TINJAUAN PUSTAKA
Jika unsur silika (SiO2) ditambahkan dengan campuran beton, maka unsur
silika tersebut akan bereaksi dengan kapur bebas Ca(OH)2 yang merupakan unsur
lemah dalam beton menjadi gel CSH baru. Gel CSH merupakan unsur utama yang
mempengaruhi kekuatan pasta semen dan kekuatan beton.
Hasil uji komposisi unsur kimia dari abu cangkang kelapa sawit yang telah
dilakukan oleh Hutahaean,B (2007) dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
2.4 Batako
Batu batuan atau batu cetak yang tidak dibakar (batako) dari tras dan kapur,
kadang-kadang juga dengan sedikit semen portland, sudah mulai dikenal oleh
masyarakat sebagai bahan bangunan dan sudah pula dipakai untuk pembuatan rumah
dan gedung (Frick,H.,1996).
Batako merupakan batu cetak yang tidak dibakar, berdasarkan bahan bakunya
batako dibedakan menjadi 2, yaitu: batako tras/putih dan batako semen.
a. Batako Tras/Putih
Batako putih terbuat dari campuran tras, batu kapur, dan air, sehingga sering
juga disebut batu cetak kapur tras. Tras merupakan jenis tanah yang berasal dari
lapukan batu-batu yang berasal dari gunung berapi, warnanya ada yang putih dan ada
juga yang putih kecokelatan. Ukuran batako tras yang biasa beredar di pasaran
memiliki panjang 20cm – 30cm, tebal 8cm – 10cm, dan tinggi 14cm – 18cm.
b. Batako Semen
Batako semen dibuat dari campuran semen dan pasir abu batu. Ukuran dan
model lebih beragam dibandingkan dengan batako putih. Batako ini biasanya
menggunakan dua lubang atau tiga lubang disisinya untuk diisi oleh adukan pengikat.
Nama lain dari batako semen adalah batako pres, yang dibedakan menjadi dua bagian,
Berat jenis beton dengan agregat ringan yang kering udara sangat bervariasi,
tergantung pada pemilihan agregatnya, apakah pasir alam atau agregat pecah yang
ringan halus, yang dipergunakan. Berat jenis sebesar 1850 kg/m3 dapat dianggap
sebagai batasan atas dari beton ringan yang sebenarnya, meskipun nilai ini kadang-
kadang melebihi.(Murdock,L.J,1991).
Secara garis besar bila diringkas pembagian penggunaan beton ringan dapat
dibagi tiga yaitu:
(1) Untuk nonstruktur dengan berat jenis antara 240 kg/m3 sampai 800 kg/m3 dan kuat
tekan antara 0.35 MPa sampai 7 MPa yang umumnya digunakan seperti untuk dinding
pemisah atau dinding isolasi.
(2) Untuk struktur ringan dengan berat jenis antara 800 kg/m3 sampai 1400 kg/m3 dan
kuat tekan antara 7 MPa sampai 17 MPa yang umumnya digunakan seperti untuk
dinding yang juga memikul beban.
(3) Untuk struktur dengan berat jenis antara 1400 kg/m3 sampai 1800 kg/m3 dan kuat
tekan lebih dari 17 MPa yang dapat digunakan sebagaimana beton normal.
(Wisnuwijanarko,2008)
2.5 Semen
Semen adalah bahan anorganik yang mengeras pada pencampuran dengan air.
Yang paling sering digunakan sebagai perekat pada bahan bangunan adalah semen
portland. Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi
utamanya adalah kalsium dan aluminium silikat. Penambahan air pada mineral ini
menghasilkan suatu pasta yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti
batu. (Surdia,T.,1999).
Semen Portland adalah semen hidrolis yang terutama terdiri dari silikat-silikat
kalsium yang bersifat hidraulis bersama bahan-bahan tambahan yang biasa digunakan
yaitu gypsum. (Segel,R,.Ing P.K & G.H,kusuma,1997)
Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat (adhesif) dan kohesif
(cohesive) yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu
massa yang padat. Meskipun definisi ini dapat diterapkan untuk banyak jenis bahan,
semen yang dimaksudkan untuk konstruksi beton bertulang adalah bahan jadi dan
mengeras dengan adanya air yang dinamakan semen hidrolis (hidrolic cements).
(Chu-Kia Wang, 1994)
Dari beberapa pendapat tentang sifat semen dapat diambil pengertian bahwa
semen portland adalah suatu bahan pengikat yang mempunyai sifat adhesif dan
kohesif yang memungkinkan fragmen-fragmen mineral saling melekat satu sama lain
apabila dicampur dengan air dan selanjutnya mengeras membentuk massa yang padat.
Semen hidrolis meliputi semen portland, semen putih dan semen alumunia. Untuk
pembuatan beton digunakan semen portland dan semen portland pozzoland. Semen
portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dari bahan kapur dan bahan
lempung yang dibakar sampai meleleh, setelah terbentuk klinker yang kemudian
dihancurkan, digerus dan ditambah dengan gips dalam jumlah yang sesuai. Sedangkan
semen portland pozzoland adalah semen yang dibuat dengan menggilang bersama-
sama klinker semen portland dan bahan yang mempunyai sifat pozzoland.
Semen portland yang digunakan sebagai bahan struktur harus mempunyai kualitas
yang sesuai dengan ketepatan agar berfungsi secara efektif. Pemeriksaaan dilakukan
terhadap yang masih berupa bentuk kering, pasta semen yang telah keras, dan beton
yang dibuat darinya.
Pada dasarnya dapat disebutkan 4 unsur yang paling penting dari Portland
Cement adalah:
(1) Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2
(2) Dikalsium Silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2
(3) Trikalsium Aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3
(4) Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.FeO3
(Wisnuwijanarko,2008)
Perbandingan air semen menentukan kekuatan beton atau batako. Air yang
berlebihan hanya akan mengambil tempat dan menghambat ikatan, karena air yang
berlebihan tersebut tidak turut reaksi hidrasi. Bila air yang berlebihan tersebut
menguap, retak halus akan tertinggal. Oleh karena itu perbandingan air semen dibuat
serendah mungkin. Meskipun demikian air harus cukup, agar beton mudah dicor, dan
dapat mengisi ruangan tanpa kekosongan. Getaran akan mempercepat proses
pengisian. Kekosongan berbentuk bulat ini tidak akan melemahkan beton. Cacat yang
terjadi setelah kelebihan air menguap yang dapat mengurangi kekuatan beton
(Vlack,V.,1981).
Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campurn serta
susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air,akan
tetapi dapat mengeras di udara.Contoh utama dari semen non hidrolik adalah kapur.
Kapur dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis di alam. Jenis kapur yang
baik adalah putih yaitu yang mengandung kalsium oksida yang tinggi ketika masih
berbentuk kapur tohor (belum berhubungan dengan air) dan akan mengandung banyak
kalsium hidroksida ketika telah berhubungan dengan air. Kapur tersebut dihasilkan
dengan membakar batu kapur atau kalsium karbonat bersama beserta bahan-bahan
pengotornya, yaitu magnesium, silikat, besi, alkali, alumina dan belerang.
b. Semen hidrolik
1. Kapur hidrolik
Kapur hidrolik dibuat dengan cara membakar batu kapur yang mengandung
silika dan lempung sampai menjadi kliker dan mengandung cukup kapur dan silikat
untuk menghasilkan kapur hidrolik.
2.Semen Pozollan
Pozollan adalah sejenis bahan yang mengandung silisium atau aluminium,
yang tidak mempunyai sifat penyemenan. Butirannya halus dan dapat bereaksi dengan
kalsium hidrosikda pada suhu ruang serta membentuk senyawa-senyawa yang
mempunyai sifat-sifat semen.
Semen pozollan adalah bahan ikat yang mengandung silikat amorf, yang
apabila dicampur dengan kapur akan membentuk benda padat yang keras. Bahan yang
mengandung pozollan adalah teras, semen merah, abu terbang, dan buukan terak tanur
tinggi.
4.Semen alam
Semen alam dihasilkan melalui pembakaran batu kapur yang mengandung
lempung pada suhu lebih rendah dari suhu pengeras. Hasil pembakaran kemudian
digiling menjadi serbuk halus. Kadar silika, alumina dan oksida besi pada serbuk
cukup untuk membuatnya bergabung dengan kalsium oksida sehingga membentuk
senyawa kalsium silikat dan aluminat yang dapat dianggap mempunyai sifat hidrolik.
5.Semen portland
Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam
pekerjaan beton. Semen portland di defenisikan sebagai semen hidrolik yang
dihasilkan dengan menggiling kliker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik,yang
umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan
yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
8.Semen Alumina
Semen alumina dihasilkan melalui pembakaran batu kapur dan bauksit yang
telah digiling halus pada temperatur 16000C. Hasil pembakaran tersebut berbentuk
kliker dan selanjutnya dihaluskan hingga menyerupai bubuk. Jadilah semen alumina
yang berwana abu-abu. (Mulyono,T.,2004)
2.6 Agregat
Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat oleh perekat
semen. Agregat yang umum dipakai adalah pasir; kerikil dan batu-atu pecah.
Pemilihan agregat tergantung dari:
• Syarat-syarat yang ditentukan beton
• Persedian lokasi pembuatan beton
• Perbandingan yang telah ditentukan antara biaya dan mutu
(Sagel,R.&dkk,1997)
Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat kasar dan agregat
halus.
Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi ¼ in.(6 mm).
Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya
terhadap disentegrasi beton, cuaca dan efek-efek perusak lainnya. Agregat kasar
mineral ini harus bersih dari bahan-bahan organik dan harus mempunyai ikatan yang
baik dengan gel semen (Nawy,G.E.,1990). Agregat kasar ini biasanya dinamakan
kerikil, spilit, batu pecah, kricak dan lainnya.
2. Agregat Halus
Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir. Agregat halus yang baik
harus bebas dari bahan organik dan lempung.
Pasir yang digunakan dalam campuran beton jika dilihat dari sumbernya dapat
berasal dari sungai ataupun dari galian tambang (quarry). Di daerah tertentu, pasir
dapat mengandung mineral-mineral berat. Pasir kasar alami biasanya dapat memenuhi
syarat gradasi zona I dari British Standart (B.S), tetapi mineral halusnya yang
berukuran lebih kecil dari 0,3 mm tidak cukup banyak. Pasir yang masuk zona II dan
III dapat juga ditemukan dalam pasir alami, tetapi biasanya banyak mengandung silt
dan tanah liat. Agregat halus (pasir alam) yang berasal dari sumber ini biasanya
berbutir halus dan berbentuk bulat-bulat akibat proses gesekan, sehingga daya lekat
antara butirannya agak kurang. Agregat seperti ini cocok dipakai untuk campuran
plesteran karena butir-butirnya halus (Mulyono,T.,2004).
Jika dilihat dari sumbernya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu agregat yang berasal dari sumber alam dan agregat buatan (artificial aggregates).
Contoh agregat yang berasal dari sumber alam adalah pasir alami dan kerikil,
sedangkan agregat buatan adalah agregat yang berasal dari stone crusher, hasil residu
terak tanur tinggi (blast furnace slag), pecahan genteng, pecahan beton,fly ash dari
residu PLTU, extended shale,expanded slag dan lainnya.
Kekuatan beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu
sepanjang kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akan dibuat maka
agregat tersebut masih cukup aman digunakan sebagai campuran beton. Beton mutu
tinggi yang mengalami konsentrasi tegangan lokal cenderung mempunyai tegangan
lebih tinggi dari pada kekuatan seluruh beton.
Air diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi dengan
semen untuk membasahi agregat dan untuk melumas campuran agar mudah
pengerjaanya. Pada umumnya air minum dapat dipakai untuk mencampur beton.
Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam,
minyak, gula, atau bahan-bahan kimia lain, bila dipakai untuk campuran beton akan
sangat menurunkan kekutannya dan dapat juga mengubah sifat-sifat semen. Selain itu,
air yang demikian dapat mengurangi kemudahan pengerjaan.
Karena karakter pasta semen merupakan hasil reaksi kimiawi antara semen
dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total ( semen + agregat
halus + agregat kasar ) material yang menentukan, melainkan hanya perbandingan
antara air dan semen pada campuran yang menentukan. Air yang berlebihan akan
menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air
yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak seluruhnya selesai.
Sebagai akibatnya beton yang dihasilkan akan kurang kekuatannya.
(Nawi Edward,1990).
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat merusak
beton atau tulangan. Sebaiknya dipakai air tawar yang dapat diminum. Air yang
digunakan dalam pembuatan beton pra-tekan dan beton yang akan ditanami logam
aluminium (termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat) tidak boleh
mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan. Untuk perlindungan
terhadap korosi, konsentrasi ion klorida maksimum yang terdapat dalam beton yang
telah mengeras pada umur 28 hari yang dihasilkan dari bahan campuran termasuk
air,agregat,bahan bersemen dan bahan campuran tambahan tidak boleh melampaui
nilai batas. (Mulyono,T.,2004)
Bahan campuran tambahan (admixtures) adalah bahan yang bukan air, agregat,
maupun semen, yang ditambahkan kedalam campuran sesaat atau selama
pencampuran. Fungsi bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat beton agar menjadi
cocok untuk pekerjaan tertentu, atau ekonomis, atau untuk tujuan lain seperti
menghemat energi”. Jenis bahan tambahan yang paling utama diringkas sebagai
berikut:
1. Bahan tambahan pemercepat (accelerating admixtures).
2. Bahan tambahan untuk air-entraining (air-entraining admixtures)
6. Polimer
Ini adalah jenis bahan tambahan baru yang dapat menghasilkan beton dengan
kekuatan tekan yang sangat tinggi, sebesar 15.000 psi atau lebih, dan kekuatan belah
tarik sebesar 1.500 psi atau lebih.Beton dengan kekuatan tinggi ini biasanya
diproduksi dengan menggunakan bahan polimer dengan cara modifikasi sifat beton
dengan mengurangi air di lapangan atau dijenuhkan dan dipancarkan pada temperatur
yang sangat tinggi di laboratorium.
7. Superplastisizer
Ini juga merupakan jenis bahan tambahan baru yang dapat disebut sebagai
bahan tambahan kimia pengurang air. Tiga jenis plastisizer adalah:
1. Kondensasi sulfonat melamin formaldehide dengan kandungan klorida
sebesar 0,005%
2. Sulfonat nafthalin formaldehid dengan kandunga klorida yang dapat
diabaikan
3. Modifikasi lignosulfonat tanpa kandungan klorida.
Bahan tambah mineral ini merupakan bahan tambah yang dimaksudkan untuk
memperbaiki kinerja beton. Pada saat ini, bahan tambah mineral ini lebih banyak
digunakan untuk memperbaiki kinerja tekan beton, sehingga bahan tambah mineral ini
cenderung bersifat penyemenan. Beberapa bahan tambah mineral ini adalah pozollan,
fly ash, slag, dan silica fume. Beberapa keuntungan penggunaan bahan tambah
mineral ini antara lain:
1. Memperbaiki kinerja workability
2. Mengurangi panas hidrasi
3. Mengurangi biaya pekerjaan beton
4. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat
5. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika
6. Mempertinggi usia beton
7. Mempertinggi kekuatan tekan beton
8. Mempertinggi keawetan beton
9. Mengurangi penyusutan
10. Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton.