Anda di halaman 1dari 21

LINGKUNGAN SEKOLAH YANG PARTISIPATIF

Makalah Disusun Untuk Memenuhi


Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
Dosen : Dr. Nurhattati, M.Pd.

Oleh:
Alexander Ferdinan Tuati 7616168298
Novi Sartika Wahyuni 7616168305

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRA PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran serta masyarakat adalah kontribusi, sumbangan dan keikutsertaan
masyarakat dalam menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan. Pada masa
sekarang tentunya anda juga setuju, bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan
monitoring pendidikan melibatkan peran serta masyarakat. Kesadaran tentang
pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan lebih
baik dimasa yang akan datang, mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh
lapisan masyarakat. Hal inilah yang melahirkan kesadaran peran serta masyarakat.
Peran serta masyarakat khususnya orangtua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat selama ini sangat
minim. Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya sebatas pada dukungan
dana, sementara dukungan lain seperti pemikiran, moral dan barang/jasa kurang
diperhatikan. Akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat juga lemah. Sekolah tidak
merasa berkeharusan untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan
pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu
unsur utama yang berkepentingan dengan pendidikan. (stakeholder). Berdasarkan
kenyataan – kenyataan tersebut di atas, tentu saja perlu dilakukan upaya – upaya
perbaikan salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan
dengan melibatkan peran serta masyarakat melalui manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah.
Peran serta masyarakat tidak hanya berupa pemberian bantuan uang atau
tenaga, tetapi juga bantuan membimbing siswa di luar sekolah sebagai bagian yang
penting. Mereka dapat bekerjasama dalam peningkatan mutu sekolah melalui
perencanaan program – program pembelajaran dan kemauan belajar peserta didik,
serta berbagai kegiatan dan keterlibatan secara aktif melalui jalana komunikasi yang
efektif antara sekolah, orangtua, komite dan masyarakat.
Program sekolah harus sesuai dengan kebutuhan masyaraakat di masa
sekarang maupun pada masa yang akan datang. Pengambilan keputusan untuk
peningkatan mutu sekolah dilakukan bersama masyarakat. Karena itu pula, sekolah
harus berusaha terbuka dan mandiri, serta meningkatkan mutu profesionalisme
tenaga pendidikannya.
Yang termasuk komponen masyarakat ialah orangtua siswa, tokoh
masyarakat, tokoh agama, dunia usaha dan dunia industri dan lembaga sosial
budaya. Peran serta mereka dalam pendidikan berkaitan dengan (1) Pengambilan
keputusan, (2) Pelaksanaan, dan (3) Penilaian. Peran serta dalam mengambil
keputusan misalnya ketika sekolah mengundang rapat bersama komite sekolah
untuk membahas perkembangan sekolah, masyarakat yang dalam hal ini orangtua,
anggota komite sekolah, atau wakil dari dunia bisnis dan industri secara bersama –
sama memberikan sumbang saran dan berakhir dengan pengambilan keputusan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa peran serta orangtua dalam perencanaan pengembangan sekolah?
2. Bagaimana peran serta orangtua dalam mendukung peningkatan kualitas
pendidikan anak?
3. Apa peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan sekolah?
4. Bagaimana keterkaitan antara peran serta masyarakat dengan Manajemen
Berbasis Sekolah?
5. Mengapa masyarakat harus terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan
disekolah?
6. Apakah peran serta komite sekolah dalam konteks MBS terutama dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah?
7. Apa peran serta kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan dalam konteks
MBS terutama dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Serta Orangtua


Tujuan utama MBS adalah terwujudnya peningkatan mutu pendidikan.
Dengan adanya MBS, sekolah masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah dan
kebijakan dari pemerintah yang bersifat top down (dari atas). Sekolah beserta
masyarakat dapat mengembangkan suatu visi pendidikan yang sesuai dengan
keadaan setempat dan melaksanakan visi tersebut secara mandiri. Sekali lagi,
pendidikan bukan hanya menjadi kewajiban pemerintah, sekolah, dan guru, tetapi
juga menjadi tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Oleh sebab itu masyarakat
diharapkan turut berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan.
Peran serta masyarakat perlu diupayakan pertumbuhan dan
pengembangannya melalui pemberdayaan sekolah berbasis masyarakat. Mereka
dapat bekerja sama dengan sekolah melalui perencanaan program – program
pembelajaran dan peningkatan kemampuan. Ini dapat terjadi jika terjalin komunikasi
yang efektif, antara sekolah, orangtua, komite dan masyarakat.
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, masyarakat berhak
memperoleh pendidikan yang baik dan bermutu. Pada saat yang bersamaan,
masyarakat pun berkewajiban berperan secara aktif untuk mendukung
penyelenggaraan pendidikan melalui penggalangan dana, sumbangan tenaga dan
pikiran, serta bentuk – bentuk lain yang dapat menunjang peningkatan mutu
pendidikan. Kita memahami pula, bahwa orangtua adalah salah satu mitra sekolah
yang dapat berperan serta dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah. Melalui
orangtua kegiatan belajar anak di rumah dapat dipantau. Bahkan orangtua dapat
menjadi bagian dari paguyuban para orangtua siswa yang dapat memberi masukan
dan dukungan dalam merencanakan pengembangan sekolah.
Keterlibatan orangtua selain sebagai bentuk kepedulian terhadap kemajuan
pendidikan anak, jugaa sebagai bentuk partisipasi mereka dalam sistem manajemen
sekolah. Anda tentu memahami benar. Pada konsep MBS ini, orangtua dapat terlibat
secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kemajuan dan
pengembangan sekolah dalam mewujudkan akuntabilitas sekolah. Lalu, peran serta
orangtua dalam kemajuan sekolah itu dapat terjadi dalam pembelajaran,
perencanaan pemgembangan sekolah, dan pengelolaan kelas.
Terdapat tiga komponen penting dalam pendidikan (trilogi pendidikan).
Ketiganya meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat, keluarga, dalam hal ini
orangtua siswa, merupakan sumber pendidikan yang pertama dan utama. Dalam
sehari semalam terdapat 24 jam, sedangkan pendidikan di sekolah hanya
berlangsung sekitar 8 jam. Sisanya adalah pendidikan di luar sekolah yang menajdi
tanggung jawab orangtua. Dalam konteks ini, orangtua berperan sebagai pengganti
guru di rumah.
Orangtua berperan serta dalam menyediakan dana, prasarana dan sarana
sekolah sebagai upaya realisasi program – program sekolah yang telah disusun
bersama. Orangtua yang memilki pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan
khusus dapat berperan serta dalam mebantu sekolah seperti pada bidang proses
pembelajaran, pengelolaan persekolahn, dan pengelolaan keuangan sekolah.
Intinya orangtua akan membantu sekolah jika pihak sekolah mampu berkomunikasi
dengan baik. Apabila sekolah bersikap transparan, terutama dalam hal keuangan
dan orang tua diikut sertakan dalam pembicaraan rencana sekolah, maka
semestinya orangtua merasa ikut memiliki sekolah. Oleh sebab itulah, pertemuan
rutin dengan orangtua serta tokoh – tokoh masyarakat yang lain perlu ditingkatkan
sekolah, sehingga masyarakat dan orangtua akan ikut memelihara dan membantu
sekolah. Beberapa media lain yang dapat dimanfaatkan orangtua peserta didik untuk
turut bertanggung jawab atas mutu pendidikan aadalah melalui korespondensi surat
atau telepon antara orangtua dengan sekolah, menyelenggaraka pertemuan antara
paguyuban orangtua kelas. Atau sebagai bagian dari komite sekolah, otrangtua
terlibat dalam kegiatan program sekolah, home visiting, menghadiri rapat sekolah,
dan mengikuti pameran/bazar di sekolah.
Orangtua dapat pula dilibatkan dalam program pembelajaran dan emngatasi
kesulitan belajar peserta didik. Orangtua dapat membantu kesulitan siswa dalam
bidang pelajaran tertentu di rumah untuk memberi penjelasan atau jika diperlukan
mendatangkan guru les privat. Memberdayakan peran orangtua peserta didik itu
merupakan bagian keterampilan komunikasi eksternal dari pihak sekolah. Tujuan
hubungan sekolah dengan orangtua adalah saling membantu dan saling
mengisiantara orangtua dan sekolah. Orangtua dapat menajdi potensi sumber dana
sekolah, serta mebina anak – anak terutama dalam pendidikan moral agar anak
tercegah dari sifat dan perilaku yang kurang baik karena pengaruh lingkungan.
Perjalinan hubungan sekolah dengan orangtua peserta didik dapat dilakukan melalui
komite sekolah, pertemuan yang direncanakan atau saat penerimaan raport, sumber
informasi sekolah dan sumber bagi anak, serta secaraa bersama – sama
memecahkan masalah.

1. Peran Serta Orang Tua dalam Pembelajaran


Orang tua tidak saja membantu belajar anak di rumah, bisa juga dilakukan di
sekolah. Bahkan kalau perlu orang tua yang memiliki pengetahuan dan keahlian
khusus, misalnya ahli dalam musik atau seni rupa, dengan koordinasi yang baik
dengan pihak sekolah, para orang tua ini bisa saja membantu mengadakan
proses pembelajaran musik dan seni rupa pada ekstrakulikuler sekolah.

2. Peran Serta Orang Tua Dalam Perencanaan Pengembang Sekolah


Orang tua siswa dapat berperan serta dalam perencanaan pengembangan
sekolah. Ada orang tua siswa yang kebetulan seorang dokter. Sebagai dokter
tentunya sangat memahami betul apa arti hidup sehat, terutama bagi anak –
anak di sekolah. Dia dapat memberikan masukan yang berharga dalam
perencanaan pengembangan sekolah, terutama berkaitan dengan peningkatan
mutu layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), penataan warung jajan sehat
bgai anak – anak. Serta pengaturan kamar mandi dari toilet sekolah yang sehat.
Keterlibatan orangtua siswa tersebut dalam perencanaan pengembangan
sekolah yang berkaitan dengan kesehatan, tentu sangat menguntungkan sekolah
dan peserta didik.
Cara orang tua untuk terlibat dalam perencanaan pengembangan sekolah,
yaitu bisa dilakukandengan orang tua dapat datang ke sekolah tanpa/ dengan
undangan sekolah yang mengundang. Sekelompok orang tua mengadakan
pertemuan di luar sekolah untuk bersama – sama membahas dan memberikan
masuka untuk peningkatan mutu sekolah, hasilnya kemudian diserahkan kepada
sekolah.

3. Peran Serta Orang Tua Dalam Pengelolaan Kelas


Keterlibatan siswa dalam pengelolaan kelas memliki art yang sangat luas.
Bukan berarti orang tua turut masuk ke kelas dan campur tangan mengurusi
tempat duduk siswa, memindah siswa yang suka menganggu temannya di kelas,
dan sebagainya. Tetapi, pengaturan kelas dapat dilakukan berdasarkan masukan
dengan dan/ atau kompromi dengan para orang tua. Misalnya, dalam hal isi dan
penataan pajangan kelas, serta pengaturan tempat duduk dan kenyamanan
kelas. Untuk mengetahui kebutuhan kelas yang menunjang proses belajar di
kelas sudah tentu anda harus mengenali jenis peran serta orang tua dalam
pengelolaan kelas, mencatat keadaan sekarang, dan kondisi yang dikehendaki,
serta menemu – kenali hambatan – hambatan yang dihadapi.
Selain itu, harus mengenali lingkup guru dan lingkup orang tua yang turut
berperan serta dalam pengelolaan kelas. Kerja sama aantara guru dan orang tua
sudah tentu sangat membantu upaya – upaya peningkatan mutu pembelajaran di
kelas.

B. Peran Serta Masyarakat (PSM)


Pendidikan merupakan bagian dari sektor yang harus menjadi prioritas dalam
upaya pengentasan kemiskinan. Dengan peningkatan aksesbilitas masyarakat
terhadap fasilitas dasar pendidikan diharapkan mampu meningkatkan derajat
pendidikan. Pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah,
orangtua, dan masyarakat. Tanpa dukungan masyarakat, pendidikan tidak akan
berhasil dengan maksimal. Sekarang hampir semua sekolah telah mempunyai
komite sekolah. Pada dasarnya masyarakat baik yang mampu dan tidak mampu,
golongan atas, menengah maupun yang bawah, memiliki potensi yang sama dalam
membantu sekolah yang memberikan pembelajaran bagi anak- anak mereka. Akan
tetapi hal ini bergantung pada bagaimana cara sekolah mendekati masyarakat
tersebut. Oleh karena itu, sekolah harus memahami cara mendorong peran serta
masyarakat agar mau membantu sekolah. Tugas ini berikhtiar membicarakan tiga
hal antara lain; pentingnya oeran serta masyarakat utamanya peran stakeholder
bagi pengembangan sekolah; jenis – jenis peraan serta masyarakat serta cara
mendorong peran serta masyarakat.
Mengapa Peran Serta Masyarakat (PSM) itu perlu: 1) Pendidikan adalah
tanggungjawab bersama keluarga, masyarakat, dan negara; 2) Keluarga
bertanggungjawab untuk mendidik moralitas/agama, menyekolahkan anaknya, serta
membiayai keperluan pendidikan anaknya; 3) Anak berada di sekolah antara 6 – 9
jam, selebihnya berada di luar sekolah (rumah dan lingkungannya). Dengan
demikian, tugas keluarga amat penting untuk menjaga dan mendidik anaknya; 4)
Pendidikan adalah investasi masa depan anak. Oleh karena itu memerlukan biaya,
tenaga, dan perhatian. Keberatankah orangtua membayaar SPP yang sifatnya
bulanan, sedang mereka saja tidak berat untuk membeli rokok setiap hari?
Mungkinkah anak menjadi pandai tanpa biaya? Harusnya kita sadar, kita sedang
memasuki era globalisasi, dan jika anak kita tidak terdidik, kita akan kalah bersaing
dengan bangsa lain; 5) Anak perempuan perlu mendapat pendidikan setinggi anak
laki – laki mengingat mereka akan menjadi ibu dari bayi-bayinya. Ibu lebih dekat
kepada anak dan mendidik anak perlu pengetahuan yang memadai agar anak tidak
salah asuhan/didik; 6) Masyarakat berhak dan berkewajiban untuk mendapatkan
dan mendukung pendidikan yang baik. Kewajiban mereka tidak sebatas bantuan
dana, lebih dari itu juga pemikiran dan gagasan; 7) Pemerintah berkewajiban
membuat gedung sekolah, menyediakan tenaga/guru, melakukan standarisasi
kurikulum, menjamin kualitas buku paket, alat peraga, dan lain sebagainya. Karena
kemampuan pemerintah terbatas, maka peran serta masyarakat sangat diperlukan;
8) Kemampuan pemerintah terbatas sehingga mungkin tidak mampu mengetahui
secara rinci nuanas perbedaan di masyarakat yang berpengaruh pada bidang
pendidikan. Jadi masyarakat berkewajiban mebantu penyelenggaraan pendidikan; 9)
Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan bantuan dan, pembuatan gedung,
lokal, pagar, dan lain sebagainya. Masyarakat juga dapat terlibang dalam bidang
teknis edukatif; 10) Idealnya sekolah bertanggung jawab kepada pemerintah dan
juga kepada masyarakat sekitarnya; 11) Bantuan teknis edukatif juga sangat
mungkin diberikan, seperti: mediakan diri menjadi tenaga pengajar, membantu anak
yang berkesulitan membaca, menentukan dan memelihara guru baru yang
mempunyai kualifikasi, serta membicarakan pelaksanaan kurikulm dan kemajuan
belajar.
Mayarakat diharapkan perannya dalam pelaksanaan dan penyelenggaran
pendidikan terutama dalaam mendidik moralitas/ agama, meyekolahkan anaknya,
dan membiayai keperluan pendidikan anak – anaknya. Segenap lapisan
masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Tetapi,mereka
juga mempunyai kewajiban untuk berkontribusi terhadap pendidikan, baik yang
berupa dana maupun daya, pikiran, tenaga atau sumbangan lainnya. Masyarakat
dapat terlibat dalam memberikan bantuan dana, pembuatan gedung, area
pendidikan, teknis edukatif seperti proses belajar mengajar, menyediakan diri
menjadi tenaga pengajar, mendiskusikan pelaksanaan kurikulum, membicarakan
kemajuan belajar dan lain –lain.
Banyak hal yang disumbangkan dan dilakukan oleh masyarakat untuk
membantu terlaksananya pendidikan yang bermutu, mulai dari menggunakan jasa
pelayanan yang tersedia sampai keikutsertaannya dalam pengambilan keputusan.
Pada umumnya peran serta masyarakat adalah peran serta pasif dalam menerima
keputusan sekolah. Mereka berpikir dengan membayar sumbangan/dana secara
rutin, selesailah kewajiban mereka. Sekolah tidak hanya membutuhkan bantuan
dana tetapi juga pemikira, tenaga, dukungan, dan sebagainya.
Dalam pendidikan, hubungan sekolah dan masyarakat adalah untuk
meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat
baik dukungan moral maupun finansial. Masyarakat disini meliputi masyarakat
setempat dimana sekolah itu berada, orangtua murid, masyarakat pengguna
pendidikan yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan.
Dalam konsep pendidikan diperlukan kerja sama antara sekolah dan
masyarakat yang dimulai dengan komunikasi. Dalam komunikasi satu sama lain
seperti inisiatif dari kedua belah pihak. Komunikasi interaktif menempatkan semua
pihak sama penting, diharapkan mampu menyampaikan pesan yang berhubungan
dengan kebutuhan belajar anak. Komunikasi yang interaktif perlu dilanjutkan dengan
tindakan partisipatif, yakni mengembangkan hubungan kerjasama sekolah,
orangtua, dan masyarakat untuk menjadikan lingkungan yang kondisif dalam
menunjang efektifitas pembelajaran anak.

Ada 7 tingkatan peran serta masyarakat:


1. Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Jenis PSM ini
adalah jenis yang paling umum. Pada tingkatan ini masyarakat hanya
memanfaatkan jasa sekolah untuk mendidik anak – anak mereka.
2. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan dan tenaga. Pada PSM
jenis ini masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik
sekolah dengan menyumbangkan dana, barang, atau tenaga.
3. Peran serta secara pasif. Masyarakat dalam tingkat ini menyetujui dan menerima
apa yang diputuskan pihak sekolah (komite sekolah ), misalnya komite sekolah
memutuskan agar orangtua membayar iuran bagi anaknya yang bersekolah dan
orang tua menerima keputusan itu dengan mematuhinya.
4. Peran serta melalui adanya konsultasi. Pada tingkatan ini, orangtua datang
kesekolah untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami
anaknya.
5. Peran serta dalam pelayanan. Orangtua/masyarakat terlibat dalam kegiatan
sekolah, misalnya orangtua ikut membantu sekolah ketika ada studi tur pramuka,
kegiatan keagamaan.
6. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan. Misalnya sekolah meminta orangtua/
masyarakat orangtua memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan, masalah
jender, gizi, dsb. Dapat pula misalnya, berpartisipasi dalam mencatat anak usia
sekolah di lingkungannya agar sekolah dapat menampungnya, menjadi
narasumber, guru bantu, dsb.
7. Peran serta dalam pengambilan keputusan. Orangtua/ masyarakat terlibat
daalam pembahasan masalah pendidikan baik akademik maupun non akademik,
dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam rencana pengembangan
dan peningkatan mutu pembelajaran disekolah.

a. Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat


Dalam UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas. Pada bab XV pasal 54 dinyatakan
bahwa:
1. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi, organisasi profesi, pengusaha, dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan.
2. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksana dan pengguna
hasil pendidikan.
3. Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Masyarakat merupakan komponen utama terselenggaranya proses
pendidikan. Kontribusi masyarakat di lingkungan sekolah perlu dioptimalkan
sebagai upaya pemberdayaan dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah
dalam paradigma pendidikan yang baru. Masyarakat dapat memberikan
sumbangsihnya kepada sekolah dengan memberikan masukan – masukan
terutama dalam penyusunan program – program sekolah.
Demikian juga dalam pelaksanaan program, dukungan masyarakat perlu
dioptimalkan. Rencana pengembangan sekolah dibuat bersama – sama oleh
sekolah dan masyarakat, disampaikan secara terbuka, diperbaharui setiap tahun,
dan dilaksanakan. Peningkatan peran serta masyarakat dapat dilakukan dalam
bentuk peningkatan kondisi lingkungan sekolah yang mendukung pembelajaran
anak. Untuk itu sekolah perlu menggalang hubungan baik dengan masyarakat.
Sekolah memilki program – program yang perlu dipahami masyarakat, dan
sekolah juga perlu mendengarkan saran – saran dari masyarakat. Dengan
hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat, terjalin persatuan antara
guru dang orangtua yang secara bersama – sama dapat memenuhi kebutuhan
pendidikanan peserta didik dan peningkatan mutu belaajar. Selain itu mayarakat
dapat memantau dan menilai program – program sekolah agar tercipta
transparasi dan akuntabilitas sekolah. Apabila jalinan antara sekolah dan
masyarakat tercipta dengan baik , maka dukungan dan bantuan masyarakat
terhadap pemeliharaan dan peningkatan program sekolah pun akan kian terbuka.
Masyarakat harus terlibat dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan
pendidikan di sekolah. Salah satu diantaranya ialah adanya keterbatasan
pemerintah dalam pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Pendidikan yang
baik tentu memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit. Simpati masyarakat
terhadap sekolah perlu dibangun agar masyarakat juga memberikan
kontribusinya secara aktif dan optimal. Melalui keterlibatan masyarakat, maka
kegiatan operasional, kinerja dan produktivitas sekolah diharapkan dapat
terbantu. Namun demikian, harus diingat bahwa peran serta, dukungan, simpati
masyarakat terhadap peningkatan mutu pendidikan tidaklah datang dengan
sendirinya. Sekolah perlu secara proaktif dan kreatif mengembangkan hubungan
kerjasama yang harmonis dan sinergis dengan masyarakat.
Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat secara nyata
dalam suatu kegiatan. Masyarakat dapat menyumbangkan gagasan, membantu
tenaga, memberikan kritik yang membangun, memberikan motivasi,
emnyumbangkan keahlian, serta memberikan dukungan terhadap pelaksanaan
pendidikan. Melihat pentingnya peran masyarakat dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan, maka pihak sekolah perlu memberdayakan mereka. Partisipasi
masyarakat tidak akan muncul sendirinya. Tak sedikit diantara mereka yang
masih berpandangan bahwa pendidikan sebatas urusan pemerintah, sekolah,
dan para guru. Hal ini banyak terjadi di negara- negara yang sedang
berkembang. Berbeda dengan masyarakat pada negara maju dan negara
industri. Mereka sadar betul bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama.
Paradigma MBS beranggaapan bahwa, satu-satunya jalan masuk yang
terdekat menuju peningkatan mutu dan relevansi adalah demokratisasi,
partisipasi dan akuntabilitas pendidikan. Kepala sekolah guru dan masyarakat
adalah pelaku utama dan terdepan dalam penyelenggaraan pendidikan sekolah
sehingga segala keputusan mengenai penangan persoalan pendidikan pada
tingkatan mikro harus dihasilkan dari interaksi dari ketiga pihak tersebut
Masyarakat adalah stakeholder pendidikan yang memiliki kepentingan
akan berhasilan pendidikan di sekolah, karena mereka adalah pembayar
pendidikan, baik melalui uang sekolah maupun pajak, sehingga sekolah –
sekolah seharusnya bertanggungjawab terhadap masyarakat. Namun demikian,
entitas yang disebut “masyarakat” itu sangat kompleks dan tak terbatas sehingga
sangat sulit bagi sekolah untuk berinteraksi dengan masyarakat Sebagai
stakeholder pendidikan. Untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah, konsep
masyarakat itu perlu disederhanakan (simplified) agar menjadi mudah bagi
sekolah hubungan dengan masyarakat itu.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan alternatif sekolah dalam
program desentralisasi dibidang pendidikan, yang ditandai oleh otonomi luas
ditingkat sekolah, partisipasi masyarakat dan dalam kerangka kebijakan
pendidikan nasional. MBS memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar
pada sekolah, disertai dengan seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya
pengalihan kewenangan pengambilan keputusan ke level sekolah, maka sekolah
diharapkan lebih mampu mandiri dan mampu menentukan arah pembangunan
pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan tuntutan dilingkungan masyarakat.
Hal ini berarti bahwa sekolah harus mengembangkan prograam yang relevan
dengan kebutuhan masyarakat saat ini. MBS berpotensi menawarkaan
partisipasi peran serta masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta manajemen yang
bertumpu pada masyarakat tingkat sekolah. Dengan adanya peran serta
masyarakat dituntut agar lebih memahami pendidikan, membantu, serta
mengontrol pengelolaan pendidikan. Peran serta orangtua dan masyarakat.
Penyelenggaran pendidikan baik pemerintah maupun swasta harus berani
mengambil sikap dan wawasan bahwa sekolah harus melibatkan masyarakat
setempat terutama orangtua siswa dalam pengembangan dan peningkatan mutu
pendidikan.
Dalam pelaksanaan MBS banyak cara untuk memberdayakan
masyarakat, misalnya, dengan cara : (1) melibatkan orangtua dalam mengurus
komite sekolah serta tokoh masyarakat untuk membahas perencanaan kegiatan
program – program sekolah, (2) membangun prinsip saling menguntungkan
antara sekolah dan masyarakat; (3) memanfaatkan tenaga – tenaga terdidik,
terampil dan berkecakapan di lingkungan sekolah, seperti ekstrakulikuler atau
acara tahunan sekolah.

b. Peran Serta Dunia Usaha dan Industri


Dunia usaha dan dunia industri memnberikan kontribusi yang sangat
besat terhadap dunia pendidikan, baik dalam perencanaan, proses peningkatan
kualitas pendidikan, maupun pemanfaatan hasil pendidikan. Sebagai contoh
pendidikan tinggi, peran dunia usaha dan dunia industri dalam membiayai riset
inilah sangat besar. Demikian pula untuk pendidikan dasar dan menengah,
orangtua, masyarakat, perguruan tinggi, dan kelompok – kelompok masyarakat
donatur pendidikan sangat berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, sampai
monitorinh program sekolah. Dengan mencermati peran masyarakat di negara
maju serta semangat desentralisasi pendidikan indonesia saat ini, diharapkan
dunia usaha dan dunia industri juga turut bertanggung jawab atas kemajuan dan
peningkatan mutu pendidikan di daerah.
Dalam MBS, dunia usaha dan dunia industri dapat dijadikan mitra sekolah
sehingga demand approach dapat benar – benar dilaksanakan oleh setiap
sekolah dalam hal perbaikan kualitas pendidikan. Dunia usaha dan dunia industri
merupakan stakeholder pendidikan, yang dapat menolong terjadinya
pelaksanaan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Peran
serta dunia usaha dan dunia industri dalam MBS dapat diwujudkan dalam bentuk
partisipasi penggalangan dana, pengadaan fasilitas sarana dan prasarana
sekolah, penciptaan relasi eksternal yang dapat memberikan akses yang lebih
luas dalam membangun hubungan masyarakat, serta membantu pengembangan
SDM pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan teknik – teknik
pengembangan mutu.
Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) memang sangat erat berkait
dengan perngubahan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan. Ini tentu
sajah bukan hal yang mudah dilakukan. Akan tetapi, bila tidak sekarang
dilakukan dan dimulai, kapan rasa memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan pera
serta aktif masyarakat dengan tingkatan maksimal dapat diperoleh di dunia
pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat terlaksana tanpa
pemberian kesempatan sebesar-besarnya pada sekolah yang merupakan ujung
tombak terdepan untuk terlibat aktif secara mandiri mengambil keputusan
tentang pendidikan. Sekolah harus menjadi bagian utama sedangkan
masyarakat dituntut partisipasinya dalam peningkatan mutu yang menjadi
komitmen sekolah demi kemajuan masyarakat.
Peningkatan mutu hanya akan berhasil jikalau ditekankan adanya
kemandirian dan kreativitas sekolah. Proses pendidikan menyangkut berbagai
hal diluar proses pembelajaran, seperti misalnya lingkungan sekolah yang aman
dan tertib, misi dan target mutu yang ingin dicapai setiap tahunnya,
kepemimpinan yang kuat, harapan yang tinggi dari warga sekolah untuk
berprestasi, pengembangan diri, evaluasi yang terus menerus, komunikasi
intensif dari pihak orang tua, dan masyarakat.

C. Komite Sekolah
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan
merupakan bentuk konsep desentralisasi pendidikan baik di tingkat kabupaten/kota
dan di sekolah. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 april 2002.
Anda harus memahami bahwa dalam keputusan mendiknas tersebut dinyatakan
bahwa peran Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah merupakan (1) advisory
agency (pemberi pertimbangan), (2) supporting agency (pendukung kegiatan
layanan pendidikan), (3) controlling agency (pengontrol kegiatan layanan
pendidikan), dan (4) mediator, penghubung, atau pengaut tali komunikasi antara
masyarakat dengan pemerintah.
Sejalan dengan upaya pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat
sekolah diharapkan dapat membina jalinan kerja sama dengan orang tua dan
masyarakat. Sebagai bagian dari konsep MBS, pemberdayaan komite/dewan
sekolah ini merupakan bentuk manajemen partisipatif yang melibatkan peran serta
masyarakat, sehingga semua kebijakan dan keputusan yang diambil adalah
kebijakan dan keputusan bersama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
bersama. Pemberdayaan Komite/Dewan Sekolah dapat diwujudkan diantaranya
melalui perlibatan mereka dalam penyusunan rencana dan program sekolah,
RAPBS, pelaksanaan program pendidikan, dan penyelenggaraan akuntabilitas
pendidikan.
Sewaktu sekolah ingin membangun sebuah laboratorium IPA, mushollah,
atau merehabilitasi ruangan kelas, pihak sekolah tidak selalu harus turun tangan
sendiri baik dalam perencanaan, pendanaan dan pelaksanaannya. Mengandalkan
bantuan pemerintah pun tidak hanya memakan waktu lama, tetapi juga mungkin
tidak ada dananya. Oleh sebab itulah komite sekolah harus diberdayakan. Komite
sekolah bersama kepala sekolah, dewan guru, dan orangtua murid melakukan
musyawarah untuk mewujudkan rencana sekolah tersebut.
Komite sekolah dapat diberdayakan dalam menjembatani kepentingan
sekolah dan partisipasi masyarakat, khususnya orang tua siswa. dalam konteks ini,
komunikasi antara sekolah dengan masyarakat memiliki peran yang sangat penting.
Seorang kepala sekolah dapat “menguasai” guru, staf, dan masyarakat dengan
kemampuannya berkomunikasi. Dengan kemampuan itu pula, kepala sekolah dapat
mengkomunikasikan program sekolah kepada komite sekolah dan masyarakat. Jadi,
melalui komunikasi yang baik, seluruh elemen masyarakat dan sekolah dapat
dipersatukan secara harmonis guna mendukung pencapaian mutu pendidikan yang
lebih baik.
Komite sekolah saat ini sangat mirip dengan istilah POMG dan BP3 dulu.
Komite sekolah merupakan suatau badan atau lembaga nonpolitis dan nonprofit.
Komite ini dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh berbagai pihak
yang berkepentingan dengan pendidikan pada tongkat sekolah. Mereka
bertanggung jawab membantu sekolah dalam peningkatan kualitas pendidikan di
sekolah. Menurut UU RI nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,
komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang
tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli
pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa komite sekolah terdiri atas unsur: orang tua
siswa, wakil tokoh masyarakat (bisa ulama/rohaniwan, budayawan, pemuka adat,
pakar atau pemerhati pendidikan, wakil organisasi masyarakat, wakil dunia usaha
dan industri, bahkan kalau perlu juga wakil siswa, wakil guru – guru, dan kepala
sekolah.
Tugas utama komite sekolah adalah membantu penyelenggaraan pendidikan
sekolah dalaam kapasitasnya sebagai pemberi pertimbangan, pendukung program,
pengontrol, bahkan mediator. Untuk memajukan pendidikan di sekolah, komite
sekolah membantu penyelenggaraan proses belajar mengajar, manajemen sekolah,
kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana sekolah, pembiayaan pendidikan, dan
mengkoordinasikan peran serta seluruh lapisan masyarakat. Kedudukannya sebagai
mitra sekolah. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah merupakan:
1. Advisory agency (pemberi pertimbangan)
2. Supporting agency (pendukung kegiatan layanan pendidikan)
3. Controlling agency (pengontrol kegiatan layanan pendidikan)
4. Mediator, penghubung, atau pengait tali komunikasi antara masyarakat dengan
pemerintah.
Pada dasarnya pemberdayaan komite sekolah dalam konteks MBS adalah
melalui koodinasi dan komunikasi. Koordinasi yang dilakukan kepala sekolah
dengan para guru dan masyarakat dapat dilakukan secara vertikal, horisontal,
fungsional, dan diagonal. Koordinasi dapat juga dilakukan secara internal dan
eksternal. Koordinasi dilakukan secara terus menerus sebagai upaya konsolidasi
untuk memperkuat kelembagaan dalam mencapai tujuan.
Tidak hanya itu, pemberdayaan juga dapat dilakukan dengan menjalin
komunikasi yang baik. Komunikasi dalam konteks tatakrama profesional dapat
meningkatkan hubungan baik antara pimpinan sekolah dengan para guru dan staf,
dan pihak sekolah dengan komite sekolah.

D. Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah pimpinan pendidikan yang mempunyai peranan
penting dalam mengembangkan lembaga pendidikan, yaitu sebagai pemegang
kendali di lembaga pendidikan. Kepala sekolah berarti orang yang memiliki tanggung
jawab secara penuh terhadap kegiatan-kegiatan sekolah. Tanggung jawab tersebut
antara lain: 1) Membantu guru melihat dengan jelas proses belajar mengajar
sebagai suatu system; 2) Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan
pendidikan; 3) Membantu guru-guru dalam menyusun kegiatan-kegiatan belajar
mengajar; 4) Membantu guru-guru menerapkan metode-metode mengajar yang
lebih baik; 5) Membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-sumber
pengalaman belajar; 6) Membantu guru-guru dalam menciptakan alat-alat peraga
dan penggunaannya; 7) Membantu guru-guru dalam menyusun program belajar
mengajar; 8) Membantu guru-guru dalam hal menyusun test prestasi belajar: 9)
Membantu guru-guru belajar mengenal murid-murid. Di samping itu, kepala sekolah
juga mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan kualitas
pendidikan di lembaga pendidikan tersebut.
Secara teoritis, organisasi sekolah dalam menyelenggarakan programnya
terlebih dahulu menyusun tujuan dengan baik yang penerapannya dilakukan secara
efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar (PBM). Keefektifan organisasi
sekolah tergantung pada rancangan organisasi dan pelaksanaan fiingsi komponen
organisasi yang meliputi proses pengelolaan informasi, partisipasi, pelaksanaan
tugas pokok organisasi, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian.
Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat kuat dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya
pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan
salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi,
tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara
terencana dan bertahap. Kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan
manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif dan
prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.
Sekolah efektif menunjukkan bahwa peran kepala sekolah sedemikian
penting untuk menjadikan sebuah sekolah pada tingkatan yang efektif. Asumsinya
adalah bahwa sekolah yang baik akan selalu memiliki kepala sekolah yang baik,
artinya kemampuan profesional kepala sekolah dan kemauannya untuk bekerja
keras dalam memberdayakan seluruh potensi sumber daya sekolah menjadi jaminan
keberhasilan sebuah sekolah. Untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan
pekerjaannya dan dapat mendayagunakan seluruh potensi sumber daya yang ada di
sekolah maka kepala sekolah harus memahami perannya.

E. Guru
Guru adalah seorang individu yang diberi tanggung jawab menyelenggarakan
proses pembelajaran mata pelajaran yang dipegangnya secara baik.
Tanggungjawab ini meliputi penelahaan kurikulum, penyusunan program tahunan,
program semester,program satuan pelajaran,rencana pengajaran dan pelaksanaan
mengajar. Guru diartikan sebagai tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya
mengajar (Muhibbin Syah, 1997: 225). Sedangkan menurut Hadari Nawawi, guru
diartikan sebagai orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
ikut bertanggung jawab membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-
masing (Hadari Nawawi, 1989:25). Dalam hal ini, peran gurusangatlah besar dalam
pengelolaan kelas, karena guru sebagai penanggung jawab kegiatan belajar
mengajar di kelas. Guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar.
Guru harus penuh intensif dan kreatif dalam mengelola kelas, karena gurulah yang
mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas terutama keadaan siswa dengan
segala latar belakangnya.
Tugas seorang guru adalah sebagai fasilitator, mediator dan motivator. Guru
berusaha untuk menumbuhkan motivasi pada subyek didiknya agar
berfikir,berusaha ,berbuat dan tidak pasif. Agar guru-guru dapat benar-benar
memadai maka perlu dipersiapkan dalam arti kepribadian dasar (Basic schooling),
belajar secara komprehensif menurut pendidikan umum, akademik dan profesional.
Sehingga guru tersebut tahan dalam menghadapi situasi pendidikan yang
bagaimanapun. Guru yang terdidik secara profesional akan mempunyai keyakinan
bahwa subjek didik akan kreatif dan dinamis.
Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada
tataran institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu
pendidikan harus dimulai dari aspek "guru" dan tenaga kependidikan lainnya yang
menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu
manajemen pendidikan yang professional. Ada dua metafora untuk menggambarkan
pentingnya pengembangan sumber daya guru. Pertama, jabatan guru diumpamakan
dengan sumber air. Sumber air itu harus terus menerus bertambah, agar sungai itu
dapat mengalirkan air terus-menerus. Bila tidak, maka sumber air itu akan kering.
Demikianlah bila seorang guru tidak pernah membaca informasi yang baru, tidak
menambah ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka ia tidak mungkin
memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan kepada
peserta didik.
Kedua, jabatan guru diumpamakan dengan sebatang pohon buah-buahan.
Pohon itu tidak akan berbuah lebat, bila akar induk pohon tidak menyerap zat-zat
makanan yang berguna bagi pertumbuhan pohon itu. Begitu juga dengan jabatan
guru yang perlu bertumbuh dan berkembang. Baik itu pertumbuhan pribadi guru
maupun pertumbuhan profesi guru. Setiap guru perlu menyadari bahwa
pertumbuhan dan pengembangan profesi merupakan suatu keharusan untuk
menghasilkan output pendidikan berkualitas. Itulah sebabnya guru perlu belajar
terus menerus, membaca informasi terbaru dan mengembangkan ide-ide kreatif
dalam pembelajaran agar suasana belajar mengajar menggairahkan dan
menyenangkan baik bagi guru apalagi bagi peserta didik.

F. Tenaga Kependidikan
Dalam undang-undang Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan pasal 1 ayat 5 dinyatakan bahwa Tenaga kependidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan. Dari definisi di atas jelas bahwa tenaga kependidikan memiliki lingkup
“profesi” yang lebih luas, yang juga mencakup di dalamnya tenaga pendidik,
pustakawan, staf administrasi, staf pusat sumber belajar, kepala sekolah adalah
diantara kelompok “profesi” yang masuk dalam kategori sebagai tenaga
kependidikan.
Pendidik (guru) berhadapan langsung dengan para peserta didik, namun ia
tetap memerlukan dukungan dari para tenaga kependidikan lainnya, sehingga ia
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Karena pendidik akan mengalami
kesulitan dalam melaksanakan tugasnya apabila berada dalam konteks yang
hampa, tidak ada aturan yang jelas, tidak didukung sarana prasarana yang
memadai, tidak dilengkapi dengan pelayanan dan sarana perpustakaan serta
sumber belajar lain yang mendukung. Karena itulah pendidik dan tenaga
kependidikan memiliki peran dan posisi yang sama penting dalam konteks
penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran). Karena itu pula, pada dasarnya baik
pendidik maupun tenaga kependidikan memiliki peran dan tugas yang sama yaitu
melaksanakan berbagai aktivitas yang berujung pada terciptanya kemudahan dan
keberhasilan siswa dalam belajar.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam peningkatan mutu
pendidikan di sekolah. Peran serta masyarakat itu tidak hanya berupa dukungan
dana atau sumbangan fisik saja, tetapi bisa lebih dari itu. Peran serta masyarakat
dianggap baik jika dapat terlibat dalam bidang pngelolaan sekolah, apalagi bila
dapat masuk ke bidang akademik. Dukungan masyarakat terhadap peningkatan
mutu pendidikan di sekolag melibatkan peran serta tokoh – tokoh masyarakat dan
tokoh agama, dunia usaha dan dunia industri, serta kelembagaan sosial budaya.
Peran serta orang tua dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat
disesuaikan dengan latar belakang sosial ekonomi dan kemampuan orang tua.
Orang tua merupakan saalah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan MBS.
Manajemen Berbasis Sekolah dapat berjalan dengan baik apabila komite sekolah
diberdayakan secara optimal. Komite sekolah dibentuk sebagai mitra sekolah dalam
mengembangkan diri menuju peningkatan kualitas pendidikan. Dalam
pelaksanaannya komite sekolah bekerja berdasarkan fungsi – fungsi manajemen.

B. Saran
Sebaiknya sekolah diharapkan mampu/dapat membina jalinan dengan
masyarakat yang mana masyarakat itu meliputi, orang tua peserta didik, masyarakat
sekitar sekolah, komite sekolah. Sehingga semua kebijakan dan keputusan yang
diambil adalah kebijakan dan keputusan bersama dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan dan mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Duhou, I. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Terjemahan Noryamin Aini, dkk.
Jakarta: Logos.
Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke
Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Fatah, Nanang. 2004. Konsep Manajemen berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan
Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Mulyasa, E. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosda
Sediono, dkk. 2003. Paket Pelatihan Awal untuk Sekolah dan Masyarakat.
Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak Program MBS. Jakarta:
Depdiknas, Unesco, Unicef, Nzaid.
Suderajat, Hari. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Bandung:
Cipta Cekas Grafika.

Anda mungkin juga menyukai