Hukum Pidana 3
Hukum Pidana 3
Disusun Oleh :
Nama : AMIRUDIN
Kelas :C
Semester : III (Sore)
NPM : C74201161107
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
CIREBON
Jl. Perjuangan No.17, Karyamulya, Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat 45131
DAFTAR ISI
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya Saya dapat menyelesaikan Makalah
tentang “Hukum Pidana (Pelanggaran Lalu Lintas)”.
Saya harap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Dan Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
Makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun, Saya sangat berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan
Makalah yang telah Saya buat ini di masa yang akan datang, Semoga Makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya Saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Terimakasih.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul masalah sebagai berikut:
1. Apa itu pelanggaran lalu lintas?
2. Apa saja bentuk pelanggaran lalu lintas?
3. Apa saja dampak akibat melanggar lalu lintas?
4. Apa yang menyebabkan pelanggaran lalu lintas?
5. Apa saja upaya pemerintah dalam mengatasi pelanggaran lalu lintas?
C. Tujuan
Tujuan pembahasan makalah ini agar orang-orang sadar akan pentingnya
keselamatan diri saat berkendara dijalan raya dengan tidak melakukan
pelanggaran lalu lintas, dan untuk menambah wawasan seputar pelanggaran
lalulintas yang sering terjadi di sekitar kita.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pelanggaran lalu lintas tertentu atau yang sering disebut dengan tilang
merupakan kasus dalam ruang lingkup hukum pidana yang diatur dalam UU
Nomor 14 Tahun 1992 (www. transparansi. or. id, 2009). Hukum pidana
mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan
berakibat diterapkannya hukuman bagi barang siapa yang melakukannya dan
memenuhi unsur-unsur perbuatan yang disebutkan dalam undang-undang
pidana (www.id.wikipedia.org, 2009). Tujuan hukum pidana adalah untuk
menakut-nakuti orang agar tidak melakukan perbuatan yang tidak baik dan
mendidik seseorang yang pernah melakukan perbuatan yang tidak baik
menjadi baik dan dapat diterima (Irawan, 2009.).
Hukum pidana juga dikenal dua jenis perbuatan yaitu kejahatan dan
pelanggaran, kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan
undang-undang tetapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan
rasa keadilan masyarakat, contohnya mencuri, membunuh, berzina,
memperkosa dan sebagainya. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang
hanya dilarang oleh undang-undang, seperti tidak memakai helm, tidak
menggunakan sabuk pengaman dalam berkendara, dan sebagainya.
Pelanggaran terhadap aturan hukum pidana segera diambil tindakan oleh
aparat hukum tanpa ada pengaduan atau laporan dari pihak yang dirugikan,
kecuali tindak pidana yang termasuk delik aduan seperti perkosaan, kekerasan
dalam rumah tangga dan pencurian oleh keluarga. Sedangkan hukuman
terdakwa yang terbukti kesalahannya dapat dipidana mati/ dipenjara/
kurungan atau denda bisa juga dengan pidana tambahan seperti dicabut hak-
hak tertentu. Pelanggaran lalu lintas tertentu atau tilang yang sering biasanya
adalah pelanggaran terhadap Pasal 54 mengenai kelengkapan surat kendaraan
SIM dan STNK serta Pasal 59 mengenai muatan berlebihan truk angkutan
kemudian pelanggaran Pasal 61 seperti salah memasuki jalur lintas kendaraan
(Sebayang, 2009).
Namun seringkali dalam penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas tidak
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Banyak kasus pelanggaran lalu
lintas yang diselesaikan di tempat oleh oknum aparat penegak hukum atau
Polantas, dengan kata lain perkara pelanggaran tersebut tidak sampai diproses
menurut hukum (Anonymous, 2009). Pemberian suap kepada Polantas dapat
dikenakan tindak pidana terhadap penguasa umum dengan pidana penjara
paling lama 2 tahun delapan bulan
(Pasal 209 KUHP). Bahkan usaha atau percobaan untuk melakukan
kegiatan tersebut juga dapat dipidana penjara (Pasal 53 (1) (2) jo Pasal 209
KHUP). Sedangkan bagi Polantas yang menerima suap dapat dikenakan
tindak pidana dengan ancaman penjara paling lama lima tahun (Pasal 419
KUHP) (www. transparansi. or. id, 2009). Singkatnya, persidangan kasus lalu
lintas adalah Acara Pemeriksaan Cepat, dalam proses tersebut para terdakwa
pelanggaran ditempatkan di suatu ruangan. Kemudian hakim akan memanggil
nama terdakwa satu persatu untuk membacakan denda. Setelah denda
dibacakan hakim akan mengetukkan palu sebagai tanda keluarnya suatu
putusan (www.transparansi. or. id, 2009).
Tilang sesuai dengan penjelasan pasal 211 UU No 8 Tahun 1981 Tentang
KUHAP dimaksudkan sebagai bukti bahwa seseorang telah melakukan
pelanggaran lalu lintas jalan.
B. Saran
Para pengguna jalan harus memiliki etika kesopanan di jalan serta harus
mematuhi dan melaksanakan peraturan lalu lintas, misalnya ke kiri jalan terus
atau ke kiri ikuti lampu, dilarang parkir juga tidak membuang sampah
sembarangan di jalan. Kecepatan dalam mengendarai kendaraan harus
disesuaikan dengan kondisi jalan, apakah jalan tersebut ramai atau sepi,
waktu pagi, siang, sore, ataupun malam. Untuk angkutan umum hendaknya
tidak menaikkan atau menurunkan penumpang sembarangan. Dalam
memanfaatkan jalan, kita harus menyadari bahwa bukan hanya kita saja yang
menggunakan jalan tersebut, tetapi setiap orang berhak menggunakannya.
Walaupun itu merupakan hak setiap orang namun, setiap orang berkewajiban
untuk menjaga kesopanan di jalan, salah satunya dengan mematuhi peraturan
lalu lintas yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
http://umum.kompasiana.com/2010/03/04/masalah-pelanggaran-lalu-lintas
http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/17/penanaman-budaya-
%E2%80%9Crikuh%E2%80%9D-dalam-berlalu-lintas-di-indonesia-2/
http://serenity291185.wordpress.com/2008/11/20/tugas-makalah/
http://www.anakunhas.com/2011/12/pengertian-pelanggaran-lalu-lintas.html
Soekanto, Soerjono. 1990. Polisi dan Lalu Lintas (Analisis Menurut Sosiologi
Hukum). Bandung: Mandar Maju