Anda di halaman 1dari 28

BAB 2

TINJAUAN TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan tentang konsep bayi prematur, konsep pola nafas,

proses keperawatan, dan kerangka pikir

2.1 Konsep Bayi Prematur

2.1.1 Definisi Bayi Prematur

Bayi prematur adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bayi yang

dilahirkan terlalu dini. Menurut Cunningham et al, 2008 dalam Saudah, 2016

mendefinisikan prematuritas atau preterm sebagai bayi yang lahir hidup dengan

berat badan 2500 gram atau kurang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada

tahun 2008 menambahkan usia gestasi 37 minggu atau kurang.

Istilah prematuritas telah diganti dengan bayi berat badan lahir rendah

(BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat

badan kurang dari 2500 gram, yaitu usia kehamilan kurang dari 37 minggu,

berat badan lahir rendah dari semstinya, sekalipun umur cukup, atau karena

kombinasi keduanya (Maryunani & Nurhayati, 2009).

Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat badannya kurang

dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur (Rukiyah & Yulianti,

2012).

2.1.2 Klasifikasi Bayi Prematur

Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur

dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

7
8

1. Bayi Prematur Sesuai Masa Kehamilan (SMK)

Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi yang lahir

dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan

usia kehamilan. Derajat prematuritas dapat digolongkan menjadi 3 kelompok

antara lain adalah sebagai berikut:

a. Bayi sangat prematur (extremely premature): 24-30 minggu

b. Bayi prematur sedang (moderately premature): 31-36 minggu

c. Borderline premature: 37-38 minggu.

2. Bayi Prematur Kecil Masa Kehamilan (KMK)

Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang

lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa

gestasi tersebut. Banyak istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa

bayi KMK ini dapat menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus

(intrauterine retardation = INGR) seperti pseudopremature, small for dates,

fetal malnutrition syndrome, chronis fetal distress, IUGR, dan small for

gestational age (SGA). Setiap bayi baru lahir (prematur, matur, dan post

matur) mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa

gestasinya. Gambaran klinisnya tergantung dari pada lamanya, intensitas, dan

timbulnya gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bayi tersebut. IUGR

dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut:

a. Proportinate IUGR: janin menderita distress yang lama, gangguan

pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum


9

bayi lahir. Sehingga berat, panjang, dan lingkar kepala dalam proporsi

yang seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih di bawah masa gestasi

yang sebenarnya.

b. Disproportinate IUGR: terjadi akibat distres sub akut. Gangguan terjadi

beberapa minggu atau beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini

panjang dan lingkar kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan

masa gestasi. Tanda-tandanya adalah sedikitnya jaringan lemak dibawah

kulit, kulit kering, keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan

lebih panjang.

3. Bayi prematur berdasarkan berat bayi lahir menurut Krisnadi (2009):

a. Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR)

b. Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan

Lahir Sangat Rendah (BBLSR)

c. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir

Ekstrim Rendah (BBLER)

2.1.3 Patofisiologi Bayi Prematur

Berdasarkan beberapa faktor etiologi yang telah disebutkan, hal itu akan

menyebabkan gangguan sirkulasi utero plasenta. Akibatnya, akan terjadi

insufisiensi plasenta, yang menyebabkan suplai nutrisi dan oksigen ke janin

tidak adekuat. Hal ini lama-kelamaan akan menyebabkan gangguan


10

pertumbuhan intra uteri dan lahirlah bayi prematur.

Bayi prematur tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan

metabolisme. Hal ini disebabkan karena respon menggigil bayi tidak ada atau

kurang, sehingga tidak dapat menambah aktivitas. Sumber utama kalori bila ada

stress dingin atau suhu lingkungan rendah adalah thermogenesis nonshiver.

Sebagai respon terhadap rangsangan dingin, tubuh bayi akan mengeluarkan

norepinefrin yang menstimulasi metabolisme lemak dari cadangan lemak coklat

untuk menghasilkan kalori yang kemudian dibawa oleh darah ke jaringan.

Stress dingin dapat menyebakan hipoksia, metabolisme asidosis dan

hipoglikemia.

Peningkatan metabolisme sebagai respon terhadap stress dingin akan

meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen yang tersedia tidak

dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang (hipoksia) dan keadaan

ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru menurun akibat berkurangnya

oksigen darah dan kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan ini dapat sedikit

tertolong oleh haemoglobin (HbF) yang dapat mengikat oksigen lebih banyak

sehingga bayi dapat bertahan lebih lama pada kondisi tekanan oksigen yang

kurang (Saudah, 2016).

2.1.4 Etiologi Bayi Prematur

Ada tiga faktor yang menjadi penyebab kelahiran bayi prematur

menurut Rukiyah & Yulianti (2012), yakni:


11

1. Faktor Ibu

a. Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi atau eklampsi

b. Kelainan bentuk uterus (misalnya uterus bikornis, inkompeten serviks)

c. Tumor (misalnya mioma utery, sistoma)

d. Ibu yang menderita oenyakit antara lain: akut dengan gejala panas

tinggi (misalnya tifus abdominalis, malaria) dan kronis (misalnya TBC,

penyakit jantung, gromerulonefritis kronis)

e. Trauma pada masa kehamilan antara lain: fisik (misalnya jatuh) dan

psikologis (misalnya stress)

f. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35

tahun

2. Faktor Janin

a. Kehamilan ganda

b. Hidramnion

c. Ketuban pecah dini

d. Cacat bawaan

e. Infeksi (misalnya rubela, sifilis, toksoplasmosis)

f. Insufisiensi plasenta

g. Inkomptibilitas darah ibu dan janin (faktor Rhesus, golongan darah A,


12

B, dan O)

3. Faktor Plasenta

a. Plasenta previa

b. Solusio plasenta

2.1.5 Manifestasi Klinis Bayi Prematur

Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi, bergantung

pada usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin prematur atau makin kecil

umur kehamilan saat dilahirkan makin besar pula perbedaannya dengan bayi

yang lahir cukup bulan. Adapun tanda dan gejala dari bayi prematur adalah:

1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu

2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram

3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm

4. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari

5. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas

6. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm

7. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm

8. Rambut lanugo (bulu-bulu halus) masih banyak

9. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

10. Tulang rawan dan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga
13

seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga

11. Tumit mengkilap dan telapak kaki halus

12. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan ruge pada skrotum kurang.

Testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris

menonjol, labia minor belum tertutup oleh labia mayor

13. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah

14. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks isap,

menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisnya lemah

15. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan

jaringan lemak masih kurang

16. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit (Saudah, 2016)

2.1.6 Masalah yang Terjadi pada Bayi Prematur

Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), terdapat beberapa masalah

yang dapat terjadi pada bayi prematur baik dalam jangka panjang maupun jangka

pendek. Masalah jangka pendeknya antara lain adalah sevagai berikut:

1. Gangguan metabolik, antara lain sebgai berikut:

a. Hipotermia: terjadi karena sedikitnya lemak tubuh pada bayi prematur

dan pengaturan suhu tubuh bayi yang belum matang

b. Hipoglikemia: kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang

rendah pada bayi yaitu kurang dari 45 mg/dL. Gulah darah berfungsi
14

sebagai makanan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan

glukosa kurang, maka dapat menyebabkan sel-sel saraf di otak mati dan

dapat mempengaruhi kecerdasan bayi kelak. Oleh karena itu bayi

prematur membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir dan minum

sering atau setiap 2 jam

c. Hiperglikemia: sering terjadi pada bayi sangat prematur karena

mendapat cairan glukosa berlebihan secara intravena

d. Masalah pemberian ASI: karena ukuran tubuh bayi yang kecil, dan

keadaan bayi yang kurang energi, lemah serta lambungnya yang kecil

dan tidak dapat mengisap

2. Gangguan imunitas, antara lain sebagai brikut:

a. Gangguan imunologik: daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang

karena kadar Ig G maupun gamma globulin yang rendah. Bayi prematur

belum sanggup membentuk antibodi dan daya fogositosis serta reaksi

terhadap infeksi yang belum baik

b. Kejang saat dilahirkan: terjadi karena infeksi sebelum lahir (prenatal),

perdarahan intrakranial atau akibat vitamin B6 yang dikonsumsi ibu

c. Ikterus (kadar bilirubun yang tinggi): bayi prematur akan menjad kuning

lebih awal dari pada bayi cukup bulan pada umumnya

3. Gangguan pernapasan, antara lain sebagai berikut:

a. Sindroma gangguan pernapasan: perkembangan imatur pada pada sistem


15

pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru

b. Asfiksia: proses adaptasi bayi terhadap pernapasan waktu lahir sehingga

mengalami asfiksia waktu lahir dan membutuhkan resusitasi

c. Apneu periodik (henti napas): organ-organ paru dan susunan saraf pusat

yang belum sempurna menyebabkan bayi dengan kelahiran prematur

berhenti bernapas

d. Paru-paru belum berkembang: menyebabkan bayi mengalami henti napas

(asfiksia) dan membutuhkan resusitasi dengan cepat

e. Retrolental fibroplasia: disebabkan oleh gangguan oksigen yang

berlebihan. Kelainan ini sering terjadi pada bayi prematur dengan berat

badan kurang dari 2000 gram dan telah mendapat oksigen dengan

konsentrasi tinggi atau lebih dari 40%

4. Gangguan sistem peredaran darah, antara lain sebagai berikut:

a. Masalah perdarahan: disebabkan karena kurangnya faktor pembekuan

darah atau karena faktor fungsi pembekuan darah yang abnormal atau

menurun

b. Anemia: disebabkan oleh supresi eritropoesis pasca lahir, persediaan zat

besi janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah sebagai

akibat pertumbuhan yang lebih cepat

c. Gangguan jantung: Patent Ductus Ateriosus (PDA) yang menetap sampai

bayi berumur 3 hari, terutama pada bayi dengan penyakit membran


16

hialin. Gangguan jantung lain yang sering terjadi pada bayi prematur

adalah defek sputum ventrikel yang sering dialami oleh bayi prematur

dengan berat badan kurang dari 2500 gram dan masa gestasinya kurang

dari 34 minggu

d. Gangguan pada otak: terjadi intraventricular hemorrhage yaitu

perdarahan intrakranial yang dapat mengakibatkan masalah neurologis,

seperti gangguan mengendalikan otot, keterlambatan perkembangan, dan

kejang. Selain itu, bayi juga dapat mengalami periventricular

leukomalacia (PVL) yaitu kerusakan dan pelunakan materi putih (bagian

dalam otak yang mentransmisikan informasi antara sel-sel saraf dan

sumsum tulang belakang, juga dari satu bagian otak ke bagian otak yang

lain) yang biasanya terjadi pada bayi dengan masa gestasi kurang dari 32

minggu

e. Bayi prematur dengan ikterus: peningkatan kadar bilirubin dalam darah

mengakibatkan perubahan warna kuning pada kulit, membran mukosa,

sklera, dan organ lain pada bayi

f. Kejang: ditandai dengan adanya tremor dan disertai penurunan

kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata, dan

anggota gerak lain, serta terjadinya kekakuan seluruh tubuh tanpa adanya

rangsangan

g. Hipoglikemia: suatu kondisi dimana kadar gula darah bayi yang rendah

dan dibawah normal, yang dapat mengakibatkan bayi menjadi gelisah


17

dan tremor, apatis, kejang, lemah, letargis, kesulitan makan, keringat

banyak, hipertermi bahkan henti jantung

5. Gangguan cairan dan elektrolit, antara lain sebagai berikut:

a. Gangguan eliminasi: dapat terjadi edema dan asidosis metabolik karena

ginjal yang imatur baik secara anatomis maupun fisiologis, karena ginjal

yang masih belum matang, kemampuan membuang sisa metabolisme dan

air yang belum sempurna, serta produksi urine yang sedikit

b. Distensi abdomen: kelainan ini berkaitan dengan usus bayi akibat dari

mortilitas usus yang berkurang, volume lambung berkurang sehingga

waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencerna dan

mengabsorbsi zat lemak, laktosa, vitamin, yang larut dalam lemak dan

beberapa mineral tertentu berkurang. Kerja dari sfingter kardioesofagus

yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke

esofagus dan mudah terjadi aspirasi

c. Gangguan pencernaan: aluran pencernaan belum berfungsi dengan

sempurna yang mengakibatkan pengosongan lambung menjadi

berkurang. Bayi prematur mudah kembung karena stenosis anorektal,

atresia ileum, peritonitis meconium, dan mega colon

d. Gangguan elektrolit: cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestsi,

keadaan lingkungan, dan penyakit bayi. Kebutuhan cairan sesuai dengan

kehilangan cairan insensibel, cairan yang dikeluarkan ginjal dan


18

penegluaran cairan yang disebabkan oleh keadaan lain. Pada bayi

prematur gangguan elektrolit dipengaruhi oleh kulit bayi yang tipis,

kurangnya jaringan subkutan dan oleh luasnya permukaan tubuh.

Masalah jangka panjang yang dapat terjadi pada bayi prematur menurut

Proverawati dan Sulistyorini (2010), antara lain adalah sebagai berikut:

1. Masalah psikis, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan: berlangsung lebih lambat

karena berkaitan dengan maturitas otak bayi

b. Gangguan bicara dan komunikasi: penelitian longitudinal menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan dalam hal kecepatan berbicara antara bayi

prematur dan BBLR dengan bayi cukup bulan dan berat lahir normal

(BLN). Pada bayi prematur dan BBLR kemampuan bicaranya akan

terlambat dibandingkan bayi cukup bulan dengan berat lahir normal

sampai usia 6,5 tahun

c. Gangguan neurologi dan kognisi: yang sering dialami adalah cerebral

palsy. Makin kecil usia kehamilan bayi, maka semakin tinggi resikonya.

Gangguan neurologi lain adalah retardasi mental, MMR (motor mental

retardasi) dan kelainan EEG (dengan atau tanpa epilepsi)

d. Ganggguan belajar atau masalah pendidikan: suatu penelitian

longitudinal di negara maju (UK dan Eropa) menunjukkan bahwa lebih

banyak anak dengan riwayat kelahiran prematur dan BBLR


19

dimasukkan sekolah khusus. Namun di negara berkembang sulit untuk

menilainya karena faktor kemiskinan juga dapat mempengaruhi

e. Gangguan atnesi dan hiperaktif: gangguan ini sekarang dikenal dengan

ADD dan ADHD yang termasuk dalam gangguan neurologi. Penelitian

menunjukkan bahwa gangguan ini lebih banyak terjadi pada bayi

prematur dengan berat badan lahir kurang dari 2041 gram

2. Masalah fisik antara lain adalah sebagai berikut:

a. Penyakit paru kronis: disebabkan oleh infeksi, kebiasaan ibu yang

merokok selama kehamilan dan radiasi udara lingkungan

b. Gangguan penglihatan (retinopati) dan pendengaran: Retinopathy of

Prematury (ROP) biasanya terjadi pada bayi dengan berat lahir kurang

dari 1500 gram dan masa gestasi kurang dari 30 minggu

c. Kelainan bawaan (kelainan kongenital): kelainan yang terjadi pada

struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh bayi saat dilahirkan.

Kelainan kongenital lebih sering ditemukan pada bayi prematur baik

SMK maupun KMK, tapi paling tinggi pada bayi dengan pertumbuhan

intrauterin yang terlambat. Kelainan yang sering ditemukan adalah

kelainan celah bibir atau langit-langit mulut (sumbing), defek tabung

saraf, kelainan jantung, cerebral palsy, clubfoot, dislokasi panggul

bawaan, hipotiroidisme kongenital, fibrosis kistik, defek saluran

pencernaan, sindroma down, fenilketonuria, sindroma X yang rapuh,


20

distrofi otot, anemia sel sabit, penyakit tay-sachs, sindroma alkohol

pada janin.

2.1.7 Penatalaksanaan Bayi Prematur

Menurut Hariati (2010) bayi yang lahir prematur memerlukan perawatan

yang lebih intensif karena bayi prematur masih membutuhkan lingkungan yang

tidak jauh berbeda dari lingkungannya selama dalam kandungan. Oleh karena

itu, di rumah sakit bayi prematur akan mendapatkan perawatan sebagai berikut:

1. Pengaturan suhu

Bayi prematur sangat cepat kehilangan panas badan atau suhu tubuh

bahkan dapat juga terjadi hipotermia, karena pusat pengaturan suhu belum

berfungsi dengan baik. Oleh karena itu bayi dirawat dalam inkubator.

Inkubator dilengkapi dengan alat pengaturan suhu dan kelembaban agar bayi

dapat mempertahankan suhu normal. Suhu inkubator untuk bayi kurang dari

2000 gram adalah 35oC dan untuk berat 2000-2500 gram maka suhunya 34oC

agar bayi dapat mempertahankan suhunya sampai 37oC (Prawirohardjo, 2006)

2. Pencegahan infeksi

Bayi prematur sangat rentan terhadap infeksi karena kadar

immunoglobulin yang masih rendah, aktifitas bakterisidial neutrofil, efek

sitotoksik limfosit juga masih rendah, fungsi imun belum dapat

mengidentifikasi infeksi secara aktual. Bayi akan mudah menghadapi infeksi

terutama infeksi nosokomial (Manuaba, 2008). Perawatan umum yang biasa


21

dilakukan adalah tindakan aseptik, mempertahankan suhu tubuh,

membersihkan jalan nafas perawatan tali pusat dan memberikan cairan melalui

infuse

3. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi bayi premature

Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi diantaranya menentukan

pemilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian sesuai dengan kebutuhan

pada bayi prematur. Susu adalah sumber nutrisi yang utama bagi bayi. Selama

belum bisa mengisap dengan benar, minum susu dilakukan dengan

menggunakan pipet atau melalui enteral (Manuaba, 2007). Reflek hisap pada

bayi prematur belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim

pencernaan terutama lipase masih kurang, disamping itu kebutuhan protein 3-5

g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari) agar berat badan bertambah. Jumlah

ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum

dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak menderita

hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum pertama

harus dilakukan pengisapan cairan lambung. Untuk mengetahui ada tidaknya

atresia esofagus dan mencegah muntah. Permulaan cairan diberikan sekitar 5-60

ml/kg BB/hari (Prawirohardjo, 2006)

4. Penimbangan berat badan

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi yang

berhubungan dengan daya tahan tubuh. Pemantauab dan monitoring harus

dilakukan secara ketat (Prawirohardjo, 2006). Setiap bayi yang lahir akan
22

ditimbang berat badannya. Berat badan merupakan salah satu ukuran yang

menggambarkan komposisi tubuh bayi secara keseluruhan mulai dari kepala,

leher, dada, perut, tangan, dan kaki. Berat badan yang rendah saat lahir

menunjukkan kondisi bayi yang kurang sehat

5. Membantu beradaptasi

Perawatan di rumah sakit pada bayi yang tidak mengalami komplikasi

bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setelah

suhunya stabil dan memenuhi kriteria pemulangan biasanya sudah

diperbolehkan dibawa pulang. Beberapa rumah sakit yang menggunakan

patokan berat badan untuk pemulangan bayi prematur, sebagai contoh bayi

prematur diperbolehkan pulang jika berat minimal 2 kg atau 2000 gram

(Maulana, 2008)

6. Pemberian oksigen

Ekspansi paru yang memburuk merupakan masalah serius bagi bayi

prematur yang dikarenakan tidakadanya surfaktan. Kadar oksigen yang tinggi

akan menyebabkan kerusakan jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan

kebutaan (Manuaba, 2009)

7. Bantuan pernapasan

Segera setelah lahir jalan napas orofaring dan nasofaring dibersihkan

dengan isapan yang lembut. Pemberian terapi oksigen harus hati-hati dan

diikuti dengan pemantauan terus menerus tekanan oksigen darah arteri antara
23

80-100 mmHg. Untuk memantau kadar oksigen secara rutin dan efektif dapat

digunakan elektroda oksigen secara rutin dan efektif dapat digunakan elektroda

oksigen melalui kulit (Surasmi, Handayani, dan Kusuma, 2003)

8. Mengkaji kesiapan untuk intervensi terpilih yaitu beri stimulasi bila perlu

pada status bayi dan kesiapannya, dorong fleksi pada posisi telentang dengan

menggunakan gulungan selimut, berikan bayi pembatas tubuh melalui

pebedongan atau menggunakan gulungan selimut pada tubuh dan kakinya

(Straight, Barbara R, 2005).

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Bayi Prematur

Menurut Nurafif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat

dilakukan pada bayi prematur adalah sebagai berikut:

1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3. Neutrofil meningkat hingga 23.000-

24.000/mm3 hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis

2. Hematokrit (ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih menandakan

polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan anemia atau

haemoragic prenatal/perinatal

3. Hemoglobin (Hb): 15-2- g/dl. Kadar hemoglobin yang rendah berhubungan

dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan

4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2 hari,

dan 12 g/dl pada 3-5 hari

5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
24

rata-rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga

6. Pemantauan elektrolit (K, Na, Cl): dalam batas normal pada awal kehidupan

7. Pemeriksaan analisa gas darah

2.2 Konsep Ketidakefektifan Pola Nafas

2.2.1 Pengertian Ketidakefektifan Pola Nafas

Ketidakefektifan pola nafas adalah suatu keadaan dimana ventilasi

pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat. Ketidakefektifan pola

nafas adalah suatu keadaan ketika individu mengalami kehilangan ventilasi yang

aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola pernafasan (Lynda

Juall C, 383). Sedangkan menurut Wilkinson Judith M (Diagnosis Nanda,

Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, 2011) mengemukakan bahwa

ketidakefektifan pola nafas adalah suatu inspirasi atau ekspirasi yang tidak

memberi ventilasi secara adekuat.

2.2.2 Batasan Karakteristik Ketidakefektifan Pola Nafas

Menurut Wilkinson Judith M (Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria

Hasil NOC, 2011), batasan karakteristik masalah keperawatan ketidakefektifan

pola nafas antara lain:

1. Subjektif

a. Dipsnea

b. Nafas Pendek
25

2. Objektif

a. Perubahan ekskrusi dada

b. Mengambil posisi tiga titik tumpu (tripod)

c. Bradipnea

d. Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi

e. Penurunan ventilasi semenit

f. Penurunan kapasitas vital

g. Nafas dalam (dewasa VT 500 ml pada saatistirahat, bayi 6-8 ml/KgBB)

h. Peningkatan diameter anterior-posterior

i. Napas cuping hidung

j. Ortopnea

k. Fase ekspirasi memanjang

l. Fase inspirasi memanjang

m. Kecepatan respirasi

n. Takipnea

o. Penggunaan otot bantu aksesoris untuk bernafas

2.2.3 Faktor yang Berhubungan

Menurut Lynda Juall C (Diagnosis Keperawatan, 371) faktor yang

berhubungan dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas


26

diantaranya adalah:

1. Patofisiologis

Berhubungan dengan sekresi yang kental atau sekresi yang berlebihan

sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik, atau influenza. Hal ini juga dapat

berhubungan dengan immobilitas, statis sekresi dan batuk tidak efektif akibat

penyakit sistem pernafasan, hiperventilasi, sindrom hipoventilasi, depresi sistem

saraf pusat atau trauma kepala, cedera serebrovaskular (stroke) dan quadripelgia

2. Tindakan yang berhubungan

Berhubungan dengan imobilitas sekunder akibat efek sedatif dari

medikasi, anastesi umum atau spinal, kerusakan muskuloskeletal, deformitas

tulang, deformitas dinding dada

3. Situasional

Berhubungan dengan imobilitas sekunder akibat pembedahan, trauma,

nyeri, ketakutan, ansietas, kerusakan persepsi atau kognitif, menangis, zat alergen,

asap, tertawa berlebihan

2.2.4 Penatalaksaan Medis

Berdasarkan Intervensi NIC (Buku Diagnosa Keperawatan Nanda, 2011)

masalah ketidakefektifan pola nafas dapat diatasi dengan cara:

1. Melakukananajemen jalan nafas: memfasilitasi kepatenan jalan nafas

2. Pengisapan jalan nafas: mengeluarkan sekret jalan nafas dengan cara


27

memasukkan kateter pengisap ke dalam jalan nafas atau trakea pasien

3. Manajemen anafilaksis: meningkatkan ventilasi dan perfusi jaringan yang

adekuat untuk individu yang mengalami reaksi alergi berat (antigen-antibodi)

4. Ventilasi mekanis: penggunaan alat bantu pernafasan

5. Pemantauan sistem pernafasan: mengumpulkan dan menganalisis data pasien

untuk memastikan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas yang adekuat

6. Bantuan ventilasi: meningkatkan pola pernafasan spontan yang optimal

sehingga memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam

paru

7. Pemantauan tanda-tanda vital: mengumpulkan dan menganalisis data

kardiovaskular, pernafasan dan suhu tubuh pasien untuk menentukan dan

mencegah komplikasi

8. Melakukan aktivitas kolaboratif:

a. Dokter: konsultasikan keadekuatan fungsi ventilasi mekanis,memberikan

obat bronkodilator, terapi nebulizer dan mukolitik

b. Laboratorium: pemeriksaan GDA dan sputum

2.3 Masalah Ketidakefektifan Pola Nafas pada Bayi Prematur

2.3.1 Definisi Masalah

Ketidakefektifan pola nafas adalah inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak

memberi ventilasi adekuat (Nanda Internasional, 2015-2017). Batasan


28

karakteristik: perubahan kedalaman pernapasan, bradipnea, dipsnea, pernafasan

cuping hidung, ortopnea, takipnea, fase ekspirasi memanjang, penurunan tekanan

inspirasi, penurunan tekanan ekspirasi. Sedangkan faktor yang berhubungan

adalah ansietas, posisi tubuh, deformitas tulang, deformitas dinding dada,

keletihan, hiperventilasi, sindrom hipoventilasi, gangguan muskuloskeletal,

kerusakan neurologis, imaturitas neurologis, disfungsi neuromuscular, obesitas,

nyeri, keletihan otot pernafasan, dan cedera medula spinalis (Nanda Internasional,

2015-2017).

2.3.2 Pengkajian Keperawatan

1. Pengkajian

Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun

seksama untuk menentukan setiap masalah yang meuncul dan mengidentifikasi

masalah yang menuntut perhatiam yang cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan

untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan neurologis. Pengkajian meliputi

penyusunan APGAR dan evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau

adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2008).


29

2. Pemeriksaan Fisik

Tabel 2.1 Pemeriksaan Fisik

Gestasi 23-25 Minggu 29-31 Minggu 37-42 Minggu


Berat badan / BB  Perempuan:  Perempuan: 1,4  Perempuan: 3,4 kg
(persentil 50) 620 gram kg  Laki-laki: 3,55 kg
 Laki-laki: 700  Laki-laki: 1,5 kg
gram
Kulit  Sangat tipis,  Merah muda  Kulit tebal dengan
bening  Ketebalan kulit retakan pada
 Merah gelap medium tangan dan kaki
diseluruh tubuh  Merah muda
pucat:merah muda
pada sekitar
telinga, bibir,
telapak tangan dan
kaki
Telinga  Pinna lunak,  Kartilago pada  Kartilago pinna
tidak ada recoil tepi pinna pada kaku sampai tepi
tempatnya, bisa pinna, segera recoil
recoil
Payudara  Tidak teraba  Satu atau kedua  Satu atau kedua
jaringan payudara 0,5-1,0 tonjolan payudara
payudara cm > 1 cm
Genitalia  Laki-laki:  Laki-laki:  Laki-laki: skrotum-
scrotum licin, skrotum- rugae, testis ada
testis tidak bebrapa rugae, pada skrotum
teraba testis-berada  Perempuan: labia
 Perempuan: dalam kanalis minora dan klitoris
klitoris inguinalis tertutup
menonjol, labia  Perempuan:
mayora labia minora
terpisah lebar, dan klitoris
labia minora setengah
menonjol tertutup
30

Postur  Terlentang,  Sedikit fleksi  Anggota gerak


gerakan dari kaki-kaki menekuk, gerakan
tersentak- halus
sentak tidak
terkoordinasi
Penglihatan  Kelopak mata  Pupil bereaksi  Melihat pada
dapat menutup terhadap cahaya wajah. Mengikuti
atau sdikit wajah, garis
terbuka melengkung dan
 Gerakan mata kontras
tidak ada atau terang/gelap di
jarang semua arah
Pendengaran  Kaget dengan  Memutar kepala  Memutar kepala
suara kencang dan mata pada dan mata pada
suara suara
 Memilih suara  Memilih suara dan
dan kata-kata kata-kata ibu
ibu
Pernapasan  Membutuhkan  Kadang-kadang  Jarang
bantuan napas, membutuhkan membutuhkan
sering apnea bantuan bantuan napas.
pernapasan. Apnea jarang
Apnea umum
terjadi
Menghisap dan  Tidak ada  Terkoordinasi pada usia 34-35 minggu
menelan reflek
menghisap
yang
terkoordinasi
Pemberian makan  Biasanya  Pemberian  Pada bayi cukup
membutuhkan makanan per bulan, mengangis
TPN (Total sonde saat lapar. Makan
Parenteral (nasogastrik) makanan penuh
Nutrition) atau kadang sesuai kebutuhan.
nutrisi membutuhkan Dapat
parenteral total TPN (Total mengoordinasikan
31

Parenteral bernapas,
Nutrition) atau menghisap dan
nutrisi menelan
parenteral total
Pengecap  Bereaksi  Bereaksi  Membedakan rasa
terhadap rasa terhadap rasa manis, asam, pahit.
pahit pahit Lebih senang
manis
Interaksi  Jarang bisa  Membuat  Membuat kontak
diajak interaksi kontak mata dan mata dan saat
 Mudah saat bangun bangun siaga
dipenuhi oleh siaga
stimulasi
sensorik
Menangis  Sangat lemah  Keras  Keras

Siklus tidur/bangun  Keadaan  Jelas berbeda  Jelas berbeda


setengah tidur antara situasi antara situasi tidur
tidur dan dan bangun
bangun

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

Menurut Nanda (2012-2014), rumusan masalah (diagnosa) pada bayi

prematur adalah sebagai berikut:

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas neurologis

2. Ketidakefektifan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan mekanisme

pengaturan suhu tubuh immature

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient


32

4. Kerusakan integritas kulit berhubugan dengan faktor perkembangan

2.3.4 Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama perawatan,

menunjukkan keefektifan pola nafas.

Kriteria Hasil:

1. Menunjukkan tidak adanya gangguan status pernafasan, seperti: penggunaan

asesoris, suara napas tambahan, napas pendek

2. Menunjukkan kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal

3. Menunjukkan pola napas efektif, seperti tanda-tanda vital dalam batas normal

a. Nadi : 120 – 160 x/menit

b. Suhu : 36,5oC – 37oC

c. Pernapasan : 40 – 60 x/menit

d. Tekanan Darah : 71/49 mmHg

2.3.5 Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan adalah bagaimana perawat merencanakan suatu

tindakan keperawatan agar dalam melaksanakan perawatan terhadap pasien

efektif dan efisien. Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang

menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap

klien dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.

Intervensi keperawatan yang disarankan untuk menyelesaikan masalah:


33

Manajemen Jalan Nafas

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

2. Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada

dan adanya suara tambahan

3. Monitor status pernapasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya

Status Pernapasan

1. Monitor kecepatan, irama, dan kesulitan bernapas

2. Monitor pola napas (misalnya: bradipneu, takipneu, hiperventilasi, pernapasan

kusmaul, pernapasan 1:1, apneustik, respirasi biot, dan pola atatic)

3. Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi (seperti: SaO2, SvO2,

SpO2) sesuai dengan protokol yang ada

4. Berikan bantuan terapi napas jika diperlukan (misalnya: nebulizer)

Monitoring Tanda Tanda Vital

1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan dengan tepat

2. Monitor keberadaan dan kualitas nadi

3. Monitor irama dan laju pernapasan (misalnya: kedalaman dan kesimetrisan)

4. Monitor pola pernapasan abnormal (misalnya: cheyne-stokes, kussmaul, biot,

apneustic, ataksia, dan bernapas berlebihan)

5. Monitor warna kulit, suhu, dan kelembapan


34

6. Monitor sianosis sentral dan perifer

7. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital

2.3.6 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan pengelolaan dan perwujudan

serta rencana tindakan keperawatan yang terdiri dari kriteria hasil intervensi dan

rasionalisasi. Pelaksanaan dari asuhan keperawatan meliputi rencana-rencana

tindakan oleh perawat, anjuran dokter dan ketentuan rumah sakit. Bagi seorang

perawat yang professional dituntut untuk mempuyai pengetahuan dan ketrampilan

yang luas dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien sehingga dapat

memperoleh hasil yang diharapkan.

2.3.7 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah pengukuran keberhasilan dalam memenuhi

kebutuhan pasien. Dalam hal ini dievaluasi setiap proses pasien dan perawat,

mulai dari diagnosa sampai tindakan evaluasi merupakan bagian terakhir dari

asuhan keperawatan. Apabila masalah pasien teratasi maka dilakukan tindakan

lanjutan, tetapi bila masalah sama sekali tidak teratasi atau timbul masalah baru

maka perawat harus tetap berusaha untuk mengawasi masalah yang dihadapi

pasien dan meninjau kembali rencana keperawatan yang telah dilakukan dan

menyesuaikan dengan masalah yang baru timbul.

Anda mungkin juga menyukai