Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Hukum Pidana (Pelanggaran Lalu Lintas)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pidana

Disusun Oleh :
Nama : AMIRUDIN
Kelas :C
Semester : III (Sore)
NPM : C74201161107

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
CIREBON
Jl. Perjuangan No.17, Karyamulya, Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat 45131
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ............................................................................... 3
B. Bentuk – Bentuk Pelanggaran Lalu Lintas yang Terjadi ....... 4
C. Dampak Pelanggaran Lalu Lintas .......................................... 4
D. Penyebab Terjadinya Pelanggaran Lalu Lintas ...................... 4
E. Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Pelanggaran
Lalu Lintas ............................................................................. 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 8
B. Saran ....................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya Saya dapat menyelesaikan Makalah
tentang “Hukum Pidana (Pelanggaran Lalu Lintas)”.
Saya harap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Dan Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
Makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun, Saya sangat berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan
Makalah yang telah Saya buat ini di masa yang akan datang, Semoga Makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya Saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Terimakasih.

Cirebon, 12 Januari 2018


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah
masalah lalu lintas. Hal ini terbukti dari adanya indikasi angka-
angkakecelakaan lalu lintas yang selalu meningkat. Keadaan ini merupakan
salahsatu perwujudan dari perkembangan teknologi modern. Perkembangan
lalu-lintas itu sendiri dapat memberi pengaruh, baik yang bersifat negative
maupunyang bersifat positif bagi kehidupan masyarakat.Sebagaimana
diketahui sejumlah kendaraan yang beredar dari tahun ketahun semakin
meningkat. Hal ini nampak juga membawa pengaruh terhadapkeamanan lalu
lintas yang semakin sering terjadi, pelanggaran lalu lintas yangmenimbulkan
kecelakaan lalu lintas dan kemacetan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas
disebabkan oleh banyak faktor tidak sekedar oleh pengemudi kendaraan yang
buruk, pejalan kaki yang kurang hati-hati,kerusakan kendaraan, rancangan
kendaraan cacat pengemudi, rancangan jalan,dan kurang mematuhinya
rambu-rambu lalu lintas” ( Suwardjoko : 2005 :135) Lalu lintas dan pemakai
jalan memiliki peranan yang sangat pentingdan strategis sehingga
penyelenggaraannya dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh
pemerintah dengan tujuan untuk mewujudkanlalu lintas dan pengguna jalan
yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, danteratur. Pembinaan di bidang
lalu lintas jalan yang meliputi aspek pengaturan,pengendalian, dan
pengawasan lalu lintas harus ditujukan untuk keselamatan,keamanan,
ketertiban, kelancaran lalu lintas jalan.
Dalam rangka pembinaan lalu lintas jalan, sebagaimana tersebut diatas,
diperlukan penetapan suatu aturan umum yang bersifat seragam dan berlaku
secara nasional serta dengan mengingat ketentuan lalu lintas yang berlaku
secara internasional. Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi dikota-
kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini terbukti dari adanyaindikasi
angka kecelakaan lalu lintas yang selalu meningkat. Dewasa ini,
perkembangan lalu lintas yang semakin meningkat sangat pesat, keadaan
inimerupakan salah satu perwujudan dari perkembangan teknologi
modern.Perkembangan lalu lintas itu sendiri dapat memberi pengaruh baik
yang bersifat positif maupun bersifat negatif.Faktor penyebab timbulnya
permasalahan dalam lalu lintas adalahmanusia sebagai pemakai jalan, jumlah
kendaraan, keadaan kendaraan, dan juga kondisi rambu-rambu lalu lintas,
merupakan faktor penyebab timbulnyakecelakaan dan pelanggaran berlalu
lintas (Ramdlon naming : 1983 : 23).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul masalah sebagai berikut:
1. Apa itu pelanggaran lalu lintas?
2. Apa saja bentuk pelanggaran lalu lintas?
3. Apa saja dampak akibat melanggar lalu lintas?
4. Apa yang menyebabkan pelanggaran lalu lintas?
5. Apa saja upaya pemerintah dalam mengatasi pelanggaran lalu lintas?
C. Tujuan
Tujuan pembahasan makalah ini agar orang-orang sadar akan pentingnya
keselamatan diri saat berkendara dijalan raya dengan tidak melakukan
pelanggaran lalu lintas, dan untuk menambah wawasan seputar pelanggaran
lalulintas yang sering terjadi di sekitar kita.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pelanggaran lalu lintas tertentu atau yang sering disebut dengan tilang
merupakan kasus dalam ruang lingkup hukum pidana yang diatur dalam UU
Nomor 14 Tahun 1992 (www. transparansi. or. id, 2009). Hukum pidana
mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan
berakibat diterapkannya hukuman bagi barang siapa yang melakukannya dan
memenuhi unsur-unsur perbuatan yang disebutkan dalam undang-undang
pidana (www.id.wikipedia.org, 2009). Tujuan hukum pidana adalah untuk
menakut-nakuti orang agar tidak melakukan perbuatan yang tidak baik dan
mendidik seseorang yang pernah melakukan perbuatan yang tidak baik
menjadi baik dan dapat diterima (Irawan, 2009.).
Hukum pidana juga dikenal dua jenis perbuatan yaitu kejahatan dan
pelanggaran, kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan
undang-undang tetapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan
rasa keadilan masyarakat, contohnya mencuri, membunuh, berzina,
memperkosa dan sebagainya. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang
hanya dilarang oleh undang-undang, seperti tidak memakai helm, tidak
menggunakan sabuk pengaman dalam berkendara, dan sebagainya.
Pelanggaran terhadap aturan hukum pidana segera diambil tindakan oleh
aparat hukum tanpa ada pengaduan atau laporan dari pihak yang dirugikan,
kecuali tindak pidana yang termasuk delik aduan seperti perkosaan, kekerasan
dalam rumah tangga dan pencurian oleh keluarga. Sedangkan hukuman
terdakwa yang terbukti kesalahannya dapat dipidana mati/ dipenjara/
kurungan atau denda bisa juga dengan pidana tambahan seperti dicabut hak-
hak tertentu. Pelanggaran lalu lintas tertentu atau tilang yang sering biasanya
adalah pelanggaran terhadap Pasal 54 mengenai kelengkapan surat kendaraan
SIM dan STNK serta Pasal 59 mengenai muatan berlebihan truk angkutan
kemudian pelanggaran Pasal 61 seperti salah memasuki jalur lintas kendaraan
(Sebayang, 2009).
Namun seringkali dalam penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas tidak
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Banyak kasus pelanggaran lalu
lintas yang diselesaikan di tempat oleh oknum aparat penegak hukum atau
Polantas, dengan kata lain perkara pelanggaran tersebut tidak sampai diproses
menurut hukum (Anonymous, 2009). Pemberian suap kepada Polantas dapat
dikenakan tindak pidana terhadap penguasa umum dengan pidana penjara
paling lama 2 tahun delapan bulan
(Pasal 209 KUHP). Bahkan usaha atau percobaan untuk melakukan
kegiatan tersebut juga dapat dipidana penjara (Pasal 53 (1) (2) jo Pasal 209
KHUP). Sedangkan bagi Polantas yang menerima suap dapat dikenakan
tindak pidana dengan ancaman penjara paling lama lima tahun (Pasal 419
KUHP) (www. transparansi. or. id, 2009). Singkatnya, persidangan kasus lalu
lintas adalah Acara Pemeriksaan Cepat, dalam proses tersebut para terdakwa
pelanggaran ditempatkan di suatu ruangan. Kemudian hakim akan memanggil
nama terdakwa satu persatu untuk membacakan denda. Setelah denda
dibacakan hakim akan mengetukkan palu sebagai tanda keluarnya suatu
putusan (www.transparansi. or. id, 2009).
Tilang sesuai dengan penjelasan pasal 211 UU No 8 Tahun 1981 Tentang
KUHAP dimaksudkan sebagai bukti bahwa seseorang telah melakukan
pelanggaran lalu lintas jalan.

B. Bentuk-bentuk Pelanggaran Lalu Lintas Yang Terjadi


Bentuk-bentuk pelanggaran lalu lintas diantaranya sebagai berikut:
1. Menggunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi membahayakan
ketertiban atau keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan
kerusakan pada jalan.
2. Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan
surat ijin mengemudi (SIM), STNK, Surat Tanda Uji Kendaraan (STUJ)
yang sah atau tanda bukti lainnya sesuai peraturan yang berlaku atau
dapat memperlihatkan tetapi masa berlakunya sudah kadaluwarsa.
3. Membiarkan atau memperkenakan kendaraan bermotor dikemudikan
oleh orang lain yang tidak memiliki SIM.
4. Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas
jalan tentang penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan
kendaraan dan syarat penggandengan dengan kendaraan lain.
5. Membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi plat
tanda nomor kendaraan yang syah, sesuai dengan surat tanda nomor
kendaraan yang bersangkutan.
6. Pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu
lintas jalan, rambu-rambu atau tanda yang yang ada di permukaan jalan.
7. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tentang ukuran dan muatan
yang diijinkan, cara menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau
cara memuat dan membongkar barang.
8. Pelanggaran terhadap ijin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan
beroperasi di jalan yang ditentukan.

C. Dampak Pelanggaran Lalu Lintas


Tentunya dari permasalahan yang terjadi pada kondisi lalu lintas di Indonesia
telah menimbulkan berbagai masalah khususnya menyangkut permasalahan
lalu lintas. Permasalahan tersebut, seperti:
1. Tingginya angka kecelakaan lalu lintas baik pada persimpangan lampu
lalu lintas maupun pada jalan raya;
2. Keselamatan para pengendara dan para pejalan kaki menjadi terancam;
3. Kemacetan lalu lintas akibat dari masyarakat yang enggan untuk berjalan
kaki atau memanfaatkan sepeda ontel;
4. Kebiasaan melanggar peraturan lalu lintas yang biasa kemudian menjadi
budaya melanggar peraturan.

D. Penyebab Terjadinya Pelanggaran Lalu lintas


Hampir setiap hari di indonesi terjadi kecelakaan akibat kesalahan
pengemudi, baik kecelakaan tunggal hingga tabrakan beruntun. Hal ini bisa
saja terjadi akibat kelalaian pengemudi kendaraan yang tidak mematuhi
peraturan lalu lintas yang sudah ada demi keamanan, kelancaran, dan
keselamatan lalu lintas. Oleh sebab itu, perlu diketahui mengapa di indonesia
tingkat kesadaran akan mamatuhi peraturan lalu lintas masih tergolong
reandah. Barikut beberapa hal yang mungkin menjwab penyebab rendahanya
kesadaran akan mematuhi peraturan lalu lintas:
1. Minimnya pengetahuan mengenai,peratutran,marka dan rambu lalu lintas
Tidak semua pengemudi kendaraan paham dan mengetahui peraturan-
peraturan lalu lintas, arti dari marka, dan rambu-rambu lalu lintas.
Penyebabnya adalah kurangnya kesadaran untuk mencari tahu arti dari
marka dan rambu-rambu lalu lintas ditambah pada saat ujian memperoleh
SIM, mereka lebih senang mendapatkan SIM dengan instan daripada
mengikuti seluruh prosedur.
2. Dari kecil sudah terbiasa melihat orang melanggar lalu lintas atau bahkan
orang tuanya sendiri Kondisi ini sangatlah ironi bila seorang anak kelak
mencontoh orang tuanya, bila orang tuanya sering melanggar peraturan,
kemungkinan besar anak itu juga melanggar.
3. Hanya patuh ketika ada polisi yang patroli atau melewati pos polisi Ini
juga menjadi kebiasaan kebanyakan orang indonesia. Kita ambil contoh,
seorang pengemudi tidak akan melanggar lalu lintas ketika ada polisi
yang sedang mengatur arus lalu lintas di simpang jalan atau ada polisi
yang sedang jaga di pos dekat simpang tersebut. Namun bila tidak ada
polisi, dia bisa langsung tancap gas.
4. Memutar balikkan ungkapan
Sring kita dengar , "peraturan dibuat untuk dilanggar." Ini sangat
menyesatkan. Akan tetapi entah bagaimana ungkapan ini sangat melekat
di hati orang indonesia, sehingga sangat ingin menerapkannya. Semoga
ungkapan ini tidak dipakai pada saat orang menjalankan ibadah sesuai
agamanya.
5. Tidak memikirkan keselamatan diri atau orang lain
Pemerintah telah mewajibkan beberapa standar keselamatan pengemudi
saat mengemudikan kendaraannya seperti wajib memasang safety belt
untuk pengemudi roda 4 dan wajib memakai helm,kaca spion tetap
terpasang, dan menyalakan lampu pada siang hari bagi roda 2. Masih
banyak contoh standar keselamatan lainnya, akan tetapi kenapa
pengemudi malas menerapkannya?
6. Melanggar dengan berbagai alasan
"sebentar saja kok parkir disini (di bawah rambu larangan parkir), ntar
jalan lagi." "ah,sekali-sekali boleh dong ngelanggar, ini butuh cepat".
Masih banyak lagi berbagai alasan yang dijadikan pembelaan. Orang
indonesia memang jago untuk hal-hal seperti ini.
7. Bisa "damai" ketika tilang
Ini hal yang paling sering terjadi. Ketika pengemudi-pengemudi
melanggar peraturan atau tidak lengkapnya kelengkapan surat-surat saat
dirazia, hal yang pertama diajukan oleh pengemudi tersebut adalah jalan
"damai". Kalu tidak bisa "damai" di jalan, pasti nanti bisa coba "damai"
lagi sebelum pengadilan demi mendapatkan kembali surat-surat yang
ditahan oleh pihak kepolisian dengan segera.

E. Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Pelanggaran Lalu Lintas


Pertama-tama seorang petugas harus bertanya pada dirinya sendiri,
siapakah pelanggar peraturan lalu lintas tersebut. Hal ini bukanlah
menyangkut apa pekerjaannya, siapa namanya, dan seterusnya. Yang pokok
disini adalah bahwa seorang yang melanggar peraturan lalu lintas, bukanlah
selalu seorang penjahat (walaupun kadang-kadang petugas berhadapan
dengan penjahat). Seorang pengemudi yang melanggar peraturan lalu lintas
adalah seseorang yang lalai di dalam membatasi penyalahgunaan hak-haknya.
Yang kedua adalah bahwa seorang petugas atau penegak hukum harus
menyadari bahwa dia adalah seseorang yang diberi kepercayaan oleh negara
untuk menangani masalah-masalah lalu lintas. Pakaian seragam maupun
kendaraan dinasnya merupakan lambang dari kekuasaan negara yang
bertujuan untuk memelihara kedamaian di dalam pergaulan hidup
masyarakat. Seorang petugas yang emosional dan impulsif tidak saja akan
merusak seluruh korps, walaupun dia selalu disebut oknum apabila berbuat
kesalahan. Penanganan terhadap para pelanggar, memerlukan kemampuan
dan ketrampilan professional. Oleh karena itu, maka para penegak hukum
harus mempunyai pendidikan formal dengan taraf tertentu, serta pengetahuan
dan pemahaman hukum yang cukup besar. Pengutamaan kekuatan fisik,
bukanlah sikap professional di dalam menangani masalah-masalah lalu lintas.
Perencanaan jalan raya dan pemasangan rambu lalu lintas yang disertai
pertimbangan, akan mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Pemasangan
rambu yang tepat untuk memperingati pengemudi bahwa di mukanya terdapat
tikungan yang berbahaya, misalnya, akan dapat mencegah terjadinya
kecelakaan. Pemasangan rambu yang tidak wajar akan menyebabkan
terjadinya kebingungan pada diri pengemudi. Bentuk jalan raya, besar
kecilnya bentuk huruf, dan warna rambu lalu lintas, mempunyai pengaruh
terhadap pengemudi.
Pemasangan lampu lalu lintas, juga mempunyai pengaruh terhadap
perilaku pengemudi. Apabila lampu lalu lintas tersebut ditempatkan sejajar
dengan garis berhenti, maka hal itu akan menyebabkan pengemudi
menghadapi masalah. Masalahnya adalah, untuk melihat lampu dengan jelas,
maka dia harus berhenti jauh di belakang garis behenti. Apabila hal itu
dilakukan, maka dia akan dimaki-maki oleh pengemudi-pengemudi yang
berada di belakangnya. Kalau dia berhenti tepat di garis berhenti, maka agak
sukar baginya untuk melihat lampu lalu lintas.
Pendidikan bagi pengemudi, juga merupakan salah satu cara dalam
menangani para pelanggar lalu lintas. Pada masyarakat lain di luar Indonesia,
sekolah mengemudi merupakan suatu lembaga pendidikan yang tujuan
utamanya adalah menghasilkan pengemudi-pengemudi yang cakap dan
terampil di dalam mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Sekolah-
sekolah tersebut dikelola oleh para ahli, yang tidak hanya melingkupi mereka
yang biasa menangani masalah-masalah lalu lintas, akan tetapi kadang-
kadang juga ada psikologinya maupun ahli ilmu-ilmu sosial lainnya. Di
dalam sekolah pendidikan pengemudi tersebut, yang paling pokok adalah
sikap dari instruktur. Instruktur harus mampu menciptakan suatu suasana
dimana murid-muridnya dengan konsentrasi penuh menerima pelajarannya.
Seorang instruktur harus mempunyai kemampuan untuk mendidik,
kemampuan untuk mengajar saja tidaklah cukup. Murid-murid harus
diperlakukan sebagai orang dewasa, berilah kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengambil keputusan, oleh karena di dalam mengendarai kendaraan
yang terpenting adalah dapat mengambil keputusan yang cepat dan tepat.
Kalau tidak maka kemungkinan besar akan terjadi kecelakaan yang
mengakibatkan kerugian benda atau hilangnya nyawa seseorang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penegakan peraturan lalu lintas secara baik sangat tergantung pada
beberapa faktor yang selama ini kurang mendapatkan perhatian yang
seksama, yakni: pemberian teladan kepatuhan hukum dari para penegak
hukum sendiri, sikap yang lugas (zakelijk) dari para penegak hukum,
penyesuaian peraturan lalu lintas dengan memperhatikan usaha menanamkan
pengertian tentang peraturan lalu lintas, penjelasan tentang manfaat yang
konkrit dari peraturan tersebut, serta appeal kepada masyarakat untuk
membantu penegakan peraturan lalu lintas.
Penegak hukum di jalan raya, merupakan suatu hal yang sangat rumit.
Pertama-tama penegak hukum harus dapat menjaga kewibawaannya untuk
kepentingan profesinya. Di lain pihak dia harus mempunyai kepercayaan
pada dirinya sendiri untuk mengambil keputusan yang bijaksana, sehingga
menghasilkan keadilan. Semenjak calon pengemudi menjalani ujian untuk
memperoleh surat izin mengemudi harus dipertimbangkan hal-hal yang
menyangkut tingkat kecerdasan pengemudi, kemampuan untuk mengambil
keputusan dengan cepat, aspek fisik pengemudi/calon pengemudi.

B. Saran
Para pengguna jalan harus memiliki etika kesopanan di jalan serta harus
mematuhi dan melaksanakan peraturan lalu lintas, misalnya ke kiri jalan terus
atau ke kiri ikuti lampu, dilarang parkir juga tidak membuang sampah
sembarangan di jalan. Kecepatan dalam mengendarai kendaraan harus
disesuaikan dengan kondisi jalan, apakah jalan tersebut ramai atau sepi,
waktu pagi, siang, sore, ataupun malam. Untuk angkutan umum hendaknya
tidak menaikkan atau menurunkan penumpang sembarangan. Dalam
memanfaatkan jalan, kita harus menyadari bahwa bukan hanya kita saja yang
menggunakan jalan tersebut, tetapi setiap orang berhak menggunakannya.
Walaupun itu merupakan hak setiap orang namun, setiap orang berkewajiban
untuk menjaga kesopanan di jalan, salah satunya dengan mematuhi peraturan
lalu lintas yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

http://umum.kompasiana.com/2010/03/04/masalah-pelanggaran-lalu-lintas
http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/17/penanaman-budaya-
%E2%80%9Crikuh%E2%80%9D-dalam-berlalu-lintas-di-indonesia-2/
http://serenity291185.wordpress.com/2008/11/20/tugas-makalah/
http://www.anakunhas.com/2011/12/pengertian-pelanggaran-lalu-lintas.html
Soekanto, Soerjono. 1990. Polisi dan Lalu Lintas (Analisis Menurut Sosiologi
Hukum). Bandung: Mandar Maju

Anda mungkin juga menyukai