Anda di halaman 1dari 60

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“ ASKEP GANGGUAN KONSEP DIRI ”

Oleh :
Kelas A S1 Keperawatan Kelompok 1
Anggota :
Royyan Salam 20151660006
Anastasya Irma Suryani 20151660007
Hikmatul Hasanah 20151660011
Vika Ramadhana Fitriyani 20151660012
Sulastri Ningsih 20151660024
Erviana Maulidya Firdayanti 20151660029
Sikin Supriyanto 20151660037
Adi Prasetyo 20151660041
Gevi Ariningtias 20151660058
Khaulah Nilla Rahmadhani 20151660057
Dosen:
Nama Lengkap : Reliani, Skep.Ns.,Mkes.
Bidang Studi yang diampu : Keperawatan Jiwa

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami ibu Reliani,
Skep.Ns.,Mkes yang telah membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini .
Dan tidak lupa juga orang tua kami yang telah mendukung kami dalam proses
peyusunan makalah ini .Dan teman – teman kelompok 1 yang telah bekerja sama
membantu dalam proses penyusunanmakalah ini .
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah kami ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Surabaya , 20 Juni 2017

Penulis

Askep Gangguan Konsep Diri i


DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ( JUDUL).......................................................

KATA PENGANTAR....................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 1
1.3 Tujuan Masalah ..................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................ 3

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

2.1 Definisi Konsep Diri ............................................................ 3


2.2 Penyebab Gangguan Konsep Diri ........................................ 7
2.3 Jenis-Jenis Gangguan Konsep Diri....................................... 11
2.4 Rentang Respon................................................................... 29
2.5 Proses Terjadi Gangguan Konsep Diri................................. 29
2.6 Tanda dan Gejala Gangguan Konsep Diri............................ 30
2.7 Akibat Gangguan Konsep Diri............................................. 30
2.8 Mekanisme Koping Gangguan Konsep Diri......................... 31
2.9 Penatalaksanaan Gangguan Konsep Diri.............................. 31
2.10 Pohon Masalah Gangguan Konsep Diri..................... 32
2.11 Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri............ 33
2.12 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ............ 41
2.13 Straegi Komunikasi Tindakan Keperawatan (Role Play) 41

BAB III Analisa Jurnal

3.1 Identifikasi Topik Jurnal (PICO/PICOT)................................. 49


3.2 Analisis dan pembahasan jurnal hubunganya dengan

Askep Gangguan Konsep Diri ii


Keperawatan......................................................................... 50

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan……………………………….…...................... 51

4.2 Saran ……………………………………………………… 51

Lampian

DaftarPustaka

Askep Gangguan Konsep Diri iii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawa sadar maupun sadar. Konsep
diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita
terhadap situasi dan hubungan kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan
orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja
adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep
diri. Jika seseorang anak mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan stabil,
maka konsep diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan akan sangat
stabil. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri
dapat menjadi sumber stress atau konflik. Konsep diri seseorang dinyatakan
melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagi
organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya
menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung
tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak memiliki kemampuan yang ia
miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu
memandang kualitas kemampuan yang dimiliki.

1.1 Rumusan Masalah


1.1.1 Apa definisi gangguan konsep diri ?
1.1.2 Apa saja penyebab gangguan konsep diri ?
1.1.3 Apa saja jenis gangguan konsep diri ?
1.1.4 Bagaimana rentang respon gangguan konsep diri?
1.1.5 Bagaimana proses terjadinya masalah gangguan konsep diri?
1.1.6 Bagaimana tanda dan gejala gangguan konsep diri?
1.1.7 Apa akibat gangguan konsep diri?

Askep Gangguan Konsep Diri 1


1.1.8 Bagaimana mekanisme koping gangguan konsep diri?
1.1.9 Bagaimana penatalaksanaan gangguan konsep diri?
1.1.10 Bagaimana pohon masalah gangguan konsep diri?
1.1.11 Apa diagnosa keperawatan gangguan konsep diri?
1.1.12 Bagaimana rencana asuhan keperawatan gangguan konsep diri?

1.2 Tujuan Penulis (Masalah)


Tujuan dari pembuatan makalah ini yang ingin dicapai diantaranya :
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.1.1 Agar mahasiswa mengerti definisi gangguan konsep diri
1.2.1.2 Agar mahasiswa mengerti penyebab gangguan konsep diri
1.2.1.3 Agar mahasiswa mengerti jenis gangguan konsep diri
1.2.1.4 Agar mahasiswa mengerti rentang respon gangguan konsep diri
1.2.1.5 Agar mahasiswa mengerti proses terjadinya masalah gangguan
konsep diri
1.2.1.6 Agar mahasiswa mengerti tanda dan gejala gangguan konsep diri
1.2.1.7 Agar mahasiswa mengerti akibat gangguan konsep diri
1.2.1.8 Agar mahasiswa mengerti mekanisme koping gangguan konsep diri
1.2.1.9 Agar mahasiswa mengerti penatalaksanaan gangguan konsep diri
1.2.1.10 Agar mahasiswa mengerti pohon masalah gangguan konsep
diri
1.2.1.11 Agar mahasiswa mengerti diagnosa keperawatan gangguan
konsep diri
1.2.1.12 Agar mahasiswa mengerti rencana asuhan keperawatan
gangguan konsep diri

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa

Askep Gangguan Konsep Diri 2


1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat untuk mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang
asuhan keperawatan pasien dengan gangguan konsep diri
dalam mengembangkan ilmu yang sudah kita dapat.

1.3.2 Manfaat untuk dosen


Makalah ini dapat dijadikan tolak ukur sejauh manamahasiswa mampu
mengerjakan tugas yang diberikan dan sebagai bahanpertimbangan dosen
dalam menilai mahasiswa.

1.3.3 Manfaat untuk pembca


Agar pembaca mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan gangguan
konsep diri ilmu dengan benar. 3. Institut: Untuk menambah refrensi
tentang asuhan keperawatan pasien dengan gangguan konsep diri.

Askep Gangguan Konsep Diri 3


BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Definisi Konsep diri

Merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak didapat


sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang
terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai dengan
tahap perkembangan psikososial seseorang. Secara umum konsep diri adalah
semua tanda, keyakinan dan pendirian yang merupakan suatu pengetahuan
individu tentang dirinya yang dapat memengaruhi hubungannya dengan orang
lain, termasuk karakter, kemampuan, nilai, ide dan tujuan (Hidayat, 2006:238).
Diri merupakan bagian paling kompleks dari semua kualitas manusia. Diri adalah
kerangka acuan dimana seseorang mempersepsi dan mengevaluasi dunia. Konsep
diri terdiri semua nilai-nilai, keyakinan dan ide-ide yang berkonstribusi terhadap
pengetahuan diri dan memengaruhi hubungan seseorang tentang karakteristik dan
kemampuan pribadi serta tujuan dan cita-cita seseorang (Stuart,2016:213).

Konsep diri adalah ssemua ide, pikkian, kepercayaan dan pendirian yang
dikethui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal inni termasuk
persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginannya. Upaya memandang dirinya tersebut berbentuk penilaian subyektif
ndividu terhadap dirinya; perasaan sadar / tidak sadar dan persepsi terhadap
fungsi, peran, dan tubuh. Pandangan atau penilaian terhadap diri meliputi:
ketertarikan talenta dan keterampilan, kemampuan, kepribadian-pembawaan, dan
persepsi terhadap moral yang dimiliki.

Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya


juga didasarkn bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai cara
memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual,

Askep Gangguan Konsep Diri 4


sosial & spiritual. Terdapat dua aspek besar dalam menjelaskan konsep diri, yaitu
identitas dan evaluasi diri (Varcarolis, E.M.,2000). Pertama, konsep identitas,
konsep ini terfokus pada makna yang dikandung diri sebagai suatu obyek,
memberi struktur dan isi pada konsep diri, dan mengaitkan diri individu pada
sistem sosial. Secara umum, identitas mengacu pada siapa atau apa dari
seseorang, sekaligus mengacu pada berbagai makna yang diberikan pada
seseorang oleh dirinya sendiri dan orang lain. Kedua, evaluasi diri (atau harga
diri) dapat terjadi pada identitas-identitas tertentu yang dianut oleh individu atau
dapat juga terjadi pada evaluasi holistik tentang diri.

Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep diri yang
mengandung unsur citra tubuh, peran, identitas pribadi, dan ideal diri merupakan
manifestasi dari bentuk identitas yang dipandang ssecara konfrehensif untuk
mendukung kepribadian. Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan sebagai
cara kita memandang diri kita secara utuh, meliputi fisik, intelektual,
kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual, dan pendirian dalam percakapan
sehari-hari. Istilah konsep diri dirancuka dengan istilah lainnya, ada yang
menyebut konsep diri itu diri (self-esteem), ada yang menyebut nilai diri (self-
worth), dan ada pula yang menyebut peneriman diri (self-acceptance). Akan
tetapi, ada pula yang membedakan istilah harga diri dengan konsep diri, dengan
memandang konsep diri merupakan bagian dari harga diri dan harga diri
merupakan konsep diri yang bersifaat umum. Dengan konsep diri ini, kita bisa
membayangkan bagaimana kita bercermin untuk mengetahui siapa sesungguhnya
diri kita (Keliat, B.A,1994).

Dengan demikian, konsep diri merupakan persepsi kita pada bagian-


bagian tadi untuk dipadukan dan membentuk keseluruhan gambaran. Penting
diingat bahwa konsep diri ini bukan pandangan orang lain pada kita melainkan
pandangan kita sendiri atas diri kita yang diukur dengan standar peniaian orang
lain. William D. Brooks (dalam Keliat, B.A,1994) menyebut konsep diri sebagai
“persepsi-persepsi fisik, sosial, dan psikologis atas diri kita sendiri yang

Askep Gangguan Konsep Diri 5


bersumber dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain”. Berdasarkan
definisi tersebut, kita bisa menguraikan sebagai berikut:

Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan,


pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan
mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandan bahwa dirinya
lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, tidak
menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik tetrhadap hidup. Orang dengan
konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan
kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan,
namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif akan mudah
menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang
disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan
orang lain. Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat
lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala
sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang
sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran
berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan
mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat
dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.

Lebih lanjut dikatakan oleh Staines (dalam Stuart and Sunden, 1995),
konsep diri memiliki beberapa komponen utama, yaitu:

a) Diri yang dikognisikan atau diri yang dasar, yaitu pandangan yang
digambarkan oelh individu tentang diri sendiri; pemikiran atau
persepsi individu mengenai kemampuan, status, dan peranan individu
dalam berhubungan dengan dunia luar.
b) Diri yang lain atau diri sosial, pandangan atau penilaian tentang diri
sendiri yang didasarkan pada penilaian orang-oranng yang dihormati
atau lingkungan sekitar yang memiliki pengaruh besar terhadap diri

Askep Gangguan Konsep Diri 6


individu yng diperoleh melalui interaksi sosial individu dengan orang
lain.
c) Diri yang ideal, seperangkat interpretasi individu saat sedang
mengungkapkan keinginan atau aspirasi yang besifat pribadi, sebagian
besar berupa keinginan dan sebagian lagi merupakan keharusan-
keharusan atau yang disebut sebagai perangkat ambisi-ambisi yang
mengarah pada suatu yaitu gambaran diri yang ideal dan dipahami oleh
individu sebagai dirinya sendiri.

2.2.Penyebab Gangguan Konsep Diri


a. Faktor predisposisi
1) Biologi :
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti
: suhu dingin atau panas, suara bising, rasa nyeri atau sakit,
kelelahan fisik, lingkungan yg tidak memadai dan pencemaran
(polusi) udara atau zat kimia.
2) Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis. Stressor yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan
kegagalan.
3) Sosio kultural
Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya,
tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
4) Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a) Kehilangan / kerusakan bagian tubuh.
b) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh.

Askep Gangguan Konsep Diri 7


c) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur
maupun fungsi tubuh. \
d) Prosedur pengobatan seperi radiasi, transplantasi, kemoterapi
5) Faktor predisposisi gangguan harga diri
a) Penolakan dari orang lain.
b) Kurang penghargaan.
c) Pola asuh yang salah
d) Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
e) Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.
6) Faktor predisposisi gangguan peran
a) Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan,
perubahan situasi dan keadaan sehat – sakit.
b) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan
yang bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
c) Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang
harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku
peran yang sesuai.
d) Peran yang terlalu banyak.
7) Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a) Ketidakpercayaan orang tua pada anak.
b) Tekanan dari teman sebaya.
c) Perubahan struktur sosial (Stuart,2016 : 221).
b. Faktor presipitasi Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari
dalam atau faktor dari luar individu terdiri dari :
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa
tidak adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang
bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam
melakukan perannya. Ada 3 jenis transisi peran :

Askep Gangguan Konsep Diri 8


a) Perkembangan transisi, yaitu perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Pertumbuhan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma
– norma budaya, nilai – nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan
diri.
b) Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui peristiwa penting dalam kehidupan
individu seperti kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat – sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :
1) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.
2) Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang
normal.
3) Prosedur medis dan perawatan (Stuart,2016 : 221).

Berbagai hal yang dapat menyebabkan gangguan konsep diri(stuart &


sundeen,1995) antara lain :

Pola asuh : Pola asuh orang tua seperti sudah diuraikan di atas
orang tua turut menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi
konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang tua
yang terbaca oleh anak akan menumbuhkan konsep
dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri
sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang
pertanyaan pada anak dan menimbulkan asumsi
bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi ,
untuk disayangi dan dihargai ; dan semua itu akibat
kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua
tidak sayang.

Askep Gangguan Konsep Diri 9


Kegagalan : Kegagalan yang terus-menerus dialami seringkali
menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan
berakhir dengan kesimpulan bahwa semua
penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan
membuat orang merasa dirinya tidak berguna.

Depresi : Orang yang sedang mengalami depresi akan


mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam
memandang dan merespon segala sesuatunya ,
termasuk menilai diri sendiri. Segala sesuatu atau
stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif.

Kritik internal : Terkadang , mengkritik diri sendiri memang


dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan
perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri
sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-
rambu dalam bertindak dan berperilaku agar
keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat
beradaptasi dengan baik.

Merubah : Sering diri kita sendirilah yang menyebabkan


konsep diri persoalan bertambah rumit dengan berpikir yang
tidak-tidak terhadap suatu keadaan atau terhadap diri
kita sendiri. Namun , dengan sifatnya yang dinamis ,
konsep diri dapat mengalami perubahan ke arah yang
lebih positif.

Askep Gangguan Konsep Diri 10


2.3. Jenis Gangguan Konsep diri
a. Persepsi diri
Persepsi seseorang tentang realitas dipilih dan didasarkan pada pengalaman
konsisten dengan pandangan seseorang saat ini terhadap diri. Cara seseorang
berperilaku adalah hasil dari bagaimana seseorang mempersepsikan situasi.
Bukan peristiwa itu sendiri yang memunculkan respons tertentu melainkan
pengalaman subjektif individu terhadap peristiwa itu. Persepsi diri sulit untuk
berubah namun ada cara untuk mengubah persepsi, termasuk memodifikasi
proses kognitif, mengkonsumsi obat-obatan, mengalami gangguan sensorik,
dan menciptakan perubahan biokimia dalam tubuh (Stuart,2016:214).
b. Citra tubuh
Citra tubuh adalah jumlah dari sikap sadar dan bawah sadar seseorang
terhadap tubuh sendiri. Hal ini termasuk persepsi sekarang dan masa lalu
serta perasaan tentang ukuran, fungsi, bentuk/penampilan, dan potensi. Citra
tubuh terus berubah saat persepsi dan pengalaman baru terjadi dalam
kehidupan. Eksistensi tubuh menjadi penting dalam mengembangkan citra
tubuh seseorang. Pakaian menjadi identitas tubuh, seperti halnya barang milik
seseorang (Stuart,2016:214).
c. Ideal diri
Merupakan persepsi seseorang mengenai bagaimana berperilaku berdasarkan
standar pribadi tertentu. Standar ini mungkin menggambarkan tipe seseorang
yang diinginkan atau aspirasi, tujuan, atau nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal
diri menimbulkan harapan diri berdasarkan norma-norma masyarakat, yang
dicobanya untuk menyesuaikan diri (Stuart,2016:214-215).
d. Harga diri Merupakan penilaian harga diri pribadi seseorang, berdasarkan
seberapa baik perilakunya cocok dengan ideal diri. Seberapa sering seseorang
mencapai tujuan secara langsung mempengaruhi perasaan kompeten (harga
diri tinggi) atau rendah diri (harga diri rendah). Harga diri tinggi adalah
perasaan penerimaan diri, tanpa syarat, meskipun salah, kalah dan gagal,
sebagai pembawaan yang berharga dan penting. Harga diri yang tinggi telah

Askep Gangguan Konsep Diri 11


dikaitkan dengan ansietas yang rendah, fungsi kelompok yang efektif,
penerimaan, dan toleransi dari yang lain (Stuart,2016:215-216).
e. Penampilan peran Peran adalah sekumpulan pola perilaku yang diharapkan
secara sosial berhubungan dengan fungsi seseorang dalam kelompok sosial
yang berbeda. Perilaku peran berkaitan erat dengan konsep diri dan identitas,
dan gangguan peran yang sering melibatkan konflik antara fungsi independen
dan dependen. Harga diri tinggi dihasilkan dari peran yang memenuhi
kebutuhan dan sesuai dengan ideal diri seseorang.
f. Identitas diri Merupakan kesadaran diri yang didasarkan pada observasi dan
penilaian diri. Hal ini tidak terkait dengan satu prestasi, aktivitas,
karakteristik, atau peran. Identitas berbeda dari konsep diri yaitu perasaan
berbeda dari orang lain. Orang dengan rasa identitas positif melihat dirinya
sebagai individu yang unik dan berharga (Stuart,2016:216).
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian konsep diri tersebut
ditemukan oleh stuart dan sundeen (1995), yang terdiri dari :
a. Citra Tubuh
Gambaran ini adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran ,
bentuk , fungsi penampilan,dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang
secara kesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu
(stuart and sundeen ,1995).
Gambaran diri (body image) berhubungan dengan kepribadian. cara
individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologinya. Citra tubuh adalah sikap , persepsi keyakinan, dan
pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu :
ukuran , bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna objek yang kontak
secara terus-menerus (anting, makeup, lensa kontak , pakaian, kursi roda)
dari masa lalu maupun sekarang. Pandangan yang realistis terhadap dirinya
menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman sehingga
terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (keliat,1994).

Askep Gangguan Konsep Diri 12


Banyak faktor dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti
munculnya stresor yang dapat mengganggu integritasi gambaran diri.
Stresor-stresor tersebut dapat berupa: operasi, seperti:mastektomi
,amputansi, luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Umpan
balik interpersonal yang negatif berarti adanya tanggapan yang ridak baik
berupa celaan dan makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.
Standart sosial budaya berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-
beda pada setiap orang dan keterbatasanya serta keterbelakangan dari budaya
tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri ndividu , seperti adanya
perasaan minder (keliat, 1994).
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan
tanda dan gejala (keliat, 1994), adalah seperti berikut :

RESPON Syok psikologis Merupakan reaksi


KLIEN emosional terhadap
ADAPTIF dampak perubahan dan
dapat terjadi pada saat
pertama tindakan. syok
psikologis digunakan
sebagai reaksi terhadap
ansietas.

Menarik diri Klien menjadi sadar akan


kenyataan , ingin lari dari
kenyataan , tetapi karena
tidak mungkin maka klien
lari atau menghindar
secara emosional . klien
menjadi pasif, tergantung,
tidak ada motivasi dan

Askep Gangguan Konsep Diri 13


keinginan untuk berperan
dalam perawatanya.

Penerimaan/penga Setelah klien sadar akan


kuan secara kenyataan , maka respon
bertahap kehilangan atau berduka
muncul. Setelah fase ini
klien mulai melakukan
reintegrasi dengan
gambaran diri yang baru.
RESPON 1. Menolak untuk
KLIEN melihat dan
MALADAPTIF menyentuh bagian
yang berubah.
2. Tidak dapat
menerima
perubahan struktur
dan fungsi tubuh.
3. Mengurangi
kontak sosial
sehingga terjadi
penarikan diri.
4. Perasaan atau
pandangan negatif
terhadap tubuh.
5. Preokupasi dengan
bagian tubuh atau
fungsi tubuh yang
hilang.

Askep Gangguan Konsep Diri 14


6. Mengungkapkan
keputusan.
7. Mengungkapkan
ketakutan ditolak.
8. Depersonalisasi.
9. Menolak
penjelasan tentang
perubahan tubuh.
PADA KLIEN Perubahan citra 1. Pada perubahan
YANG DIRAWAT tubuh sangat ukuran : berat
DIRUMAH mungkin terjadi, badan yang turun
SAKIT stresor pada tiap akibat penyakit.
perubahan adalah : 2. Perubahan bentuk
tubuh : tindakan
invasif seerti
operasi, suntikan,
daerah
pemasangan infus.
3. Perubahan
struktur: sama
dengan perubahan
bentuk disertai
dengan
pemasangan alat
didalam tubuh.
4. Perubahan fungsi
berbagai penyakit
yang dapat
merubah sistem

Askep Gangguan Konsep Diri 15


tubuh .
5. Keterbatasan
gerak, makan , dan
kegiatan.
6. Makna dan objek
yang sering kontak
: penampilan dan
dandan berubah,
pemasangan alat
pada tubuh klien
(infus , traksi ,
respirator , suntik ,
pemeriksaan tanda
vital,dll).
MASALAH 1. Gangguan Dari masalah ini,
KEPERAWATAN citra tubuh keduanya dapat
YANG 2. Gangguan ditemukan pada klien
MUNGKIN harga diri dengan gangguan fisik ,
TIMBUL sedangkan klien dengan
gangguan jiwa masalah
keperawatannya adalah
gangguan harga diri
(keliat,1994).

b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi , tujuan atau penilaian personal
tertentu (stuart and sundeen,1995). Gangguan ideal diri adalah ideal diri
terlalu tinggi ,sukar dicapai , dan tidak realistis, ideal diri yang samar dan

Askep Gangguan Konsep Diri 16


tidak jelas dan cenderung menuntut. Standar dapat berhubungan dengan tipe
orang yang diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita , nilai-nilai yang
ingin dicapai . ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan nilai-nilai yang ingin
dicapai.ideal dir mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang
dipengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan
dan harapan pada masa remaja , ideal diri akan dibentuk melalui proses
identifikasi pada orang tua, guru dan teman (keliat,1994).

Faktor yang : 1. Kecenderungan individu


mempengaruhi ideal diri menetapkan ideal diri pada batas
kemampuannya.
2. Faktor budaya akan
mempengaruhi individu
menetapkan ideal diri.
3. Ambisi dan keinginan untuk
melebihi dan berhasil , kebutuhan
yang realistis , keinginan untuk
mengklaim diri dari kegagalan,
perasaan cemas, dan rendah diri.
4. Kebutuhan yang realistis.
5. Keinginan untuk menghindari
kegagalan.
6. Perasaan cemas dan rendah diri.

Agar individu mampu : Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak


berfungsi dan terlalu tinggi , tetapi masih lebih tinggi
mendemonstrasikan dari kemampuan agar tetap menjadi
kecocokan antara pendorong dan masih dapat dicapai
persepsi diri dan ideal (keliat,1994).

Askep Gangguan Konsep Diri 17


diri.

Tanda dan gejala yang : 1. Mengungkapkan keputusan


dapat dikaji akibat penyakitnya, misalnya :
saya tidak dapat ikut ujian karena
sakit , saya tidak bisa lagi jadi
peragawati karena bekas operasi
dimuka saya , kaki saya yang di
operasi membuat saya tidak dapat
bermain bola.
2. Mengungkapkan keinginan yang
sangat tinggi , misalnya : saya
pasti bisa sembuh padahal
prognosenya buruk sekali, setelah
sehat saya sekolah lagi padahal
penyakitnya mengakibatkan tidak
mungkin lagi sekolah.

Masalah keperawatan : 1. Ideal diri tidak realistis.


yang mungkin timbul 2. Gangguan harga diri : harga diri
adalah rendah
3. Ketidakberdayaan
4. Keputusasaan
(keliat, 1994)

Askep Gangguan Konsep Diri 18


c. Peran
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial . tiap
individu mempunyai berbagai fungsi peran yang terintegrasi dalam pola
fungsi individu. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (keliat,1994)
Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi
kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi dimasyarakat dapat
merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan
kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan
(keliat,1994)

Faktor yang : 1. Kejelasan perilaku dengan penghargaan yang


mempengaruhi sesuai dengan peran.
dalam 2. Konsisten respon orang yang berarti terhadap
menyesuaikan peran yang dilakukan.
diri dengan 3. Kesesuaian dan keseimbangan antara peran
peran yang diemban.
4. Keselarasan budaya dan harapan individu
terhadap perilaku peran.
5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan
ketidaksesuaian perilaku peran.

Penyesuaian 1. Kejelasan perilaku yang sesuai dengan


individu perannya serta pengetahuan yang spesifik
terhadap tentang peran yang diharapkan.
perannya 2. Konsistensi respon orang yang berarti/dekat
dipengaruhi oleh dengan perannya.
faktor 3. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap
perilaku perannya.

Askep Gangguan Konsep Diri 19


4. Pemisahan situasi yang dapat menciptakan
ketidakselarasan.

Transisi peran Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi


perubahan-perubahan peran. Baik yang sifatnya
menetap atau sementara yang sifatnya dapat karena
situasional.

Transisi peran Transisi perkembangan terjadi setiap perkembangan


tersebut dapat dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap
dikategorikan perkembangan harus dilalui individu dengan
menjelaskan tugas perkembangan yang berbeda-beda
, hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.

Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan ,


bertambah atau berkurang orang yang berarti
melalui kelahiran atau kematian , misalnya status
sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua.

Transisi sehat sakit terjadi stresor pada tubuh dapat


menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat
diri dan berakibat perubahan konsep diri . perubahan
tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep
diri yaitu gambaran diri , identitas diri peran dan
harga diri .

Gangguan peran 1. Konflik peran interpersonal , individu dan


penyebab atau lingkungan tidak mempunyai harapan peran
faktor-faktor yang selaras.

Askep Gangguan Konsep Diri 20


gangguan peran 2. Contoh peraan tidak adekuat.
tersebut dapat 3. Kehilangan hubungan yang penting
diakibatkan oleh 4. Perubahan peran seksual
5. Keragu-raguan peran
6. Perubahan kemampuan fisik untuk
menampilkan peran sehubungan dengan
proses menua.
7. Kurangnya kejelasan peran atau pengertian
tentang peran
8. Ketergantungan obat
9. Kurang keterampilan sosial
10. Perbedaan budaya
11. Harga diri rendah
12. Konflik antar peran yang sekaligus
diperankan

Gangguan peran 1. Mengungkapkan ketidakpuasan perannya


yang terjadi atau kemampuan menampilkan peran
tersebut dapat 2. Mengingkari atau menghindari peran
ditandai dengan 3. Kegagalan transisi peran
tanda dan gejala 4. Kemunduran pola tanggung jawab yang biasa
dalam peran
5. Proses berkabung yang tidak berfungsi
6. Kejenuhan pekerjaan

Pada klien yang Peran klien yang berubah adalah :


sedang dirawat 1. Peran dalam keluarga
dirumah sakit 2. Peran dalam pekerjaan atau sekolah
otomatis peran 3. Peran dalam berbagai kelompok

Askep Gangguan Konsep Diri 21


sosial klien
berubah menjadi
peran sakit
Tanda dan gejala 1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan
yang dapat dikaji peran
: 2. Ketidakpuasan peran
3. Kegagalan dalam menjalankan peran baru
4. Kurang tanggung jawab
5. Apatis ,bosan ,jenuh , dan putus asa

Masalah 1. Perubahan penampilan peran


keperawatan 2. Gangguan harga diri
yang muncul : 3. Keputusasaan
4. Ketidakberdayaan

(stuart and sundeen, 1995)

d. Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep
diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (stuart and sundeen, 1995).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan
memandang dirinya berbeda dengan orang lain.
Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (keliat, 1994).
Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai
dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan

Askep Gangguan Konsep Diri 22


perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis kelamin tersebut.
Perasaan dan perilaku yang kuat akan identitas diri individu dapat ditandai
dengan.

a). Memandang dirinya secara unik


b). Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain
c). Merasakan otonomi : menghargai diri , percaya diri , mampu diri ,
menerima diri dan dapat mengontrol diri.
d). Mempunyai persepsi tentang gambaran diri , peran , dan konsep diri.

e. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (stuart and sundeen,
1995). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang
rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka
cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari orang lain. Aspek
utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. (keliat,
1994). Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia
lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa kesehatan fisik mengakibatkan
harga diri rendah. Harga diri terkait dengan anxiety yang rendah, efektif
dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah
terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi
dan sisofrenia.Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
negative terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri.
Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis
(negative self evaluasi yang telah berlangsung lama) dan dapat diekspresikan
secara langsung atau tidak lansung (keliat, 1994).

Faktor yang Perkembangan individu Faktor predisposisi dapat


mempengaruhi dimulai sejak bayi, seperti
gangguan harga diri penolakan orang tua

Askep Gangguan Konsep Diri 23


menyebabkan anak merasa
tidak dicintai dan
mengakibatkan anak gagal
mencintai dirinya dan akan
gagal untuk mencintai orang
lain. Pada saat anak
berkembang lebih besar,
anak mengalami kurangnya
pengakuan dan pujian dari
orang tua dan orang yang
dekat atau penting baginya.
Ia merasa tidak adekuat
karena selalu tidak dipercaya
untuk mandiri dan
memutuskan sendiri akan
bertanggung jawab terhadap
perilakunya.

Sikap orangtua yang Sikap orang tua yang terlalu


terlalu mengatur mengatur dan mengontrol,
membuat anak merasa tidak
berguna.

Ideal diri tidak realistis Individu yang selalu dituntut


untuk berhasil akan merasa
tidak punya hak untuk gagal
dan berbuat kesalahan. Ia
membuat standar yang tidak
dapat dicapai, seperti cita-
cita yang terlalu tinggi dan

Askep Gangguan Konsep Diri 24


tidak realistis yang pada
kenyataan tidak dapat
dicapai membuat individu
menghukum diri sendiri dan
akhirnya percaya diri akan
hilang. Ganguuan fisik dan
mental dapat membuat
individu dan keluarga merasa
rendah diri. Sistem keluarga
yang tidak berfungsi.

Ganguaan harga diri situsional Yaitu terjadi trauma yang


yang disebut juga tiba-tiba, misalnya harus
sebagai harga diri dioperasi, kecelakaan, dicerai
rendah dan dapat suami, putus sekolah, PHK,
terjadi: perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-
tiba). Pada klien yang
dirawat dapat terjadi harga
diri rendah, karena:

1. Privacy yang kurang


diperhatikan,
misalnya:
pemeriksaan fisik
yang sembarangan,
pemasangan alat yang
tidak sopan
(pencukuran pubis,
pemasangan kateter,

Askep Gangguan Konsep Diri 25


pemeriksaan
perineal)

2. Harapan akan
struktur, bentuk, dan
fungsi tubuh yang
tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyaki
t.

3. Perlakuan petuhas
kesehatan yang tidak
mengahargai dan
berbagai tindakan
tanpa persetujuan.

Kronik Yaitu perasaan negative


terhadap diri telah
berlangsung lama sebelum
penyakit dirawat. Klien ini
mempunyai cara berfikir
yang negative, sehingga
kejadian sakit dan dirawat
akan menambah persepsi
negative pada dirinya.
Kondisi ini dapat ditemukan
pada klien ganguuan fisik
yang kronis atau pada klien
gangguan jiwa.

Tanda gejala yang 1. Perasaan malu


terhadap diri sendiri

Askep Gangguan Konsep Diri 26


dapat dikaji akibat penyakit dan
akibat tindakan serta
akibat penyakit.
Misalnya: malu dan
sedih karena rambut
menjadi botak setelah
menjalani terapi
kemoterapi pada
kanker.

2. Rasa bersalah
terhadap diri sendiri,
misalnya ini tidak
akan terjadi jika saya
kerumah sakit,
menyalahkan/
mengejek dan
mengkritik diri
sendiri.

3. Merendahkan
martabat, misalnya:
saya tidak bisa, saya
tidak mampu, saya
orang bodoh dan
tidak tahu apa-apa.

4. Gangguan hubungan
sosial seperti menarik
diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan

Askep Gangguan Konsep Diri 27


orang lain, lebih suka
menyendiri. Percaya
diri kurang, klien
sukar mengambil
keputusan misalnya
memilih elternatif
tindakan, mencederai
diri akibat harga diri
rendah disertai
harapan yang suram,
mungkin dengan
mengakhiri
kehidupannya.

Masalah keperawatan 1. Gangguan konsep


yang muncul diri: harga diri
rendah, situasional
atau kronik

2. Keputusan

3. Isolasi sosial:
menarik diri

4. Resiko perilaku
kekerasan (stuart and
sundeen,1995)

Askep Gangguan Konsep Diri 28


2.4. Rentang respon

Respon adaptif Respon


maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri Difusi identitas Disosiasi


positif rendah Depersonalisasi

2.5.Proses terjadinya gangguan konsep diri


Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan,dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungannya denga orang lain. Konsep diri tidak terbentuk sejak
lahir namun dipelajari. Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana
harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu
sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan
dari orang lain. Gangguan harga diri digambarkan sebagai oerasaan yang negetiv
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktifitas, perasaan
tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secar sosial.
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistik (Keliat, 2001).

Askep Gangguan Konsep Diri 29


2.6. Tanda dan gejala
Perilaku yang berhubungan dengan gangguan konsep diri antara lain:
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan
c. Perasaan tidak mampu
d. Rasa bersalah
e. Sikap negatif pada diri sendiri
f. Sikap pesimis pada kehidupan
g. Keluhan sakit fisik
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi
i. Menilak kemampuan diri sendiri
j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
k. Perasaan cemas dan takut
l. Merasionalisasi penolakan atau menjauh dari umpan balik positif
m. Ketidakmampuan menentukan tujuan (Wijayaningsih, 2015 : 50).

2.7. Akibat Gangguan Konsep Diri


1. Perubahan penampilan peran
Mekanisme : Berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang
disebabkan oleh penyakit merupakan akibat dari gangguan konsep diri.
2. Keputusasaan Mekanisme : merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang
tidak akan mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri dengan
kemampuan karena menganggap dirinya tidak mampu.
3. Menarik diri Mekanisme : perilaku menarik diri merupakan percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain, karena menganggap
dirinya tidak pantas berada di lingkungan tersebut yang merupakan akibat
dari gangguan konsep diri ( Keliat, 2001 ).

Askep Gangguan Konsep Diri 30


2.8.Mekanisme Koping Gangguan Konsep Diri
Mekanisme koping terdiri dari pertahanan koping jangka pendek atau
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri (
misalnya konser musik, menonton televisi secara obsesif ).
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng ).
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu ( misal : olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas ).
d. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas
di luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya:
penyalahgunaan obat ).

Pertahanan jangka panjan g mencakup berikut ini Stuart ( 2016 ) :

a. Penutupan identitas adalah adopsi identitas prematur yang diinginkan


oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi
diri individu.
b. Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai
dan harapan yang diterima masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, “ disosiasi,
isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement ), Splitting, berbalik marah
terhadap diri sendiri, dan amuk (Stuart,2016 : 224).

2.9.Penatalaksanaan Gangguan Konsep Diri


a. Penatalaksanaan Keperawatan Dibagi menjadi empat yaitu :
1) Memberi kesempatan untuk berhasil
2) Menanamkan gagasan

Askep Gangguan Konsep Diri 31


3) Mendorong aspirasi
4) Membantu membentuk koping
b. Penatalaksanaan Medis
1) Clorpromazine ( CPZ ) Untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan
melakukan aktivitas rutin. Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik
serta endokrin (Keliat, 2001).
2) Trihexyphenidyl ( THP ) Untuk segala jenis penyakit Parkinson, termasuk
pascaa enchepalitis dan idiopatik. Efeksamping : hypersensitive terhadap
trihexyphenidyl, psikosis berat, psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna
(Keliat, 2001)
3) Haloperidol ( HPL ) Berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas
dalaam fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari. Efek samping :
sedasi, gangguan otonomik dan endokrin (Keliat, 2001).
4) Terapi okupasi / rehabilitasi Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun
mental dengan menggunakan aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas
tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan (Keliat, 2001)
5) Psikoterapi Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi
suportif dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis
dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat (Keliat,
2001)

2.10. Pohon Masalah


Isolasi sosial menarik

Gangguan konsep diri

Askep Gangguan Konsep Diri 32


Tidak efektifnya koping individu

2.11. Asuhan Keperawatan Jiwa Konsep Diri


Standar asuhan keperawatan atau standar praktik keperawatan mengacu
pada standar praktik profesional dan standar kinerja profesional. Standar
praktik profesional indonesia telah terjabarkan oleh PPNI (2009). Standar
praktik profesional tersebut juga mengacu pada proses keperawatan jiwa yang
terdiri dari lima tahap standar yaitu: 1) pengkajian, 2) diagnosis, 3)
perencanaan, 4) pelaksanaan (implementasi), 5) evaluasi (PPNI, 2009).
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari dasar utama dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpul data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Iyer et. al., 1996).
A. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang
objektif dan teramati serta bersifat subjektif dan dunia dalam
pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan harga diri yang
rendah kerancuan identitas, dan depersonalisasi.
2. Faktor yang mempergaruhi peran adalah stereotipik peran seks
tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidak
percayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan dalam struktur sosial.
B. Stresor Precipitasi
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian mengancam kehidupan.

Askep Gangguan Konsep Diri 33


2. Ketengangan hubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami sebagai frustasi. Ada
tiga jenis transisi peran: transisi peran perkembangan, transisi
peran situasi, dan transisi peran sehat / sakit.
C. Sumber-Sumber Koping
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber
koping, meliputi: aktifitas olahraga dan akifitas lain di luar rumah,
hobi dan kerajinan tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan
keperawatan diri, pekerjaan atau posisi, bakat tertentu, kecerdasan,
imajinasi, dab kreativitas serta hubungan interpersonal.
D. Mekanisme Koping
1. Pertahanan koping dalam jangka pendek
2. Pertahanan koping dalam jangka panjang
3. Mekasnisme pertahanan ego

Untuk mengetahui persepsi seseorang tentang dirinya, maka


orang tersebut harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:

Persepsi : 1. Bagaiman watak saya sebenarnya?


Psikologis 2. Apa yang membuat saya bahagia atau sedih?
3. Apakah yang sangat mencemaskan saya?
Persepsi Sosial : 1. Bagaimana orang lain memandang saya?
2. Apakah mereka merhargai saya bahagia atau
sedih?
3. Apakah mereka benci atau menyukai saya?
Persepsi Fisik : 1. Bagaimana pandanagan saya tentang
penampilan saya?
2. Apakah saya orang yaang cantik atau jelek?
3. Apakah tubuh saya kuat atau lemah?

Askep Gangguan Konsep Diri 34


Pendekatan dan pertanyaan dalam pengkajian sesuai dengan faktor yang
dikaji:

Identitas : Dapatkah anda menjelaskan siapa diri andapada orang


lain: karakteritik dan kekuatan?
Body Image : 1. Dapatkah anda dapat memjelaskan keadaan
tubuh anda kepada saya?
2. Apa yang paling anda sukai dari tubuh anda?
3. Apakah anda dari tubuh bagian anda, yang
pingin anda rubah?

Self esteem 1.: Dapatkah anda katakan apa yang membuat anda puas?
2. Ingin jadi siapkah anda?
3. Siapa dan apa yang menjadi harapan anda?
4. Apakah harapan anda realistis?
5. Siginifikan: apa respon anda saat anda tidak merasa
dicintai dan dihargai?
6. Siapakah yang paling penting bagi anda?
7. Competence: apa perasaan anda mengenai kemampuan
dalam mengerjakan sesuatu untuk kepentingan hidup
anda?
8. Virtue: pada tingkatan mana anda merasa nyaman
terhadap jalan hidup bila dihubungkan dengan standar
moral yang dianut?
9. Power: pada tingkatan mana anda perlu harus
mengontrol apa yang terjadi dihidup anda? Apa yang
anda rasakan?
Role : 1. Apa yang anda rasakan mengenai kemampuan anda
Performance untuk melakukan segala sesuatu sesuai peran anda?
Apakah peran itu membuat anda puas?

Askep Gangguan Konsep Diri 35


2. Gangguan konsep diri
3. Mekanisme koping jangka pendek(krisis indentitas)
4. Kesempatan lari sementara dari krisis
5. Kesempatan mengganti identitas
6. Kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep
diri (identitas yang kabur)
7. Arti dari kehidupan
8. Gangguan koping jangka panjang
9. Bila koping jangka pendek tidak sesuai
10. Penyelesaian positif menghasilkan integritas ego,
identitas dan keunikan individu, konsep diri yang sehat

2) Asuhan keperawatan Jenis Harga diri Rendah


 Harga Diri Rendah
Peristiwa-peristiwa traumatick seperti bencana dan konflik
berkepanjangan yang dialami telah meninggalkan dampak yang
serius. Dampak kehilangan-kehilangan tersebut sangat
mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya, yang
berakibat dapat menganggu harga diri seseorang. Modul ini berisi
panduan agar mahasiswa dapat menangani pasien dengan masalah
keperawatan harga diri rendah, baik dengan menggunakan
pendekatan secara individual maupun kelompok.Modul ini juga
memberikan panduan dalam memberikan panduan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga pasien dengan
harga diri rendah (Keliat, BA dan Akemat.2009).
 Pengkajian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti,
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatife
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.Berikut ini adalah tanda
dan gejala harga diri rendah.

Askep Gangguan Konsep Diri 36


1. Mengkritik diri sendiri.

2. Perasaan tidak mampu.

3. Pandangan hidup yang pesimis.

4. Penurunan produktifitas.

5. Penolakan terhadap kemampuan diri.

Selain data diatas, saudara juga dapat mengamati penampilan


seseorang dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang
memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera
makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah.

 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data diatas yang didapat melalui observasi,
wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber
sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnose keperawatan
pada pasien Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
 Tindakan Keperawatan
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan
harga diri rendah adalah menetapkan beberapa tindakan
keperawatan.
1 Tindakan Keperawatan Pada Pasien
Langkah-langkah untuk mengatasi masalah pasien dengan
harga diri rendah adalah menetapkan beberapa tindakan
keperawatan .

Tujuan Pasien dapat Untuk membantu pasien dapat


mengidentifikasi mengungkapkan kemampuan dan aspek
kemampuan data aspek positif yang masih dimilikinya, perawat

Askep Gangguan Konsep Diri 37


positif yang dimiliki. dapat:
1. Mendiskusikan bahwa sejumlah
kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien dirumah sakit,
dirumah, dalam keluarga, dan
lingkungan.

2. Beri pujian yang realistik/nyata


dan hindarkan setiap kali bertemu
memberi pasien penilaian yang
negative.

Pasien dapat menilai Untuk tindakan tersebut, perawat dapat:


kemampuan yang dapat 1. Mendiskusikan dengan pasien
digunakan. kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini.

2. Bantu pasien menyebutkannya dan


memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan
pasien.

3. Perlihatkan respon yang kondusif


dan menjadi pendengar yang aktif.

Pasien dapat menetapkan / Untuk tindakan tersebut, perawat dapat:


memilih kegiatan yang 1. Mendiskusikan dengan pasien
sesuai kemampuan. beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.

2. Bantu pasien menetapkan kegiatan

Askep Gangguan Konsep Diri 38


mana yang dapat pasien lakukan
secara mandiri, mana kegiatan
yang memerlukan bantuan minimal
dari keluarga dan kegiatan apa saja
yang perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan atau
lingkungan terdekat pasien.
Berikan contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat dilakukan
pasien. Susun bersam pasien dan
buat daftar kegiatan sehari-hari
pasien.

Pasien dapat melatih Untuk tindakan keperawatan tersebut,


kegiatan yang sudah perawat dapat melakukan :
dipilih sesuai 1. Mendiskusikan dengan pasien
kemampuan. untuk melatih kemampuan yang
dipilih.

2. Bersama pasien memperagakan


kegiatan yang ditetapkan.

Pasien dapat menyusun Untuk mencapai tujuan tindakan


jadwal untuk melakukan keperawatan tersebut, perawat dapat
kegiatan yang sudah melakukan hal-hal berikut:
dilatih. 1. Memberi kesempatan pada pasien
untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.

2. Beri pujian atas kegiatan yang


dapat dilakukan pasien setiap hari.

Askep Gangguan Konsep Diri 39


3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan.

4. Susun jadwal untuk melaksanakan


kegiatan yang telah dilatih.

2 Tindakan Keperawatan Pada Keluarga

Tujuan 1. Keluarga Untuk tindakan tersebut, perawat dapat:


membantu pasien 1. Diskusikan masalah yang dihadapi
mengidentifikasi keluarga dalam merawat pasien.
kemampuan yang
2. Jelaskan kepada keluarga tentang
dimiliki pasien.
harga diri rendah yang ada pada
2. Keluarga pasien.
memfasilitasi
3. Diskusi dengan keluarga,
pelaksanaan
kemampuan yang dimiliki pasien
kemampuan yang
dan memuji pasien atas
masih dimiliki
kemampuannya.
pasien.
4. Jelaskan cara-cara merawat pasien
3. Keluarga
dengan harga diri rendah.
memotivasi pasien
untuk melakukan 5. Demonstrasikan cara merawat
kegiatan yang pasien dengan harga diri rendah.
sudah dilatih dan
6. Beri kesempatan kepada keluarga
memberikan
untuk mempraktikkan cara
pujian atas
merawat pasien dengan harga diri
keberhasilan
rendah seperti yang telah perawat

Askep Gangguan Konsep Diri 40


pasien. demonstrasikan sebelumnya.

4. Keluarga mampu 7. Bantu keluarga menyusun rencana


menilai kegiatan pasien di rumah.
perkembangan
perubahan
kemampuan
pasien.

2.12. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Proses Keperawatan
Pertemuan 1
a. Kondisi
1) Klien menyendiri
2) Klien menghindar dari kontak mata
3) Klien tidak dapat mempertahankan komunikasi lama
4) Klien tampak merenung di pojok ruangan
b. Diagnosa keperawatan Risiko perubahan persepsi sensori halusinasi
berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.
c. Tujuan Khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
(Wijayaningsih,2015:113).

2.13 STRATEGI KOMUNIKASI TINDAKAN KEPERAWATAN (ROLE PLAY)

a. Orientasi
1) Salam terapeutik
“Selamat pagi mas, sedang apa?”.“Kenalkan nama saya Iwan
setiawan, mas bisa panggil saya bapak atau mas Iwan saja”.”Mas

Askep Gangguan Konsep Diri 41


namanya siapa?.....o o o Sigit Eko, senang dipanggil siapa
mas?”ooooo baik mas sigit saya akan menemani mas sigit selama
2minggu kedepan, nanti bisa cerita masalah yang dialami mas sigit
ya”.
2) Evaluasi
“Bagaimana perasaan mas Sigit saat ini?.....o o kalau saya lihat
mas Sigit tampak duduk sendiri ada apa sebenarnya?”.
3) Kontrak
a) Topik
“Maukah mas Sigit bercakap-cakap tentang kejadian dirumah
dan yang menyebabkan mas widi hanya diam menyendiri, mau
kan?”.
b) Tempat
“Dimana kita akan berbincang-bincang mas? Bagaimana kalau
di taman? mau?”.
c) Waktu
“Kita akan bercakap-cakap berapa menit mas?”.”5menit saja
yaaa?”
(Wijayaningsih,2015:114).
b. Kerja
“Yah sekarang coba mas Sigit ceritakan dirumah tinggal siapa saja?”.
”terus siapa lagi........bagus”.
”diantara mereka siapa yang paling dekat dengan mas?
Mas sigit tadi mengatakan lebih dekta dengan ibu dan kakak,
mengapa?
Apa ada sesuatu yang membuat mas sigit senang dengan mereka
berdua?”. “Nah sekarang diantara mereka, apakah ada sesuatu yang
mas sigit tidak suka, yang sering membuat jengkel misalnya? Ooooo
begitu, mengapa mas sigit sangat tidak menyukainya?.....sering
memarahi mas sigit?”

Askep Gangguan Konsep Diri 42


“apa yang dilakukan mas sigit sipaya dekat dengan orang lain?
Bagus!”.
“Sekarang apa yang menyebabkan mas Sigit senang menyendiri dan
tidak mau bicara dengan orang lain? Mungkin tidak ada teman yang
sebaya dengan mas sigit? Sehigga mas sigit malas keluar rumah?”
(Wijayaningsih,2015:114).
c. Terminasi
1) Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan mas Sigit setelah kita berbincang-bincang
tentang penyebab menyendiri/tidak mau bergaul?”.
2) Evaluasi obyektif
“Jadi yang membuat mas Sigit menyendiri tadi apa saja? Tolong
ceritakan kembali?”..........yah bagus.”
3) Rencana tindak lanjut
“Baiklah mas, nanti diingat-ingat lagi yang menyebabkan enggan
bergaul dengan orang lain dan esok ceritakan kepada saya ya..”
4) Kontrak
a) Topik
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara
mengendalikan suara-suara tersebut? Setuju?”.
b) Tempat
“Baiklah kalau begitu, dimana kita akan bercakap-cakap,
mungkin mas sigit punya tempat yang teduh dan santai untuk
ngobrol?”
c) Waktu
“Berapa lama kita akan bercakap-cakap? 10 menit?”.”Sampai
jumpa besok ya mas ya....” (Wijayaningsih,2015:115).
2. Proses Keperawatan
pertemuan 2
a. Kondisi

Askep Gangguan Konsep Diri 43


1) Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
2) Klien dapat mengenal penyebab menarik diri.
b. Diagnosa Keperawatan resiko perubahan persepsi sensori halusinasi
berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.
c. Tujuan Khusus
1) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a. Orientasi
1) Salam terapeutik
“ selamat pagi, mas widioko ?”,” masih ingat nama saya ? bagus !’.
2) Evaluasi / validasi
“ bagaimana perasaan mas widi saat ini? Apakah ada penyebab
menyendiri yang lain dan belum di ceritakan kemarin?”.
3) Kontrak
a) Topik
“ seperti kesepakatan kemarin pagi ini kita akan
bercakap_cakap tentang keuntungan berhubungan dengan
orang lain serta kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
?”.
b) Tempat
“ seperti kesepakatan kemarin kita bercakap_cakap di taman
ya!”.
4) Waktu
“ mas widi mau berapa lama kita bercakap_cakap ?”.” 10 menit,
baiklah”.
b. Kerja

Askep Gangguan Konsep Diri 44


“ kemarin mas widi sudah menceritakan penyebab menyendiri
sekarang menurut mas widi apa keuntungan berhubungan dengan
orang lain?”,
”ya......bagus,terus apa lagi?”.
“ kalau kerugian tidak berhubungan dengan orang lain ?”.......tidak
tahu yang tidak apa_apa”.
“ jadi begini,banyak manfaat yang dapat di ambil jika kita mau bergaul
atau berhubungan dengan orang lain,misalnya jadi banyak teman,
dapat mengisi waktu dan terhindar dari kesepian.
“ dengan bergaul kita juga jadi tambah ilmu dan wawasan.
“ nah, jika kita tidak bergaul atau hanya menyendiri di kamar, kita jadi
banyak melamun dan akhirnya tidak punya teman untuk di mintai
bantuan jika punya masalah “.
“ bagaimana sudah mengerti keuntungan dan kerugian bergaul?”.
c. Terminasi
1) Evaluasi subyektif
“ bagaimana perasaannya setelah bercakap_cakap tentang
keuntungan bergaul dengan orang lain dan kerugian tidak bergaul ?
2) Evaluasi obyektif
“ coba sebutkan kembali keuntungan bergaul !” bagus........lagi”,”
kalau kerugian.....?”>
3) Rencana tindak lanjut
“ nah, karena mas widi sudah tau keuntungan bergaul maka harus
di praktikkan ya!” nanti pak iwan bantu, bagaimana,bersedia?”.
4) Kontrak
a) Topik
“bagaiman kalau kita besok mulai belajar berkenalan dengan
teman lain?
b) Tempat

Askep Gangguan Konsep Diri 45


“ dimana kita belajar berkenalan, ?o......... di ruang tamu
baiklah”.
c) Waktu
“ mas widi berapa lama kita belajar berkenalan?”’ O.......15
menit baiklah,!” (Wijayaningsih,2015:117).
3. Proses Keperawatan
Pertemuan III
a. Kondisi Klien sudah mengetahui berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
b. Diagnosa keperawatan Resiko perubahan sensori halusinasi
berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri
c. Tujuan khusus Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara
bertahap dengan antara klien dengan perawat

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a. Orientasi
1) Salam terapeutik “ selamat pagi, mas widi”
2) Evaluasi / validasi Bagaimana perasaan mas widi saat ini?
3) Kontrak
a) Topik Pagi hari ini kita akan berlatih cara berkenalan yang
baik kan mas??
b) Tempat Seperti kesepakatan kemarin kita akan berlatih di
ruang tamu kan mas??
c) Waktu
Berapa lama kita akan bercakap cakap?? Bagaimana kalau
15 menit?
b. Kerja
Menurut mas widi, bagaimana cara kita berkenalan dengan orang
lain,”

Askep Gangguan Konsep Diri 46


ya bagus, apakah perlu nkita berdiri dan berjabat tangan??” terus apa
yang kita sampaikan saat berkenalan “ bagus!
” jadi kita berkenalan, untuk menambah kehangatan dan keakraban
kita perlu berjabat tangan dan berdiri, sedangkan seperti yang mas
widi sebutkan, kita bisa menyampaikan nama, alamat,hobi dan lain-
lain!.
“ nah kita sekarang telah tahu cara berkenalan yang baik, bagaimana
kalau kita coba ?”.
“ anggap saja mas widi belum kenal saya, dan saya belum kenal mas
widi oke !”.
“kita mulai, ayo kita berdiri !.
“aku ajari dulu ,ya!.
“kenalkan nama saya iwan setiawan, biasa di panggil iwan,rumah saya
kalinegoro,magelang dan hobi saya memancing dan membaca! “kalau
anda siapa, saya bisa panggil......rumahnya dimana ?
“siapa tahu saya bisa mampir suatu saat “,apa hobi anda?...wah bagus
sekali” “nah sekarang gantian mas berkenalan dengan saya ?.......
Terus!”.
Bagus sekali, nanti coba pada temanya, ya.!”.
c. Terminasi
1) Evaluasi subyektif
“bagaimana perasaanya setelah berlatih berkenalan?”.
2) Evaluasi obyektif
“coba ulangi lagi cara berkenalan yang sudah kita pelajari tadi!”.
Bagus!”.
3) Rencana tindak lanjut
“tolong mas joko dibantu untuk menghindari suara-suara itu
muncul lagi , caranya dengan yang sudah saya jelaskan tadi!”.
4) Kontrak
a) Topik

Askep Gangguan Konsep Diri 47


“bagaimana kalau besok kita bercakap-cakap tentang cara
berkenalan dengan orang lain!”.
b) Tempat
“bagaimana kalau kita bercakap-cakap di taman?”.
c) Waktu
“mau berapa lama?”. “bagaimana kalau 10 menit saja?”
(Wijayaningsih,2015:121).

Askep Gangguan Konsep Diri 48


BAB III

ANALISIS JURNAL

3.1 Identifikasi Topik Jurnal (PICO/PICOT)

P : POPULASI

Pasien harga diri rendah kronik terdiri 16 pasien yang terdiri dari 11 pasien
skizofrenia, 4 pasien retardasi mental dan 1 pasien epilepsy.

I : INTERVENSI
Dari hasil jurnal yang saya analisa intervensinya pemberdayaan keluarga dan
kader kesehatan jiwa denganPendekatan model precede l. Green

C : COMPARISON/PEMBANDING
Dari hasil analisa jurnal menyatakan bahwa pembanding pada jurnal ini
adalah paket tindakan keperawatan spesialis yang terdiri dari 3 paket yang
berbeda. Paket pertama pasien diberikan tiga tindakan keperawatan spesialis
yaitu cognitif Behavior therapy (cbt), family Psychoeducation (fpe) dan
terapi suportif. Dimana kader melakukan kunjungan rumah kepada pasien.
Paket kedua pasien diberikan tindakan keperawatan spesialis Cbt dan fpe,
dimana keluarga dan kader diberdayakan dalam perawatan pasien. Paket
ketiga pasien diberikan tindakan keperawatan spesialis cbt dimana kader dan
keluarga tidak berpartisipasi dalam perawatan pasien

O : OUTCOME
Berdasarkan hasil analisa menunjukkan bahwa asuhan keperawatan yang
diberikan secara latihan melawan pikiran negatif cognitive behaviour therapy
(cbt), dukungan sosial melalui family psychoeducation (fpe) dan terapi suportif
diharapkan memperbaiki harga diri rendah kronik. Karya ilmiah akhir ini
bertujuan menjelaskan hasil asuhan keperawatan spesialis jiwa pada pasien
harga diri rendah kronik yang diberikan cbt, fpe dan terapi suportif.

T : TIME/WAKTU
Dalam Jurnal Ini Tidak Ditunjukkan Kapan Penelitian Dilakukan.

Askep Gangguan Konsep Diri 49


3.2 Analisis dan pembahasan jurnal hubunganya dengan keperawatan
Analisa jurnal ini berhubungan dengan keperawatan dimana
pembahasan dalam jurnal ini membahas tentang hasil pelaksanaan asuhan
keperawatan meliputi karakteristik pasien, stressor predisposisi, presipitasi,
renpon terhadap stressor dam kemampuan pasien. Karakteristik terdiri dari
usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan dan status pekerjaan.
Rentang usia terbanyak antara 21-40 tahun mengalami harga diri rendah
kronik. Rentang ini merupakan usia dewasa dimana kematuran individu harus
dicapai, semakin dewasa seseorang maka semakin lebih baik cara berpikirnya.
Usia dewasa adalah usia dimana individu dapat mengaktualisasikan dirinya di
masyarakat, apabila terjadi kegagalan maka menunjukkan penurunan motivasi
untuk melakukan aktivitas dan merasa kurang mampu atau tidak percaya diri.
Hasil asuhan keperawatan menunjukkan penurunan tanda dan gejala harga diri
rendah kronik disertai peningkatan kemampuan pasien lebih tinggi pada
kelompok pasien yang mendapatkan cbt, fpe dan terapi suportif daripada
kelompok yang mendapatkan cbt dan fpe maupun yang mendapatkan cbt.
Dukungan sosial Di komunitas terutama memberdayakan keluarga dan kader
dalam merawat pasien harga diri rendah kronik disarankan.

Askep Gangguan Konsep Diri 50


BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep diri merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak
didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman
seseorang terhadap dirinya. Terdapat beberapa penyebab gangguan konsep diri
yang dibagi atas jenis-jenisnya. Gangguan konsep diri dibagi menjadi persepsi
diri, citra tubuh, harga diri, penampilan peran, dan identitas diri.

3.2 Saran
Kita harus mengerti, tahu dan memahami mengenai gangguan konsep diri. Agar
tindakan serta penanganan terhadap masalah ini dapat tercapai sesuai dengan
keinginan.

Askep Gangguan Konsep Diri 51


Lampiran

Askep Gangguan Konsep Diri 52


SURAT PERNYATAAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2017

Dengan Ini Kami Menyatakan Bahwa :

Kami Mempunyai Kopi Dan Makalah Ini Yang Bisa Kami Reproduksi Jika Makalah
Yang Dikumpulkan Hilang Atau Rusak. Makalah Ini Adalah Hasil Karya Kami
Sendiri Dan Bukan Merupakan Karya Orang Lain Kecuali Yang Telah Dituliskan
Dalam Referensi, Serta Tidak Ada Seorangpun Yang Membuat Makalah Ini Untuk
Kami. Jika Dikemudian Hari Terbukti Adanya Ketidakjujuran Akademik, Kami
Bersedia Mendapatkan Sanksi Sesuai Peraturan Akademik Yang Berlaku.

Surabaya, 20 Juni 2017

Nama Nim Tanda Tangan Mahasiswa


Royyan Salam 20151660006 1.

Anastasya Irma Suryani 20151660007 1. .

Hikmatul Hasanah 20151660011 2.

Vika Ramadhana Fitriyani 20151660012 3.

Sulastri Ningsih 20151660024 4.

Askep Gangguan Konsep Diri 53


Erviana Maulidya F 20151660029 5.

Sikin Supriyanto 20151660037 7.

Adi Prasetyo 20151660041 6.

Gevi Ariningtias 20151660058 9.

Khaulah Nilla Rahmadhani 20151660057 10

Askep Gangguan Konsep Diri 54


DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayat, A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:


Salemba Medika.

2. Keliat, B. (2001). Gangguan Konsep Diri. Jakarta: EGC.

3. Stuart, G. W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore:


Elsevier.

4. Wijayaningsih, K. s. (2015). Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Trans Info Media.

5. Muhith , Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa dan Aplikasi / Abdul


Muhith. Ed-1. Yogyakarta : Andi,

6. Herdman , T. Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan:


Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:EGC.

7. Iyer, P.W., et al. 1996. Nursing Process and Nursing Diagnosis Philadelphia
: W.B. Saunders Company.

8. Keliat, B.A. dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional


Jiwa. Jakarta: Penerbit ECG.

9. Maramis, W.F. 2006. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Ed. 9. Surabay:


Airlangga Universitas Press.

10. PPNI, 2009. Standar Praktik Keperawatan. Jakarta:” PPNI.

11. Shilves, R. 2008. Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing. St
Louis: Mosby.

12. Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Askep Gangguan Konsep Diri 55


Askep Gangguan Konsep Diri lvi

Anda mungkin juga menyukai