Oleh :
Kelas A S1 Keperawatan Kelompok 1
Anggota :
Royyan Salam 20151660006
Anastasya Irma Suryani 20151660007
Hikmatul Hasanah 20151660011
Vika Ramadhana Fitriyani 20151660012
Sulastri Ningsih 20151660024
Erviana Maulidya Firdayanti 20151660029
Sikin Supriyanto 20151660037
Adi Prasetyo 20151660041
Gevi Ariningtias 20151660058
Khaulah Nilla Rahmadhani 20151660057
Dosen:
Nama Lengkap : Reliani, Skep.Ns.,Mkes.
Bidang Studi yang diampu : Keperawatan Jiwa
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami ibu Reliani,
Skep.Ns.,Mkes yang telah membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini .
Dan tidak lupa juga orang tua kami yang telah mendukung kami dalam proses
peyusunan makalah ini .Dan teman – teman kelompok 1 yang telah bekerja sama
membantu dalam proses penyusunanmakalah ini .
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah kami ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
KATA PENGANTAR....................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………….…...................... 51
Lampian
DaftarPustaka
PENDAHULUAN
Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawa sadar maupun sadar. Konsep
diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita
terhadap situasi dan hubungan kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan
orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja
adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep
diri. Jika seseorang anak mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan stabil,
maka konsep diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan akan sangat
stabil. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri
dapat menjadi sumber stress atau konflik. Konsep diri seseorang dinyatakan
melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagi
organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya
menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung
tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak memiliki kemampuan yang ia
miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu
memandang kualitas kemampuan yang dimiliki.
PEMBAHASAN
Konsep diri adalah ssemua ide, pikkian, kepercayaan dan pendirian yang
dikethui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal inni termasuk
persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginannya. Upaya memandang dirinya tersebut berbentuk penilaian subyektif
ndividu terhadap dirinya; perasaan sadar / tidak sadar dan persepsi terhadap
fungsi, peran, dan tubuh. Pandangan atau penilaian terhadap diri meliputi:
ketertarikan talenta dan keterampilan, kemampuan, kepribadian-pembawaan, dan
persepsi terhadap moral yang dimiliki.
Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep diri yang
mengandung unsur citra tubuh, peran, identitas pribadi, dan ideal diri merupakan
manifestasi dari bentuk identitas yang dipandang ssecara konfrehensif untuk
mendukung kepribadian. Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan sebagai
cara kita memandang diri kita secara utuh, meliputi fisik, intelektual,
kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual, dan pendirian dalam percakapan
sehari-hari. Istilah konsep diri dirancuka dengan istilah lainnya, ada yang
menyebut konsep diri itu diri (self-esteem), ada yang menyebut nilai diri (self-
worth), dan ada pula yang menyebut peneriman diri (self-acceptance). Akan
tetapi, ada pula yang membedakan istilah harga diri dengan konsep diri, dengan
memandang konsep diri merupakan bagian dari harga diri dan harga diri
merupakan konsep diri yang bersifaat umum. Dengan konsep diri ini, kita bisa
membayangkan bagaimana kita bercermin untuk mengetahui siapa sesungguhnya
diri kita (Keliat, B.A,1994).
Lebih lanjut dikatakan oleh Staines (dalam Stuart and Sunden, 1995),
konsep diri memiliki beberapa komponen utama, yaitu:
a) Diri yang dikognisikan atau diri yang dasar, yaitu pandangan yang
digambarkan oelh individu tentang diri sendiri; pemikiran atau
persepsi individu mengenai kemampuan, status, dan peranan individu
dalam berhubungan dengan dunia luar.
b) Diri yang lain atau diri sosial, pandangan atau penilaian tentang diri
sendiri yang didasarkan pada penilaian orang-oranng yang dihormati
atau lingkungan sekitar yang memiliki pengaruh besar terhadap diri
Pola asuh : Pola asuh orang tua seperti sudah diuraikan di atas
orang tua turut menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi
konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang tua
yang terbaca oleh anak akan menumbuhkan konsep
dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri
sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang
pertanyaan pada anak dan menimbulkan asumsi
bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi ,
untuk disayangi dan dihargai ; dan semua itu akibat
kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua
tidak sayang.
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi , tujuan atau penilaian personal
tertentu (stuart and sundeen,1995). Gangguan ideal diri adalah ideal diri
terlalu tinggi ,sukar dicapai , dan tidak realistis, ideal diri yang samar dan
d. Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep
diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (stuart and sundeen, 1995).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan
memandang dirinya berbeda dengan orang lain.
Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (keliat, 1994).
Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai
dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan
e. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (stuart and sundeen,
1995). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang
rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka
cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari orang lain. Aspek
utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. (keliat,
1994). Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia
lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa kesehatan fisik mengakibatkan
harga diri rendah. Harga diri terkait dengan anxiety yang rendah, efektif
dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah
terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi
dan sisofrenia.Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
negative terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri.
Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis
(negative self evaluasi yang telah berlangsung lama) dan dapat diekspresikan
secara langsung atau tidak lansung (keliat, 1994).
2. Harapan akan
struktur, bentuk, dan
fungsi tubuh yang
tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyaki
t.
3. Perlakuan petuhas
kesehatan yang tidak
mengahargai dan
berbagai tindakan
tanpa persetujuan.
2. Rasa bersalah
terhadap diri sendiri,
misalnya ini tidak
akan terjadi jika saya
kerumah sakit,
menyalahkan/
mengejek dan
mengkritik diri
sendiri.
3. Merendahkan
martabat, misalnya:
saya tidak bisa, saya
tidak mampu, saya
orang bodoh dan
tidak tahu apa-apa.
4. Gangguan hubungan
sosial seperti menarik
diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan
2. Keputusan
3. Isolasi sosial:
menarik diri
4. Resiko perilaku
kekerasan (stuart and
sundeen,1995)
Self esteem 1.: Dapatkah anda katakan apa yang membuat anda puas?
2. Ingin jadi siapkah anda?
3. Siapa dan apa yang menjadi harapan anda?
4. Apakah harapan anda realistis?
5. Siginifikan: apa respon anda saat anda tidak merasa
dicintai dan dihargai?
6. Siapakah yang paling penting bagi anda?
7. Competence: apa perasaan anda mengenai kemampuan
dalam mengerjakan sesuatu untuk kepentingan hidup
anda?
8. Virtue: pada tingkatan mana anda merasa nyaman
terhadap jalan hidup bila dihubungkan dengan standar
moral yang dianut?
9. Power: pada tingkatan mana anda perlu harus
mengontrol apa yang terjadi dihidup anda? Apa yang
anda rasakan?
Role : 1. Apa yang anda rasakan mengenai kemampuan anda
Performance untuk melakukan segala sesuatu sesuai peran anda?
Apakah peran itu membuat anda puas?
4. Penurunan produktifitas.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data diatas yang didapat melalui observasi,
wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber
sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnose keperawatan
pada pasien Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Tindakan Keperawatan
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan
harga diri rendah adalah menetapkan beberapa tindakan
keperawatan.
1 Tindakan Keperawatan Pada Pasien
Langkah-langkah untuk mengatasi masalah pasien dengan
harga diri rendah adalah menetapkan beberapa tindakan
keperawatan .
a. Orientasi
1) Salam terapeutik
“Selamat pagi mas, sedang apa?”.“Kenalkan nama saya Iwan
setiawan, mas bisa panggil saya bapak atau mas Iwan saja”.”Mas
a. Orientasi
1) Salam terapeutik
“ selamat pagi, mas widioko ?”,” masih ingat nama saya ? bagus !’.
2) Evaluasi / validasi
“ bagaimana perasaan mas widi saat ini? Apakah ada penyebab
menyendiri yang lain dan belum di ceritakan kemarin?”.
3) Kontrak
a) Topik
“ seperti kesepakatan kemarin pagi ini kita akan
bercakap_cakap tentang keuntungan berhubungan dengan
orang lain serta kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
?”.
b) Tempat
“ seperti kesepakatan kemarin kita bercakap_cakap di taman
ya!”.
4) Waktu
“ mas widi mau berapa lama kita bercakap_cakap ?”.” 10 menit,
baiklah”.
b. Kerja
a. Orientasi
1) Salam terapeutik “ selamat pagi, mas widi”
2) Evaluasi / validasi Bagaimana perasaan mas widi saat ini?
3) Kontrak
a) Topik Pagi hari ini kita akan berlatih cara berkenalan yang
baik kan mas??
b) Tempat Seperti kesepakatan kemarin kita akan berlatih di
ruang tamu kan mas??
c) Waktu
Berapa lama kita akan bercakap cakap?? Bagaimana kalau
15 menit?
b. Kerja
Menurut mas widi, bagaimana cara kita berkenalan dengan orang
lain,”
ANALISIS JURNAL
P : POPULASI
Pasien harga diri rendah kronik terdiri 16 pasien yang terdiri dari 11 pasien
skizofrenia, 4 pasien retardasi mental dan 1 pasien epilepsy.
I : INTERVENSI
Dari hasil jurnal yang saya analisa intervensinya pemberdayaan keluarga dan
kader kesehatan jiwa denganPendekatan model precede l. Green
C : COMPARISON/PEMBANDING
Dari hasil analisa jurnal menyatakan bahwa pembanding pada jurnal ini
adalah paket tindakan keperawatan spesialis yang terdiri dari 3 paket yang
berbeda. Paket pertama pasien diberikan tiga tindakan keperawatan spesialis
yaitu cognitif Behavior therapy (cbt), family Psychoeducation (fpe) dan
terapi suportif. Dimana kader melakukan kunjungan rumah kepada pasien.
Paket kedua pasien diberikan tindakan keperawatan spesialis Cbt dan fpe,
dimana keluarga dan kader diberdayakan dalam perawatan pasien. Paket
ketiga pasien diberikan tindakan keperawatan spesialis cbt dimana kader dan
keluarga tidak berpartisipasi dalam perawatan pasien
O : OUTCOME
Berdasarkan hasil analisa menunjukkan bahwa asuhan keperawatan yang
diberikan secara latihan melawan pikiran negatif cognitive behaviour therapy
(cbt), dukungan sosial melalui family psychoeducation (fpe) dan terapi suportif
diharapkan memperbaiki harga diri rendah kronik. Karya ilmiah akhir ini
bertujuan menjelaskan hasil asuhan keperawatan spesialis jiwa pada pasien
harga diri rendah kronik yang diberikan cbt, fpe dan terapi suportif.
T : TIME/WAKTU
Dalam Jurnal Ini Tidak Ditunjukkan Kapan Penelitian Dilakukan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep diri merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak
didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman
seseorang terhadap dirinya. Terdapat beberapa penyebab gangguan konsep diri
yang dibagi atas jenis-jenisnya. Gangguan konsep diri dibagi menjadi persepsi
diri, citra tubuh, harga diri, penampilan peran, dan identitas diri.
3.2 Saran
Kita harus mengerti, tahu dan memahami mengenai gangguan konsep diri. Agar
tindakan serta penanganan terhadap masalah ini dapat tercapai sesuai dengan
keinginan.
2017
Kami Mempunyai Kopi Dan Makalah Ini Yang Bisa Kami Reproduksi Jika Makalah
Yang Dikumpulkan Hilang Atau Rusak. Makalah Ini Adalah Hasil Karya Kami
Sendiri Dan Bukan Merupakan Karya Orang Lain Kecuali Yang Telah Dituliskan
Dalam Referensi, Serta Tidak Ada Seorangpun Yang Membuat Makalah Ini Untuk
Kami. Jika Dikemudian Hari Terbukti Adanya Ketidakjujuran Akademik, Kami
Bersedia Mendapatkan Sanksi Sesuai Peraturan Akademik Yang Berlaku.
7. Iyer, P.W., et al. 1996. Nursing Process and Nursing Diagnosis Philadelphia
: W.B. Saunders Company.
11. Shilves, R. 2008. Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing. St
Louis: Mosby.