TEKNIK TELEKOMUNIKASI
(ENEE 600025)
untuk Program Sarjana Reguler dan Paralel
LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424
Telepon : (021) 7270077, 7270078 ext. 131
MODUL PRAKTIKUM
TEKNIK TELEKOMUNIKASI
(ENEE 600025)
Untuk Program Sarjana Reguler dan Paralel
Setiap modul praktikum berisi petunjuk manual yang lengkap tentang prinsip dan
teknis kegiatan praktikum di laboratorium. Pada modul ini, terdapat sepuluh modul yang
akan dilakukan percobaan pada praktikum Teknik Telekomunikasi untuk Mahasiswa S1
Reguler dan Paralel Tahun Ajaran 2014/2015. Setiap modul terdiri dari tujuan, teori dasar,
peralatan yang digunakan, dan langkah-langkah percobaan yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam memahami praktikum ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan modul praktikum ini. Saya dan segenap tim asisten juga menerima kritik dan
saran untuk perbaikan modul praktikum ini menuju arah yang lebih baik ke depannya.
Saya berharap agar mahasiswa dapat menggunakan modul praktikum ini dengan
sebaik-baiknya dan dapat membantu mahasiswa dalam memahami lebih jauh tentang
Teknik Telekomunikasi.
Komponen Persentase
Tes Pendahuluan 5%
Tugas Pendahuluan 12,5 %
Praktikum 30 %
Borang 40 %
Tugas Tambahan 12,5 %
17. Nilai praktikum ditentukan oleh tingkah laku dan keaktifan praktikan selama mengikuti
praktikum, termasuk saat tes lisan sebelum praktikum dimulai.
18. Tugas Tambahan dikerjakan dengan tulis tangan, dan dikumpulkan paling lambat 1 x
24 jam setelah praktikum berakhir melalui scele atau web.
19. Seluruh perizinan dan pengaduan harap disampaikan ke Koordinator Praktikum
Saudari Aisyah (085711004444).
BUDIMAN
BUDIARDHIANTO MUHAMMAD HAEKAL
Teknik Elektro 2011 Teknik Elektro 2012
081578461684 081316106027
budiman.budiardhianto m.haekal11@rocketmail.com
@gmail.com
Petunjuk Keselamatan.................................................................................................... 3
Kata Pengantar ............................................................................................................... 4
Peraturan Praktikum Teknik Telekomunikasi (ENEE 600025) ..................................... 5
Asisten Laboratorium ..................................................................................................... 7
Daftar Isi .......................................................................................................................... 8
Pengantar Teknik Telekomunikasi .............................................................................. 10
Tujuan ......................................................................................................................... 10
Era Klasik : Jaringan Telekomunikasi Berkabel ........................................................... 10
Era Baru : Jaringan Telekomunikasi Nirkabel .............................................................. 12
Ledakan Teknologi : Komunikasi Selular ..................................................................... 13
Kebutuhan Baru : Komunikasi Multimedia Pita Lebar .................................................. 17
Saluran Transmisi ......................................................................................................... 20
Tujuan ......................................................................................................................... 20
Dasar Teori ................................................................................................................. 20
Peralatan..................................................................................................................... 25
Prosedur Percobaan ................................................................................................... 26
Modulasi Amplitudo...................................................................................................... 28
Tujuan ......................................................................................................................... 28
Dasar Teori ................................................................................................................. 28
Peralatan..................................................................................................................... 34
Prosedur Percobaan ................................................................................................... 35
Modulasi Frekuensi ...................................................................................................... 37
Tujuan ......................................................................................................................... 37
Dasar Teori ................................................................................................................. 37
Peralatan..................................................................................................................... 41
Prosedur Percobaan ................................................................................................... 41
Sistem Teleponi ............................................................................................................ 43
Tujuan ......................................................................................................................... 43
Dasar Teori ................................................................................................................. 43
Peralatan..................................................................................................................... 46
Prosedur Percobaan ................................................................................................... 46
PULSE CODE MODULATION DAN TIME DIVISION MULTIPLEXING .......................... 48
Tujuan ......................................................................................................................... 48
Dasar Teori ................................................................................................................. 48
Peralatan..................................................................................................................... 52
Prosedur Percobaan ................................................................................................... 52
MODULASI DIJITAL ...................................................................................................... 54
Tujuan ......................................................................................................................... 54
Tujuan
Dengan mempelajari modul Pendahuluan ini, diharapkan Saudara mampu mengenal
secara umum tentang Teknik Telekomunikasi. Topik yang akan diperkenalkan adalah
tentang Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Seluler dan aplikasinya di kehidupan
sehari-hari.
Sistem teleponi mulai berkembang pada tahun 1838 ketika Samuel Morse
menemukan sistem persinyalan titik dan garis untuk alfabet sehingga pesan-pesan yang
kompleks dapat dikirimkan dan diterima dengan lebih mudah. Baru enam tahun kemudian,
sistem tersebut didukung oleh Kongres Amerika Serikat hingga terpasang sistem jalur
telegraf pertama di dunia dengan kabel tembaga antara Washington dan Baltimore sejauh
sekitar 40 mil.
Pada titik tersebut, kabel tembaga mulai menghubungkan berbagai kota besar di
Amerika Serikat yang dibangun dan dioperasikan oleh Western Union, yang mana masih
aktif hingga saat ini sebagai agen transfer uang antarnegara. Sistem kabel tembaga
tersebut juga dikembangkan di Eropa dan dimulailah era pertukaran informasi melalui
sistem kabel tembaga.
Pada tahun 1851, kabel tembaga bawah laut mulai beroperasi antara Perancis dan
Inggris kemudian menyusul kabel bawah laut Trans Atlantik pada tahun 1858. Tingkat
kompleksitas kabel bawah laut yang cukup tinggi membuat proyek kerja sama Eropa-
Amerika Serikat ini menjadi salah satu proyek keteknikan utama pada masanya. Diperlukan
lima kali percobaan sampai kabel bawah laut yang kompak diselesaikan. Sayangnya, kabel
ini digunakan oleh para insinyur dengan sangat antusias yang mengirimkan tegangan yang
terlalu tinggi melalui kabel ini hingga terjadi kegagalan sistem hanya tiga minggu setelah
dioperasikan. Pada tahun 1865, pembangunan kabel bawah laut Trans Atlantik yang kedua
dimulai sejauh 1200 mil, namun tetap mengalami kegagalan. Proyek ketiga pun dimulai
pada 1886 oleh Brunel’s Great Eastern sejauh 1686 mil laut antara Irlandia dan
Newfoundland dan berlangsung tanpa hambatan yang berarti. Setelah itu, Great Eastern
Perkembangan besar selanjutnya adalah pada tahun 1876, Alexander Graham Bell
melakukan percobaan dengan suatu diafragma yang menggetarkan sebuah jarum pada air
untuk memvariasikan arus pada rangkaian, yang dikenal sebagai transmitter cair. Dengan
divais ini, percakapan suara melalui kabel tembaga terjadi pertama di dunia walaupun
hanya antar dua ruangan yang berdekatan dengan alat bernama telepon. Bell kemudian
memperbaiki penemuannya tersebut selama lima bulan dan akhirnya dapat
menghantarkan percakapan suara sejauh lima mil. Western Union kemudian
mengembangkan sistem telegrafi Morse mereka melalui jaringan telepon ini.
Pasca Perang Dunia Kedua, telepon nirkabel mulai dikembangkan oleh AT&T,
Amerika Serikat. Pada awalnya, telepon selular mirip seperti walkie talkie dimana
komunikasi hanya terjadi satu arah bergantian (simpleks). Penggunanya pun harus
mencari frekuensi yang tersedia antara 35 MHz – 150 MHz untuk mengadakan suatu
Di Inggris pada tahun 1912, General Post Office merupakan perusahaan pertama
yang membangun dan mengoperasikan infrastruktur telegrafi dan teleponi untuk panggilan
komersial menggunakan kabel tembaga. Pada tahun 1981, General Post Office dipecah
menjadi dua, yaitu Post Office dan British Telecom. British Telecom merupakan
perusahaan induk Cellnet yang memberikannya akses masuk menuju pasar telepon selular
yang sangat menguntungkan. Cellnet sendiri kemudian berubah menjadi O2.
Pada tahun 1970, kabel serat optik ditemukan oleh Corning Glass Works dan telah
terbukti dapat menghantarkan sinyal dengan kecepatan 45 Mbps dengan menggunakan
penguat sinyal setiap 10 km. Pada tahun 1981, kabel serat optik single-mode ditemukan
dan memberikan terobosan baru dalam transmisi sinyal kabel serat optik. Pada tahun 1987,
generasi kedua kabel serat optik beroperasi pada kecepatan 1,5 Gbps dengan penguat
pada setiap 50 km. Pada tahun 1988, kabel serat optik Trans Atlantik pun dikembangkan.
Teknologi generasi ketiga kabel serat optik mampu beroperasi pada kecepatan sekitar 2,5
Gbps dengan penguat pada setiap 100 km.
Pada tahun 1992, teknologi generasi keempat kabel serat optik dikembangkan
dengan prinsip Wavelength Division Multiplexing yang membuatnya mampu
menggandakan kecepatannya dua kali setiap enam bulan hingga pada tahun 2006 telah
Pada uraian sebelumnya, kita telah membahas tentang kelahiran dan proses
perkembangan secara singkat komunikasi dengan jaringan kabel sejak penemuan kode
Morse pada tahun 1800an hingga pengembangan sistem komunikasi serat optik yang
dimulai pada akhir abad ke-20. Ketika kabel serat optik mampu menghantarkan
percakapan dengan jumlah sangat besar secara simultan, kita juga perlu melihat langkah-
langkah pertama komunikasi personal secara nirkabel yang kemudian akan menjadi
ledakan teknologi yang sangat pesat hingga kini.
Generasi awal 1G berkembang pada tahun 80-an dan masih menggunakan sistem
analog. Sistem analognya menggunakan FDMA (Frequency Division Multiple Access),
yang mana memungkinkan membagikan alokasi penggunaan frekuensi pada masing
masing pelanggan di sel tersebut. Teknologi yang digunakan pada sistem analog ini biasa
dikenal dengan AMPS (Advance Mobile Phone Service) yang dioperasikan pada band 800
MHz.
Kekurangan dari generasi 1G adalah ukurannya yang terlalu besar untuk dipegang,
performa baterai yang kurang baik, kapasitas trafik yang kecil, dan suara tidak jernih. Pada
saat itu handphone yang digunakan masih berukuran cukup besar dan beterainya relatif
boros.
Generasi kedua dari telekomunikasi mobile ini adalah saat memasuki era digitlal
dimana Eropa mulai menemukan GSM (Global System for Mobile Communication) dan US
mulai mengembangkan CDMAone (Code Division Multiple Access). GSM adalah sistem
TDMA (Time Divison Multiple Access) dengan menggunakan carrier band sebesar 200 KHz.
Dengan GSM, frekuensi radio yang digunakan untuk carrier bands dapat digunakan
kembali selama transmitter radio dengan frekuensi yang sama tidak berada dalam sel yang
berdekatan. Sedangkan CDMAone menggunakan teknologi yang berbeda yaitu spread
spectrum, dimana spektrum radio dibagi menjadi beberapa pembawa yang lebar pitanya
mencapai 1.23MHz. Dalam CDMA, user menggunakan frekuensi yang sama dalam waktu
yang bersamaan sehingga lebih efisien.
Teknologi GSM saat ini adalah yang paling banyak digunakan di dunia karena
memiliki kemampuan roaming yang sangat luas. Keunggulan CDMA dibandingkan dengan
GSM adalah suaranya lebih jernih, kapasitas lebih besar, dan kemampuan akses data yang
lebih tinggi.
Layanan iklan pada telepon selular pertama kali muncul di Finlandia pada tahun
2000 yang memungkinkan pengguna telepon selular menerima kabar terbaru dari suatu
merek yang ingin diikutinya. Layanan ini juga membuka peluang penjualan ringtone untuk
konsumen individual. Ringtone ini pun berkembang dari monoponik hingga menjadi
poliponik. Ringtone poliponik kemudian mulai tergeser dengan teknologi MP3 yang
berkembang kemudian. Pada tahun 1999, NTT DoCoMo Jepang menghadirkan layanan
internet mobile pertama di dunia, namun kecepatan layanan ini masih terbatas karena
faktor keterbatasan teknologi 2G.
Karena sangat kecilnya kemampuan akses data GSM yang hanya mencapai 9.6
Kbps, mulai berkembang GPRS (General Packet Data Radio Services). Kemudian
diperkenalkanlah teknologi Wireless Application Protocol (WAP), namun hasilnya tidak
begitu memuaskan. Sampai akhirnya GPRS dikembangkan sampai mampu mengakses
data dengan kecepatan sampai 115 Kbps dan throughput hanya 20-30 Kbps. GPRS juga
memungkinkan akses internet dimana saja dan real time. GPRS kurang diminati karena
harganya yang cukup mahal saat itu. Teknologi yang berkembang lagi adalah EDGE
(Enhanced Data for Global Evolusion) yang hanya sempat diimplementasikan sebentar,
kecepatannya mencapai 3-4 kali dari kecepatan GPRS.
Perkembangan layanan 3G, dimulai oleh NTT DoCoMo pada awal tahun 2001 dan
jaringan 3G komersial pertama diluncurkan pada Oktober 2001 dengan teknologi WCDMA
(Wideband Code Division Multiple Access). Pada tahun 2002, jaringan 3G diluncurkan di
Korea Selatan dan di Amerika Serikat yang bernama Monet. Keduanya menggunakan
standar CDMA/EV-DO yang merupakan Betamax dari 3G dan Monet pun telah kolaps.
Jaringan kedua dengan standar WCDMA diluncurkan oleh Vodaphone KK (saat ini dikenal
sebagai Softbank) di Jepang. Pada waktu yang sama di Eropa dikembangkan pula oleh
Three/Grup Hutchison di Italia dan Inggris.
Generasi ketiga ini merupakan kelanjutan dari GSM, GPRS, EDGE, dan CDMA
pada generasi sebelum-sebelumnya. Teknologi lanjutan ini disebut dengan Universal
Mobile Telecommunication Service (UMTS). Tujuannya adalah memberikan kecepatan
akses data yang lebih tinggi mencapai 385 kbps pada frekuensi 5 KHz. Teknik modulasi
Kemudian generasi ketiga ini diperkaya lagi dengan keluarnya generasi 3.5G.
Kecepatannya mencapai 3,6 Mbps sehingga dapat melayani komunikasi multimedia lebih
cepat, seperti akses internet dan video sharing.
Layanan internet pita lebar dimulai dengan penggunaan dongles atau yang kita
kenal sebagai modem sehingga kita dapat menikmati layanan internet berkecepatan tinggi
pada laptop yang fleksibel. Kemudian perkembangan teknologi membuat telepon selular
Saat ini kita mulai beranjak menuju layanan 4G di dekade kedua milenium ini.
Standar 4G memiliki kecepatan data yang sangat tinggi hingga 100 Mbps pada kondisi
mobilitas tinggi (di dalam mobil atau kereta api) dan hingga 1 Gbps pada kondisi mobilitas
rendah (misalnya lingkungan pedestrian atau pengguna stasioner). Teknologi kecepatan
tinggi ini menggunakan prinsip OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access)
dengan berbagai algoritma pengkodean hingga kecepatan tinggi pun tercapai. Beberapa
keunggulan pada teknologi 4G selain kecepatan tinggi antara lain adalah struktur arsitektur
yang flat untuk semua teknologi dan tingkat latensi yang rendah.
Di Amerika Serikat, AT&T, Verizon, dan Sprint telah memulai jaringan berbasis LTE
dan beroperasi secara optimal pada tahun 2013. Kemudian terdapat Rencana
Lightsquared yang akan menggunakan satelit untuk menjangkau 92% populasi Amerika
Serikat dengan layanan LTE pada tahun 2015, walaupun dengan teknologi ini kecepatan
akan menjadi konsiderasi tersendiri.
Di Indonesia, layanan 4G komersial dimulai pada tahun 2010 oleh PT. FirstMedia,
Tbk dengan merek dagang Sitra. Sitra WiMAX menyediakan layanan pita lebar kecepatan
tinggi nirkabel pertama di Indonesia di daerah-daerah padat seperti Jabodetabek,
Sumatera Utara, dan Aceh. Sitra sendiri merupakan pemegang izin BWA termahal di
wilayah Jabodetabek. Namun seiring perkembangan teknologi, WiMAX mulai ditinggalkan
karena biayanya yang besar dan kendala teknologi lainnya hingga digantikan oleh LTE.
Dewasa ini pula mulai dikembangkan layanan 5G yang jauh lebih canggih. Berbeda
dengan layanan 2G hingga 4G, 5G merupakan teknologi radio akses tunggal yang akan
menggantikan makrosel. Layanan 5G merupakan kombinasi antara teknologi akses yang
terlisensi dan tidak berlisensi ataupun optimasi akses radio. 5G menjanjikan layanan
berkecepatan tinggi dengan latensi hingga nol. Teknologi ini didukung dengan
berkembangnya teknologi antena MIMO dan penggunakan gelombang milimeter untuk
aplikasi komunikasi.
---o0o---
Tujuan
Aplikasi utama dari teori medan elektromagnetika adalah studi tentang saluran
transmisi (transmission line, T-Line). Saluran transmisi dikarakterisasi berdasarkan
kemampuannya untuk memandu dan mempropagasikan gelombang elektromagnetik dan
panjangnya terhadap panjang gelombang elektromagnetik yang dipropagasikan.
Dasar Teori
Suatu saluran transmisi dapat dimodelkan sebagai suatu konfigurasi dua kutub
sederhana. Pada Gambar 2.1., terlihat parameter saluran transmisi yang terdistribusi
secara seri, yaitu R’ (resistansi per meter) dan L’ (induktansi per meter) serta secara paralel,
yaitu G’ (konduktansi per meter) dan C’ (kapasitansi per meter). Tanda apostrof
menunjukkan nilai terdistribusi terhadap satuan panjang (meter). Parameter terdistribusi ini
semakin berlipat ganda terhadap panjang segmen diferensial Δz dalam meter dan
menghasilkan nilai elemen “murni” R, L, G, dan C.
2 d
G'
ln b a (2.1)
2
C'
ln b a (2.2)
L' ln b a (2.3)
2
1 1 1 f
R' (2.4)
2 a b c
Pada Gambar 2.1b. diperhitungkan tegangan dan arus sesaat pada setiap ujung
segmen. Saudara perhatikan bahwa v (z, t) menunjukkan tegangan sebagai fungsi waktu t
dan jarak z. Notasi Δz menunjukkan perbedaan jarak antara titik awal dan titik akhir.
Demikian pula pada arus.
dimana α adalah komponen riel, yaitu konstanta atenuasi dan β adalah komponen
imajiner, yaitu konstanta fasa.
R ' j L '
Z0 (2.6)
G ' j C
3. Impedansi karakteristik pada saluran tanpa rugi (lossless line). Suatu saluran dapat
diasumsikan sebagai saluran tanpa rugi jika nilai R’ jauh lebih kecil daripada ωL'
dan G’ jauh lebih kecil daripada ωC' sehingga nilai R’ = G’ = 0.
L'
Z0 (2.7)
C'
Gambar 2. 2. Saluran transmisi yang diterminasi oleh sebuah beban. Arah positif
menunjukkan arah menuju sisi beban, dan negatif menunjukkan arah yang berlawanan.
V0 V0
Z L Z0 (2.8)
V0 V0
Z L Z0
V0 V0 (2.9)
Z L Z0
Dari persamaan 2.9. terlihat bahwa jika nilai impedansi beban ZL sama dengan impedansi
karakteristik saluran Z0, maka tidak ada gelombang yang dipantulkan kembali ke sisi
sumber. Kondisi demikian ini disebut sebagai keadaan bersesuaian (matching).
Pada kasus dimana impedansi beban tidak sama dengan impedansi saluran atau
tidak sesuai (mismatched), terdapat gelombang yang memantul balik ke arah sumber dan
ini dianggap merugikan. Tingkat ketidaksesuaian impedansi terhadap saluran dinyatakan
dalam parameter koefisien pantul (refflection coefficient) pada sisi beban, yaitu :
V0 Z L Z0
L
(2.10)
V0 Z L Z0
Pada beban terhubung singkat (ZL = 0), beban bersesuaian (ZL = Z0), dan beban hubung
terbuka (ZL = ∞) nilai koefisien pantul masing-masing adalah – 1, 0, dan + 1.
1 L
VSWR (2.11)
1 L
Z L Z 0 tanh l
Zin Z 0
Z 0 Z L tanh l (2.12)
Pada kasus saluran tanpa rugi, impedansi input dapat dihitung sebagai :
1. Metode Langsung
Metode tidak langsung digunakan untuk memperbaiki metoda langsung jika nilai
VSWR > 10. Detector mendeteksi sinyal minimum. Kemudian detector digerakkan
pada dua tempat dimana sinyal memiliki ampitudo dua kali amplitudo sinyal
minimum. Jarak kedua tempat tersebut, d, dapat digunakan untuk menentukan
VSWR dengan :
E max 1
VSWR 1
E min sin d / g
2 (2.14)
Pada percobaan ini, Saudara akan melakukan pengukuran VSWR dengan teknik
slotted coaxial air line. Suatu probe dapat digeser-geser sepanjang saluran untuk
mengukur ampltudo medan listrik yang terjadi. Pada pengukuran VSWR yang
menggunakan slotted line detector, terdapat karakteristik hukum kuadrat yang dimiliki
detector :
i ke 2 (2.15)
2
imax ke max
2
VSWR 2 (2.16)
imin ke min
imax
VSWR (2.17)
imin
dengan i adalah arus keluaran DC, k adalah konstanta, dan e adalah tegangan.
Diagram Smith
Peralatan
Praktikum modul ini menggunakan peralatan Microwave Trainer (MWT530) yang
diproduksi Feedback Instruments Ltd. Peralatan yang digunakan terdapat pada Tabel 2.1
berikut ini.
Prosedur Percobaan
PERHATIAN!!! Dilarang melihat/mengintip saluran transmisi dan antena horn
yang digunakan pada saat percobaan ketika generator X-band dalam keadaan
menyala! Hal ini dapat menyebabkan iritasi pada mata, bahkan kebutaan.
Selalu perhatikan instruksi asisten dan berhati-hati dalam percobaan,
mengingat percobaan ini menggunakan frekuensi yang cukup tinggi!
Pengukuran VSWR
Pengukuran VSWR pada praktikum ini menggunakan metode langsung. Berikut ini
adalah prosedur percobaan pengukuran VSWR.
1. Susun peralatan seperti Gambar 2.9. Set tombol pada posisi "internal keying";
2. Atur sensitivitas pada posisi tengah. Atur sumber redaman pada posisi 20°;
3. Bila detektor digerakkan sepanjang saluran maka penunjukkan ampere meter akan
berubah-ubah. Atur sensitivitas dan bila perlu atur attenuator untuk mendapatkan
pembacaan yang mendekati skala maksimum;
4. Secara hati-hati gerakkan probe detector untuk mendapatkan pembacaan arus
minimum yang pertama. Catat sebagai imin1 dan posisinya sebagai x1;
5. Secara hati-hati gerakkan probe detector untuk mendapatkan pembacaan arus
maksimum yang pertama. Catat sebagai imax2 dan posisinya sebagai x2. Catat juga
arus minimun selanjutnya (imin3) dan posisinya sebagai x3 ;
6. Gunakan prosedur yang sama untuk beban yang lain.
---o0o---
Tujuan
Modulasi adalah proses modifikasi sinyal pembawa terhadap sinyal informasi
sedemikian sehingga sinyal informasi dapat ditransmisikan dengan baik. Demodulasi
merupakan proses kebalikan dari modulasi, yaitu proses ekstraksi sinyal informasi
baseband dari sinyal pembawa sedemikian sehingga informasi dapat diterima, diproses,
dan diinterpretasikan pada sisi penerima.
Dasar Teori
Spektrum frekuensi modulasi AM double side band full carrier (DSB-FC) dapat
Karena yang diinginkan adalah sinyal informasi memvariasikan amplitudo carrier, maka :
Pada persamaan (3.4) di atas,(𝑉𝐶 + 𝑉𝑀 sin(𝜔𝑀 𝑡)) melambangkan variasi amplitudo sinyal
hasil modulasi. Persamaan (3.4) dapat diubah menjadi
Perhatikan Gambar 3.5 berikut ini. Saudara dapat melihat bahwa informasi terdapat
pada lower side band dan upper side band bukan pada gelombang pembawa.
Kualitas dari sinyal hasil modulasi AM dapat dilihat dari indikator indeks modulasi.
Nilai indeks modulasi mAM berkisar antara 0 – 1 atau 0% - 100 %, yaitu :
Pada kondisi over-modulated, terjadi tumpang tindih fasa pada envelope sehingga
penerima tidak dapat mengekstraksi sinyal informasi dari sinyal pembawa akibat distorsi
Gambar 3. 6. Bentuk gelombang sinyal termodulasi AM dengan nilai indeks modulasi yang
berbeda-beda.
Kualitas dari sinyal termodulasi AM juga dapat dilihat dari sisi daya yang mana
harus dilihat dari domain frekuensi. Untuk mengubah sinyal dari domain waktu ke domain
frekuensi, seperti telah Saudara ketahui pada perkuliahan sebelumnya, digunakan metode
Transformasi Fourier. Transformasi Fourier digunakan karena sinyal termodulasi AM
dianggap sebagai sinyal yang kontinu dan memiliki periode tertentu.
v B AM 2 fm (3.7.)
Proses Demodulasi AM
Sinyal yang akan didemodulasikan harus sinyal dengan nilai indeks modulasi m
< 1. Berikut ini adalah proses demodulasinya.
Jika m > 1, maka akan terjadi pertukaran fasa pada selubung dan menyebabkan
sinyal terdistorsi dan tidak bisa diinterpretasikan pada sisi penerima.
Peralatan
Pada praktikum modul ini digunakan perangkat keras dan perangkat lunak produksi
Feedback Teknikit. Peralatan yang digunakan pada modul ini terdapat pada Tabel 2.1
berikut ini.
Tabel 3. 1. Peralatan yang digunakan pada Modul Modulasi dan Demodulasi AM.
Prosedur Percobaan
PERHATIAN!!! Ikuti petunjuk asisten dalam setiap percobaan. Matikan RAT
Measurement System jika ingin mengganti board. Gambarlah terlebih dahulu
seluruh bentuk gelombang atau spektrum sinyal dan berikan tanda-tanda
seperlunya. Pengisian borang akan diberikan waktu tersendiri. Lakukan
seluruh prosedur percobaan dengan waktu yang seefisien mungkin.
Prosedur Umum
Prosedur kerja umum dilakukan pada saat mulai menggunakan software Feedback.
1. Dari menu utama untuk mengetahui tugas yang akan dilakukan, klik icon perangkat
lunak pada desktop;
Percobaan AM DSB-FC
Percobaan AM DSB-SC
1. Ikuti petunjuk umum. Setelah mengklik toolbar Practical, lalu klik Amplitude
Modulation with No Carrier;
2. Amati sinyal di setiap titik dengan menggunakan oscilloscope dan spectrum
analyzer dan catat hasil pengamatan;
3. Set Carrier balance ke skala posisi tengah;
4. Amati sinyal di titik 6 dan catat hasil pengamatan;
5. Tingkatkan level Carrier balance;
6. Tingkatkan level Modulation level dan Carrier level;
7. Amati sinyal dan tingkatkan level IIFO frequency, sehingga BFO berada pada
phasa yang sama (in phase)dengan carrier. Perhatikan bahwa hasil dari
detector output adalah sama dengan modulating signal.
---o0o---
Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
Dasar Teori
Pendahuluan
Modulasi FM adalah teknik modulasi analog yang paling populer dibandingkan AM,
khususnya pada aplikasi sistem radio. Pada modulasi FM, amplitudo sinyal carrier dibuat
konstan, sedangkan frekuensi sinyal carrier divariasikan terhadap perubahan amplitudo
sinyal informasi. Dengan demikian, informasi pada modulasi FM dikandung pada
komponen sudut sinyal
Proses Modulasi FM
dimana deviasi frekuensi bergantung pada m (t). Frekuensi sinyal carrier akan berubah-
ubah, sehingga persamaan sinyal carrier sesaat dapat dituliskan sebagai :
vs t = Vc cosωi t = Vc cos2πfi t = Vc cosφi (4.3)
dimana φi adalah sudut sesaat ωit = 2πfit dan fi adalah frekuensi sesaat.
dφi 1 dφi
= 2 πfi atau fi = (4.4)
dt 2 π dt
1 dφi
fi = fc + Δfc cosωmt = (4.5)
2π dt
dimana Δfc adalah deviasi puncak frekuensi carrier, yaitu Δf c k f Vm dengan kf adalah
konstanta sensitivitas deviasi frekuensi (Hz/volt) dan Vm adalah amplitudo maksimum sinyal
pesan. Oleh karena itu, diperoleh :
1 dφi
= fc + Δfc cosωmt (4.6)
2 π dt
sehingga
dφi
= 2 πfc + 2 πΔfc cosωmt (4.7)
dt
Diperoleh :
2πΔfc sin ωmt
φi = ωct + (4.9)
ωm
Δfc
φi = ωct + sin ωmt (4.10)
fm
Δfc
Perbandingan disebut sebagai indeks modulasi FM, yaitu :
fm
dimana Jn () adalah fungsi Bessel jenis pertama. Dengan melakukan ekspansi, diperoleh :
Nilai magnitudo setiap sideband dapat dilihat pada tabel fungsi Bessel untuk tiap
nilai indeks modulasi tertentu seperti pada Gambar 4.4.
Gambar 4. 4. Tabel Fungsi Bessel untuk setiap nilai indeks modulasi tertentu.
Pendekatan ini dilakukan karena panjang bandwidth dari sinyal FM adalah tak hingga.
Pada FM lebih dikenal istilah pasangan sideband daripada LSB dan USB dan bandwidth
tidak dihitung dari LSB hingga ke USB.
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada modul ini terdapat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Prosedur Percobaan
PERHATIAN!!! Ikuti petunjuk asisten dalam setiap percobaan. Matikan
peralatan jika ingin mengganti kabel. Jangan memaksakan kabel jika konektor
tidak sesuai atau tidak mau masuk! Perhatikan instruksi dan label pada
peralatan agar tidak terjadi bahaya tersengat listrik.
1. Buat sinyal carrier dengan cara : menekan tombol MOD, kemudian pilih FM. Tekan
tombol waveform, dan pilih bentuk sinyal sinusoidal.
2. Tentukan besar frekuensi carrier dengan menekan tombol FREQ/Rate dan
masukkan besar sinyal yang diinginkan.
3. Atur amplitudo sinyal dengan menekan AMPL.
4. Buat sinyal informasi dengan cara : menekan tombol MOD, kemudian pilih FM, dan
pilih FM freq dan masukkan besar sinyal informasi yang diinginkan. Kemudian klik
return. (Sinyal informasi besarnya 2 mHz – 20 kHz, default: 100 Hz)
---o0o---
Tujuan
Ilmu telekomunikasi selalu berusaha untuk menyediakan layanan komunikasi jarak
jauh. Layanan ini dapat bersifat privat ataupun terbuka untuk akses publik. Layanan
telekomunikasi modern yang paling tua dan sangat umum digunakan adalah layanan
telepon. Layananan telepon dua kawat analog yang paling tua adalah public switched
telephone network (PSTN) atau plain old telephone service (POTS).
Dasar Teori
Pendahuluan
Sistem teleponi secara umum dibagi menjadi tiga elemen, yaitu telepon, handset
dan saluran yang terhubung ke switching center. Pada Gambar 5.1 ditampilkan sistem
teleponi secara umum.
Pada telepon jenis rotary dial digunakan persinyalan dengan pulse dialling. Pada
persinyalan pulse dialling, hook switch ditekan untuk men-dial nomor telepon yang dituju.
Jika tombol 9 ditekan, maka hook switch akan membuka-tutup sebanyak 9 kali serta
mengirimkan sinyal pulsa. Keuntungan dari persinyalan ini adalah sistemnya yang
sederhana dan murah. Namun demikian, Saudara akan merasakan adanya sidetone
(suara sendiri melalui speaker ketika berbicara) dan echo (jeda waktu antara sinyal suara
yang dikirim dari mikrofon dengan suara pantulan yang masuk ke speaker, sehingga
muncul seperti gaung).
Gambar 5. 2. Grafik persinyalan pulse dialling, dimana jumlah pulsa yang dikirimkan adalah
seperti angka tombol yang ditekan. Pada setiap pergantian angka, disisipkan IDP ( Inter-Dial
Pulse) untuk membatasi antar angka.
Pada prinsipnya telepon jenis ini tidak terlalu berbeda pada rangkaian telepon rotary
dial, dengan perbedaan hanya pada sistem persinyalan yang digunakan. Pada sistem
telepon touch tone, digunakan persinyalan dengan dual tone multi-frequency (DTMF)
dimana nomor telepon yang ditekan akan dikirimkan sebagai gabungan dua frekuensi yang
berbeda.
Rangkaian hibrid telepon adalah komponen pada sisi pelanggan dari suatu sistem
PSTN yang berfungsi untuk mengkonversi antara sistem dua kawat dengan sistem empat
kawat sehingga membentuk jalur sinyal audio bidireksional. Pada hakikatnya, sifat alami
dari saluran telepon adalah dua sinyal audio bergerak pada dua arah yang berlawanan,
yaitu suara dari pengirim dan penerima yang bergerak secara bersama-sama. Dua sinyal
yang bergerak ini kemudian diproses secara terpisah pada sistem switching dan transmisi
telepon yang menggunakan sistem 4 kawat. Untuk mengubah sinyal telepon pada sistem
dua kawat menjadi empat kawat digunakanlah rangkaian hibrid ini untuk mencegah
bercampurnya dua sinyal suara yang berbeda. Saat ini, pada sistem telepon modern,
digunakan line card untuk melakukan antarmuka antar saluran analog sehingga konversi
berlangsung lebih efisien. Rangkaian hibrid ini juga berfungsi untuk mengamplifikasi sinyal
dan sebagai echo cancelers.
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada modul ini terdapat pada Tabel 5.1. berikut ini.
Prosedur Percobaan
PERHATIAN!!! Ikuti petunjuk asisten dalam setiap percobaan. Matikan
peralatan jika ingin mengganti kabel. Jangan memaksakan kabel jika konektor
tidak sesuai atau tidak mau masuk! Perhatikan instruksi dan label pada
peralatan agar tidak terjadi bahaya tersengat listrik.
Prosedur kerja umum dilakukan pada saat mulai menggunakan software Feedback.
1. Dari menu utama untuk mengetahui tugas yang akan dilakukan, klik icon
perangkat lunak pada desktop;
2. Pilih System;
3. Pilih Index;
Switch Hook
---o0o---
Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
1. Mengenal prinsip pengkodean dijital dan transmisi pada sistem audio dijital.
2. Mengenal prinsip-prinsip pengubahan sinyal analog menjadi dijital dalam PCM.
3. Mengenal teknik jalur jamak berdasarkan waktu (TDM).
Dasar Teori
Frekuensi sampling yang biasanya digunakan pada proses dijitalisasi sinyal suara
adalah 8 KHz untuk teleponi dijital. Secara matematis sampling dapat dianalogikan sebagai
suatu hasil perkalian sinyal yang dicuplik dengan sinyal yang mencuplik. Pulse Amplitude
Modulation mengkonversi sinyal analog menjadi sekumpulan pulsa yang memiliki
amplitudo yang berbeda. Pada sistem transmisi telepon modern, amplitudo pulsa tersebut
dikonversi menjadi kode biner. Proses pengubahan tersebut dinamakan Pulse Code
Modulation (PCM).
(a) (b)
Gambar 6. 1. (a) Proses pencuplikan sinyal analog, dan (b) Hasil pencuplikan sinyal analog.
Teknik jalur jamak atau multiplexing adalah metode penggunaan suatu resource
komunikasi secara bersama. Multiplexing bertujuan untuk menghemat resource dari kanal
komunikasi. Pada teknik jalur jamak dikenal terminologi timeslot, yaitu sekumpulan bit-bit
(8 bit) yang ditransmisikan pada waktu yang bersamaan dan frame yaitu sekumpulan
timeslot yang biasanya berjumlah 32 timeslot untuk sistem E-1.
Gambar 6. 4. Konsep tentang frame dan timeslot pada sistem komunikasi GSM-TDMA.
Gambar 6. 5. Teknik FDM, (a). Sinyal dengan frekuensi yang berbeda -beda, (b) Sinyal
ditumpangkan pada sinyal pembawa dengan frekuensi yang lebih tinggi, dan (c) Sinyal hasil
multiplexing.
2. Time Division Multiplexing (TDM). Pada teknik ini, sinyal ditransmisikan pada
suatu medium yang sama dengan frekuensi yang sama, namun pewaktuannya
yang berbeda-beda pada masing-masing timeslot.
Tabel 6.1. Peralatan yang digunakan pada Modul Pengkodean Dijital dan Teknik
Jalur Jamak Berdasarkan Waktu.
No Nama Alat Jumlah
1. TDM & PCM Principle Board 1
2. 53-100 RAT Measuring system 1
3. Perangkat komputer 1
Prosedur Percobaan
PERHATIAN!!! Ikuti petunjuk asisten dalam setiap percobaan. Matikan
peralatan jika ingin mengganti kabel. Jangan memaksakan kabel jika konektor
tidak sesuai atau tidak mau masuk! Perhatikan instruksi dan label pada
peralatan agar tidak terjadi bahaya tersengat listrik.
Pencuplikan
1. Ikuti petunjuk umum. Setelah mengklik toolbar practical, klik basic sampling;
2. Atur frekuensi osiloskop 1 menjadi sekitar 800 Hz dengan output VPP adalah 2 Volt.
Ukuran tampilan dan osiloskop dapat diubah dengan menggunakan menu Option;
3. Amati bentuk gelombang pada osiloskop 1, clock, gelombang sampel, dan keluaran
pada low pass filter;
4. Ubah waktu sample dengan menggunakan menu option ke ¼. Amati bentuk
gelombang yang terjadi;
5. Ulangi langkah 3 dengan mengubah waktu sample menjadi 1/8;
6. Ulangi langkah 1-3 untuk frekuensi 500 dan 2 kHz.
Kuantisasi
Derau Kuantisasi
1. Ikuti petunjuk umum. Setelah mengklik toolbar Practical, lalu klik Quantisation noise;
2. Set frekuensi pada 300 Hz dan amplitudo tegangan (peak) 0.2 Volt dengan
menggunakan pengendali Fine control;
3. Set resolusi pada 4 bit , lewat menu Option;
4. Amati keluaran dijitalnya (tespoint 7) serta hasil filter keluarannya (testpoint 8);
5. Ulangi untuk resolusi bit-bit yang berbeda;
6. Gunakan spectrum analyzer untuk melihat output.
1. Ikuti petunjuk umum. Setelah mengklik toolbar Practical, lalu klik Introduction to
multiplexing;
2. Amati keluaran pada osilator 4 yang merupakan bentuk hasil demultiplexing dan
output filter;
3. Bandingkan bentuk gelombangnya dengan menggunakan tampilan yang besar;
4. Set Osilator 1 menjadi 0 (zero) dan variasikan amplitudo untuk menentukan slot
waktu yang digunakan pada setiap sinyal;
5. Tingkatkan nilai output Osilator 1;
6. Bandingkan bentuk gelombang masukan untuk tiap osilator dengan gelombang
keluarannya dengan menggunakan menu Option untuk memilih time slot.
---o0o---
Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
Dasar Teori
PENGIRIM
Antena
Transmitter (Tx)
W
Carrier Transmission
i re
le
ss
Analog-to- Encryption
Analog Source Channel Digital
Digital and
Waveform Encoder Encoder Modulation
Converter Scrambling
CHANNEL
(ANALOG) Coder
ss
le
Antena i re
W
Receiver (Rx)
PENERIMA Digital-to-
Analog Source Baseband Channel
SINYAL INFORMASI Analog Demodulator
Waveform Converter Decoder Processing Decoder
(ANALOG)
PENERIMA
Gambar 7. 1. Blok Diagram Komunikasi Dijital.
1. Information Source
Line coding digunakan untuk pemformatan data dijital tanpa adanya modulasi.
Informasi dalam sistem transmisi berupa sekuensial data dijital (‘0’ atau ‘1’) yang
panjang. Transmisi data dijital (‘0’ atau ‘1’) yang panjang ini dapat menyebabkan
hilangnya sinkronisasi pada sistem. Oleh karena itu, line coding dapat mencegah
hilangnya sinkronisasi pada sistem.
Pada sistem komunikasi dijital informasi dapat dimanipulasi untuk tujuan security.
Hal ini dapat dilakukan dengan encryption dan scrambling. Encryption berguna
untuk confidentiality dan authentication yang mencegah orang yang tidak berhak
mengambil atau memasukkan informasi dari/ke channel. Scrambling digunakan
mengacak-acak informasi agar tidak dapat dimengerti oleh pihak lain.
7. Communication Channel
Channel merupakan jalur elektris antara sumber dan tujuan. Channel dapat berupa
kawat, link radio, link telepon dan lain sebagainya. Tidak ada channel yang ideal.
Semua channel mempunyai bandwidth yang terbatas dan sinyal informasi sering
mengalami distorsi amplitudo dan fasa saat melewatinya. Selain itu terdapat
distorsi, noise serta interferensi yang sulit dihindari sehingga menyebabkan error
pada sinyal dijital yang diterima.
Pada dunia telekomunikasi dikenal dua macam sistem transmisi yaitu baseband
dan bandpass. Sistem transmisi baseband adalah sistem transmisi yang melakukan
transmisi tanpa melakukan translasi frekuensi (modulasi) sebelumnya. Untuk
meningkatkan akurasi sistem, dilakukan line coding. Line code tersebut harus dipilih secara
teliti agar sesuai dengan karakteristik channel. Terdapat berbagai bentuk teknik line coding
diantaranya Non Return to Zero (NRZ), Return to Zero (RZ), Manchester, Alternate Mark
Inversion (AMI), HDB3 dll. Media transmisi pada sistem baseband dapat berupa coaxial
cable dan biasa digunakan dalam jaringan lokal berskala kecil.
Beberapa jenis line coding dapat dilihat pada Gambar 7.2. berikut ini.
A cos2ft ; Biner 0
s(t ) (7.1)
0 ; Biner 1
Pada Gambar 7.3 ditampilkan bentuk sinyal dijital setelah melalui modulasi ASK.
Keuntungan metode ASK adalah bit rate yang dihasilkan lebih besar.
Kekurangannya adalah untuk menentukan level acuan yang dimilikinya, setiap sinyal yang
terdapat pada saluran transmisi jarak jauh selalu dipengaruhi oleh noise dan distorsi
lainnya. Oleh karena itu, metode ASK hanya menguntungkan bila dipakai untuk transmisi
jarak dekat saja. Dalam hal ini faktor noise atau gangguan juga harus diperhitungkan
dengan teliti.
A cos2f1t ; Biner 0
s(t )
A cos2f2t ; Biner 1
(7.2)
dengan f1 dan f2 diperoleh dari pengurangan dan/atau penjumlahan frekuensi carrier, fc,
dengan suatu selisih frekuensi tertentu. Pada proses ini frekuensi gelombang carrier
Keuntungan modulasi FSK adalah hanya ada sedikit kesalahan pada saat transmisi
karena informasinya terkandung pada frekuensi diskrit, serta sistem modulasi dijital relatif
sederhana. Karena tidak terpengaruh oleh besarnya amplitudo sinyal. Kekurangannya
adalah modulasi FSK memiliki bandwith yang lebar. Modulasi FSK banyak diaplikasikan
untuk frekuensi tinggi.
Phase Shift Keying (PSK) merupakan teknik modulasi sinyal dijital melalui
pergeseran fasa. Pada PSK fasa gelombang carrier akan berubah sesuai dengan
perubahan nilai biner sinyal informasi dijital. Pada Gambar 7.5. ditampilkan bentuk sinyal
dijital setelah melalui modulasi FSK.
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada modul ini terdapat pada Tabel 7.1 berikut ini.
Prosedur Percobaan
PERHATIAN!!! Ikuti petunjuk asisten dalam setiap percobaan. Matikan
peralatan jika ingin mengganti kabel. Jangan memaksakan kabel jika konektor
tidak sesuai atau tidak mau masuk! Perhatikan instruksi dan label pada
peralatan agar tidak terjadi bahaya tersengat listrik.
Prosedur kerja umum dilakukan pada saat mulai menggunakan software Feedback.
1. Dari menu utama untuk mengetahui tugas yang akan dilakukan, klik icon perangkat
lunak pada desktop;
2. Pilih System;
3. Pilih Index;
4. Klik assignment sesuai dengan praktikum Saudara;
5. Klik toolbar Practical sesuai dengan practical yang sedang Saudara lakukan.
---o0o---
Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
Dasar Teori
Filter Dijital
Salah satu proses penting dalam pengolahan sinyal adalah terkait dengan
penyeleksian informasi melalui proses pemfilteran. Berdasarkan tipe sinyalnya, filter dibagi
menjadi filter analog dan filter dijital. Filter analog dibangun berdasarkan sifat-sifat listrik
dari komponen-komponen elektronika, seperti tahanan, induktor, kapasitor, dan lainnya.
Filter dijital adalah suatu prosedur matematika atau algoritma yang mengolah sinyal
masukan dijital dan menghasilkan isyarat keluaran dijital yang memiliki sifat tertentu sesuai
dengan tujuan filter. Penggunaan filter ini banyak dan luas sekali. Sebagian besar aplikasi
pemrosesan sinyal menggunakan filter.
Pada pengolahan sinyal dijital, filter yang didesain adalah filter dijital. Filter dijital
dapat dibagi menjadi dua yaitu Filter Dijital IIR (infinite impulse response) dan FIR (finite
impulse response). Pembagian ini berdasarkan pada tanggapan impuls filter tersebut. FIR
memiliki tanggapan impuls yang panjangnya terbatas, sedangkan IIR tidak terbatas. FIR
tidak memiliki pole, maka kestabilan dapat dijamin sedangkan IIR memiliki pole-pole
sehingga lebih tidak stabil. Pada filter dijital orde tinggi, kesalahan akibat pembulatan
koefisien filter dapat mengakibatkan ketidakstabilan.
Spesifikasi Filter
Perhitungan koefisien filter dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode
windowing, metode optimal, dan metode pencacahan frekuensi. Pada modul ini hanya
dibahas metode windowing untuk menghitung koefisien filter.
Pada prinsip metode windowing, dinyatakan bahwa jika suatu fungsi memiliki fungsi
yang terbatas (non-periodik) dalam domain frekuensi, maka fungsi tersebut akan tidak
terbatas (periodik) pada domain waktu dan demikian sebaliknya. Karena filter bersifat
terbatas pada frekuensi tertentu saja, maka dalam domain waktu fungsi filter adalah tak
terbatas. Hal ini tentunya bertentangan dengan keinginan kita untuk merancang filter
dengan panjang h [n] yang terbatas. Untuk membatasi panjang filter dalam domain waktu
dengan suatu batasan yang disebut window. Namun demikian, efeknya adalah dengan
membatasi filter pada domain waktu, maka pada domain frekuensi panjang filter menjadi
tak terbatas.
Untuk melihat respon frekuensi perlu dilakukan discrete time fourier transform
(DTFT) dan Gambar 8.4 menunjukkan fungsi window Hamming pada domain waktu dan
transformasinya dengan DTFT pada domain frekuensi. Terlihat window Hamming
menggunakan fungsi raised cosine.
Operasi dasar yang digunakan pada pemrosesan sinyal hanya berupa perkalian
dan penjumlahan sederhana saja. Namun demikian, kedua operasi yang dilakukan ini
sangat banyak jumlahnya, sehingga untuk menerapkannya dalam aplikasi diperlukan suatu
prosesor yang sangat cepat dalam melakukan perhitungan matematis. Untuk itulah
didesain suatu mikroprosesor yang bekerja khusus untuk memproses sinyal dijital yang
disebut Digital Signal Processor (DSP).
FIR filter berfungsi untuk mengoperasikan real-time digital filter pada DSP.
Dinamakan finite atau terbatas dikarenakan tidak ada feedback pada jenis filter ini. Tidak
ada feedback dikarenakan nilai sampel suatu sinyal dibatasi sampai nilai N – 1 sehingga
banyaknya sampel tergantung dari banyaknya nilai koefisien N. Pada DSK TMS320C6713,
penggunaan FIR filter meliputi penggunaan dari ADC dan DAC yang terintegrasi dengan
DSP board. ADC berfungsi untuk menangkap dan merubah sinyal menjadi bentuk diskrit,
sedangkan DAC berfungsi merubah kembali sinyal menjadi analog.
Salah satu alat yang dapat mensimulasikan pemrosesan sinyal dijital adalah
menggunakan DSK TMS320C6713. DSK TMS320C6713 adalah salah satu tipe C6000
yang dapat bekerja pada fixed-point maupun floating-point. Akan tetapi, DSP ini masih
berupa starter kit, yaitu suatu platform yang dapat mensimulasikan DSP C6713 yang
sebenarnya. DSK tipe ini lebih ditujukan untuk keperluan edukasi, penelitian, serta evaluasi.
Namun, hasil dari aplikasi yang kita buat di DSK tipe ini sangat mungkin untuk diterapkan
pada DSP C6713 yang sebenarnya.
CPLD berisi register-register yang berfungsi untuk mengatur fitur-fitur yang ada
pada board. Pada DSK C6713, terdapat 4 jenis register CPLD, yaitu :
a. USER_REG Register untuk mengatur switch dan LED sesuai yang diinginkan
user.
b. DC_REG Register untuk memonitor dan mengontrol daughter card.
c. VERSION Register untuk indikasi yang berhubungan dengan versi board dan
CPLD.
d. MISC Register untuk mengatur fungsi lainnya pada board.
3. Flash memory
DSK menggunakan memori flash untuk booting. Pada flash berisi sebuah program
kecil yang disebut POST (Power On Self Test). Program ini berjalan saat DSK
pertama kali dinyalakan. Program POST akan memeriksa fungsi-fungsi dasar board
seperti koneksi USB, audio codec, LED, switches, dan sebagainya.
4. SDRAM
Memori utama yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan instruksi maupun data.
5. AIC23 Codec
Berfungsi sebagai ADC maupun DAC bagi sinyal yang masuk ke board.
LED dan switches ini merupakan fitur yang dapat membantu dalam membangun
aplikasi karena dapat deprogram sesuai keinginan user.
Merupakan konektor yang dapat melakukan transfer data dengan kecepatan yang
sangat tinggi. Hal ini akan berguna dalam aplikasi real-time.
DSK dapat digunakan untuk banyak hal, mulai dari simulasi komunikasi, sistem
kendali hingga pengolahan gambar dan suara. DSP umumnya digunakan pada aplikasi
komunikasi (seluler). Embedded DSP dapat ditemukan pada cellular phones, fax/modems,
disk drives, radio, printers, hearing aids (alat bantu pendengaran), MP3 player, high-
definition television (HDTV), kamera dijital, dan lain-lain. Penggunaan DSP pada alat-alat
tersebut dapat menurunkan harga produksi, karena DSP dapat diprogram sesuai dengan
kebutuhan, memiliki softaware yang murah dan dukungan hardware yang cukup.
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada modul ini terdapat pada Tabel 8.1 berikut ini.
Secara umum percobaan ini menggunakan perangkat MATLAB Simulink dan CCS
Studio yang diintegrasikan sehingga dapat diprogramkan pada DSK TMS320C6713.
Proses tersebut dinamakan sebagai proses targeting. Untuk perancangan filter dijital
sendiri dilakukan pada Simulink dengan bantuan FDA Tool.
Secara sederhana, pada proses targeting digunakan SIMULINK® dan CCS. Untuk
menghubungkan SIMULINK® dengan DSK dibutuhkan Real Time Workshop, Embedded
Target for TI C6000 DSP, dan Link for CCS. Ketiga hal tersebut dapat ditemukan di
SIMULINK® dan harus dilakukan pengaturan konfigurasi. Hubungan ketiga hal tersebut
dapat dilihat pada Gambar 8.6. di bawah ini.
Pada Gambar 8.6. di atas menunjukkan proses debugging dan verifikasi dilakukan
oleh software CCS. Penggunaan CCS memungkinkan untuk menghasilkan code-code
Perancangan Filter
Pada percobaan ini, Saudara diminta untuk mendesain sebuah filter dengan
spesifikasi sebagai berikut :
3. Isi spesifikasi filter yang diinginkan pada tampilan simulasi seperti terdapat pada
Gambar 8.8.
4. Lakukan targetting dari Simulink ke DSK TMS320C6713 dengan menekan tombol
incremental build seperti terdapat pada Gambar 8.9. di bawah ini. Ingat JANGAN
DI SAVE!!!
5. Hubungkan Line in DSK dengan output pada komputer, dan Line Out DSK pada
input microphone komputer. Hubungkan juga headphone pada DSK dengan
Loudspeaker;
6. Buka file 44100.wav yang akan berfungsi sebagai inputan sinyal audio. File ini
merupakan sinyal yang dihasilkan pada frekuensi 100-7000 Hz;
7. Buka file spectrumliat.mdl dan jalankan.;
---o0o---
Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
Dasar Teori
Gelombang radio yang berpropagasi di udara akan mengalami beberapa
fenomena fisik yang berbeda, misalnya refleksi, transmisi, difraksi, dan scattering.
Lingkungan propagasi adalah lingkungan geografis di mana gelombang radio merambat
dari transmitter ke receiver. Lingkungan propagasi sangat dipengaruhi oleh parameter-
parameter fisik medium, seperti tekanan, temperatur, kelembapan, indeks refraksi, dan dari
database area geografis tertentu seperti topografi, persebaran vegetasi, jalan, dan gedung.
Propagasi gelombang radio dapat ditentukan dengan pemodelan berbagai mekanisme fisik
yang berbeda, seperti redaman ruang hampa, redaman atmosfer, redaman akibat vegetasi,
dan lain-lain.
Mode propagasi gelombang radio yang paling sederhana adalah propagasi radio
pada jalur line-of-sight karena sinyal gelombang mikro tidak dapat diblok oleh gedung atau
lembah. Untuk melakukan transmisi harus dihindari adanya penghalang atau kemiringan
bumi, sehingga jika posisi antar gedung terhalang, maka diperlukan menara untuk
menempatkan antena lebih tinggi lagi, agar tetap dalam posisi “saling melihat” (line of sight).
Pada Gambar 9.1, rugi daya propagasi ruang hampa (free space loss) dapat
dihitung dengan persamaan 9.1. di bawah ini.
v FSLdB 32,45 20 log Dkm 20 log FMHz (9.1)
Berdasarkan analisa link budget, maka daya yang dierima receiver adalah :
𝑃𝑅𝑋 = 𝑃𝑇𝑋 + 𝐺𝑇𝑋 − 𝐿 𝑇𝑋 − 𝐹𝑆𝐿 + 𝐺𝑅𝑋 − 𝐿𝑅𝑋 − 𝐿𝑀 (9.2)
Langkah pertama untuk membuat sistem nirkabel adalah membuat rancangan dan
simulasi kerja sistem. Salah satu alat untuk merancang dan menyimulasi sistem nirkabel
adalah perangkat lunak Radio Mobile.
Radio Mobile adalah sebuah perangkat lunak yang dikembangkan oleh Roger
Coudè untuk para pelaku radio amatir. Radio Mobile menggunakan model digital daerah
ketinggian untuk perhitungan cakupan dan kekuatan sinyal yang diterima di berbagai
tempat di sepanjang jalur radio. Radio Mobile secara otomatis membangun profil antara
dua titik di peta digital yang menunjukkan cakupan wilayah dan zona Fresnel pertama.
Pada saat simulasi, perangkat lunak ini akan memeriksa line-of-sight dan menghitung path
loss. Dengan menggunakan Radio Mobile, sangat mungkin untuk dibuat jaringan dari
beberapa topologi yang berbeda, termasuk jaringan master/slave, point-to-point, dan point-
to-multipoint. Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk menghitung wilayah cakupan dari
base stasion pada sebuah sistem point-to-multipoint, bekerja untuk sistem yang memiliki
frekuensi dari 100 kHz sampai 200 GHz.
Tabel 9.1. Peralatan yang digunakan pada Modul Simulasi Jalur Komunikasi
Nirkabel Menggunakan Perangkat Lunak Radio Mobile.
Prosedur Percobaan
PERHATIAN!!! Selalu ikuti petunjuk asisten dalam melakukan praktikum!!
Jangan menyimpan set-up yang Saudara lakukan karena akan menghapus
data default!!!
Untuk repeater :
---o0o---
Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
Dasar Teori
Pendahuluan
Fungsi dasar radio unit (RAU) adalah untuk mentransmisikan dan menerima sinyal
RF dan mengkonversinya ke/dari format sinyal kabel radio (radio cable). Kabel radio
adalah bagian yang berfungsi untuk mengkoneksikan RAU dan MMU (Modem Unit).
Spektrum frekuensi radio yang tersedia pada RAU MINI-LINKTM adalah 6, 7, 8, 10,
11,13, ,15, 18, 23, 26, 28, 32, 38 GHz untuk Radio Split dan 70/80 GHz untuk All
Indoor. Berikut ini adalah tabel performansi RAU.
2. Antena
Cara penyusunan antena dengan RAU dapat berupa sebuah sistem yang terpisah
atau terintegrasi, seperti terdapat pada Gambar 10.5 a dan 10.5 b. Pada Tabel 10.2
ditampilkan spesifikasi antena yang digunakan pada MINI-LINKTM.
Bagian indoor, the access module, merupakan bagian yang berada di dalam
ruangan. IDU disuplai dengan versi kapasitas traffic yang berbeda, skema-skema modulasi
(CQPSK atau 16 QAM), konfigurasi sistem, dan tidak tergantung dengan pita frekuensi
yang digunakan. Modul-modul yang terdapat pada Mini-Link E tidak semuanya sama
dengan modul-modul yang terdapat pada Mini-Link TN.
Berikut ini adalah perangkat-perangkat IDU yang, baik yang terdapat pada Mini-
Link E maupun pada Mini-Link TN, yang dihibahkan PT Ericsson Indonesia kepada
Departemen Teknik Elektro FTUI:
AMM 2U-3 dapat dipasang 1 buah SAU2, satu buah SMU, dan dua buah MMU.
Modul-modul yang terpasang pada AMM 2U-3 yang terdapat di Laboratorium
Telekomunikasi DTE FTUI adalah satu buah SMU dan satu buah MMU. Pada
Gambar 10.6 ditampilkan tampilan AMM 2U-3.
Perlu diketahui, susunan modul-modul yang tepasang pada AMM harus sesuai
dengan ketentuan seperti terlihat pada Gambar 10.7. Jika hanya satu MMU
yang terpasang, maka MMU tersebut harus diletakkan di slot kedua (kedua dari
atas).
AMM 2p B terdiri dari empat slot, yaitu slot 00, 01, 02, dan 03. Slot 00
diperuntukkan untuk NPU3 atau NPU3B. Catu daya yang dibutuhkan untuk
AMM 2p B adalah tegangan DC sebesar - 48 V atau +24 V. Pada Gambar 10.8
ditampilkan tampilan AMM 2p B dan susunan slot pada AMM 2p B.
MMU merupakan unit modulator dan demodulator. MMU dapat dipasang pada Mini-
Link E ataupun Mini-Link TN. MMU Mini-Link E yang diproduksi Ericsson terdiri dari
berbagai besaran kapasitas, antara lain 2x2 Mbit/s, 4x2/8 Mbit/s, 2x8 Mbit/s, 2x8
Mbit/s, 34+2 Mbit/s, dan MMU yang dapat langsung mempunyai kapasitas
2x2Mbit/s – 34+2 Mbit/sMMU yang terpasang pada Laboratorium Telekomunikasi
DTE FTUI adalah MMU 2x8 Mbit/s yang digunakan untuk Mini-Link E. Pada Gambar
10.9 ditampilkan tampilan MMU 2x8 Mbit/s.
Pada Tabel 10.3 di bawah ini dijelaskan spesifikasi MMU yang ada di Laboratorium
Telekomunikasi DTE FTUI. Pada Gambar 10.10 ditampilkan blok diagram MMU 2x8
Mbit/s.
SMU merupakan unit yang berfungsi untuk menurunkan traffic dari MMU dan/atau
menyediakan switching untuk kepentingan proteksi koneksi antar jaringan
microwave. SMU terdiri dari beberapa tipe, antara lain Sw (2 & 4 E1), 8x2 Mbit/s,
dan 16x2 Mbit/s. SMU terdapat pada Mini-Link E. SMU yang terdapat pada
Laboratorium Telekomunikasi DTE FTUI adalah SMU 8x2 Mbit/s. Pada Gambar
10.11 dan 10.12 masing-masing ditampilkan SMU 8x2 Mbit/s dan blok diagramnya.
NPU merupakan otak dari Node. NPU memegang konfigurasi yang ada pada
keseluruhan Node. Koneksi LAN DCM terdapat pada NPU. Selain itu, terdapat juga
port USB jika kita ingin menggunakan Local Craft Tool (LCT). NPU terdiri dari
beberapa tipe, antara lain NPU1 B, NPU1C, NPU3, dan NPU3 B. NPU yang
terdapat pada Laboratorium Telekomunikasi DTE FTUI adalah NPU3 sepert
terdapat pada Gambar 10.13.
Perangkat Pendukung
1. Kabel Radio
Radio cable (kabel radio) merupakan kabel yang digunakan sebagai waveguide.
Dengan kata lain kabel radio diberfungsi untuk pemandu gelombang radio.
2. Konektor Koaksial
Coaxial connector disebut juga radio cable connector. Coaxial conector digunakan
baik untuk menghubungkan antar kabel coaxial mauun kabel coaxial dengan suatu
perangkat yang mempunyai port input/output gelombang radio. Pada Gambar 10.14
ditampilkan berbagai jenis coaxial connector yang digunakan pada perangkat MINI-
LINKTM yang terdapat di Laboratorium Telekomunikasi DTE FTUI.
Grounding cable & grounding bar merupakan perangkat grounding yang bertujuan
untuk proteksi jika terdapat arus berlebih. Pada Gambar 10.15 ditanpilkan
grounding bar.
MCB berfungsi sebagai kontak penghubung dan pemutus catu daya. Pada Gambar
10.16 ditampilkan tampilan MCB.
LSA merupakan tempat koneksi kabel traffic. Pada Gambar 10.17 ditampilkan
tampilan LSA.
6. Rak 19 inchi
Rak 19 inchi digunakan sebagai tempat untuk meletakkan modul-modul, catu daya,
distribusi daya DC, DDF panel, dan sebagainya. Pada Gambar 10.18 ditampilkan
rak 19 inchi.
7. Kabel E1
8. Dummy Unit
Dummy unit digunakan jika terdapat slot yang kosong pada AMM. Dummy unit
diperlukan sebagai perangkat yang esensial untuk me-maintain pendinginan udara
yang ada di dalam AMM. Dummy unit terdiri dari berbagai ukuran seperti terlihat
pada Gambar 10.20.
FAN unit berfungsi untuk menyediakan pendinginan yang baik dan benar bagi Node.
Tampilan fan unit terdapat pada Gambar 10.21.
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada modul ini terdapat pada Tabel 10.4 berikut ini.
Tabel 10. 4. Peralatan yang digunakan pada Modul Simulasi Akses Radio pada
Komunikasi Nirkabel Menggunakan Perangkat MINILINK TM.
No Nama Alat Jumlah
1. Perangkat MINI-LINK E 1
2. Perangkat MINI-LINK TN 1
3. Perangkat lunak MINI-LINK Service Manager 1
4. Insertion tool 1
5. Perangkat komputer 1
Prosedur Percobaan
PERHATIAN!!! Selalu ikuti petunjuk asisten dalam melakukan praktikum!!
Jangan mengubah frekuensi kerja Mini-LinkTM melampaui batas frekuensi
yang diberikan oleh asisten!! Kesalahan dalam penentuan frekuensi akan
menyebabkan perangkat akan rusak dan harus di-restart secara menyeluruh
di kedua tempat dan praktikan harus melakukan restart tersebut.
---o0o---