Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Mesjid merupakan pranata keagamaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan


spritual, sosial, dan kultural umat. Dimana ada umat Islam pasti disitu ada mesjid, Mesjid
juga merupakan simbol keislaman, jika ada mesjid maka disitupun disinyalir
ada kehidupan umat islam.

Memahami mesjid secara universal berarti memahami nya sebagai instrumental


sosial masyarakat Islam yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri.
Keberadaan mesjid pada umumnya adalah sebagai tempat ibadah baik mahzah maupun
ghairu mahzah.

Pada masa Rasulullah Saw masalah sosial tentu tidak sedikit karena itu banyak
sekali sahabat Rasul yang memerlukan bantuan sosial sebagai resiko dari keimanan yang
mereka hadapi dan sebagai konsekuensi dari perjuangan.
Mesjid bukan hanya sebatas tempat ibadah saja, tetapi mesjid diharapkan dapat
menjadi pusat aktivitas sosial dan ekonomi bagi para umat atau jamaah, sesuai dengan
potensi lokal yang tersedia.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang bagaimana mesjid itu
dapat dijadikan sebagai tempat pemberdayaan ekonomi umat, baik pada masa rasulullah
maupun zaman sekarang ini.

a. Rumusan masalah
1. Pengertian masjid dan fungsinya
2. Bagaimana peran mesjid terhadap pemberdayaan ekonomi ummat.

b. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi masjid
2. Mengetahui peran msjid terhadap pemberdayaan ekonomi ummat
PEMBAHASAN

1. Pengertian, Peran dan Fungsi Masjid

Secara etimologis, masjid berasal dari bahasa arab sajada-yasjudu- sujuda-


masjidan bermakna sebagai tempat para hamba yang beriman bersujud
melakukan ibadah mahdhah, berupa shalat wajib dan shalat sunah lainnya kepada Allah
SWT. Sementara dalam makna terminologinya masjid adalah tempat para hamba
melakukan segala aktivitas, baik yang bersifat vertical maupun horizontal, dalam kerangka
beribadah kepada Allah SWT.

Sujud adalah pengakuan ibadah, yaitu pengertian pengabdian lahir yang dalam sekali.
Perubahan dari bunyi ma menjadi me disebabkan awalan me dalam bahasa Indonesia.
Dengan demikian, mesjid yang dimaksudkan dalam uraian ini adalah mesjid tidak
hanya dalam pengertian tempat ibadah, tetapi juga mencakup sebagai pusat pembinaan dan
kebudayaan dan sumber pusat peradaban Islam.

Kemudian, ada 4 fungsi masjid yakni ibadah/pembinaan iman dan taqwa, sosial
kemasyarakatan, pendidikan dan pembinaan sumber daya manusia, dan ekonomi. Dari
keempat fungsi ini umumnya baru fungsi pertama saja yang terlaksana sementara fungsi
kedua, ketiga dan keempat belum teroptimalkan.

Untuk bisa mengoptimalkan peran dan fungsi masjid pada masa sekarang ini, kita
harus terlebih dahulu mengetahui bagaimana masjid difungsikan pada masa Rasulluah
SAW sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT. Fungsi Masjid pada masa Rasul
inilah yang sangat penting untuk kita ketahui agar kita tidak menyimpang dalam
memfungsikan masjid dari maksud mendirikannya. Menurut Drs. Miftah faridi: masjid
dalam peradaban Islam, bukan sekedar sebuah tempat kegiatan keagamaan dan kebudayaan,
tetapi merupakan suatu tata kelembagaan yang menjadi sarana pembinaan masyarakat dan
keluarga muslim serta insan-insan peradaban Islam.

Pengelolaan mesjid secara professional berarti berupaya untuk memakmurkan


masjid. Allah SWT berfirman dalam surat At-taubah ayat 18.

Dimasa Nabi Muhammad SAW dan dimasa sesudahnya, masjid menjadi pusat atau
sentral kegiatan kaum muslimin. Kegiatan dibidang pemerintahan pun mencakup, ideologi,
politik,ekonomi, sosial, peradilan dan kemiliteran dibahas dan ddipecahkan dilembaga
masjid. Secara teoritis dan konseptual, masjid adalah pusat kebudayaan Islam.dari tempat
inilah, syiar keislaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrawi, material spiritual
dimulai.
Menurut Ahmad Sutarmadi masjid bukan sekedar memiliki peran dan fungsi sebagai
sarana peribadatan saja bagi jamaahnya. Masjid memiliki misi yang luas mencakup bidang
peningkatan hubungan sosial kemasyarakatan bagi para anggota jamaah, dan peningkatan
ekonomi jamaah, sesuai dengan potensi local yang tersedia.[3]

2. Konsep Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat


Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga atau
kekuatan. Pemberdayaan adalah upaya membangun sumber daya dengan mendorong,
memotivasi dan meningkatkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk
mengembangkannya.[4]
Sedangkan Ekonomi adalah, menurut para ahli, Ekonomi berasal dari bahasa
yunani, oicos danNomos. Oicos berarti Rumah dan Nomos berarti peraturan. Jadi Ekonomi
adalah aturan-aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusiandalam rumah
tangga rakyat (Volkhuisudin) maupun dalam rumah tangga Negara( staatshuishouding).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan ekonomi ummat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat dalam kondisi yang kurang mampu
untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Menurut Suharto dalam pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang,
khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebesan
(freedom) dalam arti bukan saja mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan,
bebas dari kebodohan dan bebas dari kesakitan, (b) menjangkau sumber-sumber pruduktif
yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatan nya dan memperoleh barang-
barang dan jasa yang mereka perlukan. (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusan yang mempengaruhi keputusan mereka.[5]
Mesjid dapat menjadi sentral kekuatan Umat. Dimasa lalu pada masa Nabi, masjid
dapat diperankan secara maksimal sebagai sentral umat islam untuk berbagai kegiatan.
Salah satu kegiatan ekonomi yang dimiliki oleh masjid yang mungkin dapat dipraktekkan
dan dijadikan contoh sebagai basis pemberdayaan umat, khususnya dibidang ekonomi dan
pengentasan kemiskinan adalah pembentukan BMT (Baitul Mal Wattamwil) berbasis
masjid. Masjid dengan aktivitas kegiatan ekonomi yang dimotori oleh BMT yang
didirikannya akan sanggup menjadi basis pemberdayaan ekonomi para jamahnya, maupun
umat islam disekitarnya secara luas.
Untuk optimalisasi peran dan fungsi masjid tersebut dapat diturunkan menjadi
langkah-langkah strategis, khususnya pada poin untuk meningkatkan ekonomi jamaah,
sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan kursus dan bimbingan usaha ekonomis produktif dari hal-hal yang
sederhana sampai kepada urusan ekonomi kelas atas sesuai dengan keadaan jamaah.
2. Memanfaatkan SDA yang tersedia denagan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
3. Mengusahakan permodalan melalui koperasi dan lembaga keuangan yang
menguntungkan seperti membangun BMT dengan dukungan pengelolaan zakat, kerja sama
dengan perbankan, mencari modal dari luar negri dan usaha lain yang halal.
4. Membangun kerja sama anggota jamaah mesjid dalam menumbuhkan ekonomi dengan
memanfaatkan tenaga ahli sesuai dengan situasi setempat, seperti membuat sentra usaha
ekonomi, dll
5. Menjalin hubungan dengan pemerintah yang secara langsung menangani pemgembangan
ekonomi,
6. Menjadikan mesjid sebagai pusat pengelolaan zakat, inaq, dan shadaqah.
DMI bersama kementrian agama terus berupaya mensosialisikan program-program
atau kegiatan yang dilakukan dimesjid alam upaya pemberdayaan umat. Dan Nurhamudin
Ismail dalam sebuah dialog di Jakarta Islamic Center tanggal 17 februari 2006 mengulas “
dalam rangka perbaikan ekonomi keumatan sudahnya saatnya kembali ke mesjid. Masjid
merupakan basis terkecil yang paling dekat dengan umat Muslim. Dia menyebutkan
harusnya, pengurus masjid memiliki data tentang kondisi masyarakat
muslimsekitranya.baik kondisi ekonomi maupun sosialnya.
Rasululullah memfungsikan mesjid Nabawi sebagai:
1. Pusat ibadah
2. Pusat pendidikn dan pengajaran
3. Pusat informasi islam
4. Pusat pengkajian dan penyelesaian problematika umat dalam aspek ekonomi,
sosial,politik, dll.
Nah, selanjutnya umat islam memakmurkan mesjid bukan hanya dibidang ibadah,
akan tetapi juga dalam bidang pendidikan, ekonomi, dll. Beberapa mesjid sudah
menjalankan koperasi bagi jamaah disekitar mesjid tersebut. Akan tetapi banyak juga yang
meminjam dari pada menyimpannya. Dana pemasukan mesjid harus dioptimalkan sebaik-
baiknya bagi pemberdayaan ekonomi umat.
Peran, dan fungsi mesjid sebagai pemberdayaan ekonomi umat tidak asing jika
diterapkan umat islam sekarang ini, karena pada masa Rasulullah juga telah dipraktekkan
fungsi yang seperti itu, dan tidak sedikit mesjid yang dijadikan rasulullah sebagai tempat
atau central untuk perkumpulan umat islam untuk menyelesaikan masing-masing perkara
yang dihadapi.
Salah satu program pemberdayaan ekonomi yang dipraktekkan Nabi SAW adalah
BMT ( Baitul Maal Wat-Tamwil). Yaitu lembaga keuangan mikro yamg berbasis syariah,
berfungsi sebagai sarana memberdayakan perekonomian umat melalui kerja sama pihak
BMT dengan masyarakat yang menjadi nasabah dalam bentuk pembiayaan usaha produktif,
simpanan/tabungan, layanan konsumtif, transaksi produk-produk syariah lainnya.
.
PENUTUP

Kesimpulan
Mesjid merupakan sentral kekuatan umat muslim, tidak hanya sebagai tempat
ibadah shalat limawaktu, tetapi mesjid baik pada masa Rasulullah maupun sekarang ini
merupakan sebuah wadah untuk menyatukan Umat dan menyusun pertahanan akidah
umat. Secara umum fungsi mesjid ada empat, yaitu sebagai ibadah/pembinaan iman dan
taqwa, sosial kemasyarakatan, pendidikan dan pembinaan sumber daya manusia, dan
ekonomi.
Dimasa Nabi Muhammad SAW dan dimasa sesudahnya, masjid menjadi pusat atau
sentral kegiatan kaum muslimin. Kegiatan dibidang pemerintahan pun mencakup, ideologi,
politik,ekonomi, sosial, peradilan dan kemiliteran dibahas dan dipecahkan dilembaga
masjid. Secara teoritis dan konseptual, masjid adalah pusat kebudayaan Islam.dari tempat
inilah, syiar keislaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrawi, material spiritual
dimulai.

B. Saran
Mesjid memang bisa dijadikan sebagai sarana memeberdayakan ekonomi umat, tapi
perlu di ingat bahwa didalam mesjid tidak dibolehkan melakukan transksi jual beli atau
kegiatan ekonomi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Rukmana Nana, Manajemen Masjid Panduan Praktis membangun Dan Memakmurkan


masjid. (Bandung, MQS Publishing. 2009).

Sutarmadi Ahmad, Masjid, tinjauan Al-Qur’an As-sunnah dan manajemen, (Jakarta:


penerbitkalimah, 2001).

Sutarmadi Ahmad, Visi, Misi, dan Langkah strategis; Pengurus Dewan Mesjid Indonesia
dan Pengelola masjid, (Jakarta, Logos wacana Ilmu, 2002).

Mubyanto, membangun Sistem ekonomi,( Jogjakarta, BPFE, 2000)


Dikutip dari Abdul-Fikri-ashari(PDf), oleh Fauzan 20 april 2014

[1] Nana Rukmana, Manajemen Masjid Panduan Praktis membangun Dan Memakmurkan
masjid. (Bandung, MQS Publishing. 2009)hlm; 26
[2] Ahmad sutarmadi, Masjid, tinjauan Al-Qur’an As-sunnah dan manajemen, (Jakarta:
penerbitkalimah, 2001).hlm; 16
[3] Ahmad Sutarmadi, Visi, Misi, dan Langkah strategis; Pengurus Dewan Mesjid
Indonesia dan Pengelola masjid, (Jakarta, Logos wacana Ilmu, 2002) hlm: 462
[4] Mubyanto, membangun Sistem ekonomi,( Jogjakarta, BPFE, 2000) cet I hlm: 263
[5] Dikutip dari Abdul-Fikri-ashari(PDf), oleh Fauzan 20 april 2014

Anda mungkin juga menyukai