Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PEMBUKAAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penilaian Pertumbuhan

Dalam melakukan penilaian terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa


cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi tumbuh kembang anak, di antaranya
dengan pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik, pemeriksaan labotarium dan
pemeriksaan radiologi.

1. Pengukuran antropometri
Pengukran antropometri ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan
(panjang badan), lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Dalam pengukuran
atropometri terdapat dua cara dalam pengukuran, yaitu pengukuran berdasarkan
usia dan pengukuran tidak berdasarkan usia. Pengukuran berdasarkan usia
misalnya berat badan berdasarkan usia, tinggi badan berdasarkan usia dan lain-
lain. Sedangkan pengukuran tidak berdasarkan usia misalnya pengukuran berat
badan berdasarkan tinggi badan, lingkar lengan atas berdasarkan tinggi badan dan
lain-lain.

a. Pertumbuhan Berat Badan


Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan
atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot,
lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan
gizi atau tumbuh kembang anak. Selain itu, berat badan juga dapat digunakan
sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan
pengobatan.
Penilaian berat badan berdasarkan usia menurut WHO dengan standar
NCHS (National Center for Health Statics) yaitu menggunakan persentil
sbagai berikut: persentil ke 50-3 dikatakan normal, sedangka persentil kurang
atau sama dengan tiga termasuk kategori malnutrisi.
Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut WHO yaitu
menggunakan persentase dari median sebagai berikut: antara 80-100%
dikatakan malnutrisi sedang dari kurang dari 80% dikatakan malnutrisi akut
(wnsting)
Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut standar baku
NCHS yaitu menggunakan persentil sebagai berikut : persentil 75-25
dikatakan normal, persentil 10-5 dikatakan malnutrisi sedang dan kurang dari
persentil 5 dikatakan malnutrisi berat.

b. Pengukuran tinggi badan


Pengunukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi.
Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai
gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Cara pengukuran dapat
dilihat pada gambar 3.1-3.4
Penilaian tinggi badan berdasarkan usia menurut WHO dngan standar
baku NCHS yaitu menggunakan persentase dari median sebagai berikut: lebih
dari atau sama dengan 90% dikatakan normal, sedangkan kurang dari 90%
dikatakan malnutrisi kronis (abnormal)
Gambar 3.1 kurva pertumbuhan fisik anak laki-laki usia 0-36 bulan menurut
persentil NCHS

Gambar 3.2 kurva pertumbuhan fisik anak perempuan usia 0-36 bulan menurut
persentil NCHS
Gambar 3.3 kurva pertumbuhan fisik anak laki-laki usia 2 tahun menurut persentil
NCHS

Gambar 3.4 kurva pertumbuhan fisik anak perempuan usia 2 tahun menurut
persentil NCHS
c. Pengukuran lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala ini digunakan sebagai salah satu
parameter untuk menilai pertumbuhan otak. Dengan penilaian ini, dapat
dideteksi secara dini apabila terjadi pertumbuhan otak mengecil yang
abnormal (mikrosefali) yang data mengakibatkan adanya retardasi mental atau
pertumbuhan otak membesar yang abnormal ( volume kepala meningkat) yang
dapat disebabkan oleh penyumbatan pada aliran cairan serebrospinalis.
Penalain ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan kurva lingkar kepala
sebagaimana tampak pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 grafik lingkar kepala anak perempuan

Gambar 3.6 grafik lingkar kepala anak laki-laki


d. Pengukuran Lingkar Lengan Atas
Penilaian ini digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, namun
penilaian tidak banyak berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh apabila
dibandingkan dengan berat badan. Penilain ini juga dapat dipakai untuk
menilai status gizi pada anak.

2. Pemeriksaan Fisik
Penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak juga dapat
ditentukan dengan melakukan pemeriksaan fisik; melihat bentuk tubuh;
membandingkan bagian tubuh dan anggota gerak lainnya; menentukan jaringan
otot dengan memeriksa lengan atas, bokong dan paha; menentukan jaringan
lemak; melakukan pemeriksaan pada triseps; serta menentukan pemeriksaan
rambut dan gigi

3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan guna menilain keadaan pertumbuhan dan
perkembangan anak yang berkaitan dengan keberadaan penyakit. Adapun
pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan kadar hemoglobin,
pemeriksaan serum protein (albumim dan globulin), hormonal, dan pemeriksaan-
pemeriksaan lain yang dapat menunjang penegakan diagnosis suatu penyakit
ataupun evaluasinya.

4. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai usia tumbuh kembang, seperti
usia tulang apabila dicurigai adanya gangguan pertumbuhan.

B. Penilaian Perkembangan
Tujuan penilaian perkembangan :
1. Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal lain yang merupakan
resiko terjadinya perkembangan tersebut.
2. Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan
atau kesling genetic.
3. Mengetahui anak perlu dirujuk.

Untuk menilai perkembangan anak, hal yang dapat dilakukan pertama kali adalah
melakukan wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam
perkembangan, tes skrining perkembangan anak dengan DDST, tes IQ dan tes psikologi,
atau pemeriksaaan lainnya. Selain itu, juga dapat dilakukan tes seperti evaluasi dalam
lingkungan anak , yaitu interaksi anak selama ini ; evaluasi fungsi pengelihatan,
pendengaran, bicara, bahasa; serta melakukan pemeriksaan fisik lainnya, seperti
pemeriksaan neurologis, metabolik, dan lain-lain.

C. Upaya pencegahan Gangguan Pertumbuhan Dan perkembangan

D. Konsep DDST

1. Sejarah DDST
Denver development screening test (ddst) adalah sebuah metode pengkajian
yang digunakan untuk menilai kemajuan perkembangan bayi atau anak usia 0-6
tahun. Nama “Denver”menunjukan bahwa uji screening ini di buat di university of
Colorado medical center di Denver. Selain DDST, sebenarnya ada sejumlah
pengkajian perilaku lainnya untuk bayi/anak usia dini, adalah:
1. Neonatal Behavioral Assesment Scale (NBASI), yang disusun oleh ahli
pediatric Harvard, T.Berry Brazleton dan lebih dikenal sebagai “ The
Brazleton”,
2. Early Language Milestone (ELM) Scale untuk bayi anak usia 0-3 tahun,
3. Clinical Adaptive Test (CAT) dan Clinical Linguistic and Auditory
Milestone Scale (CLAMS) untuk bayi/ anak usia 0-3 tahun.
4. Infant Monitoring System untuk bayi / anak usia 4-36 bulan,
5. Early Screening Inventory untuk usia 3- 6 tahun, dan
6. Peabody Picture Vocabulary Test (“The Peabody”) untuk bayi/ anak usia
2 tahun 6 bulan sampai 4 tahun.
Dalam situs ensiklopedia yang popular di internet www.en.wikipedia.org
dijelaskan bahwa DDST – yang umumnya dikenal dengan “Denver Scale”adalah tes
skrining untuk masalah kognitif dan perilaku pada bayi/ anak pra seklah. Tes ini
dikembangkan oleh William K. Frankenburg (yang mengenalkan pertama kali) dan
J. B Dodds pada tahun 1967. DDST dipublikasikan oleh Denver Developmental
Materials, Inc, di Denver, Colorado.
Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara aktif
dapat mengidentifikasi antara 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang
mengalami keterlambatan perkembangan dan pada “follow-up” selanjutnya ternyata
85% dari kelompok bayi/ anak yang hasil tes perkembangan dengan
DDSTabnormal, mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian
(Soetjiningsih,1995). Hasil penelitian Borowitz (1986) menunjukan bahwa DDST
tidak dapat mengidentifikasi lebih dari separuh anak dengan kelainan bicara. Dalam
perkembangannya, DDST mengalami beberapa kali revisi. Frankeburg melakukan
revisi dan restandrisasi kembali DDST dan juga tugas perkembangan pada sector
bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi terakhir dinamakan Denver ll. DDST
dipublikasikan pertama kali tahun 1967 dengan jumlah item 105 kemudian direvisi
menjadi 125 item.
Perbedaan Denver II dengan skrining terdahulu terletak pada :
1. Pada sector bahasa terdapat peningkatan 86%
2. Terdapat 2 pemeriksaan untuk artikulasi ahasa.
3. Skala umur yang baru.
4. Kategori baru untuk interpretasi pada kelainan yang ringan.
5. Skala penilaian tingkah laku.
6. Materi training yang baru.
Skala untuk penilaian karakteristik perilaku bayi/ anak selama test DDST
meliputi kepatuhan, tertarik sekeliling, ketakutan, lama perhatia dan perilaku khusus.
Pembahasan mengenai DDST dalam sejarahnya tidak terlepas dari Denver
Depelovmental Material.Denver Denpelovmental Material bermanfaat bagi petugas
kesehatan yang memberi perawatan langsung pada bayi/ anak. Dengan prosedur yang
sederhana dan cepat, prosedur tersebut di rancang untuk menilai bayi/ anak yang
optimal sejak lahir hingga usia 6 tahun melalui panduan dan identifikasi yang
memerlukan evaluasi tambahan.

2. Pengertian DDST

DDST atau Denver adalah salah satu dari metode skrinning terhadap kelainan
perkembangan bayi/anak usia 0-6 tahun yang dilakukan secara berkala dengan 125
tugas perkembangan. Danver II lebih menyeluruh tapi ringkas, sederhana dan dapat
diandalkan, yang terbagi dalam sector yakni : SECTOR PERSONAL SOSIAL
(kemandirian bergaul), SECTOR FINE MOTORADAPTIVE (gerakan-gerakan
halus ), SECTOR LANGUAGE (bahasa), dan GROSS MOTOR (gerakan-gerakn
kasar).

Setiap tugas perkembagan digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang


horizontal yang berurutan menurut umur dalam lembar format DDST. Pada
umumnya setiap pelaksanaaan tes, tugas perkembangan yang perlu diperiksa pada
setiap skrining hanya berkisar 25-30 item , sehingga hanya memakan waktu 15-20
menit.

3. Tujuan

Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain :

1. Untuk mengetahui dan mengikuti proses perkembangan.


2. Untuk mengatasi secara dini bila ditemui kelainan.
3. Menilai tingkat perkembangan bayi / anak sesuai dengan usianya.
4. Menilai tingkat perkembangan bayi / anak yang tampak sehat.
5. Menilai tingkat perkembangan bayi / anak yang tidak menunjukkan gejala
kemungkinan adanya kelainan perkembangan.
6. Memastikan bayi / anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.
7. Memantau bayi / anak yang beresiko mengalami kelainan perkembangan,
misalnya bayi / anak dengan masalah perinatal(selama kehamilan)
8. Menjaring bayi / anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya kelainan
perkembangan

4. Manfaat Pemeriksaan DDST


a. Mengetahui tahap perkembanganyang dicapai bayi / anak.
b. Menemukan adanaya kelambatan perkembangan bayi / anak sedini mungkin.
c. Meningkatkan kesadaran orangtua / pengasuh agar menciptakan kondisi yang
menguntungkan bagi perkembangan bayi /anak.

5. Pernyataan DDST

Sebelum menerapkan DDST, terlebih dahulu kita harus memahami apa yang
hendak diukur melalui tes tersebut. Agar tidak terjadi kesalahan pemahaman, ada
beberapa hal yang perlu kita perhatikan berkaitan Denver II yaitu:

1. Bukan Test IQ
Denver II bukan merupakan tes IQ dan bukan alat peramal
kemampuan adaptif atau intelektual (perkembangan) pada masa yang akan
datang.

2. Bukan merupakan tes diagnostik


Denver II tidak digunakan untuk menetapkan diagnosis, seperti
kesukara belajar,gangguan bahasa, gangguan emosional, dan sebagainya.
Melainkan sebagai metode cepat untuk mengidentifikasi bayi / anak yang
memerlukan evaluasi lebih lanjut terkait perkembangan mereka.

Dengan demikian, tes ini tidak memiliki kriteria kesimpulan hasil


perkembangan bayi / anak “abnormal”, yang ada hanyalah “normal”,
“tersangka/suspek” dan “tak dapat diuji/ untestable”.

3. Bukan untuk pemeriksaan fisik, namun untuk mengetahui perkembangan


bayi / anak yang dibandingkan dengan kemampuan bayi / anak lain yang
seusia
4. Validitas tinggi.
5. Bukan peramal kemampuan adaptif/intelektual bayi/anak.

6. Prinsip dalam Melakukan Stimulasi

1. Pemantauan kegiatan pada latihan gerak kasar dan halus, latihan bicara dan
kemandirian bergaul (personal soial).
2. Bertahap dan berkelanjutan
3. Dimulai dari tahapan perkembangan yang telah dicapai bayi/ anak
4. Alat bantu sederhana, tidak berbahaya, mudah didapat.
5. Suasana dibuat menyenangkan, bervariasi dan tidak membosankan.
6. Dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan, tidak menghukum, tidak membentak
pada saat bayi / anak tidak mau melakukan kegiatan yang ada dalam tugas
perkembangan.
7. Bayi / anak diberi reinforcement / pujian jika bayi / anak berhasil melakukan
tugas perkembangan.

Yang Diharapkan Dari Stimulasi Tumbang Adalah :

Perkembangan bayi / anak terpantau, mencapai tingkat perkembangan yang


baik dan optimal meliputi: kecerdasan, terampil, mudah bergaul, mandiri, kreatif,
sopan santun, berkepribadian,budi pekerti yang baik.

7. Sektor Perkembangan Pada Pemeriksaan DDST

Tugas Perkembangan Yang sesuai dengn usian Bayi/ anak, mulai dari usia
0-6 tahun, tersusun dalam formulir khusus dan terbagi menjadi 4 kelompok besar
yang disebut dengan sektor perkembangan yang meliputi :

a. Personal- sosial (perilaku Sosial) : 25 item Tugas Perkembangan.


Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bayi/ anak
untuk menyesuaikan diri dengan orang lain, bersosialisasi, berinteraksi
dengan lingkungannya dngan perhatian terhadap kebutuhan perorangan/
individu.

b. Fine Motor Adaptive (Gerakan Motorik Halus) : 29 item tugas


Perkembangan

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan bayi/ anak untuk


menggunakan bagian tubuh tertentu, tidak memerlukan banyak tenaga namun
di perlukan kecamatan dan fungsi koordinasi yang lebih komplek. Seperti
koordinasi mata, tangan, memainkan dan menggunakan benda benda kecil.

c. Language (Bahasa) : 39 item Tugas Perkembangan

Aspek yang Berhugungan dengan Kemampuan bayi/ anak untuk


memberikan respon terhadap suara, mendengar, mengerti, memahami
perkataan orang lain dan menggunakan bahasa serta mengungkapkan
perasaan, keinginann dan pendapat melalui kata kata.

d. Gross Motor (gerakan Motor Kasar) : 32 Item Tugas perkembangan

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan bayi/ anak untuk


menggunakan dan melibatkan sebagian besar bagian tubuhn biasanya
menggunakan lebih banyak tenaga. Seperti duduk, jalan melompat dan
gerakan umum otot besar.

8. Prosedur Pemeriksaan DDST Terdiri dari 2 tahapan


a. Tahapan pertama, Secara Periodek dilakukan pada semua bayi/ anak yang
berusia 3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun dan 5 tahun
b. Tahap kedua : Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya menghambat
pekembangan pada tahap pertama, kemudia dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik lengkap.

Agar lebih cepat dapat dilakukan tahap pre skrining dengan menggunakan :
1. DDST Short From

DDST Short From, adalah pedoman pemeriksaan perkembangan


dengan 12 item, yang digunakan pada tahapan awal pemeriksaan
sebelum pemeriksaan menggunakan format DDST yang lengpa,
pemeriksaan di lakukan pada 4 sektor yaitu :

 Personal- Social (perilaku Sosial) : 3 item Tugas perkembangan


 Fine motor Adapttive (Gerakan Motorik Halus) : 3 item tugas
perkembangan
 Anguage (bahasa) : 3 item tugas perkembangan
 Ggross Motor (Gerakan Motorik Kasar) : 3 item tugas
perkembangan

Petunjuk Pemeriksaan :

a. Pemeriksaan hanya menggunakan 3 item tugas perkembangan


pada masing- masing sektor yaitu tugas perkembangan yang
terdekat disisi sebelah kiri garis usia dan pada semua item yang
dilalalui garis usia ( sehingga ke seluruhan ada 12 tugas
perkembangan)
b. Pemeriksaan mengajukan beberapa pertanyaan pada orang uta/
pengasuhan sesuai item tugas perkembangan yang telah
ditentukan.
c. Apabila ada jawaban dari orang uta pengasuh yang salah satu
menerangkan bahwa kemampuan bayi/ anak “saill/ gagal” atau
“Refusal/ ditolak maka dianggap hasil interprestasi SUSPEK dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan DDTS lengkap.
d. Pada bentuk RINGKAS (short From DDTS) tiap sektor diperiksa
3 item disebelah kiri garis usia yang terdekat dengan garis usia,
namun tidak menyentuh garis umur. Bila 12 item yang diperiksa
satu diantaranya mendapat skor “F” (gaga) atau “R” (menolak)
maka bayi / anak dinyatakan SUSPEK dan pemeriksaan DDTS
LENGKAP (Full DDTS) harus dilakukan
2. Pra- Screening Developmental Questionnaire (PDQ)
PDQ merupakan pedoman pemeriksaan DDTS yang lengkap
(Pra Krining) yang berupa daftar pernyataan. Pedoman ini digunakan
untuk orang tua / pengasuh yang berpendidikan.
Petugas / pemeriksa menyiapkan 10 daftar pernyataan kepada
kuesioner yang sesuai dengan umur bayi / anak.

Petunjuk Pengisian PDQ :

a. Orang Tua / pengasuh membaca pedoman PDQ sesuai


umur bayi/ anak.
b. Pedoman PDQ diisi sesuai dengan kondisi bayi / anak yang
akan diperiksa. Pengisian dapat dilakukan di rumah atau di
ruang tunggu pada saat menunggu di klinik.
c. Pada waktu yang telah disepakati, lembaran kuesioner PDQ
yang sudah diisi diserahkan kepada perugas.
d. Lembaran Kuesioner PDQ yang sudah diisi, dinilai
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan.
e. Jika curiga terdapat kelainan perkembangan maka
dilakukan pemeriksaan DDST lengkap.

E. Penyimpangan atau Gangguan Tumbuh kembang

F. Konsep Stimulasi Tubuh Kembang


A. Penilaian Pertumbuhan

B. Penilaian Perkembangan

C. Upaya Pencegahan gangguan pertumbuhan dan Perkembangan

D. Konsep DDST
E. Penyimpangan atau gangguan Tumbuh Kembang
7 gangguan tumbuh kembang anak yang perlu diketahui :

1. Gangguan bicara dan bahasa,


2. Cerebral palsy, merupkan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh kerusakan pada sel – sel motorik pada susunan saraf
pusat yang sedang tumbuh.
3. Sindrom down, individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai
kecerdasan yang terbatas,
4. Parawakan pendek, penyebabnya dapat dikarenkan variasi normal, ganggua gizi,
kelainan kromosom, penyakit sistemik, atau karena kelainan endokrin.
5. Gangguan social, marupakan gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya
muncul sebelum anak berumur 3 tahun
6. Retardasi mental, merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah
( IQ < 70 ) yang masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
7. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas ( GPPH ), merupakan gangguan
dimana anak mengalami kesulitan untuk pemusatan perhatian yang seringkali disertai
hiperaktivitas.

F. Konsep Stimulasi Pada Anak


2.1 PENGERTIAN STIMULASI
Menurut (dr. Kusnandi Rusmi,Sp.A(k) MM, 2010), Stimulasi adalah upaya orang
tua atau keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih
sayang. Aktifitas bermain dan suasana cinta ini pentig guna merangsang seluruh sistem
indera, melatih kemampuan motorikhalus dan kasar, kemampuan berkomunkasi serta
perasaan pikiran si anak. Seperti di jelaskan pakar dan konsultan tumbuh kembang anak .
rangsangan atau Stimulasi sejak dini adalah salah satu faktor eksternal yang sangat
penting dalam menentukan kecerdasan anak. Selain stimulasi ada faktor eksternal lain
yang ikut mempengaruhi kecerdasan seorang anak yakni kualitas asupan gizi, pola
pengasuhan yang tepat dan kasih sayang terhadap anak.
Menurut (Dinkes,2009), Orang tua harus selalu memberikan rangsang / stimulasi
kepada anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa
dan personal sosial. Stimulasi ini harus di berikan secara rutin dan berkesinambungan
dengan kasih sayang, metode bermain dan lain-lain. Sehingga perkembangan anak akan
berjalan optimal. Kurangnya stimulasi dari orang tua dapat mengakibatkan keterlambatan
perkembangan anak, karena itu para orang tua atau pengasuh harus diberi penjelasan
cara-cara melakukan stimulasi kepada anak-anak.
Menurut Siswono, 2004 stimulasi adalah suatu upaya merangsan anak untuk
memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun ketermpilan baru ternyata sangat penting
dalam upaya peningkatan kecerdasan anak. Stimulasi dapat dilakukan pada anak sejak
calon bayi masih berwujud janin, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Di
dalam kandungan janin sudah dapat bernafas, menendang , menggeliat, bergerak,
menelan menghisap jempol, dan lainnya.
Menurut Suherman, 2000 Stimulasi juga dilakukan orang tua (keluarga) setiap
ada kesempatan atau sehari-hari. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip
stimulasi.
Menurut Dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi, dokter spesialisanak konsultan tumbuh
kembang, stimulasi dini adalahrangsangan bermain yang dilakukan sejak bayi baru
lahir.Stimulasi dipercaya dapat memengaruhi pertumbuhan,yang penting untuk kecepatan
proses pembelajaran dan memori.
Stimulasi adalah adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan
sebaiknya sejak di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua
sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Selain itu
harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak
berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan bayi dan anak-anak.
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa anak yang kurang kasih sayang dan kurang stimulasi akan
mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta kesulitan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Stimulasi yang diberikan pada anak selama tiga tahun
pertama (golden age) akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan
otaknya dan menjadi dasar pembentuk kehidupan yang akan datang. Semakin dini
stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan semakin baik. Semakin banyak
stimulasi yang diberikan maka pengetahuan anak akan menjadi luas sehingga
perkembangan anak semakin optimal. Disebutkan juga bahwa jaringan otak anak yang
banyak mendapat stimulasi akan berkembang mencapai 80% pada usia 3 tahun.
Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi stimulasi maka jaringan otak akan mengecil
sehingga fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan anak
menjadi terhambat

2.2 TUJUAN STIMULASI


Tujuan Stimulasi Pada Anak
Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada anak adalah untuk membantu anak
mencapai tingkat perkembangan yang optimal atau sesuai dengan yang diharapkan.
Tindakan ini meliputi berbagai aktifitas untuk merangsang perkembangan anak, seperti
latihan gerak, berbicara, berfikir, kemandidian dan sosialisasi. Stimulasi dilakukan
orangtua dan keluarga setiap ada kesempatan atau sehari hari, secara berkala dan terus –
menerus. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip stimulasi ( Suherman, 2000 ).
Adapun prinsip dari stimulasi adalah sebagai berikut :
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tujukkan sikap dan perilaku yang baik, karena anak akan meniru tingkah laku
orang-orang yang terdekat dengan anak.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap 4
(empat) aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Berikan selalu pujian bila perlu hadiah atas keberhasilannya.

2.3 TAHAP-TAHAP STIMULASI


A. Tahapan Stimulasi Sesuai Usia
1. Usia 0 - 3 bulan
Berikan si kecil stimulasi yang mengutamakan rasa nyaman aman, dan
menyenangkan. Anda bisa menstimulasinya dengan cara memeluk, menggendong,
menatap mata bayi, berbicara atau mengajaknya tersenyum. Mainan yang
digantung dengan warna-warna menarik dan mengeluarkan bunyi-bunyian juga
merupakan stimulasi yang menyenangkan bagi si kecil. Menjelang akhir usia 3
bulan, cobalah melatihnya tengkurap, telentang atau menggulingkannya ke kanan
dan kiri. Rangsang si kecil untuk meraih dan memegang mainan, jika tangannya
sudah cukup kuat.
Agar keterampilan motorik bayi tumbuh dan berkembang secara optimal, Anda
perlu memahami tahap-tahap perkembangannya dan memberikan stimulasi
(rangsangan) yang tepat sesuai dengan tahapan usia bayi. Hal ini penting karena
jika terjadi keterlambatan atau gangguan pada kemampuan motoriknya bisa segera
terdeteksi dan dikoreksi.
Pada umumnya perkembangan motorik dibedakan menjadi dua yaitu motorik
kasar dan motorik halus :
a. Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup
keterampilan otot-otot besar, misalnya merangkak, tengkurap, mengangkat
leher dan duduk.
b. Motorik halus adalah bagian dari aktivitas motorik yang melibatkan gerak
otot-otot kecil, seperti mengambil benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk,
menggambar dan menulis.

Pada saat bayi baru lahir,saat itu refleks tubuh bayilah yang bekerja
sempurna. Gerakan refleks adalah gerakan-gerakan yg terjadi secara otomatis,
tanpa bayi sadari. Seiring dengan waktu, gerak refleks ini akan tergantikan
dengan gerak motor kasar. Beberapa gerak refleks yang dimiliki bayi adalah :
1. Refleks menghisap (sucking reflex)
Bayi akan melakukan gerakan menghisap ketika Anda menyentuhkan puting
susu ke ujung mulut bayi.
2. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex)
Bayi Anda akan otomatis menggenggam jari Anda ketika Anda
menyodorkan jari telunjuk kepadanya.
3. Refleks leher (tonic neck reflex)
Akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada lengan dan tungkai sisi
ketika bayi Anda menoleh ke salah satu sisi.
4. Refleks mencari (rooting reflex)
Ketika pipi bayi Anda disentuh maka otomatis mulutnya akan terbuka dan
memalingkan wajahnya ke arah sentuhan.
5. Refleks Moro (Moro reflex)
Refleks ini berbeda dengan refleks lainnya yang termasuk dalam ketegori
gerakan motor. Menurut para ahli, refleks moro ini termasuk reaksi
emosional yg timbul dari kemauan atau kesadaran bayi dan akan hilang
dengan sendirinya dalam waktu yg singkat. Refleks moro ini timbul ketika
bayi dikejutkan secara tiba-tiba atau mendengar suara yang keras. Bayi
melakukan gerakan refleks dengan melengkungkan punggungnya dan
mendongakkan kepalanya ke arah belakang. Bersamaan dengan gerakan
tersebut, kaki dan tangan bayi digerakkan ke depan. Reaksi yang berlangsung
sesaat ini pada umumnya diiringi dengan tangisan yang keras.

2. Usia 3 - 6 bulan
Rangsang si kecil untuk tengkurap, telentang, bolak- balik, serta duduk.
Anda bisa menambahkan stimulasi dengan mengajaknya bermain "cilukba". Pada
rentang usia 3-6 bulan kebanyakan bayi sudah mulai menunjukkan polah tingkah
yang mengundang gemas yang melihatnya, karena pada renatng usia tersebut
kondisi fisik sang buah hati sudah mendukung untuk melakukan beragam aktifitas,
seperti:
1. Berbalik dari telungkup ke telentang
2. Mengangkat kepala setinggi 900
3. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
4. Menggenggam pensil
5. Meraih benda yang ada di dalam jangkauannya
6. Memegang tangannya sendiri
7. Berusaha memperluas pandangan
8. Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
9. Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
10. Tersenyum ketika melihat mainan / gambar yang menarik saat bermain sendiri.

3. Usia 6 - 9 bulan
Di usia ini, Anda bisa mulai meningkatkan stimulasi, dengan cara melatih
tangan anak bersalaman, duduk dan berdiri sambil berpegangan. Penting juga bagi
Anda untuk mulai membiasakan diri membacakan dongeng untuk si kecil sebelum
tidur. dalam memberikan stimulasi pada bayinya, ada 4 hal cara stimulasi
bayi yang benar benar harus diperhatikan, yaitu :
Pertama adalah bicaralah selalu padanya,apa pun yang Anda lakukan
ajaklah bayi Anda berbicara. Tataplah matanya dan bicaralah perlahan-lahan.
Bayi sedang mendengarkan suara maupun kata - kata yang Anda ungkapkan dan
bayi pun belajar untuk meresponnya.
Kedua adalah biarkan bayi bermain di lantai, tentunya lantai harus bersih
dan aman, seringlah menaruh bayi dilantai untuk merangsangnya lebih leluasa
bergerak dan bisa mengontrol gerakannya. Jangan sering menggendong atau
menaruh bayi dikereta dorongnya. Meski aman baginya namun tidak membantunya
mengembangkan otot - otot geraknya.
Ketiga adalah berikan aktivitas fisik, berrmainan permainan yang
menggunakan fisik akan membantu perkembangan dan kerja otot - otot tubuhnya.
Orang tua bisa membantu, misalnya, meletakan bayi dalam posisi terlentang
kemudian menggerakan kedua kakinya seolah membuat gerakan mengayuh sepeda.
Bisa juga dengan menegakkan bayi sambil kita pegang tubuhnya, lalu biarkan ia
melakukan loncatan - loncatan dengan kedua kakinya atau bermain di lantai
dengan merangkak dan mengejarnya.
Keempat adalah dengan memberikan pujian, setiap kali bayi menunjukan
kemajuan pesat berilah pujian, ia pasti sering dan bersemangat untuk selalu
mencoba serta mengulang kembali kemampuannya.

4. Usia 9 - 12 bulan
Pada retang masa mur 9-12 bulan si kecil sudah menunjukkan beberapa
aktifitas:
• Mengangkat badannya ke posisi berdiri
• Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan pada kursi
• Dapat berjalan dengan dituntun
• Mengulurkan lengan / badan untuk meraih mainan yang
diinginkan
• Menggenggam erat pensil
• Memasukkan benda ke mulut
• Mengulang menirukan bunyi yang didengar
• Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
• Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa
saja
• Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
• Senang diajak bermain ”CILUK BA”
• Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum
dikenal.
Dari hal-hal yang bisa dilakukan si kecil maka Mulailah mengajar si
kecil memanggil mama-papa atau ibu-ayah, kakak atau adik. Anda juga sudah
bisa melatih si kecil untuk berdiri, berjalan dengan berpegangan, meminum dari
gelas, menggelindingkan bola, dan bermain memasukkan mainan ke wadah.

5. Usia 12 - 18 bulan
si kecil bermain bersama menyusun kubus, menyusun potongan gambar
sederhana, memasukkan dan mengeluarkan benda kecil dari wadahnya, atau
bermain boneka. Ajari juga ia cara menggunakan peralatan makan dan memegang
pensil lalu biarkan ia mencoret-coret kertas dengan pensil warna. Lanjutkan
stimulasi dengan melatihnya berjalan tanpa berpegangan, berjalan mundur,
memanjat tangga, menendang bola,melempar dan menangkap bola, melepas
celana, mengerti dan melakukan perintah sederhana, menyebutkan nama, dan
menunjukkan benda-benda.

6. Usia 18 - 24 bulan
Di usia ini mulailah merengasang si kecil dengan memintanya
menyebutkan, dan menunjukkan bagian tubuh seperti mata, hidung, telinga, dan
mulut. Minta pula ia menyebutkan nama-nama binatang, gambar atau benda-benda
di sekitar rumah. Cobalah membiasakan mengajak si kecil berbicara tentang
kegiatan sehari-hari (makan, minum, mandi, main, dan sebagainya). Latih ia ia
menggambar garis, mencuci tangan, memakai celana, baju, melempar bola, dan
melompat.,selain itu bisa melatih keseimbangan berdiri dengan satu kaki
bergantian,melatih anak menggambar bulatan dan segitiga, Melatih anak mau
menceritakan apa yang dilihatnya, Melatih anak tentang kebersihan diri (buang air
kecil/besar pada tempatnya), melatih anak bernyanyi.

7. Usia 2 - 3 tahun
Saatnya Anda mengajari si kecil untuk mengenal warna, menghitung benda,
menggunakan kata sifat (besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, banyak-sedikit),
menggambar garis, lingkaran dan manusia. Ajari pula cara memakai baju,
menyikat gigi, buang air kecil dan besar di toilet. Stimulasi juga bisa diberikan
dengan mengajaknya latihan berdiri satu kaki, menyebutkan nama teman, bermain
kartu, boneka, dan masak-masakan, Melatih anak menyusun balok.

8. Usia 3 tahun ke atas


Stimulasi yang bisa Anda berikan pada si kecil lebih mengarah pada
pengembangan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan bahasa serta untuk
kesiapan sekolahnya.
Ajari ia melakukan motorik kasar seperti berlari, senam sehat, lalu latih
juga motorik halusnya seperti memegang pensil dengan baik, menulis, mengenal
huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana, buang air kecil
dan besar di toilet, berbagi dengan teman, serta kemandirian. Tidak hanya di
rumah, stimulasi juga bisa dilakukan di kelompok bermain dan taman kanak-
kanak.

2.4 MACAM-MACAM STIMULASI


A. KOMUNIKASI
Jalinlah komunikasi dengan sang buah hati sesering mungkin, bisa
menceritakan apa saja untuk mendukung pengetahuan bahasa dan mengembangkan
pikirannya, tentunya bercerita tentang hal-hal ringan saja, ajaklah anak untuk
berbicara. Salah satu contoh berkomunikasih adalah:
1. Ceritakan kesibukan Kita.
Ceritakan dengan lantang apa saja yang sedang di kerjakan dan lemparkan
pertanyaan-pertanyaan untuk batita. “Teruslah bicara, walaupun nampak konyol
karena batita tak bisa menjawab,” usul Pam Quinn, terapis wicara di RS
Rehabilitasi Schwab, Chicago.

2. Jadi ‘role model’.


Bila batita Anda mengatakan “cucu” untuk susu, gunakan pengucapan yang
benar ketika Anda merespon, “Ini susumu.” Kembangkan penguasaan bahasanya
dengan menambahkan kata-kata baru, misalnya “Susumu warnanya putih, enak
sekali.” Strategi ini tak hanya akan menambah jumlah kosa katanya tapi juga
mengajarkan cara kombinasi kata. Namun hindari mengoreksi ucapannya.
“Menunjukkan kesalahan anak bisa membuatnya tak nyaman. Bahkan anak seusia
itupun dapat mulai merasa bahwa apapun yang dilakukannya selalu salah di mata
ibu,” kata Pam lagi.

3. Berlagak “bodoh”.
Beri batita kesempatan untuk meminta dan mengungkapkan kebutuhannya
sebelum Anda memberikan padanya. Contohnya, saat bermain, ia menggulirkan
bola dan Anda tahu ia ingin Anda mengembalikan bola itu padanya, pura-pura saja
Anda tidak mengerti, berikan ekspresi wajah bingung dan bertanya, “Ibu harus
apa?” Jeda seperti ini akan menyemangatinya untuk berkomunikasi.

4. Tetap nyata.
Hindari untuk mengucapkan kata berlebihan atau berbicara dalam bahasa
slang atau bahasa pergaulan yang tak dimengerti balita usia 1-2 tahun. Orangtua
wajib berbicara dalam kalimat-kalimat reguler dan dalam bahasa yang benar, yang
akan membantu anak mengerti cara memadukan kata menjadi kalimat yang
bermakna.

5. Mengenalkan anggota tubuh


Ajaklah bayi berkomunikasi dengan mengenalkan anggota tubuh. Misalnya
menunjuk kepala, pundak, hidung, kaki, mata dan sebagainya. Memperlihatkan
cerita bergambar, atau kumpulan gambar buah, hewan dan benda sehari-hari. Latih
gerak motorik tangan dengan membuat garis, berlatih mencuci tangan sendiri,
latihan melempar bola.

6. Menggunakan Bahasa Isyarat


Membangun rasa percaya dan meningkatkan interaksi. Secara psikologis
bayi akan merasa lebih dekat dengan orang yang berkomunikasi. Dengan mengerti
apa yang dikomunikasikan bayi, orangtua menjadi lebih mengetahui kebutuhan
yang diinginkan bayi saat itu.
Mendorong berkomunikasi lebih awal. Sebenarnya bayi usia muda, dengan
kemampuan pergerakan koordinasi mulut yang belum sempurna, mempunyai
keterbatasan dalam berbahasa. Meskipun terdapat beberapa parameter kemampuan
bahasa yang dapat dinilai dengan bunyi-bunyian yang keluar dari mulut atau mimic
muka dan posisi tubuh bayi. Dengan keterbatasanya tersebut tampaknya bahasa
isyarat dapat digunakan untuk alternatif dalam berkomunikasi. Kesulitan
berkomunikasi dengan anak akan menimbulkan perasaan yang cemas dan frustasi
baik pada anak dan orangtua. Seringkali orangtua tidak mengetahui keinginan
anak, sebaliknya anak sulit mengungkapkan keinginannya. Apalagi ungkapan yang
membingungkan tersebut disertai tangisan yang hebat. Dengan bahasa isyarat
kesenjangan komunikasi dapat diminimalkan, pada akhirnya membuat perasaan
orangtua lebih nyaman bila keinginan anak dapat dipahami.
B. PERMAINAN
Menurut para ahli, idealnya Mama memiliki cara-cara kreatif untuk terus
menstimulasi anak. Adakalanya Anda juga kehabisan ide. Kabar baiknya, Alvin N.
Eden, MD., penulis buku Positive Parenting: Raising Healthy Children from Birth
to Three Years, memberikan beberapa rekomendasi alat apa saja yang perlu Anda
miliki untuk bisa menstimulasi si 2-3 tahun dengan optimal. Ini dia beberapa di
antaranya:
1. Sepeda roda tiga. Ajarkan anak untuk mengayuh pedalnya, juga mengarahkan
setangnya. Tentu dampingi ia selalu saat mencoba.
2. Gerobak sorong roda satu (wheelbarrow). Anak bisa membawa mainan untuk
dibawa ke ruang lain (atau untuk dibereskan). Jangan lupa memastikan
gerobaknya bersih.
3. Perlengkapan memanjat, bisa berupa tangga, pagar, tali pengaman, dll. Tentu saja
Anda harus mengawasi ketika anak bermain panjat-panjatan, bukan lalu
melarangnya sama sekali.
4. Perkakas dan meja kerja. Ketika anak berusaha memalu paku mainan atau
memasang sekrup, sebetulnya dia sedang mengasah keterampilan motorik
halusnya.
Alat Permainan Edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya.
Berikut contoh permainan pada stimulasi anak:
1. Main senyum, cium, dan suara (0-3 bulan)
Pada periode yang sangat awal ini, rangsang
penglihat, peraba, pencium, dan pendengar
penting untuk perkembangan otak atau kognisi
bayi. Stimulasi seperti mendaratkan ciuman ke
kening, pipi, mata, atau bagian tubuh yang lain, mengelus-elus, memberikan
senyuman terindah, mengajak bicara, dan mendengarkan musik, membantu
si buah hati belajar sense of sensations, sensasi. Hasilnya, bayi mampu
memberikan senyum balasan di umur 6 atau 8 minggu. Otak bayi diajak
belajar menginterpretasikan berbagai hal seperti ekspresi wajah atau suara
dan membantu mengembangkan ukuran otaknya dua kali lipat. Bayi akan
mengurangi perhatian pada rangsang yang berulang dan akan menambah
perhatiannya saat rangsang itu berubah.
2. Main gerak dan tebak (Usia 3-6 bulan).
Di usia 4 bulan, bayi mulaimengenal
dan menjalani rutinitas seperti bangun,
tidur, atau makan. Anda dapat
mengenalkan rutinitas lain yang
membantu perkembangan otaknya
seperti mengikuti aktivitas bermain
sambil gym atau aktivitas motorik.
Kegiatan ini membantu bayi belajar sebab-akibat, misalnya ia dapat
menggapai mainan yang terjuntai di atasnya bila ia duduk dan merentangkan
tangannya ke atas. Selain itu, bermain belajar mengenal anggota tubuh dari
cermin juga seru. Anda menunjuk lalu mengucapkan bagian tubuh apa
secara jelas dan perlahan. Misalnya “Ini apa? (sambil menyentuh matanya)
Ini mata.” Meski ia masih dalam tahap bergumam atau bubble, perlahan ia
belajar mengucap satu akhiran kata, misalnya “ta” dari “ma-ta”. Bayi pun
bisa memperlajari anggota tubuh dan belajar bicara.
3. Main “Petak Umpet”(Usia 6-9 bulan)
Pencapaian kekonstanan atau objek
permanen sebuah benda bisa diraih pada
periode usia ini. Maksud dari konstan yaitu
pemahaman bahwa benda sebenarnya tetap
ada walaupun tidak terlihat.
Umumnya, bayi akan berusaha terus
mencari, menemukan benda yang
disembunyikan. Berhubung dia sedang
belajar merangkak, tentu bayi akan mencari dengan cara merangkak.
Biarkan ia merangkak sesukanya.
Aktivitas ini dapat menstimulasi koordinasi otak kiri dan kanannya.
Bermain Cilukba, menutup benda dengan sapu tangan, atau sembunyi di
bawah selimut bisa menjadi permainan sederhana yang menstimulasi
otak bayi untuk pemahaman objek permanen.
4. Bermain kreatif
Dalam periode usia ini terjadi peningkatan
mobilitas dan pengenalan lingkungan sekitar. Ia
semakin aktif dan cenderung mencoba
memberikan stimulus pada orang lain. Misalnya ia
mulai menarik perhatian Anda dengan menarik-
narik pakaian Anda, menggapai dan mengambil
barang-barang di sekitarnya, atau meniru suara
Anda. Ia paham situasi yang ia rasakan. Kalau ia
merasa sedang tidak mendapat perhatian Anda, langsung ia mencari
perhatian! Idenya sangat fantastis.
Memanfaatkan situasi ini, Anda bisa mengajaknya bermain yang
menstimulasi kreativitasnya serta mengenalkan perintah-perintah sederhana.
Misalnya meminta dia menyusun balok kemudian meruntuhkannya,
menaruh barang di tempatnya, atau bermain tepuk-tepuk tangan sambil
bernyanyi. Kira-kira bangunan seperti apa yang dibuatnya atau bagaimana
ritme tepukannya?

C. TEMAN SEBAYA
Mengajak anak bertemu dan bermain dengan teman sebaya merupakan salah
satu cara untuk menstimulasi kecerdasan anak dalam bersosialisasi. Melatih anak
bersosialisai sebenarnya dapat dilakukan di rumah. Misalnya anak diajak berkenalan
dengan anak sebaya di sekitar rumah, atau diajak ke playground agar bayi bisa
melihat anak-anak seusianya. Memasukkan anak ke sekolah bayi bisa menjadi pilihan
bila anak tinggal di rumah dengan lingkungan sekitar tidak ada playground atau
teman sebaya, sehingga ia harus di rumah saja. Pada usia dini 0-6 tahun, otak
berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan
menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa
yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk.
Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak
(golden age).
Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa
emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Pada usia dini
inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita
sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental
berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka
mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya
dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk
karakter yang positif dan sukses. Seperti mengajak anak – bermain dengan teman
sebayanya dengn tetap mendapat pengawaaaasan dari orang tua, memberikan
tontonan yang sesuai dengan usia anak, sewajanya anak – anak menonton film untuk
anak – anak, mendengarkan lagu – lagu anak – anak.
Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula
sebaliknya. Sewajarnya lah anak – anak bergaul dengan teman- teman
seusianya, sehingga karakter anak akan terbentuk sesuai dengan usianya, dan
kemampuannya bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang disekelilingnya
menjadi sealami mungkin. Sehingga tidak terjadi hal – hal seperti anak yang
minder/penakut saat bertemu orang selain dari keluarganya dikerenakan jarang
keluar dan bermain dengan anak – anak lain seusianya. Dan tidak ada anak –
anak yang karakter emosionalnya lebih dewasa dari usianya dan kehilangan
masa-masa bermain yang menyenangkan dengan teman – temannya.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Suwariiyah, Puji. 2013. Tesperkembengan bayi / anak. Jakarta. Trans Info Media.

Hidayat,A.Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salembang Medika.

Maryanti,Dwi dkk. 2011. Buku Ajar Neonatus,Bayi dan Balita. Jakarta: TIM

Anda mungkin juga menyukai