MBS - Partisipasi (Makalah)
MBS - Partisipasi (Makalah)
Oleh:
Alexander Ferdinan Tuati 7616168298
Novi Sartika Wahyuni 7616168305
A. Latar Belakang
Peran serta masyarakat adalah kontribusi, sumbangan dan keikutsertaan
masyarakat dalam menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan. Pada masa
sekarang tentunya anda juga setuju, bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan
monitoring pendidikan melibatkan peran serta masyarakat. Kesadaran tentang
pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan lebih
baik dimasa yang akan datang, mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh
lapisan masyarakat. Hal inilah yang melahirkan kesadaran peran serta masyarakat.
Peran serta masyarakat khususnya orangtua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat selama ini sangat
minim. Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya sebatas pada dukungan
dana, sementara dukungan lain seperti pemikiran, moral dan barang/jasa kurang
diperhatikan. Akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat juga lemah. Sekolah tidak
merasa berkeharusan untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan
pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu
unsur utama yang berkepentingan dengan pendidikan. (stakeholder). Berdasarkan
kenyataan – kenyataan tersebut di atas, tentu saja perlu dilakukan upaya – upaya
perbaikan salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan
dengan melibatkan peran serta masyarakat melalui manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah.
Peran serta masyarakat tidak hanya berupa pemberian bantuan uang atau
tenaga, tetapi juga bantuan membimbing siswa di luar sekolah sebagai bagian yang
penting. Mereka dapat bekerjasama dalam peningkatan mutu sekolah melalui
perencanaan program – program pembelajaran dan kemauan belajar peserta didik,
serta berbagai kegiatan dan keterlibatan secara aktif melalui jalana komunikasi yang
efektif antara sekolah, orangtua, komite dan masyarakat.
Program sekolah harus sesuai dengan kebutuhan masyaraakat di masa
sekarang maupun pada masa yang akan datang. Pengambilan keputusan untuk
peningkatan mutu sekolah dilakukan bersama masyarakat. Karena itu pula, sekolah
harus berusaha terbuka dan mandiri, serta meningkatkan mutu profesionalisme
tenaga pendidikannya.
Yang termasuk komponen masyarakat ialah orangtua siswa, tokoh
masyarakat, tokoh agama, dunia usaha dan dunia industri dan lembaga sosial
budaya. Peran serta mereka dalam pendidikan berkaitan dengan (1) Pengambilan
keputusan, (2) Pelaksanaan, dan (3) Penilaian. Peran serta dalam mengambil
keputusan misalnya ketika sekolah mengundang rapat bersama komite sekolah
untuk membahas perkembangan sekolah, masyarakat yang dalam hal ini orangtua,
anggota komite sekolah, atau wakil dari dunia bisnis dan industri secara bersama –
sama memberikan sumbang saran dan berakhir dengan pengambilan keputusan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa peran serta orangtua dalam perencanaan pengembangan sekolah?
2. Bagaimana peran serta orangtua dalam mendukung peningkatan kualitas
pendidikan anak?
3. Apa peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan sekolah?
4. Bagaimana keterkaitan antara peran serta masyarakat dengan Manajemen
Berbasis Sekolah?
5. Mengapa masyarakat harus terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan
disekolah?
6. Apakah peran serta komite sekolah dalam konteks MBS terutama dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah?
7. Apa peran serta kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan dalam konteks
MBS terutama dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah?
BAB II
PEMBAHASAN
C. Komite Sekolah
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan
merupakan bentuk konsep desentralisasi pendidikan baik di tingkat kabupaten/kota
dan di sekolah. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 april 2002.
Anda harus memahami bahwa dalam keputusan mendiknas tersebut dinyatakan
bahwa peran Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah merupakan (1) advisory
agency (pemberi pertimbangan), (2) supporting agency (pendukung kegiatan
layanan pendidikan), (3) controlling agency (pengontrol kegiatan layanan
pendidikan), dan (4) mediator, penghubung, atau pengaut tali komunikasi antara
masyarakat dengan pemerintah.
Sejalan dengan upaya pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat
sekolah diharapkan dapat membina jalinan kerja sama dengan orang tua dan
masyarakat. Sebagai bagian dari konsep MBS, pemberdayaan komite/dewan
sekolah ini merupakan bentuk manajemen partisipatif yang melibatkan peran serta
masyarakat, sehingga semua kebijakan dan keputusan yang diambil adalah
kebijakan dan keputusan bersama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
bersama. Pemberdayaan Komite/Dewan Sekolah dapat diwujudkan diantaranya
melalui perlibatan mereka dalam penyusunan rencana dan program sekolah,
RAPBS, pelaksanaan program pendidikan, dan penyelenggaraan akuntabilitas
pendidikan.
Sewaktu sekolah ingin membangun sebuah laboratorium IPA, mushollah,
atau merehabilitasi ruangan kelas, pihak sekolah tidak selalu harus turun tangan
sendiri baik dalam perencanaan, pendanaan dan pelaksanaannya. Mengandalkan
bantuan pemerintah pun tidak hanya memakan waktu lama, tetapi juga mungkin
tidak ada dananya. Oleh sebab itulah komite sekolah harus diberdayakan. Komite
sekolah bersama kepala sekolah, dewan guru, dan orangtua murid melakukan
musyawarah untuk mewujudkan rencana sekolah tersebut.
Komite sekolah dapat diberdayakan dalam menjembatani kepentingan
sekolah dan partisipasi masyarakat, khususnya orang tua siswa. dalam konteks ini,
komunikasi antara sekolah dengan masyarakat memiliki peran yang sangat penting.
Seorang kepala sekolah dapat “menguasai” guru, staf, dan masyarakat dengan
kemampuannya berkomunikasi. Dengan kemampuan itu pula, kepala sekolah dapat
mengkomunikasikan program sekolah kepada komite sekolah dan masyarakat. Jadi,
melalui komunikasi yang baik, seluruh elemen masyarakat dan sekolah dapat
dipersatukan secara harmonis guna mendukung pencapaian mutu pendidikan yang
lebih baik.
Komite sekolah saat ini sangat mirip dengan istilah POMG dan BP3 dulu.
Komite sekolah merupakan suatau badan atau lembaga nonpolitis dan nonprofit.
Komite ini dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh berbagai pihak
yang berkepentingan dengan pendidikan pada tongkat sekolah. Mereka
bertanggung jawab membantu sekolah dalam peningkatan kualitas pendidikan di
sekolah. Menurut UU RI nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,
komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang
tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli
pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa komite sekolah terdiri atas unsur: orang tua
siswa, wakil tokoh masyarakat (bisa ulama/rohaniwan, budayawan, pemuka adat,
pakar atau pemerhati pendidikan, wakil organisasi masyarakat, wakil dunia usaha
dan industri, bahkan kalau perlu juga wakil siswa, wakil guru – guru, dan kepala
sekolah.
Tugas utama komite sekolah adalah membantu penyelenggaraan pendidikan
sekolah dalaam kapasitasnya sebagai pemberi pertimbangan, pendukung program,
pengontrol, bahkan mediator. Untuk memajukan pendidikan di sekolah, komite
sekolah membantu penyelenggaraan proses belajar mengajar, manajemen sekolah,
kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana sekolah, pembiayaan pendidikan, dan
mengkoordinasikan peran serta seluruh lapisan masyarakat. Kedudukannya sebagai
mitra sekolah. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah merupakan:
1. Advisory agency (pemberi pertimbangan)
2. Supporting agency (pendukung kegiatan layanan pendidikan)
3. Controlling agency (pengontrol kegiatan layanan pendidikan)
4. Mediator, penghubung, atau pengait tali komunikasi antara masyarakat dengan
pemerintah.
Pada dasarnya pemberdayaan komite sekolah dalam konteks MBS adalah
melalui koodinasi dan komunikasi. Koordinasi yang dilakukan kepala sekolah
dengan para guru dan masyarakat dapat dilakukan secara vertikal, horisontal,
fungsional, dan diagonal. Koordinasi dapat juga dilakukan secara internal dan
eksternal. Koordinasi dilakukan secara terus menerus sebagai upaya konsolidasi
untuk memperkuat kelembagaan dalam mencapai tujuan.
Tidak hanya itu, pemberdayaan juga dapat dilakukan dengan menjalin
komunikasi yang baik. Komunikasi dalam konteks tatakrama profesional dapat
meningkatkan hubungan baik antara pimpinan sekolah dengan para guru dan staf,
dan pihak sekolah dengan komite sekolah.
D. Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah pimpinan pendidikan yang mempunyai peranan
penting dalam mengembangkan lembaga pendidikan, yaitu sebagai pemegang
kendali di lembaga pendidikan. Kepala sekolah berarti orang yang memiliki tanggung
jawab secara penuh terhadap kegiatan-kegiatan sekolah. Tanggung jawab tersebut
antara lain: 1) Membantu guru melihat dengan jelas proses belajar mengajar
sebagai suatu system; 2) Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan
pendidikan; 3) Membantu guru-guru dalam menyusun kegiatan-kegiatan belajar
mengajar; 4) Membantu guru-guru menerapkan metode-metode mengajar yang
lebih baik; 5) Membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-sumber
pengalaman belajar; 6) Membantu guru-guru dalam menciptakan alat-alat peraga
dan penggunaannya; 7) Membantu guru-guru dalam menyusun program belajar
mengajar; 8) Membantu guru-guru dalam hal menyusun test prestasi belajar: 9)
Membantu guru-guru belajar mengenal murid-murid. Di samping itu, kepala sekolah
juga mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan kualitas
pendidikan di lembaga pendidikan tersebut.
Secara teoritis, organisasi sekolah dalam menyelenggarakan programnya
terlebih dahulu menyusun tujuan dengan baik yang penerapannya dilakukan secara
efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar (PBM). Keefektifan organisasi
sekolah tergantung pada rancangan organisasi dan pelaksanaan fiingsi komponen
organisasi yang meliputi proses pengelolaan informasi, partisipasi, pelaksanaan
tugas pokok organisasi, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian.
Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat kuat dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya
pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan
salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi,
tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara
terencana dan bertahap. Kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan
manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif dan
prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.
Sekolah efektif menunjukkan bahwa peran kepala sekolah sedemikian
penting untuk menjadikan sebuah sekolah pada tingkatan yang efektif. Asumsinya
adalah bahwa sekolah yang baik akan selalu memiliki kepala sekolah yang baik,
artinya kemampuan profesional kepala sekolah dan kemauannya untuk bekerja
keras dalam memberdayakan seluruh potensi sumber daya sekolah menjadi jaminan
keberhasilan sebuah sekolah. Untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan
pekerjaannya dan dapat mendayagunakan seluruh potensi sumber daya yang ada di
sekolah maka kepala sekolah harus memahami perannya.
E. Guru
Guru adalah seorang individu yang diberi tanggung jawab menyelenggarakan
proses pembelajaran mata pelajaran yang dipegangnya secara baik.
Tanggungjawab ini meliputi penelahaan kurikulum, penyusunan program tahunan,
program semester,program satuan pelajaran,rencana pengajaran dan pelaksanaan
mengajar. Guru diartikan sebagai tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya
mengajar (Muhibbin Syah, 1997: 225). Sedangkan menurut Hadari Nawawi, guru
diartikan sebagai orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
ikut bertanggung jawab membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-
masing (Hadari Nawawi, 1989:25). Dalam hal ini, peran gurusangatlah besar dalam
pengelolaan kelas, karena guru sebagai penanggung jawab kegiatan belajar
mengajar di kelas. Guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar.
Guru harus penuh intensif dan kreatif dalam mengelola kelas, karena gurulah yang
mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas terutama keadaan siswa dengan
segala latar belakangnya.
Tugas seorang guru adalah sebagai fasilitator, mediator dan motivator. Guru
berusaha untuk menumbuhkan motivasi pada subyek didiknya agar
berfikir,berusaha ,berbuat dan tidak pasif. Agar guru-guru dapat benar-benar
memadai maka perlu dipersiapkan dalam arti kepribadian dasar (Basic schooling),
belajar secara komprehensif menurut pendidikan umum, akademik dan profesional.
Sehingga guru tersebut tahan dalam menghadapi situasi pendidikan yang
bagaimanapun. Guru yang terdidik secara profesional akan mempunyai keyakinan
bahwa subjek didik akan kreatif dan dinamis.
Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada
tataran institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu
pendidikan harus dimulai dari aspek "guru" dan tenaga kependidikan lainnya yang
menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu
manajemen pendidikan yang professional. Ada dua metafora untuk menggambarkan
pentingnya pengembangan sumber daya guru. Pertama, jabatan guru diumpamakan
dengan sumber air. Sumber air itu harus terus menerus bertambah, agar sungai itu
dapat mengalirkan air terus-menerus. Bila tidak, maka sumber air itu akan kering.
Demikianlah bila seorang guru tidak pernah membaca informasi yang baru, tidak
menambah ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka ia tidak mungkin
memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan kepada
peserta didik.
Kedua, jabatan guru diumpamakan dengan sebatang pohon buah-buahan.
Pohon itu tidak akan berbuah lebat, bila akar induk pohon tidak menyerap zat-zat
makanan yang berguna bagi pertumbuhan pohon itu. Begitu juga dengan jabatan
guru yang perlu bertumbuh dan berkembang. Baik itu pertumbuhan pribadi guru
maupun pertumbuhan profesi guru. Setiap guru perlu menyadari bahwa
pertumbuhan dan pengembangan profesi merupakan suatu keharusan untuk
menghasilkan output pendidikan berkualitas. Itulah sebabnya guru perlu belajar
terus menerus, membaca informasi terbaru dan mengembangkan ide-ide kreatif
dalam pembelajaran agar suasana belajar mengajar menggairahkan dan
menyenangkan baik bagi guru apalagi bagi peserta didik.
F. Tenaga Kependidikan
Dalam undang-undang Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan pasal 1 ayat 5 dinyatakan bahwa Tenaga kependidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan. Dari definisi di atas jelas bahwa tenaga kependidikan memiliki lingkup
“profesi” yang lebih luas, yang juga mencakup di dalamnya tenaga pendidik,
pustakawan, staf administrasi, staf pusat sumber belajar, kepala sekolah adalah
diantara kelompok “profesi” yang masuk dalam kategori sebagai tenaga
kependidikan.
Pendidik (guru) berhadapan langsung dengan para peserta didik, namun ia
tetap memerlukan dukungan dari para tenaga kependidikan lainnya, sehingga ia
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Karena pendidik akan mengalami
kesulitan dalam melaksanakan tugasnya apabila berada dalam konteks yang
hampa, tidak ada aturan yang jelas, tidak didukung sarana prasarana yang
memadai, tidak dilengkapi dengan pelayanan dan sarana perpustakaan serta
sumber belajar lain yang mendukung. Karena itulah pendidik dan tenaga
kependidikan memiliki peran dan posisi yang sama penting dalam konteks
penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran). Karena itu pula, pada dasarnya baik
pendidik maupun tenaga kependidikan memiliki peran dan tugas yang sama yaitu
melaksanakan berbagai aktivitas yang berujung pada terciptanya kemudahan dan
keberhasilan siswa dalam belajar.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam peningkatan mutu
pendidikan di sekolah. Peran serta masyarakat itu tidak hanya berupa dukungan
dana atau sumbangan fisik saja, tetapi bisa lebih dari itu. Peran serta masyarakat
dianggap baik jika dapat terlibat dalam bidang pngelolaan sekolah, apalagi bila
dapat masuk ke bidang akademik. Dukungan masyarakat terhadap peningkatan
mutu pendidikan di sekolag melibatkan peran serta tokoh – tokoh masyarakat dan
tokoh agama, dunia usaha dan dunia industri, serta kelembagaan sosial budaya.
Peran serta orang tua dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat
disesuaikan dengan latar belakang sosial ekonomi dan kemampuan orang tua.
Orang tua merupakan saalah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan MBS.
Manajemen Berbasis Sekolah dapat berjalan dengan baik apabila komite sekolah
diberdayakan secara optimal. Komite sekolah dibentuk sebagai mitra sekolah dalam
mengembangkan diri menuju peningkatan kualitas pendidikan. Dalam
pelaksanaannya komite sekolah bekerja berdasarkan fungsi – fungsi manajemen.
B. Saran
Sebaiknya sekolah diharapkan mampu/dapat membina jalinan dengan
masyarakat yang mana masyarakat itu meliputi, orang tua peserta didik, masyarakat
sekitar sekolah, komite sekolah. Sehingga semua kebijakan dan keputusan yang
diambil adalah kebijakan dan keputusan bersama dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan dan mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Duhou, I. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Terjemahan Noryamin Aini, dkk.
Jakarta: Logos.
Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke
Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Fatah, Nanang. 2004. Konsep Manajemen berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan
Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Mulyasa, E. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosda
Sediono, dkk. 2003. Paket Pelatihan Awal untuk Sekolah dan Masyarakat.
Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak Program MBS. Jakarta:
Depdiknas, Unesco, Unicef, Nzaid.
Suderajat, Hari. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Bandung:
Cipta Cekas Grafika.