OLEH:
DEPOK
2013
PT. SIMPLE GREEN DESIGN
Kampus Universitas Indonesia
Telp : (62)8569 5688 921, Fax : (021)21054
OLEH:
MAUMERE
JANUARI 2010
Audit Lingkungan Proyek Pelabuhan Maumere Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur
Maumere – Januari 2010
PRAKATA
Pembangunan Reklamasi Pantai Pelabuhan Maumere di Kabupaten Sikka
diprakarsai oleh PT. Pelabuhan Indonesia III (Pelindo III) dan proyek
pembangunannya oleh PT. Adhi Perkasa pada tahun 2005. Kegiatan di pelabuhan
ini dilakukan dengan tunduk di bawah hukum dan peraturan yang berlaku secara
regional maupun nasional. Namun, proses operasi Pelabuhan terhambat oleh
adanya jatuhnya kapal tanker minyak yang mengakibatkan pencemaran air laut
dan pantai Maumere. Maka dari itu, segera dilakukan audit lingkungan serta
evaluasi terhadap pekerjaan yang mengacu pada prinsip-prinsip yang
dikembangkan dan dilaksanakan pada operasional Pelabuhan Maumere sehingga
dapat menjadi acuan dalam perbaikan fasilitas Pelabuhan Maumere.
Naskah ini telah dikonsep dan mendapat bantuan dana dari Pemerintah
Kabupaten Sikka. Pandangan-pandangan yang dikemukakan disini adalah berasal
dari para konsultan dan tidak merupakan pendapat resmi dari PT.Pelabuhan
Indonesia III (Pelindo III). Laporan ini telah dibuat oleh: Ms. Joko Susilo, Ahli
Audit Lingkungan dari PT. Simple Green Design. Laporan ini telah diketahui dan
disetujui untuk disebarluaskan oleh Project Co-Directors yang bertanda tangan di
bawah ini.
RINGKASAN
Laporan ini berisi temuan-temuan, kesimpulan-kesimpulan dan
rekomendasi dari Audit Lingkungan pada kegiatan teknis yang dilaksanakan oleh
PT. Pelindo III di Kota Maumere Kab. Sikka Prov. Nusa Tenggara Timur. Audit
tersebut dilaksanakan sebagai bagian dari Proyek South and Central Kalimantan
Production Forest Project (SCKPFP) dari Uni Eropa.
Sebagaimana PT. Pelindo III telah menunjukkan keinginan untuk mencapai
Sertifikasi ISO 14001.
Rekomendasi-rekomendasi yang ditunjukkan dalam Bab 4 dari laporan ini
dan dalam bentuk ringkasan seperti di bawah, sekarang berkesempatan untuk
DAFTAR ISI
PRAKATA ................................................................................................................................. 3
RINGKASAN............................................................................................................................. 3
1. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 9
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis pencemaran air dan batasannya menurut PP No. 82 tahun 2001....................... 22
DAFTAR GAMBAR
Gambar 10. Surf Scoter yang terendam dalam air laut yang tercemar limbah minyak ........... 24
Gambar 13. Pembakaran minyak pada permukaan air (in-situ burning) (ilustrasi) ................. 29
Gambar 16. Perencanaan pintu ait pada daerah reklamasi (ilustrasi) ....................................... 32
BAGIAN 1
PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
Laporan ini merinci temuan-temuan dan kesimpulan-kesimpulan audit lingkungan
yang dilaksanakan di Kota Maumere Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur
yang pembangunan serta pengawasannya diprakarsai oleh PT. Pelabuhan Indonesia III
(PT. Pelindo III). Pembangunan pelabuhan dengan mereklamasi pantai Maumere ini
dilaksanakan oleh PT. Adhi Perkasa pada tahun 2005. Kegiatan di Pelabuhan Maumere
secara aktif dimulai pada Januari 2006. Setelah terjadi jatuhnya kapal tanker minyak
milik PT. Pertamina pada tanggal 3 Januari 2010, atas surat perintah Pemerintah
Kabupaten Sikka tertanda tangan Bupati Kab. Sikka, maka dilakukan audit lingkunga
oleh Joko Susilo selaku ahli lingkungan PT. Simple Green Design dan tim auditor pada
tanggal 15 dan 17 Januari 2010 yang diikuti dengan kunjungan lapangan pada tanggal 5
Januari 2010. Sejumlah staf dari PT. Pelindo III ikut serta dalam pelaksanaan audit ini,
mereka adalah :
BAGIAN 2
LATAR BELAKANG
2. LATAR BELAKANG
2.2. TUJUAN
Sebagai bagian dari komponen lingkungan, serangkaian audit lingkungan telah
dilaksanakan pada beberapa lokasi berbeda yang dilibatkan dalam kegiatan
operasional PT. Pelindo III. Audit ini merupakan bagian dari program audit tersebut.
Tujuan dari audit ini adalah untuk melaksanakan audit lingkungan secara teknis dari
terjadinya kecelakaan teknis dan merupakan audit terhadap kinerja PT Pelindo III
sekaligus. Proses audit memungkinkan pengumpulan informasi mengenai dampak
lingkungan dengan cara resmi yang dapat ditiru pada waktu selanjutnya, dalam
rangka mengatasi dampak secara tanggap serta memonitor kemajuan dalam
pengelolaan lingkungan di lokasi. Pengelolaan lokasi dapat menggunakan temuan-
temuan dari audit lingkungan ini untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan dari
operasional yang dilaksanakan di lokasi, dengan dukungan dari Pemerintah Kab.
Sikka, secara memadai. Audit ini juga memberikan kesempatan bagi auditor untuk
membuat peralatan audit yang dapat digunakan oleh staf di lapangan atau sub-
kontraktor untuk melaksanakan audit lingkungan internal di masa datang, untuk
melanjutkan pengawasan terhadap penyelenggaraan lingkungan. Dalam diskusi
dengan Spesialis Manajemen Lingkungan dari PT. Simple Green Design, diputuskan
bahwa audit ini harus bersifat teknis dan oleh karena itu tidak memperhatikan
masalah-masalah lain seperti persoalan keselamatan dan kesehatan.
Persiapan
Reklamasi pantai
Pengangkutan kapal tangki
Penanggulangan pencemaran
Pengerukan pantai kembali
Penghijauan
Kontrol
BAGIAN 3
TEMUAN-TEMUAN AUDIT
3. TEMUAN-TEMUAN AUDIT
Bagian dari laporan audit ini memberikan rincian mengenai temuan-temuan dalam
audit lingkungan Pelabuhan Maumere.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, akibat dari adanya kecelakaan ini,
beberapa kegiatan operasional kapal terhenti dan sementara dialihkan ke pelabuhan
bagian timur. Selain itu, pihak pelabuhan yaitu PT.Pelindo III mengalami kerugian
karena kegiatan sosial ekonomi pun terhambat. Banyak warga sekitar pelabuhan yang
mengalami keresahan karena peristiwa ini, dan melakukan protes kepada Pemerintah
Kabupaten Sikka.
Berikut ini dokumentasi detik-detik kecelakaan kapal tanker minyak milik PT.
Pertamina :
Data kegiatan operasional kapal sampai saat ini sebelum kecelakaan teknis, arus
kapal realisasi tahun 2010 mencapai 949 unit dan 1.916.776 GT atau 116,30% dan
111,20 % dari anggaran yang ditetapkan tahun 2010 sebesar 816 unit dan 1.723.785
GT. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 sebesar 863 unit. Dan
1.745.652 GT maka mengalami kenaikan sebesar 9%. Hal ini disebabkan,
bertambahnya kunjungan kapal pelra yang melakukan kegiatan bongkar muat di
pelabuhan Ende dan Ippi, kapal penumpang milik PT. Pelni beroperasi serta kapal
Ro-ro dari PT. Dharma Lautan Utama yang beroperasi dalam satu bulan lebih dari 2
kali dan bertambahnya kapal petikemas karena ada investor baru yaitu PT. Timur
Asri Laut.
Arus barang, realisasi tahun 2010 mencapai 115.643 ton dan 24.741 m3.
Sedangkan dalam satuan ton/liter terealisasi sebesar 82.943 ton/liter satuan unit
muatan ro-ro 2.143 unit. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 juga
mengalami kenaikan pada ton m3, dan ton/liter hal ini disebabkan, adanya kebutuhan
Arus peti kemas tercapai 15.452 boks, 15.789 teus atau 172,46% dari anggaran
yang ditetapkan anggaran tahun 2012 sebesar 8.960 boks, hal ini disebabkan
beralihnya pengangkutan barang dari general cargo ke petikemas.
Arus penumpang, realisasi tahun 2010 sebesar mencapai 178.224 orang atau
121% dari anggaran tahun 2010 yang ditetapkan sebesar 147.464 orang, hal ini
disebabkan adanya arus mudik dan balik saat natal dan tahun baru 2010 serta liburan
sekolah pada bulan juli.
3.4.5. Porphyrine
Senyawa ini berasal dari degradasi klorofil yang berbentuk komplek
Vanadium (V) dan Nikel (Ni).
Di mana ada minyak, di situ pasti ada tumpahan. Kapal-kapal dan truk bisa
kecelakaan. Perusahaan bertanggung jawab untuk mencegah tumpahan dan
membersihkannya jika hal ini terjadi.
Ada pepatah: “Minyak dan air tidak mungkin bercampur.” Tetapi, ketika
minyak tumpah ke air, bahan-bahan kimia yang berasal dari minyak tersebut pasti
bercampur dengan air dan menggenang didalam air untuk beberapa waktu.Lapisan
minyak yang lebih tebal menyebar di seluruh permukaan dan mencegah masuknya
udara ke dalam air.Ikan, khewan, dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di air tidak bisa
bernafas.Ketika minyak tumpah ke dalam air, bahan-bahan kimianya yang tertinggal
di sana bisa membuat air tersebut tidak aman diminum, bahkan setelah minyak yang
kasat mata dikeluarkan.
Ketika minyak tumpah ke tanah, ia akan menghancurkan lapisan tanah dengan
mendesak udara keluar dan membunuh makhluk-makhluk hidup yang membuat
lapisan tanah menjadi sehat. Hal yang hampir serupa terjadi jika minyak mengenai
kulit kita atau kulit khewan. Minyak akan menutupi kulit dan menghalangi udara
masuk. Racun-racun yang berasal dari minyak juga meresap ke dalam tubuh melalui
kulit, dan menimbulkan penyakit.
Akibat-akibat jangka pendek dari pencemaran minyak bumi sudah diketahui
bahwa molekul-molekul hidrokarbon minyak bumi dapat merusak membran sel yang
berakibat pada keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel.
Ikan-ikan yang hidup di lingkungan yang tercemar oleh minyak dan senyawa
hidrokarbon akan mengalami berbagai gangguan struktur dan fungsi tubuh. Berbagai
jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak, sehingga berkurang
mutunya. Secara langsung minyak dapat menimbulkan kematian pada ikan. Hal ini
disebabkan oleh kekurangan oksigen, keracunan karbondioksida dan keracunan
langsung oleh bahan beracun yang terdapat dalam minyak.
Akibat jangka panjang dari pencemaran minyak ternyata dapat pula
menimbulkan beberapa masalah yang serius terutama bagi biota yang masih muda.
Penurunan yang paling rendah terjadi ketika pelabuhan Maumere dicemari oleh
minyak buangan. Kasus limbah minyak yang menyebabkan bau ikan tidak enak
terjadi pada ikan-ikan yang diolah di pelabuhan. Hal ini juga terjadi pada ikan-ikan
belanak yang berasal dari suatu tambak yang diisi air yang mengandung limbah
minyak. Ikan belut dan ikan sebelah yang ditangkap beberapa kilometer dari juga
berbau minyak karena masuknya limbah minyak .Hasil penelitian terhadap kedua
jenis ikan tersebut dapat diketahui bahwa batas toleransi minyak pada air laut berada
antara 0,001-0,01 ppm. Apabila batas tertinggi kadar tersebut sudah terlewati maka
bau minyak mulai timbul. Di beberapa tempat telah ditemukan bahwa zat
hidrokarbon dari minyak tanah terdapat pada ikan belanak yang diduga berasal dari
air campuran dengan limbah minyak.
Seperti yang diungkapkan di atas bahwa senyawa hidrokarbon aromatik ini
bersifat racun, salah satunya adalah PAH yakni senyawa aromatik dengan dua atau
lebih cincin benzen. PAH yang larut pada konsentrasi 0,1-0,5 ppm dapat
menyebabkan keracunan pada makhluk hidup, sedangkan PAH dalam kadar rendah
dapat menurunkan laju pertumbuhan, perkembangan, dan makan makhluk perairan.
Selain itu hidrokarbon minyak bumi yang terserap ke dalam tubuh biota
menimbulkan rasa yang menyengat dan memerlukan waktu tertentu untuk dapat
hilang memperlihatkan pola perubahan perilaku biota laut terhadap senyawa
hidrokarbon aromatik yang larut.
Pada umumnya limbah padat yang dihasilkan adalah sludge (lumpur) yang
terdiri dari Arsen, Barium, Boron, Chromium, Cadmium, Mercury, Timbal dan Seng.
Sludge yang didapatkan dari pembersihan tangki akan diolah ke dalam suatu bak
untuk pengolahan lebih lanjut.
Lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari udara
ke dalam air sehingga jumlah oksigen terlarut di dalam air akan menjadi
berkurang. Berkurangnya kandungan oksigen dalam air akan mengganggu
kehidupan organisme yang berada di perairan.
Dengan adanya lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi masuknya
sinar matahari ke dalam air sehingga proses fotosintesis oleh tanaman air tidak
dapat berlangsung.
Air yang telah tercemar oleh minyak tidak dapat dikonsumsi oleh manusia
dikarenakan pada air yang mengandung minyak tersebut dapat mengandung zat-
zat yang beracun seperti senyawa benzen dan toluen.
Minyak berasal dari kandungan lemak, dimana lemak sendiri adalah fungsi
atau sifat Prostaglandin yang dapat terbentuk dengan proses pelingkaran dan
peroksigenan dari asam lemak tak jenuh dengan banyak ikatan C = C yang
menyebabkan mudah terbakar dan menimbulkan nilai kalor tertentu.
Melewatkan gas H2S kedalam larutan NaOH atau Ca(OH)2 sehingga gas yang
keluar merupakan sisa yang tidak tertangkap oleh larutan NaOH atau
Ca(OH)2.
Melakukan pendinginan dan penangkapan gas yang keluar telah sesuai dengan
udara luar.
Penanaman tanaman pelindung di sekeliling lokasi Stasiun Pengumpul/ Stasiun
Kompresor.
Melakukan perawatan cerobong.
Tabel 1. Jenis pencemaran air dan batasannya menurut PP No. 82 tahun 2001
TDS (keberadaan
padatan terlarut) 1047 mg/L - 1000
(mg/L)
TSS (Total
padatan
50 mg/L - 400
tersuspensi)
(mg/L) PP RI No. 82 - 2001
pH 6 9
BOD (mg/L) - 6
COD (mg/L) - 50
DO (mg/L) 3 -
Merkuri (Hg)
0,0001
(ppm) air
WHO
Merkuri (Hg)
0.5
(ppm) makanan
Gambar 10. Surf Scoter yang terendam dalam air laut yang tercemar limbah minyak
Sumber : www.wikipedia.org/wiki/limbah-minyak
3.12. WORKSHOP
Sekop yang khusus digunakan untuk memindahkan pasir dan kerikil dari
minyak di pantai.
Alat-alat ini harus dipelihara agar kinerja alat tersebut dapat berfungsi secara
baik dan optimal, dengan demikian workshop disini digunakan untuk memperbaiki
dan memilihara mesin di Alat Berat tersebut.
BAGIAN 4
KESIMPULAN AUDIT DAN REKOMENDASI
4. TEMUAN-TEMUAN AUDIT
7.1. KESIMPULAN
Staf PT.Pelindo III menunjukkan minat proaktif dalam manajemen lingkungan
dari berbagai fasilitas produksi yang merupakan subyek dari audit ini, dan sukses
telah dicapai dalam beberapa bidang. Hal ini ditandai dengan diterimanya akreditasi
ISO 14001, standar Sistem Manajemen Lingkungan (EMS) internasional. Ini harus
dipandang sebagai prestasi yang signifikan. ISO 14001 mengharuskan sistem
pengawasan internal dan eksternal berkesinambungan yang dilaksanakan untuk
menjamin perbaikan yang berkelanjutan, sehingga apa yang diinginkan dari EMS
dapat tercapai.
Meskipun audit ini bukanlah audit EMS, ada beberapa pokok persoalan yang
mendapat perhatian dalam laporan BVQI yang masih memerlukan penyelesaian.
Tingkat peralihan kapal dan peti kemas,kegiatan sosial ekonomi dan
penanggulanagan bencana menjadi hal yang sangat penting untuk saat ini. Tetapi
persoalan pengawasan debu, udara dan vibrasi, dan polusi di areal pelabuhan tetap
menjadi perhatian.
Audit ini juga mengidentifikasi sejumlah persoalan lingkungan lain dan
persoalan fasilitas-fasilitas perusahaan yang memerlukan perbaikan. Persoalan-
persoalan ini terutama berhubungan dengan potensi dari polusi air permukaan,
rencana penanggulangan yang segera terhadap tumpahan dan training untuk mereka
yang bertanggung jawab, areal penyimpanan bahan bakar.
1. In-situ burning
Gambar 13. Pembakaran minyak pada permukaan air (in-situ burning) (ilustrasi)
Sumber : www.agusnurul.blogspot.com/metode-penanggulan-tumpahan-minyak
3. Bioremediasi
4. Penggunaan sorbent
pemeriksaan secara berkala oleh tim pengawas yang dibentuk oleh pihak PT.
Pelabuhan Indonesia III (PT. Pelindo III).
DAFTAR PUSTAKA
Sumber internet :
http://www.pertamina.com/our-business/hilir/pemasaran-dan-niaga/perkapalan/,
diakses tanggal 9 Desember 2013 pukul 21.31 WIB
http://www.scribd.com/doc/142496150/Dampak-Pendangkalan-Pantai-Utara-Pulau-
Jawa, diakses tanggal 9 Desember 2013 pukul 21.40 WIB
REP016 Audit Lingkungan Kegiatan PT.Barito P, Gareth, Jan 01, diakses tanggal 9
Desember 2013 pukul 22.10 WIB