Jbptunikompp GDL Riyantiniu 16565 2 Babii
Jbptunikompp GDL Riyantiniu 16565 2 Babii
ANALISIS MASALAH
6
- Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya
terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanaannya.
- Jaringan elektrik dan komunikasi.
- Kualitas udara.
- Kualitas pencahayaan.
- Kebisingan.
- Display unit (tata ruang dan alat).
- Hygiene dan sanitasi.
- Psikososial.
- Pemeliharaan.
- Penggunaan Komputer.
Konstruksi gedung :
Kualitas udara :
7
- Pemasangan "Exhaust Fan" (perlindungan terhadap kelembaban
udara).
- Pemasangan stiker, poster "dilarang merokok".
- Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi udara
masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan pemeliharaan
secara berkala filter AC) minimal setahun sekali, kontrol mikrobiologi
serta distribusi udara untuk pencegahan penyakit "Legionairre
Diseases ".
- Kontrol terhadap lingkungan (kontrol di dalam/di luar kantor).
- Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas yang
menimbulkan debu, bau dll.
- Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat
kesehatan dan keselamatan, dll.
- Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC
mati.
- Pemasangan fan di dalam lift.
8
Jaringan elektrik dan komunikasi (penting agar bahaya dapat dikenali) :
Internal
- Over voltage
- Hubungan pendek
- Induksi
- Arus berlebih
- Korosif kabel
- Kebocoran instalasi
- Campuran gas eksplosif
Eksternal
- Faktor mekanik.
- Faktor fisik dan kimia.
- Angin dan pencahayaan (cuaca)
- Binatang pengerat bisa menyebabkan kerusakan sehingga terjadi
hubungan pendek.
- Manusia yang lengah terhadap risiko dan SOP.
- Bencana alam atau buatan manusia.
Rekomendasi
9
Kontrol terhadap kebisingan :
- Petunjuk disain interior supaya dapat bekerja fleksibel, fit, luas untuk
perubahan posisi, pemeliharaan dan adaptasi.
- Konsep disain dan dan letak furniture (1 orang/2 m).
- Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahap perencanaan.
- Perhatikan adanya bahaya radiasi, daerah gelombang
elektromagnetik.
- Ergonomik aspek antara manusia dengan lingkungan kerjanya.
- Tempat untuk istirahat dan shalat.
- Pantry dilengkapi dengan lemari dapur.
- Ruang tempat penampungan arsip sementara.
- Workshop station (bengkel kerja).
Psikososial
10
- Semua hal diatas dapat diatasi melalui pembinaan mental dan
spiritual secara berkala minimal sebulan sekali.
- Penegakan disiplin ditempat kerja.
- Olah raga di tempat kerja, sebelum memulai kerja.
- Menggalakkan olah raga setiap jumat.
Pemeliharaan
11
Rekomendasi
12
2.2.2 Gejala –gejala Sick Building Syndrome
Keluhan dari para penghuni gedung dengan adanya gejala-
gejala yang muncul yang diasosiasikan dengan
ketidaknyamanan yang ada. Gejala-gejala tersebut mencakup
sakit kepala, iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokkan,
batuk kering, kulit kering dan iritasi, pusing dan mual, kesulitan
dalam berkonsentrasi, lemah dan letih, dan sensitif terhadap
bau-bauan. Tidak ada definisi spesifik mengenai SBS, apakah
masuk ke dalam kategori penyakit atau tidak. Secara kimia dan
biologi kontaminasi udara dapat disimpulkan sebagai penyebab
gejala-gejala tersebut muncul. Banyak dari keluhan tersebut
akan terobati sesaat setelah meninggalkan gedung tersebut.
SBS mengurangi produktivitas pekerja dan juga dapat
meningkatkan jumlah ketidakhadiran para pekerja.
2.2.3. Penyebab Sick Buiding Syndrome
Selama ini belum diketahui penyebab spesifik dari SBS,
hal-hal di bawah ini dikutip sebagai faktor-faktor yang
berkontribusi dalam memunculkan Sick Building Syndrome.
Elemen-elemen tersebut dapat bereaksi dengan keluhan yang
lain seperti kurangnya temperatur, cahaya dan kelembapan.
Kontaminasi kimia yang bersumber dari luar
diantaranya: Udara luar yang masuk ke gedung dapat juga
dijadikan sumber polusi di dalam gedung. Sumber polutan yang
dihasilkan oleh sistem pembuangan di kendaraan, lubang
sanitasi, dan sistem pembuangan dalam bangunan (kamar
mandi dan dapur) dapat masuk ke dalam bangunan melalui
saluran udara pipa kotor, jendela dan jenis bukaan lainnya.
Efek samping dari pembakaran dapat pula masuk ke dalam
bangunan dari dekat garasi.
Kontaminasi kimia yang bersumber dari dalam
diantaranya: Banyak polusi udara di dalam bangunan berasal
13
dari dalam bangunan itu sendiri. Sebagai contoh, bahan
perekat, pelapis, karpet, mesin foto kopi, perusahaan kayu, alat
pembersih pestisida dapat memancarkan volatile organic
compounds (VOCs) termasuk formaldehyde. Penelitian
menunjukkan bahwa banyak VOCs dapat menyebabkan
penyakit kronis dan akut pada jumlah yang cukup tinggi, dan
banyak dikenal sebagai carcinogens. Lebih rendah dari level
rata-rata pada VOCs dapat juga memproduksi reaksi akut pada
banyak orang. Lingkungan perokok dan produk pembakaran
dari kompor, perapian, dan ketiadaan ruang penyalur panas
dapat menjadi kontaminasi kimia di dalam udara.
Kontaminasi Biologi: Kontaminasi Biologi mencakup
serbuk sari dalam bunga, bakteri, virus, dan jamur.
Kontaminasi tersebut dapat berkembangbiak di dalam air yang
tenang yang dapat diakumulasikan di alat pelembab udara,
pipa, dan saluran air, atau dimana air berkumpul di dalam ubin,
insulin, or karpet. Kontaminasi Biologi dapat menyebabkan
demam, kedinginan, batuk, sesak dada, otot keram, dan alergi.
Salah satu bakteri udara dalam ruangan adalah Legionella
dapat menyebabkan demam Pontiac dan Legionnaire.
Ventilasi yang tidak memadai: Pada tahun 1970-an
embargo minyak memberikan peranan penting bagi para
desainer bangunan untuk membuat bangunan yang lebih
kedap udara, dengan sedikit ventilasi udara dari luar, untuk
memperbaiki efisiensi energi. Penurunan jumlah ventilasi
tersebut telah ditemukan, dalam banyak kasus ketiadaan
dalam menjaga kesehatan dan memberikan kenyamanan bagi
para penghuni gedung.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi penyebab Sick Building Sindrome :
14
a. Kurangnya temperatur, cahaya, dan kelembaban
b. Kontaminasi udara
c. Kontaminasi biologi
d. ventilasi
15
pekerja maka kemungkinan Sick Building Syndrome di tempat
kerja tidak akan terjadi.
2.3. Pola Hidup Sehat dalam bekerja
Hidup sehat di mulai dari diri dan lingkungan dimana
lingkungan tempat kerja terdiri dari tiga bagian yang telah ada dalam
program K3 :
1. Ruang kerja
- Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang
kerja.
- Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu di up grade.
- Menyimpan tanaman hias seperti jenis sansiviera
2.Toilet/Kamar mandi
- Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
- Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk,
larangan berupa gambar dll.
- Penyediaan bak sampah yang tertutup.
- Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.
3. Kantin
- Memperhatikan personal hygiene bagi pramusaji (penggunaan tutup
kepala, celemek, sarung tangan dll).
- Penyediaan air mengalir dan sabun cair.
- Lantai tetap terpelihara.
- Penyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang.
Pengolahannya tidak menggunakan minyak goreng secara berulang.
- Penyediaan bak sampah yang tertutup.
16
2.4. Analisis Masalah
Program K3 selama ini sudah di buat oleh Departemen
Kesehatan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Namun
kesadaran akan pentingnya pelaksaaan program ini masih belum
tercapai dalam hal ini K3 perkantoran. Terlihat K3 masih dititik
beratkan pada perusahaan industri , itupun yang memang banyak
terjadi kecelakaan dan bahaya peledakan seperti perusahaan
industri migas.
Program K3 ini sangat penting dilakukan di perkantoran di
mulai dari perhatian konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan
operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran maupun jaringan
elektrik dan komunikasi, kualitas pencahayaan, kebisingan, display
unit (tata ruang dan alat), hygiene dan sanitasi, psikososial,
pemeliharaan maupun aspek lain mengenai Komputer.
Perhatian K3 di titik beratkan pada masalah kualitas udara,
kualitas cahaya dan psikososial. Namun tidak menutup kemungkinan
semua program K3 di terapkan dalam lingkungan kerja terutama
perkantoran sejalan dengan adanya istilah Sick Building Syndrome
terutama perkantoran yang berlantai banyak Tidak terkecuali
bangunan perkantoran biasa pun dapat terjadi syndrome ini dengan
system ventilasi buatan seperti adanya AC.Belum lagi pencemaran
yang terjadi di dalam gedung itu sendiri yang masih belum disadari
oleh setiap pekerja dikarenakan paradigma yang menganggap bahwa
lingkungan di dalam ruangan itu aman dan bersih.
Banyak keluhan gangguan kesehatan yang dirasakan oleh
setiap pekerja namun hal itu dirasakan sebagai gangguan biasa.
Padahal dari gangguan yang dialami bisa saja itu merupakan sebuah
gejala Sick Building Sindrome. Maka dari itu, diperlukan usaha yang
tepat untuk selalu menjelaskan pola hidup sehat dan pengertian K3
itu sendiri.
17
Berikut ini adalah analisa S.W.O.T. dari masalah program K3
(keselamatan dan kesehatan kerja) perkantoran :
a. Strenght (kekuatan)
Program K3 ini sangat bermanfaat bagi setiap pekerja yang
menjalankannya:
1. Menurunkan angka kemangkiran pekerja
2. Berkurangnya biaya rawat kesehatan
3. Meningkatkan kinerja kerja pekerja
4. Menurunkan cidera karena pekerjaan
5. Meningkatkan derajat kesehatan pekerja
b. Weaknesss (kelemahan)
Pada pelaksanaan program ini belum disosialisasikan dengan
baik oleh pemerintah dan belum adanya kesiapan dari
pemerintah dalam menjalankannya. Sehingga perusahaan
perkantoran masih meragukan program itu.
c. Opportunity (peluang)
Program K3 di Indonesia masih kurang dipahami oleh setiap
pekerja namun dengan adanya sosialisasi K3 ke setiap
perkantoran dapat menjadikan kondisi kerja yang baik dengan
pekerja yang sehat dan semangat bekerja.
d. Threatment (ancaman)
Program K3 ini berhubungan dengan pengawasan terhadap
orang, mesin, material dan metode yang mencakup lingkungan
kerja agar pekerja tidak mengalami cedera. Terkadang luput
dari mata pengawasan petugas maupun pekerja itu sendiri.
Semua pekerja belum menyadari pentingnya K3. Sehingga
pihak dari perusahaan tidak menjadikan itu sebagai hal
18
penting, yang terpenting pekerjaan beres sesuai waktu yang
ditentukan.
19
2. Event berskala kecil
Psikografis
Pekerja yang memiliki sifat aktif bekerja dan memiliki sifat membangun
diri dan kurang memperhatikan kesehatan kerja.
20
Geografis :
tempat yang cocok adalah semua gedung tinggi di bandung namun agar
lebih terarah hanya bangunan perkantoran yaitu kantor-kantor bank saja
disebabkan lebih banyak terindidikasi Sick Building Syndrome dan
memilki komunitas lebih banyak yang harus lebih diperhatikan.
21