SKRIPSI6
SKRIPSI6
i
PENGARUH EFEKTIFITAS PENGGUNAAN SARUNG TANGAN
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Oleh :
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
ii
Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara
pembuatan skripsi dengan judul: “PENGARUH EFEKTIFITAS PENGGUNAAN
SARUNG TANGAN STERIL TERHADAP PENCEGAHAN IRITASI
RONGGA MULUT PASCA PENCABUTAN GIGI PERMANEN” yang telah
dipertanggung jawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal 26
Februari 2014.
Atas nama Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan
Denpasar, 26 Februari 2014.
Mengesahkan
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
Penulis menyusun skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
penulis sangat berterimakasih atas segala hal yang telah penulis dapatkan selama
terimakasih kepada :
2. drg. Setiawan, M.Kes., FISID, selaku dosen penguji dan pembimbing II atas
3. drg. Putu Sulistiawati Dewi, selaku dosen penguji serta masukannya yang
4. drg. Putu Ayu Mahendri Kusumawati, M.Kes., FISID, selaku Dekan Fakultas
iv
5. Kepala Laboratorium Bedah Mulut yang telah mengizinkan penulis dalam
skripsi ini.
tersayang JonaJw yang selalu memberi dukungannya, doa, semangat serta materiil
yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada teman-teman: Bang Ben, Risca, Danan, Yollan, Agek, Gung
Surya, Karima, Indah, Nanda, Jayak, Rian, Yoga, Pa, dan teman teman BG,
teman-teman COC dan angkatan 2010 yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu serta kakak-kakak klinik yang telah membantu banyak dalam penyusunan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
Penulis
v
Pengaruh Efektifitas Penggunaan Sarung Tangan Steril Terhadap
Pencegahan Iritasi Rongga Mulut Pasca Pencabutan Gigi Permanen
Abstrak
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
ABSTRAKSI ........................................................................................................ vi
D. Hipotesis ...................................................................................... 4
vii
D. Teknik Asepsis .............................................................................. 24
D. Definisi Operasional..................................................................... 38
viii
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 51
A. Simpulan ....................................................................................... 51
B. Saran .............................................................................................. 51
LAMPIRAN ........................................................................................................ 55
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tingkat terjadinya risiko iritasi dari hari pertama, hari ketiga
dan hari ketujuh .................................................................................. 42
Tabel 4.2 Hasil Crosstabulation Kelompok dan Kategori Hasil Penelitian ...... 43
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Mencuci tangan dengan menggunakan sabun anti septik ................. 37
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
G. Latar Belakang
kedokteran gigi resiko terjadimya infeksi silang yang disebabkan oleh karena
bakteri dan virus sangatlah tinggi. Rawannya infeksi silang antara pasien
dengan dokter gigi atau pasien dengan pasien, dapat terjadi karena pekerjaan
seorang dokter gigi langsung berkontak dengan saliva dan darah pasien
diantaranya adalah darah, saliva atau jaringan yang merupakan sumber dari
infeksi tersebut berasal. Infeksi juga dapat menyebar di tempat praktek melalui
Ilmu bedah mulut merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi
melibatkan darah dan saliva sehingga inilah yang menyebabkan dokter gigi
1
2
kesehatan gigi harus menutupi bagian tubuh mulai dari kepala hingga telapak
kaki. Perlengkapan ini mulai dari tutup kepala, masker, sarung tangan,
pelindung mata, gaun dan alas kaki. Perlengkapan ini tidak harus digunakan
dan hal yang terpenting pada pemakaian sarung tangan adalah dalam
pencegahan infeksi di rongga mulut pada pasien. Infeksi itu bisa disebabkan
oleh jenis sarung tangannya yang steril atau yang non-steril dan sampai saat
Sarung tangan steril yang pada umumnya tidak digunakan secara rutin ketika
rutin karena diterima sebagai pertahanan yang baik terhadap infeksi silang
antara operator dengan pasien selain itu bertujuan untuk menjaga sterilitas
Material pada sarung tangan umumnya terbuat dari tiga bahan dasar
yaitu natural rubber latex (NRL), dan dua bahan sintetis akrilonitril-butadiene
(nitril), dan polyninyl chloride (vinyl, PVC) dan sarung tangan lateks
kepada pasien sebagai salah satu cara pencegahan terhadap infeksi silang dan
H. Rumusan masalah
steril dalam pencegahan iritasi pada rongga mulut pasca pencabutan gigi
4
I. Tujuan penelitian
steril dalam pencegahan iritasi pada rongga mulut pasca pencabutan gigi
J. Hipotesis
Denpasar.
5
K. Manfaat Penelitian
gigi.
1. Sarung tangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sarung tangan
permanen hanya dilihat dengan pengamatan langsung dan tidak melalui uji
laboratorium.
penelitian ini tidak menghiraukan iritasi yang terjadi pada tangan operator
tetapi hanya melihat iritasi yang terjadi pada rongga mulut pasca
TINJAUAN PUSTAKA
rongga mulut baik berupa minor, mayor dan tindakan pencabutan gigi atau
eksodonsia.
Dental Association (1990) seorang dokter gigi yang ahli dalam bidang Ilmu
Bedah Mulut disebut dengan spesialis Ilmu Bedah Mulut dan Maksillofasial
yang meliputi diagnosis, perawatan bedah dan ajuan penyakit, cedera dan
cacat yang melibatkan aspek fungsional dan estetika dari jaringan keras dan
J. Mukosa Mulut
eksternal, yang terdapat pada saluran pencernaan, rongga hidung, dan rongga
tubuh lainnya. Pada rongga mulut, lapisan ini dikenal dengan oral mucous
membrane atau oral mucosa. Oral mukosa dapat berfungsi sebagai : proteksi,
kecepatan pergantian sel, maka mukosa mulut diklasifikasikan dalam tiga tipe
: mukosa penutup yaitu mukosa yang menutupi sebagian besar rongga mulut
6
7
termasuk bibir, pipi dan basal prosesu alveolaris, forniks vestibulum, dasar
mulut, permukaan ventral lidah dan palatum molle. Epitel mukosa ini
proprianya adalah jaringan ikat jarang dan sangat kaya dengan pembuluh
darah serta mengandung kolagen dan elastin. Mukosa mastikasi, yaitu mukosa
yang menutupi palatum dan prosesus alveolaris (gingiva). Epitel mukosa ini
2006).
Aliran darah yang melewati mukosa mulut yang terbesar adalah pada
gingiva, tetapi semua regiao mukosa mulut, aliran darah lebih besar dari pada
kulit. Pada kulit pembuluh darah dan aliran darah berperan dalam regulasi
temperature, tetapi tidak pada mukosa rongga mulut manusia. Mukosa rongga
vena) tetapi memiliki banyak arteri dan kapiler yang beranastomosis dan
epitel yang terjadi akibat trauma mekanis atau khemis seperti obat-obatan
dan bahan allergen. Ada dua jenis kondisi ulserasi yaitu ulserasi akut
atau tanpa rasa sakit. Area ulserasi ditutupi membran kuning dan dengan
epitel yang diganti oleh jaringan fibrin yang sebagian besar mengandung
2007).
4. Penyembuhan Ulserasi
a. Tahap inflamasi dimulai saat terjadi injuri jaringan dan saat tidak ada
7 hari. Ada dua fase pada tahap inflamasi yaitu fase vaskuler yang
panas (kalor), dan rasa sakit (dolor) serta hilangnya fungsi ( functi
edema.
tahap ini serta kolagen secara acak dihancurkan dan digantikan dengan
serat kolagen baru dengan orientasi lebih baik dalam menahan tensile
dari 80-85% dari jaringan yang tidak mengalami injury. Karena serat
Kontraksi luka adalah proses akhir yang dimulai pada akhir tahap
bermigrasi kearah satu sama lainnya. Pada luka yang tidak atau tidak
ukuran luka.
K. Ekstraksi Gigi
mulut dan merupakan tindakan yang sehari-hari dilakukan oleh seorang dokter
saatEkstrasi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang
11
alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik
gigi yang disebabkan kesalahan dokter gigi, kesalahan pasien atau faktor-
faktor lain. Pada umumnya ekstraksi gigi selalu berhasil dan tidak
terjadi pada situasi perawatan tertentu. Karena itu komplikasi tertentu kadang-
Trauma pada ekstraksi gigi adalah hal yang mungkin terjadi dan tidak
asing lagi. Penting bagi dokter gigi untuk mengontrol tenaga saat ekstraksi
gigi agar tidak berlebihan atau kasar sehingga terhindar dari trauma yang
besar. Pada ekstraksi gigi yang sulit, kadang-kadang dibutuhkan tenaga yang
besar sehingga dapat menimbulkan trauma yang besar pada jaringan di sekitar
12
gigi baik jaringan lunak maupun jaringan keras. Hal ini membuat rasa tidak
nyaman pada pasien dan menimbulkan ketakutan pasien. Jika trauma yang
besar pada ekstraksi gigi terjadi, hal yang paling penting bagi dokter gigi
adalah dapat menguasai dirinya untuk tetap tenang agar tidak memperparah
kekacauan yang terjadi pada dirinya dan menjadi khawatir (Rounds, 1962).
ekstraksi.
2009).
alasan.
13
a. Karies Besar
direstorasi lagi.
b. Nekrosis Pulpa
perawatan endodonti.
c. Penyakit Periodontal
d. Gigi Retak
perawatan endodonti.
e. Gigi Malposisi
f. Gigi Terpendam
g. Gigi Berlebih
menyebabkan gigi berjejal berat dan estetis yang kurang pada gigi
anterior.
Desidui yang sudah waktunya tanggal tetapi masih kuat dan gigi
kesehatan dari pasien maka gigi desidui itu masih tetap tertanam
j. Keperluan Orthodonti
k. Ekstraksi Preprostetis
l. Preradioterapi
melitus.
b. Penderita Trombositopenia
darah.
c. Penderita Leukemia
d. Kaheksi
e. Penderita Hemofilia
f. Kehamilan
a. Asepsis
daerah pembedahan.
b. Pembedahan atraumatik
posisi pasien lebih tinggi dari dataran siku operator dengan posisi
mulut.
urutan tindakan.
19
keduanya.
suatu respon pasien tertentu yang dianggap sebagai kelanjutan normal dari
berupaperdarahan, rasa sakit, edema, dan reaksi terhadap obat. Dan yang
(Karasutisna, 2002).
a. Perdarahan
resiko perdarahan.
b. Infeksi
Meskipun jarang terjadi tetapi hal ini jangan dianggap sepele. Bila
c. Pembengkakan
Keadaan ini terjadi akibat perdarahan yang hebat saat pencabutan gigi.
Ini terjadi karena bermacam hal seperti; kelainan sistemik pada pasien.
d. Dry socket
Kerusakan bekuan darah ini dapat disebabkan oleh trauma pada saat
e. Rasa sakit
Rasa sakit paska operasi akibat trauma jaringan keras dapat berasal
dari cederanya tulang karena terkena instrumen atau bur yang terlalu
f. Fraktur
mengalami karies atau restorasi besar. Namun hal ini sering juga
disebabkan oleh tidak tepatnya aplikasi tang pada gigi, bila tang di
aplikasikan pada mahkota gigi bukan pada akar atau massa akar
gigi atau dengan sumbu panjang tang yang tidak sejajar dengan
terlalu lebar dan hanya memberikan kontak 1 titik gigi dapat pecah
bila tang ditekan. Bila tangkai tang tidak dipegang dengan kuat,
Dapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila terasa
pencabutan.
Gigi antagonis bisa pecah atau fraktur bila gigi yang akan dicabut
dari bagian soket gigi atau bahkan tulang mandibula atau maksila
tepat.
6. Syok
tidak tentu, sianosis pada bibir, laju pernafasan meningkat dan agitasi.
L. Teknik Asepsis
mengurangi jumlah total populasi mikroba. Agar tidak merusak jaringan host
mikroba dari orang yang satu terhadap yang lainnya. Usaha dilakukan untuk
menjaga agar lingkungan dari pasien dibebaskan dari kontaminasi dan juga
pasien dibebaskan dari koloni mikroba dan asepsis merupakan keadaan yang
bebas dari infkesi, karena itu teknik aseptik digunakan untuk menggambarkan
langkah-langkah yang perlu diambil guna mencegah infeksi yang timbul dari
1. Prinsip Asepsis
pasiennya.
mungkin.
merupakan desinfektan.
personel yang steril yang dapat menyentuh benda steril, dan hanya bahan
steril yang dapat menyentuh jaringan pasien. Benda atau bahan yang sudah
steril hanya boleh berkontak dengan benda atau bahan steril lainnya, jika
bahan steril berkontak dengan bahan tidak steril maka menjadi tidak steril,
dan jika suatu bahan diragukan kesterilannya, maka dianggap non steril.
M. Infeksi Silang
inilah yang dimaksud dengan infeksi nosokomial. infeksi yang ditularkan dari
Beberapa jenis alat kedokteran gigi terutama Handpiece High Speed dan Ultra
kedokteran gigi merupakan aturan utama untuk semua kontrol infeksi, akan
dari pasien ke dokter gigi, dokter gigi ke pasien ataupun pasien ke pasien
Tersentuh atau terpaparnya kulit yang utuh terhadap lesi oral yang
menggunakan handpiece dan scaler atau droplet nucleii yang berasal dari
batuk.
gigi harus menutupi bagian tubuh mulai dari kepala hingga telapak kaki.
Perlengkapan ini mulai dari tutup kepala, masker, pelindung mata dan alas
dari tingkat resiko yang mengerjakan, prosedur dan tindakan medis serta
ketahui dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan agar tidak terjadi transmisi
serta perawatannya :
1. Petugas diharapkan selalu berada dalam keadaan sehat, dalam arti kata
hygiene lainnya.
29
diri yang biasa digunakan dalam perawatan gigi adalah sarung tangan sekali
pakai (steril atau non-steril), pelindung mata, perisai wajah, masker, gaun dan
yang digunakan untuk melindungi tubuh pribadi dari darah dan cairan tubuh
1. Sarung Tangan
menular.
MRSA, RSV
peralatan perawatan.
30
2. Masker
material infeksius dan darah serta cairan rongga mulut pasien (Kohli dan
μm; oleh karena itu, respirator yang digunakan dalam pengaturan layanan
dkk, 2003).
garis mata dapat dibuang setiap kali pakai. Setiap kali menggunakan
31
3. Pelindung Mata
dibersihkan dengan sabun dan air pada akhir setiap sesi atau ketika tampak
4. Pakaian Pelindung
sarung tangan, masker, dan pelindung mata atau pelindung wajah) harus
melindungi kulit pekerja kesehatan dari paparan darah dan zat tubuh
lainnya. Lengan baju harus cukup panjang untuk melindungi lengan saat
32
ketika menjadi terlihat kotor dan tertembus oleh darah atau cairan lain
bahan yang dapat dicuci dengan mesin dengan deterjen yang pada suhu
2003).
P. Sarung Tangan
40 jam per minggunya untuk melindungi tangan mereka dari paparan virus,
bakteria, air liur darah pasien dan jamur. Bahan kiama yang terkait dengan
dari paparan bahan infeksius yang mungkin ada di tangan. Seberapa jauh
melalui darah (misalnya, HIV, HBV, HCV) setelah jarum suntik atau pucture
lain yang menembus sarung tangan belum dapat ditentukan. Sarung tangan
diproduksi untuk tujuan kesehatan tunduk pada evaluasi FDA dan clearance.
Sarung tangan Steril medis sekali pakai yang terbuat dari berbagai bahan
33
(misalnya latex, vynil, nitril) yang tersedia untuk perawatan pasien rutin,
bahan kimia dan agen kemoterapi, sensitivitas latex, ukuran, dan kebijakan
darah dan cairan tubuh selama non-bedah perawatan pasien, sepasang sarung
ada variabilitas yang cukup besar antara sarung tangan, baik kualitas dari
terkadang sangat sulit untuk mengetahui bahan sarung tangan yang tepat,
1. Nitrile
karena lebih kuat jika diberikan kekuatan tinggi dan tahan pada cairan
2. Vinyl
maka molekul individu dari vinyl ini akan teruai bila sarung tangan ini
penggunaan.
Sarung tangan yang terbuat dari bahan NRL juga sangat tahan
tangan ini juga memiliki beberapa keuntungan seperti lebih kuat, mudah
daya ketahanan yang luas pada bahan kimia selain itu sarung tangan ini
METODE PENELITIAN
K. Rancangan Penelitian
1. Populasi
2014.
2. Sampel
n= N.z2.p.q
d.(N-1)+z2.p.q
n : perkiraan sampel
q : 1-p(100%-p)
35
36
M. Identifikasi Variabel
1. Variabel Pengaruh : efektifitas sarung tangan steril.
2. Variabel Terpengaruh : mukosa di daerah pencabutan.
N. Definisi Operasional
1. Sarung tangan steril adalah suatu instrumen dalam meminimalkan
penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas bakteri.
Sarung tangan steril memiliki kemasan khusus, yaitu 1 kemasan hanya
berisi 1 pasang sarung tangan steril. Dengan cara penggunaan sebagai
berikut
37
Gambar 3.1 Mencuci tangan dengan menggunakan sabun anti septik (Kohli dan Puttaiah, 2007)
Gambar 3.2 Menggunakan sarung tangan steril (Kohli dan Puttaiah, 2007)
38
2. Bagian mukosa yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu pada bagian
1. Alat :
b. Masker
c. Kaca Mulut
d. Pinset
e. Sonde
f. Nerbeken
g. Pensil
h. Penghapus
i. Kapas
j. Tang cabut
k. Bein
39
2. Bahan :
Q. Instrumen Penelitian
tanda positif dan tidak terdapat iritasi ditandai dengan tanda negatif. Tanda
iritasi seperti timbulnya kemerahan, bengkak dan rasa sakit pada mukosa
daerah pencabutan.
R. Jalannya Penelitian
40 orang dengan kasus seperti sisa akar, gigi yang mengalami periodontitis
kronis dan fraktur gigi pada rahang bawah. Pencabutan gigi permanen
tindakan.
40
iodine 10%.
yang baku.
9. Melihat dan mencatat kondisi rongga mulut pasien pada hari pertama, hari
ketiga dan hari ketujuh pasca pencabutan dan memberi penilaian dengan
memberi tanda negatif untuk yang tidak terdapat iritasi dan memberi
S. Analisis Data
Test.
41
T. Alur Penelitian
Sampel penelitian
pencabutan
Steril
Tindakan Pencabutan
pencabutan
Pengumpulan Data
Analisis Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
C. Karakteristik Sampel
dengan tindakan yang mengunakan sarung tangan steril dan 10 sampel dengan
tindakan yang menggunakan sarung tangan non steril dengan mengambil hasil
observasi terhadap iritasi rongga mulut pasca pencabutan gigi permanen pada
Denpasar.
D. Analisis Data
Tabel 4.1 Tingkat terjadinya risiko iritasi dari hari pertama, hari ketiga dan
hari ketujuh
Positif Iritasi
Kategori
Hari Pertama Hari Ketiga Hari Ketujuh
Steril 30 (100%) 2 (6,67%) 2 (6,675)
Non Steril 10 (100%) 5 (50%) 3 (30%)
Sumber : Lampiran 3 dan 4
menggunakan sarung tangan steril dan non steril semua sampel (100%)
mengalami risiko iritasi pada rongga mulut. Pada hari ketiga untuk kelompok
tangan non steril sebanyak 5 orang (50%). Pada hari ketujuh untuk kelompok
mengalami perubahan dari hari ketiga yaitu sebanyak 2 orang (6,67%) sedangkan
Pengelompok kelompok sarung tangan steril dan sarung tangan non steril
(80%) dan yang menggunakan sarung tangan non steril sebanyak 7 orang (20%)
positif sebanyak 2 orang (4%) dan yang menggunakan sarung tangan non steril
Hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
d
T f Sig. (2-tailed)
Kategori Perbedaan -1,978 38 0,055
berdasarkan asumsi
Perbedaan tidak -1,462 10,703 0,173
berdasarkan asumsi
sig = Signifikan (probability)
T = Uji t hitung
df = Degre of freedom
value sebesar 0,055 lebih besar dari 0,05, artinya tidak terdapat perbedaan yang
kelompok yang menggunakan sarung tangan non steril pada pencabutan gigi
Setelah data dilakukan uji independen test dilanjutkan dengan uji Paired
Paired Differences
95% Perbedaan Tingkat
Rata-rata
Kepercayaan
Rata- Standar standar Sig.
rata Kesalahan eror Terendah Tertinggi t df (2-tailed)
Pair 1 hari1 - 0,23333 0,50401 0,09202 0,04513 0,42153 2,536 29 0,017
hari7
sig = Signifikan (probability)
T = Uji t hitung
df = Degree of freedom
45
value sebesar 0,017 artinya bahwa penggunaan sarung tangan yang steril lebih
baik dalam mencegah terjadinya risiko iritasi pada pasien pencabutan gigi
Mahasaraswati Denpasar.
BAB V
PEMBAHASAN
experimental research) dengan pendekatan pre test post test control group design.
menggunakan sarung tangan steril dan 10 sampel sebagai sampel kontrol dengan
ini adalah suatu teknik pengambilan sampel sederhana dimana seluruh unsur
dalam populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi diberi kesempatan
sederhana pasien diberikan intruksi agar menggigit tampon dan tidak diberikan
obat-obatan, baik antibiotik, analgesik maupun obat kumur, ini dilakukan untuk
tindakan menggunakan sarung tangan steril pada hari pertama semua mengalami
masih mengalami kemerahan, pada hari ketujuh tidak terjadi perubahan dari hari
ketiga pada pasien yang sama dikarenakan karena trauma yang terlalu lebar.
46
47
Kelompok tindakan menggunakan sarung tangan non steril Tabel 4.1 pada hari
mengalami iritasi dan 5 orang masih mengalami kemerahan, pada hari ketujuh
terjadi penurunan dimana sebanyak 7 orang tidak mengalami iritasi dan sebanyak
3 orang masih mengalami kemerahan dan bengkak pada pasien yang sama, hal ini
terjadi karena sarung non steril tidak terjamin kebersihannya disebabkan kemasan
berkeringat secara abnormal yang disertai rasa tidak nyaman secara menyeluruh.
Gejala ini juga dapat terjadi pada rongga mulut karena gesekan sarung tangan,
reaksi dapat bertambah parah apabila powder dari sarung tangan mengenai
mukosa rongga mulut yang menyebabkan kemerahan serta reaksi alergi tipe 1
mukosa pada rongga mulut, kontak tersebut dapat memberikan reaksi pada
mukosa yang bersifat individual tidak spesifik dan sulit diramalkan. Terdapat dua
tipe reaksi yang dapat terjadi, yaitu reaksi iritasi primer dan reaksi
sensitifitas/alergi. Reaksi iritasi primer terjadi akibat efek toksik yang langsung
dari bahan kimia yang bereaksi pada epitel dan pembuluh darah, sedangkan reaksi
48
sensitifitas/alergi merupakan suatu reaksi yang bersifat lambat dan terjadi saat
penanganan menggunakan sarung tangan steril dan non steril semua sampel
(100%) mengalami risiko iritasi pada rongga mulut. Pada hari ketiga untuk
menggunakan sarung tangan non steril sebanyak 5 orang (50%). Pada hari
mengalami iritasi tidak mengalami perubahan dari hari ketiga yaitu sebanyak 2
tangan non steril mengalami penurunan dari hari ketiga yaitu sebanyak 3 orang
(30%).
orang (80%) dan yang menggunakan sarung tangan non steril sebanyak 7 orang
permanen menggunakan sarung tangan steril sebanyak 2 orang (40%) dan yang
sebesar 1,978 dengan p value sebesar 0,055 lebih besar dari 0,05, artinya tidak
tangan steril dengan kelompok yang menggunakan sarung tangan non steril dalam
permanen yang menggunakan sarung tangan steril dengan sarung tangan non steril
hitung sebesar 2,536 dengan p value sebesar 0,017 artinya bahwa penggunaan
sarung tangan yang steril dapat mencegah terjadinya iritasi pada pasien
steril lebih efektif mencegah terjadinya iritasi pasca pencabutan gigi permanen.
Sarung tangan steril merupakan sarung tangan yang disterilkan dan harus
digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak ada sarung tangan steril baru dapat
kesehatan dari paparan bahan infeksius yang mungkin ada di tangan dan
50
penularan patogen melalui darah (misalnya, HIV, HBV, HCV) setelah jarum
suntik atau pucture lain yang menembus sarung tangan belum dapat ditentukan
merupakan suatu produk intraseluler yang komplek dari suatu sistem sel yang
utama dari karet alam (Thurnell, 2011). Adapun komposisi lateks menurut Philips
(2002), antara lain partikel karet (30%-40%), protein (2%-3%), air (55%-65%),
(1,0%-2,0%).
Pada penelitian ini sarung tangan steril lebih efektif karena dapat
mencegah terjadinya risiko iritasi pada rongga mulut. Hasil penelitian ini sejalan
sarung tangan steril dalam pencegahan iritasi pada rongga mulut dan sarung
tangan steril lebih efektif mencegah iritasi pasca pencabutan gigi permanen.
BAB VI
C. Simpulan
bahwa hasil penelitian ini sejalan dengan hipotesis bahwa terdapat pengaruh
dalam pencegahan iritasi pada rongga mulut dan sarung tangan steril lebih
efektif mencegah iritasi pada rongga mulut pasca pencabutan gigi permanen di
sebesar 3,808 dengan p value sebesar 0,001 artinya bahwa penggunaan sarung
tangan steril dapat mencegah terjadinya risiko iritasi rongga mulut pada pasien
D. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, penulis dapat memeberikan saran sebagai
berikut :
tangan steril pada pencabutan gigi permanen dengan metode yang berbeda
dan sampel yang lebih banyak serta diharapkan dapat memperoleh hasil
51
52
DAFTAR PUSTAKA
Fragiskos FD. 2007. Oral surgery. Greek : Springer- Verlag Berlin Heidleberg,
181-200.
Karasutisna, T. 2002. Bahan Ajar Ilmu Bedah Mulut. Tinjauan Umum Dental
Implan dan Pengenalan Sistem Implan ITI. Bagian Bedah Mulut FKG
UNPAD.
Kohn, W.G., Collins, A.S., Cleveland J.L., Harte J.A., Eklund K.J. dan Malvitz
D.M. 2003, „Guidelines for infection control in dental health-care
settings‟, MMWR, vol. 23 no.17, hlm. 1-76.
Pedersen, G. W. 1996, Buku ajar praktis bedah mulut (oral surgery), penerjemah:
Purwanto dan Basoeseno. EGC Penerbit Buku Kedokteran., Jakarta.
Philips P. 2002. the latex glove manufacturing process, director surgical materials
testing labolatory bincess of walles hospital, bridgend walles.
54
Smith, Susan M. 2008. The Clinical Issue. Kimberly-Clark Health Care Education.
Rounds CE. 1962. Principle and technique of exodontia. 2nd ed. Saint Louis : The C.
V. Mosby Company, 197-238.
Upton LG., Harper & Row, 1985. Extractions : Indications, principles, and
armamentarium. Single simple extractions. In : Clark JW, eds. Clinical
Dentistry. Philadelphia : 1-14, 1-16.
Wibowo, T., Parisihni,K ., dan Haryanto, D. 2009, „Proteksi diri dokter gigi
sebagai pemutus rantai infeksi siang‟, Jurnal PDGI, Vol. 58, no.2, hlm.6-
9.
Lampiran 1
INFORMED CONSENT
Nama :
Umur : Tahun
dilakukan oleh : Ida Bagus Angga Triadi, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Segala hal menyangkut penelitian ini telah saya pahami dan akan saya
Denpasar
(….…………….………)
56
Lampiran 2
Tindakan pencabutan
Tindakan anastesi
57
Anastesi
Alat Diagnosa
60
Lampiran 3
Uji Normalitas
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
Infeksi_Ke
lainan N Percent N Percent N Percent
Kategori Steril 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Non Steril 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%
Descriptives
Infeksi_Kelainan Statistic Std. Error
Kategori Steril Mean 1.0667 .04632
95% Confidence Interval for Lower Bound .9719
Mean
Upper Bound 1.1614
5% Trimmed Mean 1.0185
Median 1.0000
Variance .064
Std. Deviation .25371
Minimum 1.00
Maximum 2.00
Range 1.00
Interquartile Range .00
Skewness 3.660 .427
Kurtosis 12.207 .833
Non Steril Mean 1.3000 .15275
95% Confidence Interval for Lower Bound .9544
Mean
Upper Bound 1.6456
5% Trimmed Mean 1.2778
Median 1.0000
Variance .233
Std. Deviation .48305
Minimum 1.00
Maximum 2.00
Range 1.00
Interquartile Range 1.00
Skewness 1.035 .687
Kurtosis -1.224 1.334
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Infeksi_Ke
lainan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kategori Steril .537 30 .000 .275 30 .000
Non Steril .433 10 .000 .594 10 .000
a. Lilliefors Significance Correction
62
Group Statistics
Std. Error
Kelompok N Mean Std. Deviation Mean
Kategori Steril 30 1.0667 .25371 .04632
Non Steril 10 1.3000 .48305 .15275
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori * Kelompok 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
Kategori
T-Test
N Correlation Sig.
Pair 1 hari1 & hari7 30 .365 .047
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Difference
Mea Deviatio Error Sig. (2-
n n Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 hari1 - .23333 .50401 .09202 .04513 .42153 2.536 29 .017
hari7
65
Lampiran 3. Data Responden Penelitian untuk Kelompok Tindakan Menggunakan Sarung Tangan Steril
Lampiran 4. Data Responden Penelitian untuk Kelompok Tindakan Menggunakan Sarung Tangan Non Steril