Anda di halaman 1dari 16

BAB II

ANALISIS MASALAH

2.1 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) Perkantoran


Program ini merupakan pengawasan terhadap manusia, mesin,
material dan metode yang mencakup lingkungan kerja supaya pekerja
tidak mengalami cidera. Dapat dilihat dari undang-undang No 14/tahun
1969 pasal 9 dalam buku manajemen perkantoran oleh Dr.
Sedarmayanti diutarakan bahwa tiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan atau keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan
moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan
moral agama.
Dasar keselamatan dan kesehatan kerja :
1. Setiap pekerja berhak memperoleh jaminan atau keselamatan kerja,
agar terhindar dari kecelakaan.
2. Setiap orang yang berada di tempat kerja harus dijamin
keselamatannya.
3. Tempat pekerjaan dijamin selalu dalam keadaan aman

Program kesehatan dan keselamatan kerja banyak diterapkan di sektor-


sektor industri, sektor kesehatan tidak terkecuali rumah sakit maupun
perkantoran karena sehubungan dengan resiko bahaya di tempat kerja.
resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling
berat tergantung pekerjaannya.

Departemen Kesehatan memberi acuan K3 perkantoran. Dalam hal ini


ada beberapa hal penting yang harus mendapat perhatian sehubungan
dengan pelaksanan K3 perkantoran yang pada dasarnya memperhatikan
2 hal yaitu indoor dan outdoor, seperti diuraikan dibawah ini :

6
- Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya
terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanaannya.
- Jaringan elektrik dan komunikasi.
- Kualitas udara.
- Kualitas pencahayaan.
- Kebisingan.
- Display unit (tata ruang dan alat).
- Hygiene dan sanitasi.
- Psikososial.
- Pemeliharaan.
- Penggunaan Komputer.

Permasalahan dan rekomendasi

Konstruksi gedung :

- Disain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap


perencanaan).
- Seleksi material, misalnya tidak menggunakan bahan yang
membahayakan seperti asbes dll.
- Seleksi dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya misalnya
penggunaan warna yang disesuaikan dengan kebutuhan.
- Tanda khusus dengan pewarnaan kontras/kode khusus untuk objek
penting seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran, tangga, pintu
darurat dll. (peta petunjuk pada setiap ruangan/unit kerja/tempat
yang strategis misalnya dekat lift dll, lampu darurat menuju exit door).

Kualitas udara :

- Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang termometer


ruangan.
- Kontrol terhadap polusi

7
- Pemasangan "Exhaust Fan" (perlindungan terhadap kelembaban
udara).
- Pemasangan stiker, poster "dilarang merokok".
- Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi udara
masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan pemeliharaan
secara berkala filter AC) minimal setahun sekali, kontrol mikrobiologi
serta distribusi udara untuk pencegahan penyakit "Legionairre
Diseases ".
- Kontrol terhadap lingkungan (kontrol di dalam/di luar kantor).
- Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas yang
menimbulkan debu, bau dll.
- Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat
kesehatan dan keselamatan, dll.
- Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC
mati.
- Pemasangan fan di dalam lift.

Kualitas Pencahayaan (penting mengenali jenis cahaya) :

- Mengembangkan sistem pencahayaan yang sesuai dengan jenis


pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat
dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs Meter)
- Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dll.
- Mengembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan
kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata).
- Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.
- Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan
warna yang digunakan.
- Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap tangga.

8
Jaringan elektrik dan komunikasi (penting agar bahaya dapat dikenali) :

Internal

- Over voltage
- Hubungan pendek
- Induksi
- Arus berlebih
- Korosif kabel
- Kebocoran instalasi
- Campuran gas eksplosif

Eksternal

- Faktor mekanik.
- Faktor fisik dan kimia.
- Angin dan pencahayaan (cuaca)
- Binatang pengerat bisa menyebabkan kerusakan sehingga terjadi
hubungan pendek.
- Manusia yang lengah terhadap risiko dan SOP.
- Bencana alam atau buatan manusia.

Rekomendasi

- Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under voltage.


- Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak
berlebihan) hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan pendek dan
kelebihan beban.
- Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang
sesuai dengan syarat kesehatan dan keselamatan kerja.
- Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa pelindung.

9
Kontrol terhadap kebisingan :

- Idealnya ruang rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara.


- Di depan pintu ruang rapat diberi tanda " harap tenang, ada rapat ".
- Dinding isolator khusus untuk ruang genset.
- Hal-hal lainnya sudah termasuk dalam perencanaan konstruksi
gedung dan tata ruang.

Display unit (tata ruang dan letak) :

- Petunjuk disain interior supaya dapat bekerja fleksibel, fit, luas untuk
perubahan posisi, pemeliharaan dan adaptasi.
- Konsep disain dan dan letak furniture (1 orang/2 m).
- Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahap perencanaan.
- Perhatikan adanya bahaya radiasi, daerah gelombang
elektromagnetik.
- Ergonomik aspek antara manusia dengan lingkungan kerjanya.
- Tempat untuk istirahat dan shalat.
- Pantry dilengkapi dengan lemari dapur.
- Ruang tempat penampungan arsip sementara.
- Workshop station (bengkel kerja).

Psikososial

Petugas keamanan ditiap lantai.

Reporting system (komunikasi) ke satuan pengamanan.

- Mencegah budaya kekerasan ditempat kerja yang disebabkan oleh :


- Budaya menerima.
- Sistem pelaporan macet.
- Ketakutan melaporkan.
- Tidak tertarik atau cuek dengan lingkungan sekitar.

10
- Semua hal diatas dapat diatasi melalui pembinaan mental dan
spiritual secara berkala minimal sebulan sekali.
- Penegakan disiplin ditempat kerja.
- Olah raga di tempat kerja, sebelum memulai kerja.
- Menggalakkan olah raga setiap jumat.

Pemeliharaan

- Melakukan walk through survey tiap bulan/triwulan atau semester,


dengan memperhitungkan risiko berdasarkan faktor-faktor
konsekuensi, pajanan dan kemungkinan terjadinya.
- Melakukan corrective action apabila ada hal-hal yang tidak sesuai
dengan ketentuan.
- Pelatihan tanggap darurat secara periodik bagi pegawai.
- Pelatihan investigasi terhadap kemungkinan bahaya
bom/kebakaran/demostrasi/ bencana alam serta Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K) bagi satuan pengaman.

Aspek K3 perkantoran (tentang penggunaan komputer)

- Pergunakan komputer secara sehat, benar dan nyaman :


- Hal-hal yang harus diperhatikan :
- Memanfaatkan kesepuluh jari.
- Istirahatkan mata dengan melihat kejauhan setiap 15-20 menit.
- Istirahat 5-10 menit tiap satu jam kerja.
- Lakukan peregangan.
- Sudut lampu 45derajat.
- Hindari cahaya yang menyilaukan, cahaya datang harus dari belakang.
- Sudut pandang 15derajat, jarak layar dengan mata 30 - 50 cm.
- Kursi ergonomis (adjusted chair).
- jarak meja dengan paha 20 cm
- Senam waktu istirahat.

11
Rekomendasi

- Perlu membuat leaflet/poster yang berhubungan dengan penggunaan


komputer disetiap unit kerja.
- Mengusulkan pada Pusat Promosi Kesehatan untuk membuat
poster/leaflet. Penggunaan komputer yang bebas radiasi (Liquor
Crystal Display).

Dari sekian banyak faktor diambil beberapa faktor yang akan


dibahas lebih lanjut diantaranya mengenai kualitas udara, kualitas
cahaya, dan konstruksi. Dimana ketiganya memiliki hubungan erat
dengan masalah Sick Building Syndrome. Kemudian ada beberapa yang
termasuk usaha pola hidup sehat yang akan di jelaskan pada bagian pola
hidup kerja dalam bekerja.

2.2. Sick Building Syndrome


2.2.1 Pengertian Sick Building Syndrome
Dalam NSC (Nasional Safety Council) Sick Building
Syndrome (SBS) adalah situasi dimana para penghuni sebuah
bangunan mengalami gangguan kesehatan akut yang dikaitkan
dengan banyaknya waktu yang dihabiskan di dalam bangunan
tersebut, tetapi bukan merupakan penyakit yang spesifik dan
dapat diidentifikasi. Keluhan terjadi di ruangan atau di wilayah
tertentu yang biasa kita kunjungi di gedung tersebut seperti
ruang tamu, fotokopi, printer.

Secara frekuensi, masalah muncul ketika perawatan


dan penggunaan sebuah gedung tidak konsisten serta tidak
sesuai dengan desain asli dan penggambaran prosedur
operasinya. Terkadang muncul masalah udara yang berada di
dalamnya yang diakibatkan oleh kurang sesuainya desain
bangunan serta aktivitas para penghuninya.

12
2.2.2 Gejala –gejala Sick Building Syndrome
Keluhan dari para penghuni gedung dengan adanya gejala-
gejala yang muncul yang diasosiasikan dengan
ketidaknyamanan yang ada. Gejala-gejala tersebut mencakup
sakit kepala, iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokkan,
batuk kering, kulit kering dan iritasi, pusing dan mual, kesulitan
dalam berkonsentrasi, lemah dan letih, dan sensitif terhadap
bau-bauan. Tidak ada definisi spesifik mengenai SBS, apakah
masuk ke dalam kategori penyakit atau tidak. Secara kimia dan
biologi kontaminasi udara dapat disimpulkan sebagai penyebab
gejala-gejala tersebut muncul. Banyak dari keluhan tersebut
akan terobati sesaat setelah meninggalkan gedung tersebut.
SBS mengurangi produktivitas pekerja dan juga dapat
meningkatkan jumlah ketidakhadiran para pekerja.
2.2.3. Penyebab Sick Buiding Syndrome
Selama ini belum diketahui penyebab spesifik dari SBS,
hal-hal di bawah ini dikutip sebagai faktor-faktor yang
berkontribusi dalam memunculkan Sick Building Syndrome.
Elemen-elemen tersebut dapat bereaksi dengan keluhan yang
lain seperti kurangnya temperatur, cahaya dan kelembapan.
Kontaminasi kimia yang bersumber dari luar
diantaranya: Udara luar yang masuk ke gedung dapat juga
dijadikan sumber polusi di dalam gedung. Sumber polutan yang
dihasilkan oleh sistem pembuangan di kendaraan, lubang
sanitasi, dan sistem pembuangan dalam bangunan (kamar
mandi dan dapur) dapat masuk ke dalam bangunan melalui
saluran udara pipa kotor, jendela dan jenis bukaan lainnya.
Efek samping dari pembakaran dapat pula masuk ke dalam
bangunan dari dekat garasi.
Kontaminasi kimia yang bersumber dari dalam
diantaranya: Banyak polusi udara di dalam bangunan berasal

13
dari dalam bangunan itu sendiri. Sebagai contoh, bahan
perekat, pelapis, karpet, mesin foto kopi, perusahaan kayu, alat
pembersih pestisida dapat memancarkan volatile organic
compounds (VOCs) termasuk formaldehyde. Penelitian
menunjukkan bahwa banyak VOCs dapat menyebabkan
penyakit kronis dan akut pada jumlah yang cukup tinggi, dan
banyak dikenal sebagai carcinogens. Lebih rendah dari level
rata-rata pada VOCs dapat juga memproduksi reaksi akut pada
banyak orang. Lingkungan perokok dan produk pembakaran
dari kompor, perapian, dan ketiadaan ruang penyalur panas
dapat menjadi kontaminasi kimia di dalam udara.
Kontaminasi Biologi: Kontaminasi Biologi mencakup
serbuk sari dalam bunga, bakteri, virus, dan jamur.
Kontaminasi tersebut dapat berkembangbiak di dalam air yang
tenang yang dapat diakumulasikan di alat pelembab udara,
pipa, dan saluran air, atau dimana air berkumpul di dalam ubin,
insulin, or karpet. Kontaminasi Biologi dapat menyebabkan
demam, kedinginan, batuk, sesak dada, otot keram, dan alergi.
Salah satu bakteri udara dalam ruangan adalah Legionella
dapat menyebabkan demam Pontiac dan Legionnaire.
Ventilasi yang tidak memadai: Pada tahun 1970-an
embargo minyak memberikan peranan penting bagi para
desainer bangunan untuk membuat bangunan yang lebih
kedap udara, dengan sedikit ventilasi udara dari luar, untuk
memperbaiki efisiensi energi. Penurunan jumlah ventilasi
tersebut telah ditemukan, dalam banyak kasus ketiadaan
dalam menjaga kesehatan dan memberikan kenyamanan bagi
para penghuni gedung.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi penyebab Sick Building Sindrome :

14
a. Kurangnya temperatur, cahaya, dan kelembaban
b. Kontaminasi udara
c. Kontaminasi biologi
d. ventilasi

2.2.4. Solusi menangani Sick Buiding Syndrome


Solusi untuk mengatasi masalah SBS biasanya
mencakup gabungan dari beberapa ukuran:
Meningkatkan jumlah ventilasi dan penyaluran udara
merupakan biaya yang efektif maksudnya dapat mengeluarkan
tingkat polusi di dalam ruangan. minimal, system heating,
ventilating, and air conditioning (HVAC). Bila memungkinkan
HVAC system seharusnya standarisasi 62-1989 American
Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Engineers
(ASHRAE). Jika ada sumber polusi yang besar, udara
membutuhkan saluran langsung ke luar. metode ini adalah
khusus direlomendasikan untuk mengurangi polutan yang
terakumulasi di wilayah tertentu seperti ruang tamu, ruang
fotokopi, dan fasilitas print.
Udara bersih yang terbatas didapatkan dengan adanya
pengontrolan dan ventilasi. Saringan udara hanya efektif untuk
mengurangi beberapa, tidak semua polusi. Pendidikan dan
komunikasi adalah bagian penting dari banyaknya program
manajemen kualitas udara. Ketika setiap orang berada dalam
bangunan, komunikasi yang baik dengan para pekerja lainnya
lebih efektif dalam mencegah dan menyelesaikan masalah.

2.2.5 Prinsip pencegahan Sick Building Syndrome


Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan
beberapa upaya yang telah terangkum dalam program K3.
Dengan sosialisasi yang baik dan pengertian kepada setiap

15
pekerja maka kemungkinan Sick Building Syndrome di tempat
kerja tidak akan terjadi.
2.3. Pola Hidup Sehat dalam bekerja
Hidup sehat di mulai dari diri dan lingkungan dimana
lingkungan tempat kerja terdiri dari tiga bagian yang telah ada dalam
program K3 :
1. Ruang kerja
- Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang
kerja.
- Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu di up grade.
- Menyimpan tanaman hias seperti jenis sansiviera

2.Toilet/Kamar mandi
- Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
- Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk,
larangan berupa gambar dll.
- Penyediaan bak sampah yang tertutup.
- Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.

3. Kantin
- Memperhatikan personal hygiene bagi pramusaji (penggunaan tutup
kepala, celemek, sarung tangan dll).
- Penyediaan air mengalir dan sabun cair.
- Lantai tetap terpelihara.
- Penyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang.
Pengolahannya tidak menggunakan minyak goreng secara berulang.
- Penyediaan bak sampah yang tertutup.

Secara umum di setiap unit kerja dibuat poster yang berhubungan


dengan pemeliharaan kebersihan lingkungan kerja.

16
2.4. Analisis Masalah
Program K3 selama ini sudah di buat oleh Departemen
Kesehatan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Namun
kesadaran akan pentingnya pelaksaaan program ini masih belum
tercapai dalam hal ini K3 perkantoran. Terlihat K3 masih dititik
beratkan pada perusahaan industri , itupun yang memang banyak
terjadi kecelakaan dan bahaya peledakan seperti perusahaan
industri migas.
Program K3 ini sangat penting dilakukan di perkantoran di
mulai dari perhatian konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan
operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran maupun jaringan
elektrik dan komunikasi, kualitas pencahayaan, kebisingan, display
unit (tata ruang dan alat), hygiene dan sanitasi, psikososial,
pemeliharaan maupun aspek lain mengenai Komputer.
Perhatian K3 di titik beratkan pada masalah kualitas udara,
kualitas cahaya dan psikososial. Namun tidak menutup kemungkinan
semua program K3 di terapkan dalam lingkungan kerja terutama
perkantoran sejalan dengan adanya istilah Sick Building Syndrome
terutama perkantoran yang berlantai banyak Tidak terkecuali
bangunan perkantoran biasa pun dapat terjadi syndrome ini dengan
system ventilasi buatan seperti adanya AC.Belum lagi pencemaran
yang terjadi di dalam gedung itu sendiri yang masih belum disadari
oleh setiap pekerja dikarenakan paradigma yang menganggap bahwa
lingkungan di dalam ruangan itu aman dan bersih.
Banyak keluhan gangguan kesehatan yang dirasakan oleh
setiap pekerja namun hal itu dirasakan sebagai gangguan biasa.
Padahal dari gangguan yang dialami bisa saja itu merupakan sebuah
gejala Sick Building Sindrome. Maka dari itu, diperlukan usaha yang
tepat untuk selalu menjelaskan pola hidup sehat dan pengertian K3
itu sendiri.

17
Berikut ini adalah analisa S.W.O.T. dari masalah program K3
(keselamatan dan kesehatan kerja) perkantoran :

a. Strenght (kekuatan)
Program K3 ini sangat bermanfaat bagi setiap pekerja yang
menjalankannya:
1. Menurunkan angka kemangkiran pekerja
2. Berkurangnya biaya rawat kesehatan
3. Meningkatkan kinerja kerja pekerja
4. Menurunkan cidera karena pekerjaan
5. Meningkatkan derajat kesehatan pekerja

b. Weaknesss (kelemahan)
Pada pelaksanaan program ini belum disosialisasikan dengan
baik oleh pemerintah dan belum adanya kesiapan dari
pemerintah dalam menjalankannya. Sehingga perusahaan
perkantoran masih meragukan program itu.

c. Opportunity (peluang)
Program K3 di Indonesia masih kurang dipahami oleh setiap
pekerja namun dengan adanya sosialisasi K3 ke setiap
perkantoran dapat menjadikan kondisi kerja yang baik dengan
pekerja yang sehat dan semangat bekerja.

d. Threatment (ancaman)
Program K3 ini berhubungan dengan pengawasan terhadap
orang, mesin, material dan metode yang mencakup lingkungan
kerja agar pekerja tidak mengalami cedera. Terkadang luput
dari mata pengawasan petugas maupun pekerja itu sendiri.
Semua pekerja belum menyadari pentingnya K3. Sehingga
pihak dari perusahaan tidak menjadikan itu sebagai hal

18
penting, yang terpenting pekerjaan beres sesuai waktu yang
ditentukan.

2.5. Tinjauan Event

2.5.1. Pengertian Event

Pengertian event menurut kamus bahasan indonesia


karangan WJS Poerwadarminta, menjelaskan bahwa event
adalah kejadian atau acara yang diselenggarakan untuk
kejadian atau acara yang diselenggarakan untuk menarik
perhatian khalayak untuk memberikan materi atau informasi,
dengan tujuan mendapatkan apresiasi masyarakat yang dapat
membuat masyarakat melakukan sesuatu tindakan sehingga
terjadi umpan balik dari masyarakat sasaran. Oleh karena itu
event adalah medium yang paling efektif dalam menarik atau
membujuk massa untuk mau melakukan pembauran.

2.5.2 Jenis-jenis event

1. Event berskala besar

Event ini adalah suatu kegiatan yang diadakan dan


dilakukan oleh penyelenggara yang bertujuan untuk
memberikan suatu pesan atau informasi kepada khalayak
sasaran, baik secara ilmu pengetahuan, politik sosial,
budaya, maupun hiburan, dengan tujuan mengajak atau
mempengaruhi masyarakat agar tahu maksud dan tujuan
dari apa yang ingin dikomunikasikan contoh event berskala
besar adalah konser musik, kampanye, pagelaran, tour, dan
lain-lain.

19
2. Event berskala kecil

Suatu kegiatan yang dilakukan oleh penyelenggara (pihak


yang bersangkutan) yang bertujuan untuk membuat,
mengadakan, memperingati, saat-saat atau waktu yang
bersejarah contoh makan malam, pesta, dan lain-lain.

2.6 Kegiatan sosialisasi kesehatan kerja

Kegiatan dalam sosialisasi ini menggunakan jenis event


berskala besar. kegiatan melalui paket program K3 bertema anti Sick
Building Syndrome “goes to office”. Secara garis besar kegiatan ini
menjelaskan mengenai K3, menyadarkan adanya Sick Building
Syndrome di tempat kerja, dan menjelaskan pola hidup sehat.

2.7. Target Sasaran


Demografi
Manajemen perkantoran :
orang yang berwenang dalam memberi bimbingan, meyakinkan
bawahan, memajukan minat para pekerja mengenai berbagai informasi
terutama masalah kesehatan khususnya.
Supervisor :
orang yang berwenang dalam memberi pengawasan untuk hal perhatian
kondisi kerja, meyakinkan dan mendorong pekerja mengikuti cara kerja
yang sehat.
Pekerja :
orang yang memiliki kesiapan kerja dan mampu dalam mempelajari dan
melatih segala cara dan peraturan yang ada di tempat kerja.

Psikografis
Pekerja yang memiliki sifat aktif bekerja dan memiliki sifat membangun
diri dan kurang memperhatikan kesehatan kerja.

20
Geografis :
tempat yang cocok adalah semua gedung tinggi di bandung namun agar
lebih terarah hanya bangunan perkantoran yaitu kantor-kantor bank saja
disebabkan lebih banyak terindidikasi Sick Building Syndrome dan
memilki komunitas lebih banyak yang harus lebih diperhatikan.

Status ekonomi sosial :


masyarakat pekerja menengah ke atas yaitu yang memiliki pengeluaran
rata-rata 1.500.000 ke atas

21

Anda mungkin juga menyukai