HEMATEMESIS MELENA
Pembimbing
dr. Made Dwija Suarjana, Sp.PD
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
penyusunan laporan kasus ini dengan judul Hematemesis Melena. Dimana dalam
penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada para dosen yang
menjadi tutor atau fasilitator yang membimbing kami selama melaksanakan tugas
ini, dan juga semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini
sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan bagi kami.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................39
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
dan atau melena (berak darah). Manifestasi klinik perdarahan saluran cerna bagian
atas bisa beragam tergantung lama, kecepatan, banyak sedikitnya darah yang
hilang, dan apakah perdarahan berlangsung terus menerus atau tidak. Kebanyakan
14% kematian di rumah sakit. Faktor utama yang berperan dalam tingginya angka
kematian adalah kegagalan untuk menilai masalah ini sebagai keadaan klinis yang
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Di Eropa dan Amerika dalam buku
perdarahan saluran cerna atas adalah tukak peptik. Hal itu sesuai data penelitian
CURE yaitu sekitar 55% pasien perdarahan saluran cerna atas yang disebabkan
perdarahan saluran cerna atas telah turun dari sekitar 11 % menjadi 7%;
sebaliknya, dari sumber laporan yang sama dari Yunani mendapatkan tidak adanya
perdarahan saluran cerna atas 6 kali lebih sering terjadi dibandingkan dengan
perdarahan saluran cerna bawah. Di Amerika Serikat, setiap tahun pasien yang
masuk ke Instalasi Gawat Darurat dengan sebab perdarahan saluran cerna atas.
varises esophagus akibat penyakit sirosis hati. Dari 1673 kasus perdarahan saluran
cerna bagian atas di SMF penyakit dalam RSU DR. Sutomo Surabaya,
tukak peptic, 0,6% kanker lambung, dan 2,6 % karena sebab-sebab lain. Laporan
perdarahan SCBA sama dengan RSU dr. Sutomo Surabaya. Sedangkan laporan
Insiden perdarahan saluran cerna atas dua kali lebih sering pada pria
daripada wanita dalam seluruh tingkatan usia; tetapi jumlah angka kematian tetap
sama pada kedua jenis kelamin. Angka kematian meningkat pada usia yang lebih
BAB II
LAPORAN KASUS
darah sejak kemarin malam berwarna hitam pekat sebanyak 1 kali, dengan
volume sekitar 1 gelas atau ± 250 cc. Keluhan pasien dirasakan secara tiba-
tiba saat pasien ingin buang air kecil dan setelah muntah tidak terdapat
sendi dan telah mengkonsumsi obat nyeri sendi rutin selama setahun. Selain
Hati (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Asma (-), penyakit jantung (-), Diabetes mellitus (-), Hipertensi (-)
setahun.
Riwayat Gizi: pasien makan 3 kali sehari dengan 1 piring nasi ditambah
Status Generalis
Kepala: Normocephal, alopecia (-)
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/
+), isokor
Telinga : Discharge (-/-), deformitas (-/-)
Hidung : Discharge (-/-), deformitas (-/-), deviasi septum (-/-), nafas
Palpasi : Nyeri tekan (-), vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-) rhonki (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba, kuat angkat (+), pelebaran (-)
Perkusi : batas kanan, ICS 5 Linea Sternalis dekstra
batas kiri, ICS 5 Linea Midclavicularis sinistra
batas pinggang, ICS 3 Linea Parasternalis sinistra
batas atas ICS 2 Linea Sternalis sinistra
Auskultasi: S1 S2 tunggal reguler, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : datar (+), cembung (-), cekung (-), distensi (-), asites (-),
Ekstremitas
- Anemia ringan
2.6 Penatalaksanaan
- IVFD RL % 20 tpm
- Pantoprazole drip 8 mg/jam selama 3 hari
- GC tiap 4 jam hingga jernih
- Ceftriaxone 3x1 gr/iv
- Ondancentron 3x4 mg/iv
- Asam traneksamat 3x500 mg/iv
- Lactulosa syr 3x10 cc PO
- Transfusi PRC 1 kolf/hari sampai Hb > 10 gr/dl
- Diet : puasa
2.7 Follow Up
TINJAUAN PUSTAKA
berasal dari dalam lumen saluran cerna di atas (proksimal) ligamentum Treitz,
dalam bentuk segar (bekuan/ gumpalan/ cairan warna merah cerah) atau
berubah karena enzim dan asam lambung menjadi kecoklatan dan berbentuk
seperti butiran kopi(3)(4). Melena yaitu keluarnya tinja yang lengket dan hitam
seperti aspal (ter) dengan bau khas, yang menunjukkan perdarahan saluran
3.2 Epidemiologi
2,5% - 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam.
dank arena sebab lainnya <5%. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa
25%, kematian pada penderita ruptur varises bias mencapai 60% sedangkan
3.3 Etiologi
Penyebab hematemesis melena dapat berasal dari kelainan varises dan non
bintang tujuh dan lainnya. Obat-obatan lain yang juga dapat menimbulkan
hiperasiditas(2)(6).
perdarahan saluran cerna atas. Pada endokopi tampak erosi di angulus, antrum
masif dan timbul setelah berulang kali minum obat-obatan tersebut, disertai
2. Tukak peptik
Perdarahan merupakan penyulit ulkus peptikum yang paling sering terjadi,
terkena.
Riwayat medis ditandai oleh gejala muntah tanpa isi (vomitus tanpa
aktif disertai ulserasi, maka timbul perdarahan. Laserasi muncul akibat terlalu
masif, timbul setelah pasien berulangkali muntah hebat, lalu disusul rasa nyeri
4. Keganasan SCBA
5. Esofagitis
Esofagitis yang dapat menyebabkan perdarahan ialah esofagitis refluks
esophagus bagian bawah yang bekerja dengan kurang baik dan refluks asam
lambung atau getah alkali usus ke dalam esophagus yang berlangsung dalam
waktu yang lama. Sekuele yang terjadi akibat refluks adalah peradangan,
6. Angiodisplasia
traktus intestinalis.
7. Penyakit sistemik
hipertensi portal yang sudah berlangsung lama, penyakit hepatitis akut atau
perdarahan SMBA pada pasien sirosis umumnya berasal dari varises sebagai
sumber perdarahan, kurang lebih separuh dari pasien ini dapat mengalami
perdarahan yang berasal dari ulkus peptikum atau gastropati hipertensi portal.
kehitaman dan tidak akan membeku karena sudah tercampur asam lambung.
Varises gaster sering terjadi pada bagian kardia dan fundus, terdapat pada
20% pasien dengan hipertensi portal dan sebagian besar penyebabnya non
kiri) dari hipertensi portal sebagai akibat dari trombosis vena splenika.
dilakukan dengan cepat agar tidak mempercepat kematian, dan pada varises
luas, bukan varises esofagus, dan juga bukan dari sumber pardarahan yang
lain.
3.4 Patofisiologi
Mekanisme perdarahan pada hematemesis dan melena sebagai berikut :
1. Perdarahan tersamar intermiten (hanya terdeteksi dalam feces atau adanya
varises esophagus
b. Faktor trombosit (trombopathy) seperti pada Idiopathic Thrombocytopenia
Purpura (ITP)
c.Faktor kekurangan zat pembekuan darah (coagulopathy) seperti pada
1. Teori erosi : Pecahnya pembuluh darah karena erosi dari makanan kasar
coklat atau hitam. Bekuan darah yang mengendap pada muntahan akan
dalam lambung(2).
dan jejunum akan tertahan di saluran cerna selama ± 6–8 jam untuk merubah
warna feses menjadi hitam. Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48–
72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses warna
±60 mL cukup untuk menimbulkan satu kali buang air besar dengan tinja
warna hitam. Kehilangan darah akut yang lebih besar dari jumlah tersebut
dapat menimbulkan melena lebih dari tujuh hari. Setelah warna tinja kembali
normal, hasil tes untuk adanya perdarahan tersamar dapat tetap positif selama
Warna hitam melena akibat kontak darah dengan asam HCl sehingga
menimbulkan bau khas. Konsistensi ini berbeda dengan tinja yang berwarna
hitam/ gelap yang muncul setelah orang mengkonsumsi zat besi, bismuth atau
occult bleeding yang positif, menunjukkan penyakit serius yang harus segera
diobservasi(2).
perdarahan pada manula atau pasien anemia dengan jumlah kehilangan darah
menandakan perdarahan minimal 20% dari volume total darah. Gejala yang
dan haus. Jika darah keluar ±40 % terjadi renjatan (syok) disertai takikardi
dan hipotensi. Gejala pucat menonjol dan kulit penderita teraba dingin(2).
Pasien muda dengan riwayat perdarahan saluran cerna atas singkat dan
3.6 Diagnosis
1. Anamnesis(9)
a. Sejak kapan terjadi perdarahan, perkiraan jumlah, durasi dan frekuensi
perdarahan
b. Riwayat perdarahan sebelumnya dan riwayat perdarahan dalam keluarga
c. Ada tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain
d. Riwayat muntah berulang yang awalnya tidak berdarah (Sindrom Mallory-
Weiss)
e. Konsumsi jamu dan obat (NSAID dan antikoagulan yang menyebabkan
mmHg.
c. Frekuensi nadi ortostatik meningkat >15 x/menit
d. Akral dingin
e. Kesadaran turun
f. Anuria atau oligouria (produksi urin <30 ml/jam)
Selain itu pada perdarahan akut jumlah besar ditemukan hal-hal berikut(9):
a. Hematemesis
b. Hematokezia
c. Darah segar pada aspirasi nasogastrik, dengan lavase tidak segera
jernih
d. Hipotensi persisten
e. Tranfusi darah > 800–1000 ml dalam 24 jam
(%)
<8 Hemodinamik stabil
8 – 15 Hipotensi ortostatik
15 – 25 Renjatan (syok)
25 – 40 Renjatan + penurunan kesadaran
>40 Moribund (physiology futility)
Selanjutnya pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan adalah(10) :
a. Stigmata penyakit hati kronis (ikterus, spider naevi, ascites, splenomegali,
dengan interpretasi:
Aspirat putih keruh: perdarahan tidak aktif
Aspirat merah marun: perdarahan masif (mungkin perdarahan arteri)
d. Suhu badan dan perdarahan di tempat lain
e. Tanda kulit dan mukosa penyakit sistemik yang bisa disertai perdarahan
bawah (SCBB)(9)
kreatinin)
Auskultasi usus Hiperaktif Normal
3.8 Penatalksanaan
1. Tatalaksana Umum
Dosis pemberian awal dengan bolus 250 mcg/iv, lanjut per infus
striktur.
b) Skleroterapi : alternatif bila ligasi sulit dilakukan karena
sejauh 5cm.
4) Terapi radiologi(9) : pemasangan transjugular intrahepatic
porta.
5) Terapi pembedahan(10)
a) Shunting
b) Transeksi esofagus + devaskularisasi + splenektomi
c) Devaskularisasi + splenektomi
3.8.2 Tukak peptic(10)
1. Terapi medikamentosa
PPI (proton pump inhibitor)(9) : obat anti sekresi asam untuk
pulang dalam keadaan anemis, karena itu selain obat pencegah perdarahan
3.9 Komplikasi(8)
1. Syok hipovolemik
2. Aspirasi pneumonia
3. Gagal ginjal akut
4. Sindrom hepatorenal koma hepatikum
5. Anemia karena perdarahan
dibagi menjadi dua bagian besar, yakni endoskopi saluran cerna atas
atau tidak jelas, atau untuk menentukan dengan lebih pasti atau tepat
duodenum
Pasien dengan gejala menetap (disfagia, nyeri epigastrium, muntah-
karsinoma lambung)
Pada pasien –pasien pasca gastrektomi dengan gejala atau keluhan-
keluarga
Prosedur terapeutik seperti polipektomi, pemasangan selang makanan,
penuh
Renjatan berat karena perdarahan, dll
Oklusi koroner akut
Gagal jantung berat
Koma
Emfisema dan penyakit paru obstruktif berat
kolesistitis)
Pasien anemia berat misalnya karena perdarahan, harus
10g/dl
Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai infeksi
Varises Esofagus
Ca-esofagus
Mallory-Weiss syndrom
Esofagogastritis korosiva
Esofagitis &
tukak esophagus
Gastritis erosiva
hemoragika
Tukak lambung
Ca-lambung
Tukak duodeni
Ca-papila Vateri
DAFTAR PUSTAKA
(1) Astera, I W.M. & I D.N. Wibawa. Tata Laksana Perdarahan Saluran
(2) Richter, J.M. & K.J. Isselbacher. Perdarahan Saluran Makanan : dalam
259 – 62.
: Erlangga. 2006 : 36 – 7.
wichita.kumc.edu/hastings/hematemesis.pdf . 2005.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31735/4/Chapter%20II.pdf .
2012.
3.
pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/03/pendarahan_akut_salura
n_cerna_bagian_atas.pdf . 2011.