanan dan terakhir adalah ke sel purkinje.

Potensial aksi yang timbulkan di nodus SA akan menghasilkan gelombang


depolarisasi yang akan menyebar ke sel kontraktil melalui gap junction.
Kontraksi otot jantung dilihat dari segi biokimia, otot terdiri dari aktin, miosin,
dan tropomiosin. Aktin, G aktin monomerik menyusun protein otot sebanyak 25 %
berdasarkan beratnya. Pada kekuatan ion fisiologik dan dengan adanya ion Mg2+
akan membentuk F aktin. Miosin, turut menyusun 55 % protein otot berdasarkan
berat dan bentuk filamen tebal. Miosin merupakan heksamer asimetrik yang terdiri
1 pasang rantai berat dan 2 pasang rantai ringan. Troponin ada 3 jenis yaitu troponin
T yang terikat pada tropomiosin, troponin I yang menghambat interaksi F aktin
miosin dan troponin C yang mengikat kalsium.

Mekanisme kontraksi otot, adanya eksitasi pada miosit akan menyebabkan


peningkatan kadar Ca2+ di intraseluler.Eksitasi akan menyebabkan Ca2+ msk dari
ECM ke intrasel melalui L type channels lalu Ca2+ tersebut akan berikatan dengan
reseptor ryanodin- sensitive reseptor di sarkoplasmik retikulum dan akan
dihasilkan lebih banyak lagi Ca2+ (CICR = Ca2+ induced Ca2+ release). Kalsium yang
masuk akan berikatan dengan troponin C dan dengan adanya energi dari ATP akan
menyebabkan kepala miosin lepas dari aktin dan dengan ATP berikutnya akan
menyebabkan terdorongnya aktin ke bagian dalam (M line). Proses ini terjadi
berulang – ulang dan akhirnya terjadi kontraksi otot. Sumber ATP untuk kontraksi
berasal dari anaerob glikolisis, glikogenolisis, kreatin fosfat, dan fosforilasi
oksidatif. SumberATP pertama sekali adalah cadangan ATP, setelah itu
menggunakan kreatin fosfat diikuti dengan glikolisis anaerob, lalu glikolisis aerob
dan akhirnya lipolisis.

Sel-sel jantung yang mampu mengalami otoritmisitas ditemukan di lokasi-lokasi


berikut:
1. Nodus sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat
lubang vena kava superior.
2. Nodus atrioventrikel (AV), sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung khusus di
dasar atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan ventrikel.
3. Berkas HIS (berkas atrioventrikel), suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari
nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel, tempat berkas tersebut
bercabang membentuk berkas kanan dan kiri yang berjalan ke bawah melalui
seputum, melingkari ujung bilik ventrikel dan kembali ke atrium di sepanjang
dinding luar.
4. Serat Purkinje, serat-serta terminal halus yang berjalan dari berkas HIS dan
menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting-ranting pohon.
Berbagai sel penghantar khusus memiliki kecepatan pembentukkan impuls
spontan yang berlainan. Simpul SA memiliki kemampuan membentuk impuls
spontan tercepat. Impuls ini disebarkan ke seluruh jantung dan menjadi penentu
irama dasar kerja jantung, sehingga pada keadaan normal, simpul SA bertindak
sebagai picu jantung. Jaringan penghantar khusus lainnya tidak dapat mencetuskan
potensial aksi intriksiknya karena sel-sel ini sudah diaktifkan lebih dahulu oleh
potensial aksi yang berasal dari simpul SA, sebelum sel-sel ini mampu mencapai
ambang rangsangnya sendiri. Urutan kemampuan pembentukkan potensial aksi
berbagai susunan penghantar khusus jantung yaitu:
1. Nodus SA (pemacu normal) : 60-80 kali per menit
2. Nodus AV : 40-60 kali per menit
3. Berkas His dan serat purkinje : 20-40 kali per menit
Penyebaran eksitasi jantung dikoordinasi untuk memastikan agar pemompaan
efisien. Penyebaran ini dimulai dengan adanya potensial aksi secara spontan pada
simpul SA. Potensial aksi berjalan dengan cepat menyebar di kedua atrium.
Penyebaran impuls tersebut dipermudah oleh dua jalur penghantar, yaitu jalur
antaratrium dan antarnodus. Dengan jalur antarnodus, impuls kemudian menyebar
ke berkas AV, yaitu satu-satunya titik tempat potensial aksi dapat menyebar dari
atrium ke dalam ventrikel. Akan tetapi karena susunan khusus sistem penghantar
dari atrium ke dalam ventrikel, terdapat perlambatan yang lebih dari 1/10 detik
antara jalan impuls jantung dari atrium ke dalam ventrikel. Penyebab melambatnya
penghantaran impuls tersebut dikarenakan tipisnya serat di daerah ini dan
konsentrasi taut selisih yang rendah. Taut selisih itu sendiri merupakan mekanisme
komunikasi antar sel yang mempermudah konduksi impuls. Hal ini memungkinkan
atrium berkontraksi mendahului ventrikel untuk memompakan darah ke dalam
ventrikel sebelum kontraksi ventrikel yang sangat kuat. Jadi, atrium bekerja sebagai
pompa primer bagi ventrikel, dan ventrikel kemudian menyediakan sumber tenaga
utama bagi pergerakan darah melalui sistem vaskular. Dari nodus AV. Potensial aksi
menyebar cepat ke seluruh ventrikel, diperlancar oleh sistem penghantar ventrikel
khusus yang terdiri dari berkas His dan serat-serat purkinje.

Saraf otonom dengan tekanan darah


Nodus SA adalah pemicu normal jantung karena memiliki laju depolarisasi
spontan yang tertinggi. Penurunan potensial membrane otomatis secara perlahan
diantara denyut disebabkan oleh proses kompleks perpindahan ion yang melibatkan
penurunan permeabilitas K+, permeabilitas Na+ yang konstan, dan peningkatan
permeabilitas Ca2+. Ketika nodus SA mencapai ambang, terbentuk suatu potensial
aksi yang menyebar ke seluruh jantung, memicu jantung untuk berkontraksi, atau
berdenyut. Hal ini terjadi sekitar 70 kali permenit (sebagai kecepatan denyut
jantung).
Jantung dipersarafi oleh kedua divisi system saraf otonom, yang dapat
memodifikasi kecepatan (serta kekuatan) kontraksi, meskipun stimulasi saraf tidak
diperlukan untuk memulai kontraksi. Saraf parasimpatis ke jantung, saraf vagus,
terutama mempersarafi atrium, khususnya nodus SA dan AV, serta banyak
mempersarafi ventrikel.
Baik system saraf parasimpatis maupun simpatis menimbulkan efek pada
jantung dengan mengubah aktivitas system pembawa pesan kedua CAMP di sel-sel
jantung.
a. Efek stimulasi parasimpatis pada jantung
1. Pengaruh system saraf parasimpatis pada nodus SA adalah mengurangi
kecepatan jantung. Asetilkolin yang dibebaskan pada pengaktifan sistem
saraf parasimpatis meningkatkan permeabilitas nodus SA terhadap K+
dengan memperlambat penutupan saluran K+. Akibatnya kecepatan
pembentukan potensial aksi spontan berkurang melalui efek ganda:
i. Meningkatnya permeabilitas K+ menyebabkan hiperpolarisasi
membran nodus SA karena lebih banyak ion kalium positif
meninggalkan sel daripada normal sehingga bagian dalam menjadi
lebih negative. Karena dari posisi yang lebih jauh dari ambang maka
potensial “istirahat” memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai
ambang.
ii. Meningkatnya permeabilitas K+ yang diinduksi oleh stimulasi vagus
juga melawan penurunan otomatis permeabilitas K+ yang merupakan
penyebab depolarisasi gradual membrane ke ambang. Efek kontra ini
mengurangi frekuensi depolarisasi spontan, memperlama waktu yang
diperlukan untuk bergeser ke ambang. Karena itu, nodus SA lebih
jarang mencapai ambang dan melepaskan muatan dan frekuensi denyut
jantung berkurang.
2. Pengarus parasimpatis pada nodus AV mengurangi eksitabilitas nodus,
memperlama transmisi impuls ke ventrikel bahkan lebih lama daripada
penundaan lazim di nodus AV. Efek ini ditimbulkan oleh meningkatnya
permeabilitas K+, yang menyebabkan hiperpolarisasi membran sehingga
inisiasi eksitasi di nodus AV tertunda.
3. Stimulasi parasimpatis pada sel kontraktil atrium mempersingkat potensial
aksi, mengurangi arus masuk lambat yang dibawa oleh Ca2+; yaitu, fase datar
memendek. Akibatnya kontraksi atrium melemah.
4. Sistem parasimpatis tidak banyak berefek pada kontraksi ventrikel, karena
jarangnya persarafan parasimpatis di ventrikel jantung.
Karena itu jantung bekerja lebih “santai” dibawah pengaruh parasimpatis.
Berdenyut lebih lambat waktu antara kontraksi atrium dan ventrikel
memanjang, dan kontraksi atrium lebih lemah. Efek ini sesuai karena system
parasimpatis mengontrol jantung pada situasi tenang dan rileks ketika tubuh
tidak membutuhkan peningkatan curah jantung.
b. Efek stimulasi simpatis pada jantung
1. Sistem saraf simpatis mengontrol kerja jantung pada situasi darurat atau
olehraga, ketika dibutuhkan peningkatan aliran darah, mempercepat
frekuensi denyut jantung melalui efeknya pada jaringan pemacu. Efek utama
stimulasi simpatis pada nodus SA adalah percepatan depolarisasi sehingga
ambang lebih cepat tercapai. Norepinefrin yang dikeluarkan dari ujung saraf
simpatis mengurangi permeabilitas K+ dengan mempercepat inakitivasi
saluran K+. Dengan penurunan jumlah ion kalium yang meninggalkan sel,
bagian dalam sel menjadi kurang negative sehingga timbul efek depolarisasi.
Pergeseran ke ambang yang lebih cepat di bawah pengaruh simpatis ini
memungkinkan potensial aksi menjadi lebih sering dan karenanya kecepatan
jantung meningkat.
2. Stimulasi simpatis pada nodus AV mengurangi penundaan nodus AV dengan
meningkatkan kecepatan hantaran, mugkin dengan meningkatkan arus Ca2+
masuk yang berjalan perlahan.
3. Demikian juga, stimulasi simpatis mempercepat penyebaran potensial aksi
ke seluruh jalur hantaran khusus.
4. Di sel kontraktil atrium dan ventrikel, dimana keduanya memiliki banyak
ujung saraf simpatis, stimulasi simpatis meningkatkan kekuatan kontraksi
sehingga jantung berdenyut lebih kuat dan memeras keluar lebih banyak
darah. Efek ini ditimbulkan dengan meningkatkan permeabilitas Ca2+, yang
meningkatkan influks Ca2+ lambat dan mengintensifkan partisipasi Ca2+
dalam penggabungan eksitasi – kontraksi.
Karenanya, efek keseluruhan stimulasi simpatis pada jantung adalah
meningatkan efektivitas jantung sebagai pompa dengan meningkatkan kecepatan
jantung, mengurangi penundaan antara kontraksi atrium dan ventrikel,
mengurangi waktu hantaran ke seluruh jantung, dan meningkatkan kekuatan
kontraksi.
Tabel 2.2. Efek Sistem Saraf Otonom pada Jantung dan Struktur yang
Mempengaruhi Jantung
Daerah yang Efek stimulasi Efek stimulasi simpatis
terkena parasimpatis
Nodus SA Mengurangi Meningkatkan kecepatan
kecepatan depolarisasi ke ambang;
depolarisasi ke meningkatkan kecepatan
ambang; denyut jantung
mengurangi
kecepatan denyut
jantung
Nodus VA Mengurangi Meningkatkan eksitabilitas;
eksitabilitas; mengurangi penundaan nodus
meningkatkan AV
penundaan nodus
AV
Jalur hantaran Tidak ada efek Meningkatkan eksitabilitas;
ventrikel mempercepat hantaran melalui
berkas His dan sel Purkinje
Otot atrium Mengurangi Meningkatkan kontraktilitas;
kotraktilitas, memperkuat kontraksi
memperlemah
kontraksi
Otot ventrikel Tidak ada efek Meningkatkan kontraktilitas;
memperkuat kontraksi
Medula adrenal Tidak ada efek Mendorong sekresi epinefrin
(suatu kelenjar medulla adrenal, suatu hormon
endokrin) yang memperkuat efek system
saraf simpatis pada jantung
Vena Tidak ada efek Meningkatkan aliran balik
vena, yang meningkatkan
kekuatan kontraksi jantung
melalui mekanisme Frank-
Starling

FARMAKO KINETIK DAN DINAMIK

Terapi Farmakologi
Dikenal 5 kelompok obat lini pertama yang lazim digunakan untuk
pengobatan awal hipertensi, yaitu:
a. Diuretik,
b. penyekat reseptor beta adregenik (beta blocker),
c. penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE-inhibitor),
d. Penghambat reseptor angiotensin ( Aniotensin-receptor blocker, ARB),
e. antagonis kalsium.

Kelas Indikasi Indikasi Kontra Kontra


obat mutlak yang indikasi indikasi
mungkin mutlak yang
mungkin
Gagal
Diuretik Diabetes GOUT Dislipide
jantung, mia, pria
pasien agak yang aktif
tua, berhubung
hipertensi an sex
sistolik
Beta – Angina, Gagal Asma, PPOK, Dislipide
bloker setelah jantung, henti jantung mia, atlet
miokard kehamilan dan pasien
infark, , DM yang aktif
takiaritmia secara
fisik,
penyakit
pembuluh
darah
ACEI Gagal Kehamilan
jantung, hiperkalemia,
disfungsi bilateral renal
LV, setelah arteri stenosis
MI, DM
nephropathy
Kalsium Angina, Penyakit Henti jantung Gagal
antagoni pasien agak pembuluh jantung
s tua, darah kongestif
hipertensi
sistolik
Alfa – Hipertropi Gangguan Hipotensi
bloker prostat toleransi ortostatik
glukosa,
dislipidemia
AII Batuk Gagal Kehamilan,
antagoni karena ACEI jantung bilateral renal
s arteri
stenosis,
hiperkalemia

A. DIURETIK
Diuretic bekerja meninkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi
penurunan curah jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut,
beberapa diuretic juga menurunkan resistensi (ketahanan pmbuluh darah)
perifer sehingga menambahkan efek hipotensi. Efek ini diduga akibat
penurunan natrium di ruang interstitial dan di dalam sel oto polos pembuluh
darah yang selanjutnya menghambat infulks kalsium.
Penelitian-penelitian besar membuktikan bahwa efek proteksi
kardiovaskular diuretic belum terkalahkan oleh obat lain sehingga diuretic
dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang. Bahkan
bila menggunakan kombinasi dua atau lenih anti hipertensi, maka slaah
satunya dianjurkan diuretic.
1. Golongan Tiazid
Obat golongan ini bekerja dengan menghambat transportbersama
(symport) Na-Cl di tubulus ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl-
meningkat. Golongan tiazid umumnya kurang efektif pada gangguan
fungsi ginjal, dapat memperburuk fungsi ginjal dan dalam pemakaian
lama dapat menyebabkan hyperlipidemia. Efek hipotensi bisa timbul
dalam waktu 2-3 hari dan mencapai maksimum setelah 2-4 minggu.
Karena itu, peningkatan dosis tiazid harus dilakukan dengan interval
waktu tidak kurang dari 4 minggu.
Penggunaan sampai sekarang tiazid merupakan obat utama dalam
terapi hipertensi. Berbagai penelitian besar membuktikan bahwa diuretic
terbukti paling efektif dalam menurunkan risiko kardiovaskular.
Pada pasien gagal ginjal, tiazid kehilangan efektivitas diuretic dan
anti hipertensinya, maka dianjurkan pada pasien ini menggunakan
diuretic kuat. Tiazid terutama efektif untuk pasien hipertensi dengan
kadar reniin rendah, misalnya pada orang tua. Efek anti hipertensi mulai
terlihat dengan dosis HCT 12,5 mg/hari. Tiazid dapat digunakan sebagai
obat tunggal pada hipertensi ringan sampai sedang, atau dalam
kombinasi dengan antihipertensi lain bila TD tidak berhasil diturunkan
dengan diuretic saja.
Obat-obat golongan tiazid :
a. Hidroklorotiazid : merupakan prototype golongan tiazid dan
dianjurkan untuk sebagian kasus hipertensi ringan dan sedang dan
dalam kombinasi dengan berbagai anti hipertensi lain, waktu paruh
HCT 10-12 jam.
b. Bendroflumetiazid
c. Klorotiazid
d. Diuretic lain yang mengandung gugus aryl-sulfonamida (indapamid
dan klortalidon), indapamid memiliki kelebihan karena masih
efektif pada pasien gangguan fungsi ginjal, bersifat netral pada
metabolism lemak dan efektif meregresi hipertrofi ventrikel.
Efek samping :
Tiazid, terutama dalam dosis tinggi dapat menyebabkan
hypokalemia yang dapat berbahaya pada pasien yang mendapat
digitalis. Efek samping ini dapat dihindari bila tiazid diberikan dalam
dosis rendah atau dikombinasi dengan obat lain seperti diuretic hemat
kalium, atau penghambat enzim konversi angiotensin (ACE-inhibitor).
Sedangkan suplemen kalium tidak lebih efektif. Tiazid juga dapat
menyebabkan hiponatremia dan hipomagnesemia serta hiperkalsemia.
Selain itu, tiazid dapat menghambat ekskresi asam urat dari ginjal, dan
pada pasien hiperurisemia dapat mencetuskan serangan gout akut.
Untuk menghindari efek metabolic ini, tiazid harus digunakan dalam
dosis rendah dan dilakukan pengaturan diet. Tendensi hiperkalsemia
oleh tiazid dilaporkan dapat mengurangi risiko osteoporosis. Pada
pasien pria, gangguan fungsi seksual merupakan efek samping tiazid
yang cukup mengganggu.
2. Diuretic kuat (loop Diuretics)
Diuretic kuat bekerja di ansa henle asenden bagian epitel tebal
dengan cara menghambat kotransport Na+,K+, Cl- dan menghambat
reabsorbsi air dan elektrolit. Mula kerjanya lebih cepat dan efek
fiuretiknya lebih kuat daripada golongan tiazid maka dari itu jarang
digunakan sebagai obat ani hipertensi kecuali pada pasien dengan
gangguan gagal fungsi ginjal atau gagal jantung.
Efek samping diuretic kuat hamper sama dengan tiazid, kecuali
bahwa diuretic kuat menimbulkan hiperkalsiuria dan menurunkan
kalsium darah, sedangkan tiazid menimbulkan hipokalisiuria dan
meningkatkan kadar kalsium darah.
3. Diuretik hemat kalium
Amilorid, triamterene dan sprinololakton merupakan diuretic lemah.
Penggunaannya terutama dalam kombinasi dengan diuretic lain untuk
mencegah hypokalemia. Diuretic hemat kalium dapat menimbulkan
hiperklemia bila diberikan pada pasien dengan gagal ginjal, atau bila
dikombinasi dengan ACE-inhibitor, ARB, beta blocker, AINS atau
dengan suplemen kalium. Penggunaan haru dihindarkan bila
kreatininserum lebih dari 2,5 mg/dL.
Spironolakton merupakan antagonis aldosterone sehingga
merupakan obat yang terpilih pada hiperaldosteronisme primer. Obat ini
sangat berguna pada pasien dengan hiperurisemia, hypokalemia, dan
dengan intoleransi glukosa. Dan tidak mempengaruhi kadar ca++ dan
gula darah
B. PENGHAMBAT SISTEM ADRENERGIK
Penurunan TD oleh beta blocker yang diberikan per oral berlangsung
lambat. Efek ini mulai terlihat dalam 24 jam sampai 1 minggu setelah terpai
dimulai, dan tidak diperoleh penurunan TD lebih lanjut setelah 2 minggu
bila dosisinya tetap. Obat ini tidak menimbulkan retensi air dan garam dan
hipotensi ortostatik.
Efek sampig beta blocker dapat menyebabkan brakikardia, blockade
AV, hambatan nodus SA dan menurunkan kekuatan kontaksi miokard.
C. PENGHAMBAT ANGIOTENSIN-CONVERTING ENZYME (ACE-
INHIBITOR)
ACE-inhibior menghambat perubahan AI menjadi AII sehingga terjadi
vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosterone. Selain itu, degredasi
bradikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat
dan berperan dalamefek vasodilatasi ACE-inhibitor. Vasodilatasi secara
langsung akan menurunkan TD, sedangkan berkurangnya adosteron akan
menyebabkan aksresi air dan natrium dan retensi kalium ada tedensi
terjadinya hyperkalemia terutama pada gangguan fungsi ginjal.
ACE-inhibitor efektif untuk hipertensi ringan, sedang, maupun berat dan
gagal jantung kongestif. Bahkan beberapa diantaranya dapat digunakan
pada krisis hipertensi seperti katopril dan enalaprilat. Obat ini efektif pada
sekitar 70% pasien. Kombinasi dengann diureik memberikan efek
sinergistik (sekitar 85% pasien TD-nya terkendali dengan kombinasi ini),
sedangkan efek hypokalemia diuretic dapat dicegah. Kombinasi dengan
beta blocker dapat emnimbulkan efek aditif. Kombinasi dengan vasodilator
lain, termasuk prazosin dan antagonis kalsium, memberikan efek yang baik.
Kombinasi dengan diuretic hemat kalium dapat menyebabkan
hyperkalemia. Kontradiksi dengan ibu hamil karena bersifat teratogenik.
Efek samping :
a. Hipotensi
b. Batuk kering
c. Hyperkalemia
d. Rash
e. Edema angioneurotik
f. Gagal ginjal akut
g. Proteinuria
h. Efek teratogenik
Farmakokinetik, kaptopril. Diabsorpsi dengan baik pada pemberian oral
dan bioavailabilitas 70-75%. Pemberian bersama makanan akan
mengurangi absorpsi sekitar 30%, oleh karena itu obat ini harus diberikan 1
jam sebelum makan.
Sebagian besar ACE-inhibitor mengalami metabolism di hati, kecuali
lisinopril yang tidak di metabolism. Eliminasi umumnya melalui ginjal,
kecuali fosinopril yang mengalami eliminasi di ginjal dan bilier.
D. ANTAGONIS RESEPTOR ANGIOTENSIN II (ANGIOTENSIN
RECEPTOR BLOCKER, ARB)
Reseptor Angiotensin II terbagi menjadi 2 kelompok yaitu AT1 dan
AT2. Reseptor AT1 terutama terdapat di otot polos pembuluh darah dan di
otot jantung. Selain itu terdapat juga ginjal, otak dan kelenjar adrenal.
Reseptor AT1 memperantarai semua efek fisiologis AngII terutama yang
berperan dalam hemostatis kardiovaskular. Reseptor AT2 terdapat di meula
adrenal dan mungkin juga di SSP, tapi sampai sekarang fungsinya belum
jelas.
Losartan merupakan prototype obat golongan ARB yang bekerja selektif
pada reseptor AT1. Pemberian obat ini akan menghambat semua efek AngII,
seperti : vaskontriksi, ekresi aldosterone, rangsangan saraf simpatis, efek
sentral AngII, stimulasi jantung, efek renal serta efek jangka panjang berupa
hipertrofi otot polos pembuluh darah dan miokard.
ARB sangat efektif menurunkan TD pada pasien hipertensi yang
reninnya tinggi seperti hipertensi renovaskular dan hipertensi genetic, tapi
kurang efektif pada hipertensi dengan kadar renin yang rendah. Pemberian
ARB menurun TD tanpa menurunkan denyut jantung.
Farmakokinetik, losartan diabsropsi baik di saluran cerna dengan
bioavailbilitas sekira 33%. Absorpsinya tidak dipengaruhi oleh adanya
makanan di lambung. Waktu paruh eliminasi kurang lbih 1-2 jam, tapi obat
ini cukup diberikan satu atau dua kali sehari, karena kira-kira 15% losartan
dalam tubuh diubah menjadi metabolit dengan potensi 10 sampai dengan 40
kali losartan dan masa paruh yang jauh lebih panjang. Losartan dan
metabolitnya tidak dapat menembus sawar darah otak. Sebagian besar obat
dieksreksi melalui feses sehingga tidak diperlukan penyesuaian dosis pada
gangguan fungsi ginjal termasuk pasien hemosialisis dan pada usia lanjut.
Efek samping, hipotensi, hyperkalemia. Kontraindikasi pada ibu
menyusui dan ibu hamil.
E. ANTAGONIS KALSIUM
Antagonis kalsium menghambat influx kalsium pada sel oto polos
pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium
terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang
dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti oleh reflek
takikardia dan vasokontriksi, terutama bila menggunakan golongan
dihidropiridin kerja pendek (nifedipin). Sedangkan diltiazem dan verapamil
tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik negative langsung
pada jantung. Bila reflex takikardia kurang baik, maka pemberan antagonis
kalsium dapat menimbulkan hipotensi yang berlebihan. Waktu paruh
umumnya pendek sehingga pemberiannya harus dilakukan 2-3 kali sehari.
Efek samping, nifepidin kerja singkat sering menyebabkan hipotensi
dan dapat menyebablam iskemia miokard atau serebral. Sakit kepala, dan
muka merah akibat dari vasodilatasi arteri meningeal dan di daerah muka.
Edema perifer, efek inotropic negative, hyperplasia gusi, dan retensi uri
akibat relaksasi otot polos saluran cerna.

Tujuan pengobatan penderita hipertensi idiopatik atau esensial adalah untuk


mencegah morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh gangguan dengan
menggunakan cara paling nyaman. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai
tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg dan mengendalikan setiap faktor
risiko kardiovaskular melalui perubahan gaya hidup. Apabila perubahan gaya
hidup tidak cukup memadai untuk mendapatkan tekanan darah yang
diharapkan, maka harus dimulai terapi obat. Pada awalnya sebaiknya diberikan
satu jenis obat. Pengobatan utamanya dapat berupa diuretika, penyekat reseptor
beta-adrenergik, penyekat saluran kalsium, inhibitor ACE (angiotensin-
converting enzyme), atau penyekat reseptor alfa-adrenergik, bergantung pada
berbagai pertimbangan pasien, termasuk mengenai:
1. Biaya (diuretika biasanya merupakan obat yang paling murah),
2. Karakteristik demografi (umumnya Afro-Amerika lebih berespons terhadap
diuretika dan penyekat saluran kalsium dibandingkan terhadap penyekat
beta atau inhibitor ACE),
3. Penyakit yang terjadi bersamaan (penyekat beta dapat memperburuk asma,
diabetes mellitus, dan iskemia perifer tetapi dapat memperbaiki angina,
disritmia jantung tertentu, dan sakit kepala migren),
4. Kualitas hidup (beberapa obat antihipertensi dapat enyebabkan efek
samping yang tidak diinginkan seperti gangguan fungsi seksual).
Hipertensi sekunder (yaitu hipertensi akibat defek organ spesifik, seperti
penyakit ginjal, sindrom Cushing, feokromositoma, atau hiperaldosteronisme
primer) diobati dengan membalikkan proses penyakit yang mendasari.

Tabel 3.8. Obat yang digunakan dalam pengobatan hipertensi (diurut sesuai dengan
tempat kerja)
Tempat Obat Dosis Indikasi Kontraindikasi ES (sering
kerja atau khas)
Diuretika
Tubulus Tiazid: Tergantung Hipertensi Diabetes Deplesi
Renal misalnya pada obat ringan, mellitus, kalium,
hidrokloro spesifik sebagai hiperurikemia, hiperglikemia,
tiazida Oral: 12,5 – penunjang aldosteronisme hiperurikemia
25 mg per dalam terapi primer ,
hari atau 2 hipertensi hiperkolestero
kali sehari sedang lemia,
sampai berat dermatitis,
purpura,
depresi,
hiperkalsemia
Bekerja Oral 20 – Hipertensi Hiperurikemia, Deplesi
pada ansa 80 mg 2 ringan, aldosteronisme kalium,
henle: atau 3 kali sebagai primer hiperurikemia
misalnya, perhari penjung ,
furosemid pada hiperglikemia,
hipertensi hipokalsemia,
berat atau diskrasia
maligna darah, ruam,
terutama mual, muntah,
dengan diare
gagal ginjal
Hemat Oral: 25 mg Hipertensi Hiperkalemia,
kalium: 2 sampai 4 yang diare,
spironolak kali per hari disebabkan ginekomastia,
ton oleh menstruasi
hiperminera tidak teratur
lo-kortikoid,
Triamtere Oral: 50 – sebagai Gagal Ginjal Hiperkalemia,
n 100 mg 1 penunjang muntah, kram
atau 2 kali terapi tiazid tungkai
sehari bawah,
Amilorid Oral: 5 – 10 nefrolitiasis,
mg sehari gangguan
gastrointestina
l
Obat antiadrenergik
Pusat Klonidin Oral: 0,05 – Hipertensi Hipotensi
0,6 mg dua ringan postural,
kali sehari sampai ngantuk,
Guanaben Oral: 4 – 16 sedang, mulut kering,
z mg dua kali penyakit hipertensi
sehari ginjal timbul lagi
dengan setelah
hipertensi penghentian
tiba-tiba,
insomnia
Guanfasin Oral: 1 – 3
mg sehari
Metil- Oral: 250 – Hipertensi Feokromosito Hipotensi
dopa (juga 1000 mg ringan ma, penyakit postural,
bekerja dua kali sampai hepatik aktif sedasi,
dengan sehari. sedang (IV), selama fatigue, diare,
mengham IV: 250 – (oral), pemberian gangguan
bat saraf 1000 mg hipertensi inhibitor MAO ejakulasi,
simpatik) tiap 4 – 6 maligna demam,
jam (dapat (IV) genekomastia,
timbul laktasi, tes
toleransi) Coomb positif
(kadang-
kadang
disertai
dengan
hemolisis),
hepatitis
kronik, colitis
ulserativa
akut,
sindroma
seperti lupus.
Ganglia Trimetafa Iv: 1-6 Hipertensi Penyakit arteri Hipotensi
Autono n mg/menit berat atau koronaria postural,
m maligna berat, gejala visual,
insufisiensi mulut kering,
serebrovaskula konstipasi,
r, diabetes retensi urin,
mellitus (pada impotensi.
terapi
hipoglikemik),
glaukoma,
prostatisme.
Ujung Alkaloid Oral: 0,05 – Hipertensi Feokromosito Depresi,
Saraf rauwolfia: 0,25 mg ringan ma, ulkus mimpi buruk,
Reserpin sehari sampai peptikum, kongesti
sedang pada depresi, selama nasal,
pasien yang pemberian dispepsia,
muda inhibitor MAO diare,
impotensi
Guanetidi Oral: 10 – Hipertensi Feokromosito Hipotensi
n 150 mg sedang ma, penyakit postural,
sehari sampai berat arteri koronaria bradikardia,
Guanadrel Oral: 5 – 50 berat, mulut kering,
mg dua kali insufisiensi diare,
sehari serebrovaskula gangguan
r, selama ejakulasi,
pemberian retensi cairan,
inhibitor MAO asma
Reseptor Fentolami Iv: 1 – 5 mg Diduga atau Penyakit arteri Takikardia,
alfa n bolus terbukti koronaria berat kelemahan,
adanya pusing, wajah
feokromosit memerah
oma
Fenoksibe Oral: 10 – Terbukti Hipotensis
nzamin 50 mg adanya postural,
sekali atau feokromosit takikardia,
dua kali oma (dapat miosis,
sehari timbul kongesti
toleransi) nasal, mulut
kering
Prasozin Oral: 1 – 10 Hipertensi Digunakan Sinkop tiba-
mg dua kali ringan dengan hati- tiba, sakit
sehari sampai hati pada orang kepala, sedasi,
Terasozin Oral: 1 – 20 sedang tua pusing, efek
mg sehari antikolinergik
, takikardia,
retensi cairan
Reseptor Propranol Oral: 10 – Hipertensi Gagal jantung Pusing,
beta ol 120 mg 2 ringan kongestif, depresi,
sampai 4 sampai asma, diabetes bronkospasme
kali sehari sedang mellitus (pada , mual,
Metoprolo Oral: 25 – (terutama terapi muntah, diare,
l 150 mg dua dengan hipoglikemik), konstipasi,
kali sehari tanda selama gagal jantung,
Nadolol Oral: 20 – sirkulasi pemberian fatigue,
120 mg hiperdinami inhibitor MAO, fenomena
sehari k), penyakit paru Raynaud,
penunjang obstruktif halusinasi,
terapi menahun, hipertrigliseri
hidralazin sindroma sinus, demia,
Atenolol Oral: 25 – blok jantung hiperkolestero
100 mg derajat dua atau lemia,
sehari tiga. psoriasis,
Timolol Oral: 5 – 15 penghentian
mg dua kali tiba-tiba dapat
sehari mempercepat
terjadinya
angina atau
cedera
miokrdia pada
pasien dengan
penyakit
jantung.
Betaxolol Oral: 10 –
20 mg
sehari
Karteolol Oral: 2,5 –
10 mg
sehari
Pindolol Oral: 5 – 30 Less resting
mg dua kali bradycardia
sehari daripada
Asebutolo Oral 200 – penghambat
l 600 mg dua lainnya
kali sehari
Reseptor Labetolol Oral: 100 – Sama dengan
alfa/beta 600 mg dua penghambat
kali sehari beta dengan
IV: 2 efek postural
mg/menit lebih sering
Vasodilator
Otot Hidralazin Oral: 10 – Sebagai Lupus Sakit kepala,
polos 75 mg 4 penunjang eritematosus, takikardia,
vaskular kali sehari dalam penyakit arteri angina
IV/IM: 10 – pengobatan koronaria berat pectoris,
50 mghipertensi anoreksia,
setiap 6 jamsedang mual, muntah,
(dapat sampai berat diare,
terjadi (oral), sindroma
toleransi) hipertensi seperti lupus,
maligna (IV ruam, retensi
atau IM), cairan
penyakit
ginjal
dengan
hipertensi
Minoksidi Oral: 2,5 – Hipertensi Penyakit arteri Takikardia,
l 40 mg 2 berat koronaria berat memperburuk
kali sehari angina, retensi
cairan yang
nyata, rambut
tumbuh pada
wajah dan
tubuh,
gambaran
wajah menjadi
kasar,
mungkin
terjadi efusi
perikard
Diazoksid IV: 1 – 3 Hipertensi Diabetes Hiperglikemia
mg/kg berat atau mellitus, ,
sampai 150 maligna hiperurikemia, hiperurikemia
mg secara gagal jantung , retensi
cepat kongestif natrium
Nitroprusi IV: 0,5 – 8 Hipertensi Rasa kuatir,
d (µg/kg)/me maligna kelemahan,
nit diaphoresis,
mual, muntah,
kedutan otot,
toksisitas
sianida
Inhibitor ACE
Enzim Kaptopril Oral: 12,5 – Hipertensi Gagal ginjal Leukopenia,
penguba 75 mg 2 ringan (pengurangan pansitopenia,
h kali sehari sampai dosis), stenosis hipotensi,
sedang, arteri renalis batuk,
stenosis bilateral, angioedema,
arteri renalis kehamilan ruam
urtikaria,
demam,
hilangnya
rasa, stenosis
arteri renalis
bilateral,
hyperkalemia
Benazepril Oral: 10 – Sama dengan
40 mg kaptopril,
sehari tetapi ada
Enalapril Oral: 2,5 – leukopenia
40 mg sedikit, tetapi
sehari mungkin
Enalaprila IV: 0,625 – frekuensi
t 1,25 mg terjadinya
lebih dari 5 batuk dan
menit angioedema
setiap hari meningkat.
6 – 8 jam Semua dapat
Fosinopril Oral: 10 – diberikan
40 mg sekali sehari,
sehari tetapi efek
Lisinopril Oral: 5 – 40 samping
mg sehari dikurangi jika
Quinapril Oral: 10 – diberikan
80 mg separuh dosis
sehari dua kali
Ramipril Oral: 2,5 – sehari.
20 mg Fosinopril
sehari diekskresi
lebih banyak
dalam empedu
daripada
lainnya.
Antagonis Saluran Kalsium
Otot Nifedipin Oral: 10 – Hipertensi Gagal jantung, Takikardia,
polos 30 mg 4 ringan blok jantung wajah
vaskular kali sehari sampai derajat dua atau kemerahan,
atau sedang tiga gangguan
sebagai gastrointestina
bentuk XL l,
30 – 90 mg hyperkalemia,
sehari edema, sakit
Amlodipin Oral: 2,5 – kepala
10 mg
sehari
Felodipin Oral: 5 – 10
XL mg sehari
Isradipin Oral: 2,5 –
10 mg
sehari
Nikardipin Oral: 20 –
40 mg 3
kali sehari
Diltiazem Oral: 30 – Sama seperti
90 mg 4 nifedipin,
kali sehari kecuali tidak
atau ada takikardia,
sebagai tetapi dapat
bentuk CD menyebabkan
180 – 300 blok jantung,
mg sehari konstipasi,
Verapamil Oral: 30 – dan disfungsi
120 mg 4 hati
kali sehari
atau
sebagai
bentuk SR
120 – 480
mg sehari

Setiati S, et.al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6 Jilid II. Jakarta: Interna
Publishing
Corwin, Elizabeth J.2000.Buku Saku Patofisiologi.EGC: Jakarta
Isselbacher,et al. 2015. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai