Anda di halaman 1dari 19

Makalah Rekayasa Genetik

PENGEMBANGAN VAKSIN CAMPAK DENGAN PENDEKATAN


REKAYASA GENETIKA

Disusun oleh:

ARNITA SASGHIA

H311 15 319

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya hingga terselesaikannya makalah ini.

Makalah ini menjelaskan tentang pengembangan vaksin campak dengan

pendekatan rekayasa genetika.

Penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada dosen pembimbing

yang telah mengarahkan dan membimbing penyusunan dalam menyelesaikan

makalah ini, serta terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang rekayasa

genetik khususnya pada pemanfaatannya dalam pembuatan vaksin campak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu,

penulis mengharapkan saran-saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Makassar, 11 Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................


Daftar Isi.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Campak .......................................................................................
2.2 Epidemiologi, Etiologi dan Patofisiologi Penyakit Campak ........................
2.2.1 Epidemiologi .......................................................................................
2.2.2 Etiologi ................................................................................................
2.2.3 Patofisiologi ........................................................................................
2.3 Cara Penularan Penyakit Campak .................................................................
2.4 Cara Pencegahan Penyakit Campak ..............................................................
2.4.1 Pencegahan Primordial...............................................................................
2.4.2 Pencegahan Primer ....................................................................................
2.4.3 Pencegahan Sekunder ...............................................................................
2.4.4 Pencegahan Tersier ....................................................................................
2.5 Kloning Gen ..................................................................................................
2.6 Produksi Vaksin Campak ..............................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara tropis yang memiliki penyakit infeksi tergolong

tinggi. Berkembangnya penyakit infeksi yang tergolong tinggi diakibatkan

pengaruh suhu lingkungan yang mendukung pertumbuhan mikrooganisme.

Penyakit campak adalah penyakit akut yang menular dan disebabkan oleh

virus yang dapat menimbulkan kematian dan merupakan penyakit yang mudah

menular melalui udara, sehingga virus tersebut aktif dan berada di udara dalam

jangka waktu yang lama atau di permukaan yang terinfeksi sampai dua jam

(Finazis, 2014).

Campak merupakan penyakit infeksi sistem saluran pernafasan yang

disebabkan oleh virus, terutama oleh family paramyxovirus dari genus

morbillivirus. Morbillivirus seperti halnya paramyxovirus, terbungkus oleh rantai

virus RNA negatif. Gejalanya diantaranya demam, batuk, pilek, dan biasanya

muncul ruam erythema maculopapular (Finazis, 2014).

Pada campak yang menimbulkan kematian, kelainan patologik yang terjadi

disebabkan baik oleh virusnya maupun oleh infeksi sekunder oleh bakteri,

misalnya oleh pneumonia yang umumnya interstitial, tetapi juga dapat

membentuk eksudat yang purulen didalam alveoli. Virus campak sendiri

menimbulkan kelainan-kelainan pada jaringan-jaringan tonsil, faring, dan

apendiks, berupa infiltrasi sel subepitel dan sel raksasa berinti banyak (multi

nucleated giant cell) (Finazis, 2014).


1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari campak?

2. Bagaimana epidemiologi, etiologi dan patofisiologi penyakit campak ?


3. Bagaimana cara penularan penyakit campak?

4. Bagaimana cara pencegahan penyakit campak?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian campak.

2. Untuk mengetahui epidemiologi, etiologi dan patofisiologi penyakit campak.

3. Untuk mengetahui cara penularan penyakit campak.

4. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit campak.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Campak

Penyakit campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles, merupakan

penyakit yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus. Sembilan

puluh persen anak yang tidak kebal akan terserang penyakit campak. Manusia

diperkirakan satu-satunya reservoir, walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak

berperan dalam penyebaran (Halim, 2016).

Campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada

anak, sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4 hari sebelum

muncul ruam) sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Campak

timbul karena terpapar droplet yang mengandung virus campak (Halim, 2016).

Gambar 1. Karakter Campak


2.2 Epidemiologi, Etiologi dan Patofisiologi Penyakit Campak

2.2.1 Epidemiologi

Campak adalah penyakit menular yang dapat menginfeksi anak-anak

pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja. Penyebaran

penyakit campak berdasarkan umur berbeda dari satu daerah dengan daerah

lain, tergantung dari kepadatan penduduknya, terisolasi atau tidaknya daerah

tersebut. Pada daerah urban yang berpenduduk padat, transmisi virus campak

sangat tinggi (Hasan, 2005).

Berdasarkan tempat penyebarannya, penyakit campak berbeda, dimana

daerah perkotaan siklus epidemi campak terjadi setiap 2-4 tahun sekali,

sedangkan di daerah pedesaan penyakit campak jarang terjadi, tetapi bila

sewaktu-waktu terdapat penyakit campak maka serangan dapat bersifat wabah

dan menyerang kelompok umur yang rentan (Hasan, 2005).

2.2.2 Etiologi

Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus

genus Morbillivirus, famili Paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama

dengan virus gondongan (mumps), virus parain_uenza, virus human

metapneumovirus, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus) (Halim, 2016).

Virus campak berukuran 100-250 nm dan mengandung inti untai RNA

tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung lipid. Virus campak

memiliki 6 struktur protein utama. Protein H (Hemagglutinin) berperan penting

dalam perlekatan virus ke sel penderita. Protein F (Fusion) meningkatkan

penyebaran virus dari sel ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan dalam lapisan

pelindung virus berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian dalam


virus terdapat protein L (Large), NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase

phosphoprotein). Protein L dan P berperan dalam aktivitas polimerase RNA virus,

sedangkan protein NP berperan sebagai struktur protein nucleocapsid. Karena

virus campak dikelilingi lapisan pelindung lipid, maka mudah diinaktivasi oleh

cairan yang melarutkan lipid seperti eter dan kloroform. Selain itu, virus juga

dapat diinaktivasi dengan suhu panas (>37 0C), suhu dingin (<20 0C), sinar

ultraviolet, serta kadar (pH) ekstrim (pH <5 dan >10). Virus ini jangka hidupnya

pendek (short survival time), yaitu kurang dari 2 jam (Halim, 2016).

2.2.3 Patofisiologi

Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari

penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel

epitel saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan

penyebaran ke kelenjar limfa regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia

primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan

kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus.

Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh

terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke- 14,

virus ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari

kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel

endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag (Halim, 2016).

Tabel 1. Patogenesis Infeksi Campak

Hari Patogenesis
Virus campak dalam droplet terhirup dan melekat pada
0 permukaan epitel nasofaring ataupu konjungtiva. Infeksi
terjadi di sel epitel dan virus bermultiplikasi.
1-2 Infeksi menyebar ke jaringan limfatik regional

2-3 Viremia primer


Virus bermultiplikasi di epitel saluran napas, virus
3-5 melekat pertama kali, juga di sistem retikuloendotelial
regional dan kemudian menyebar.
5-7 Viremia sekunder

7 - 11 Timbul gejala infeksi di kulit dan saluran napas


Virus terdapat di darah, saluran napas, kulit, dan
11 - 14
organ-organ tubuh lain.

14-17 Viremia berkurang dan menghilang

2.3 Cara Penularan Penyakit Campak

Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni

karena menghirup Percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun

tenggorokan penderita morbili atau campak. Artinya seseorang dapat tertular

campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau

dimana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum

timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari

sebelum gejala muncul (Hasan, 2005).

Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak

terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak usia pra- sekolah dan anak-anak SD.

Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal

terhadap penyakit ini. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi,

infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahirdari ibu yang telah

kebal (berlangsung selama 1 tahun) (Hasan, 2005).

Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :


1. Bayi berumur lebih dari 1 tahun

2. Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi

3. Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

2.4 Cara Pencegahan Penyakit Campak

2.4.1 Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor

predisposisi atau resiko terhadap penyakit campak. Sasaran dari pencegahan

primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko

yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit

campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya

dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti

penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konselling nutrisi dan penataan

rumah yang baik (Hasan, 2005).

2.4.2 Pencegahan Primer

Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk

kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena campak, tetapi berpotensi

untuk terkena penyakit campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya campak dan upaya untuk

mengeliminasi faktor-faktor tersebut (Hasan, 2005).

2.4.2.1 Penyuluhan

Edukasi campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan

mengenai campak. Disamping kepada penderita campak, edukasi juga

diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi


dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang

perlu diberikan kepada pasien campak adalah definisi penyakit campak,

faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya-upaya

menekan campak, pengelolaan campak secara umum, pencegahan dan pengenalan

komplikasi campak (Hasan, 2005).

2.4.2.2 Imunisasi

Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan

dengan vaksinasi campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 – 15

bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup

yang dioleh menjadi lemah. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak

0,5 ml. vaksin campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan

TBC yang tidak diobati, penderita leukemia. Vaksin campak dapat diberikan

sebagai vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella

(MMR). vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin

polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan. Penting diperhatikan penyimpanan

dan transportasi vaksin harus pada temperature antara 2ºC - 8ºC atau ± 4ºC,

vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari. Mudah rusak oleh zat

pengawet atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam (Hasan, 2005).

2.4.3 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat

timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang

ditujukan untuk pendeteksian dini campak serta penanganan segera dan efektif.

Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk identifikasi

orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi
untuk mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan penobatan

penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan

terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan campak memegang peran

penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat (Hasan, 2005).

2.4.4 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan

akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan

dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini

mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini

diperlukan kerjasama yang baik antara pasien-pasien dengan dokter

maupun antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan

juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk

mengendalikan penyakit campak (Hasan, 2005).

2.5 Kloning Gen

Kloning gen merupakan suatu terobosan baru untuk mendapatkan sebuah

gen yang mungkin sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Kloning gen

meliputi serangkaian proses isolasi fragmen DNA spesifik dari genom suatu

organisme, penentuan sekuen DNA, pembentukan molekul DNA rekombinan, dan

ekspresi gen target dalam sel inang.

Penentuan sekuen DNA melalui sekuensing bertujuan untuk memastikan

fragmen DNA yang kita isolasi adalah gen target sesuai dengan kehendak kita.

Gen target yang kita peroleh selanjutnya kita klon dalam sebuah vektor (plasmid,

phage atau cosmid) melalui teknologi DNA rekombinan yang selanjutnya


membentuk molekul DNA rekombinan. DNA rekombinan yang dihasilkan

kemudian ditransformasi ke dalam sel inang (biasanya sel bakteri, misalnya strain

E. coli) untuk diproduksi lebih banyak. Gen-Gen target yang ada di dalam sel

inang jika diekspresikan akan mengahsilkan produk gen yang kita inginkan.

Gambar 2. Kloning Gen

Kloning adalah tindakan menggandakan atau mendapatkan keturunan

jasasd hidup tanpa fertilisasi, berasal dari induk yang sama, mempunyai susunan

(jumlah dan gen) yang sama dan kemungkinan besar mempunyai fenotib yang
sama. Kloning manusia adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik

yang sama dengan induknya yang berupa manusia. Berdasarkan pengertian

tersebut, ada beberapa jenis kloning yang dikenal, antara lain:

1. Kloning DNA rekombinan Kloning ini merupakan pemindahan sebagian

rantai DNA yang diinginkan dari suatu organisme pada satu element replikasi

genetik, contohnya penyisipan DNA dalam plasmid bakteri untuk mengklon

satu gen.

2. Kloning Reproduktif Merupakan teknologi yang digunakan untuk

menghasilkan hewan yang sama, contohnya Dolly dengan suatu proses yang

disebut SCNT (Somatic Cell Nuclear Transfer).

3. Kloning Terapeutik Merupakan suatu kloning untuk memproduksi embrio

manusia sebagai bahan penelitian. Tujuan utama dari proses ini bukan untuk

menciptakan manusia baru, tetapi untuk mendapatkan sel batang yang dapat

digunakan untuk mempelajari perkembangan manusia dan penyembuhan

penyakit.

2.6 Vaksin

Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi).

Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan

aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh

infeksi oleh organisme alami atau liar. Vaksin dapat berupa galur virus atau

bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin

dapat juga berupa organisme mati atau hasilhasil pemurniannya (protein, peptida,

partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan


manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama

bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk

melawan selsel degeneratif (kanker).

Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh

untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari

serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Melalui penerapan

bioteknologi, berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus telah dapat dihindari

dengan menggunakan vaksin. Prinsip dasar dari penggunaan vaksin adalah tubuh

menghasilkan anti bodi untuk melawan serangan virus. Vaksin merupakan

suspensi mikroorganisme antigen (misal virus atau bakteri patogen) yang

permukaannya/toksinnya telah dimatikan atau dilemahkan. Pemberian vaksin

(vaksinasi) menyebabkan tubuh bereaksi membentuk antibodi, sehingga kebal

terhadap infeksi patogen dikemudian hari.

2.6.1 Pembuatan Vaksin

Pada awalnya, vaksin dibuat secara konvensional.sejarah mencatat

berbagai penemuan vaksin yang mencegah berbagai penyakit pandemik. Tahun

1796, Edward Jenner menemukan vaksin untuk cacar air. Tahun 1885, Louis
Pasteur menemukan vaksin untuk rabies.kemudian diikuti penemuan vaksin untuk

penyakit yang lainnya. Beberapa tipe vaksin yang dibuat melalui metode

konvensional adalah sebagai berikut:

1. Vaksin yang berasal dari patogen yang telah dimatikan oleh bahan kimia

atau oleh pemanasan. Misalnya, vaksin influenza, kolera, dan hepatitis A.

Tipe vaksin ini hanya membentuk respons kekebalan sementara.

2. Vaksin yang berasal dari patogen yang dilemahkan. Misalnya, vaksin campak

dan vaksin gondong. Tipe vaksin ini menimbulkan respons kekebalan yang

lebih lama masanya.

3. Vaksin yang berasal dari senyawa patogenik mikroorganisme yang dibuat

tidak aktif . misalnya, vaksin tetanus dan difteri.

Akan tetapi, produksi vaksin secara konvensional tersebut menimbulkan

berbagai efek samping yang merugikan karena Patogen yang digunakan untuk

membuat vaksin mungkin masih melakukan proses metabolisme (pada organisme

seperti bakteri) sehingga masih bisa menyebabkan penyakit, ada sebagian orang

yang alergi terhadap sisa-sisa sel yang ditinggalkan dari produksi vaksin,

meskipun sudah dilakukan proses pemurnian.


Gambar 3. Proses Pembuatan Vaksin

Mengurangirisiko tersebut, sekarang ini di kembangkan pembuatan vaksin

dengan menggunakan rekayasa genetika. Prinsip-prinsip rekayasa genetika dalam

pembuatan vaksin adalah berikut:

1. Mengisolasi (memisahkan) gen-gen pengebab sakit dari virus atau patogen.

2. Menyisipkan gen-gen tersebut ke dalam sel bakteri atau kultur sel hewan. Sel

bakteri atau sel hewan yang telah disisipi gen itu disebut rekombinan.

3. Rekombinan tersebut akan menghasilkan antigen. Selanjutnya rekombinan

akan dikultur sehingga diperoleh antigen dalam jumlah banyak.

4. Antigen itu diektraksi untuk digunakan sebagai vaksin.

Contoh vaksin yang telah dibuat dengan cara ini adalah vaksin untuk

penyakit poliomyelitis, gondong, cacar air, campak atau rubela, dan rabies.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Campak merupakan penyakit infeksi sistem saluran pernafasan yang

disebabkan oleh virus, terutama oleh family paramyxovirus dari genus

morbillivirus. Morbillivirus seperti halnya paramyxovirus, terbungkus oleh

rantai virus RNA negatif.

2. Gejalanya diantaranya demam, batuk, pilek, dan biasanya muncul ruam

erythema maculopapular.

3. Campak dapat dicegah dengan imunisasi dengan vaksin MMR. Vaksinasi

dosis pertama dapat dilakukan pada bayi usia 12 bulan dan dosis kedua pada

usia 4 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Finazis, R., 2014, Akurasi Pencatatan dan Pelaporan Imunisasi Campak Bayi pada
Buku Kia Buku Kohort, Jurnal Berkala Epidemiologi, 2(2): 184-195.

Halim, R.G., 2016, Campak Pada Anak, Jurnal CDK, 3(43): 186-189.

Hasan, R., 2005, Buku Ilmu Kesehatan Anak, UI-Press, Jakarta.

Retnoningrum, D.S., 2010, Prinsip Teknologi DNA Rekombinan, ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai