AnggotaKelompok :
Stephanie (155100301111010)
Nessy Retsa Dwi R (155100301111022)
Nita Rachmawati (155100301111024)
Aulia Hurun In (155100301111042)
Aulia Hendyana (155100301111076)
Kristinawati (155100301111080)
Ariya Giri Candra (155100301111084)
Inneke kusumawati (155100301111100)
Rakha Fauzan (155100301111104)
Fikro Indana Zulfa (155100301111107)
Fyona Yaniar M. (155100301111108)
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3
2.1 Bahan Baku Utama (LidahBuaya) .................................................... 3
2.2 PemilihanLokasi ............................................................................... 4
2.3 PerencanaanKapasitasProduksi ...................................................... 4
2.4Neraca Massa ................................................................................... 5
2.5NeracaEnergi .................................................................................... 5
BAB III PEMILIHAN LOKASI ........................................................................ 6
3.1 PengertianLokasiIndustri ................................................................... 6
3.2 FaktorPertimbanganLokasiIndustri .................................................... 6
3.2.1Bahan Baku ............................................................................... 9
3.2.2TenagaKerja .............................................................................. 10
3.2.3Utilitas ....................................................................................... 12
3.3 PenentuanLokasiPabrik .................................................................... 14
BAB IV PENETAPAN DAN PELUANG KAPASITAS ..................................... 16
4.1 Asumsi Data...................................................................................... 16
4.2 Data PertumbuhanEkspor 2013-2017 ............................................... 16
4.3 Data PertumbuhanImpor 2013-2017 ................................................. 16
4.4 Data PertumbuhanProduksi 2013-2017 ............................................ 17
4.5 Data PertumbuhanKonsumsi 2013-2017 ........................................... 17
4.6 PerhitunganKapasitas ....................................................................... 18
BAB V SELEKSI DAN URAIAN PROSES ..................................................... 19
5.1 Seleksi Proses .................................................................................. 19
5.2 Uraian Proses ................................................................................... 21
5.3 PetaAliran Proses ............................................................................. 23
BAB VINERACA MASSA .............................................................................. 24
6.1 Pengadaan........................................................................................ 24
6.2 Sortasi............................................................................................... 24
BAB VIINERACA ENERGI ............................................................................ 15
iii
7.1 Kesimpulan ....................................................................................... 15
7.2 Saran ................................................................................................ 15
BAB VIIIPENUTUP ....................................................................................... 15
8.1 Kesimpulan ....................................................................................... 15
8.2 Saran ................................................................................................ 15
DAFTAR PUSAKA ........................................................................................ 16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Lidah buaya merupakan salah satu tanaman yang rentan rusak setelah
melewati masa panen. Apabila tidak ditangani dengan perawatan khusus, lendir
atau daging dari tumbuhan lidah buaya cepat mengalami browning. Keadaan ini
sesuai dengan pendapatWinarno (1990) yang menyatakan bahwa hasilpertanian
termasuk tanaman lidah buaya setelahdipanen akan mengalami kerusakan 20 –
40 %.Kerusakan ini terjadi karena waktu panen yangkurang baik, faktor mekanis,
fisiologis dan mikrobiologis.
Oleh karena itu, dengan kualitas dan mutu tanaman lidah buaya mudah
rusak maka dilakukan perlakuan khusus. Mengolah tanaman lidah buaya
menjadi tepung adalah salah satu tindakan efektif yang dapat digunakan untuk
menangani kemungkinan kerusakan tanaman lidah buaya. Dengan adanya
pengolahan tanaman lidah buaya menjadi tepung mampu memperpanjang masa
simpan dan mempermudah distribusi untuk pengolahan selanjutnya. Selain itu,
mampu menjaga kualitas bahan baku agar tetap baik sampai digunakan tanpa
merusak kandungan tanaman lidah buaya. Menurut Suprapti (2002) bahwa
tepung lebih lama umur simpan karena tepung mengandung lebih sedikit air.
Selain itu terdapan pendapat dari Elizabeth dkk (2015) apabila tepung disimpan
dalam kemasan dengan suhu 20oc memiliki umur simpan paling lama sekitar 22
minggu. Secara umum, semakin rendah suhu penyimpanan maka akan semakin
panjang umur simpan tepung.
1.2 Tujuan
Tujuan dari perancangan pabrik ini adalah untuk mengetahui lokasi yang
sesuai untuk pembangunan pabrik tepung lidah buaya tersebut serta mengetahui
kapasitas produksi yang dibutuhkan dan sesuai , energi yang diperlukan , laju
aliran, maupun utilitas pabrik tepung lidah buaya serta hal lain yang bepengaruh
tehadap pembangunan pabrik tepung lidah buaya serta sebagai solusi dari
kebutuhan akan konsumsi lidah buaya yang terus meningkat dari skala pabrik.
Selain itu perancangan pabrik tepung lidah buaya ini memiliki tujuan untuk
mempermudah transportasi distribusi dan menjaga kualitas lidah buaya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dengan adanya kepastian pasar dan harga daun lidah buaya segar maka
petani lidah buaya dapat dilindungi dari turunnya harga jual daun lidah buaya
yang merugikan. Dalam hal ini perlu diformulasikan estimasi harga yang
merupakan kesepakatan (win win solution) antara petani dan industri yang saling
menguntungkan. Pengembangan agroindustri lidah buaya di Indonesia terpusat
di Pontianak provinsi Kalimantan Barat. Tanaman lidah buaya yang berasal dari
Pontianak (Aloeverachinensis) merupakan varietas terunggul di Indonesia
bahkan diakui keunggulannya di dunia. Tanaman jenis ini setiap pelepahnya
memiliki beratsekitar 0,8 – 1,2 kg dan dapat di panen setiap bulan sejak bulan ke
10-12 setelah penanaman hingga tahun ke 5.Tanaman lidah buaya yang mudah
tumbuh dengan baik dilahan gambut sekitar Khatulistiwa dapat dijadikan sebagai
komoditi unggulan mengingat manfaat dan nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Berikut dapat dilihat Data Ekspor Lidah Buaya yang berada di Pontianak
(Hendrawatidkk, 2007):
3
2.2 Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi suatu organisasi atau perusahaan akan mempengaruhi
risiko dan keuntungan perusahaan tersebut secara keseluruhan, mengingat
lokasi sangat mempengaruhi biaya tetap maupun biaya variabel, baik dalam
jangka menengah maupun jangka panjang. Banyak faktor yang menentukan
kesuksesan suatu usaha. Salah satu faktor tersebut adalah ketepatan pemilihan
lokasi. Ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu faktor yang
dipertimbangkan oleh seorang pengusaha sebelum membuka usahanya. Hal ini
terjadi karena pemilihan lokasi yang tepat seringkali menentukan kesuksesan
suatu usaha. Analisis lokasi disektor industri terfokus pada minimalisasi biaya,
sementara fokus pada sektor jasa ditujukan untuk memaksimalkan pendapatan.
Hal ini disebabkan perusahaan manufaktur mendapati biaya cenderung sangat
berbeda diantar lokasi-lokasi yang berbeda, sementara perusahaan jasa
mendapati lokasi sering lebih berdampak terhadap pendapatan daripada biaya
(Wahyudi dkk, 2015).
4
2.4 Neraca Massa
Neraca massa adalah alat atau tool untuk mendapatkan rincian
perhitungan jumlah bahan baku yang diperlukan untuk mendapatkan sejumlah
produk. Dengan menggunakan neraca massa dapat diketahui adanya sejumlah
kehilangan bahan dalam meningkatkan efisiensi bahan baku. Selain itu dengan
neraca massa dapat mengetahui kemungkinan dikembangkannya proses
tersebut untuk mencapai proses zero (tidak ada limbah yang terbuang). Konsep
dasar dari neraca massa yaitu jumlah bahan yang masuk kedalam proses
adalah sama jumlahnya dengan yang keluar dari unit sesuai penerapan hukum
kekekalan massa.
5
BAB III
PEMILIHAN LOKASI
6
3. Hasil tambang yang berupa logam dan bukan logam. Logam, misalnya emas,
perak, tembaga, dan besi. Bukan logam, misalnya minyak bumi, gas, dan
batu bara.
4. Bahan setengah jadi hasil olahan industri manufaktur yang dianggap bahan
baku pada industri akhir. Misalnya, kain merupakan bahan baku industri
pakaian, semen merupakan bahan baku untuk industri tegel dan batako
press, kulit hewan merupakan bahan baku untuk sepatu dan tas, dan
sebagainya.
7
4. Persaingan meliputi persaingan harga dan kualitas. Apabila harga barang
murah dan kualitas baik, maka permintaaan barang akan meningkat.
d. Fasilitas Transportasi
Transportasi pada umumnya mempengaruhi lokasi industri. Transportasi
dengan tiga mode, yaitu, air, jalan, dan rel secara kolektif memainkan peran
penting. Industri yang dalam prosesnya memerlukan biaya angkutan yang besar,
sebaiknya berlokasi di dekat sumber tenaga dan bahan bakar. Jalan top lintas
jawa membaut industri berderet di sepanjang tol untuk memudahkan distribusi
(Salim, 2006).
e. Energi
Faktor lain yang mempengaruhi lokasi industri adalah ketersediaan energy
meiputi listrik, air, angin, batubara, gas dan minyak bumi. Air dan tenaga angin
banyak dicari sebagai sumber pasokan listrik sebelum penemuan mesin uap.
Dengan diperkenalkannya sumber daya seperti listrik, gas, minyak, dan lain-lain,
menjadikan faktor daya lebih fleksibel mengarah ke penyebaran dan
desentralisasi industri (Pamungkasjati, 2013).
f. Cuaca
Pertimbangan alam dan iklim meliputi faktor cuaca seperti topografi suatu
daerah, fasilitas air, fasilitas drainase, pembuangan produk limbah, dan
sebagainya, dimana faktor-faktor ini seringkai mempengaruhi lokasi industri.
Misalnya, dalam kasus industri tekstil katun, iklim lembab memberikan
keuntungan tambahan karena frekuensi benang mengalami kerusakan akan
rendah (Chambers, 2009).
8
Kawasan Industri. Pada Pasal 11 Ayat 2 tentang Perusahaan Kawasan
Industri berkewajiban untuk:
1. Membuat AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa mengurangi kewajiban
pengusaha industri dalam pengelolaan lingkunagn sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986;
2. Melakukan pemetaan lokasi industri sesuai dengan sifat dan jenisnya atas
dasar rencana tapak tanah di Kawasan Industri yang telah disetujui;
3. Membangun, mengelola, dan memelihara fasilitas sarana dan prasarana
Kawasan Industri;
4. Menyediakan atau mengelola fasilitas pengolahan limbah industri;
5. Membantu perusahaan yang berlokasi di kawasannya dalam pengurusan
izinnya;
6. Melaporkan secara berkala kegiatan usahanya kepada instansi yang
berwenang.
9
20%, mikrobiologi TPC maks 100 cfu/g. Industri yang menggunakan tepung lidah
buaya terutama industri kosmetik dan farmasi di Indonesia dan luar negeri seperti
Korea Selatan , Jepang, China dan Singapura. Target pasar tepung lidah buaya
untuk dalam negeri adalah sebesar 18,8 ton/tahun permintaan dalam negeri dan
110,8 ton/tahun untuk luar negeri. Harga tepung lidah buaya impor dengan
kualitas baik mencapai Rp 7.000.000,-/kg, kualitas sedang Rp 2.500.000/kg – Rp
3.500.000/kg. Selama ini permintaan tepung lidah buaya berkualitas tinggi belum
dapat dipenuhi oleh perusahaan tepung lidah buaya dalamkarena belum
memenuhi persyaratan permintaan industri kosmetik yang ada di daerah Jawa
dan Bali. Penggunaan tepung lidah buaya dalam industri kosmetik selain lebih
praktis, juga lebih stabil dan tidak mudah rusak. Selain itu, penggunaan tepung
lidah buaya dalam produk kosmetik dapat diminimalisasikan, yaitu sekitar 0,025–
0,1% dibandingkan dengan gel (bisa mencapai 5–20%), sehingga komponen
aktif dan nutrisi dalam tepung lidah buaya ini mendekati gel lidah buaya segarnya
terutama jika direkonstruksi dan digunakanan dalam formulasi sediaan kosmetik.
Keistimewaan lidah buaya adalah membuat kulit tidak cepat kering dan selalu
kelihatan lembab. Senyawa lignin dan polisakarida dalam lidah buaya sebagai
media pembawa zat-zat nutrisi yang dibutuhkan kulit memberi kemampuan
menembus kulit secara baik (Furnawanthi, 2002).
10
Selain nilai UMR, data yang dijadikan acuan untuk menentukan faktor
tenaga kerja adalah jumlah pengangguran di masing-masing daerah tersebut.
Berdasarkan data BPS pusat, diperoleh data pengangguran sebagai berikut:
11
3.2.3 Utilitas
Faktor selanjutnya yang dijadikan pertimbangan dalam pembuatan pabrik
tepungaloe vera adalah utilitas. Utilitas menjadi salah satu faktor penting untuk
menunjang berjalannya suatu pabrik. Utilitas yang dibutuhkan seperti air, listrik,
12
dan bahan bakar. Kemudahan untuk mengakses listrik, air, dan bahan bakar
mudah karena berada di wilayah yang dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak
dimana aksesnya sangat mudah. Dari faktor-faktor yang dipertimbangkan diatas,
dapat dinilai berdasarkan bobot dari data yang telah didapatkan. Pembobotan
dilakukan untuk menentukan lokasi mana yang tepat untuk dijadikan tempat
pendirian pabrik. Bobot dari masing-masing kota sebagai berikut:
Lokasi (Kota)
Faktor Pangalengan,
Jl. Demak Timur
Pertimbangan Kab.Bandung Batu, Kab.Malang
II, Kota Surabaya
Selatan
Bahan baku 2 1 3
Letak geografis 2 3 1
Tenaga kerja 1 3 2
Pasar 1 3 2
Transportasi 3 2 1
Utilitas 1 2 3
13
Jl. Demak
Pangalengan, Batu, Kab.
Timur II, Kota
Faktor Bobot Kab. Bandung Malang
Surabaya
Pertimbangan (%)
Bobot Bobot Bobot
Skor Skor Skor
Skor Skor Skor
Bahan baku 30% 1 0,39 2 0,60 3 0,90
Letak
20% 3 0,60 2 0,40 1 0,20
geografis
Tenaga kerja 20% 3 0,60 1 0,20 2 0,40
Pasar 15% 3 0,45 1 0,15 2 0,30
Transportasi 10% 2 0,20 3 0,30 1 0,10
Utilitas 5% 2 0,10 1 0,05 3 0,15
Total Skor 2,25 1,70 2,05
Ranking 1 3 2
14
(kantor pos keamanan, ruang tunggu, kamar mandi, ruang makan, mushola).
Sedangkan untuk lahan terbuka berupa jalan, pengolahan limbah dan lahan
parkir. Dipilihnya lokasi yang berada di daerah Demak, Surabaya dikarenakan
pada wilayah ini terdapat beberapa aspek penunjang yang cukup, yaitu sebagai
berikut:
a) Perizinan
Pemilihan lokasi ini dilakukan berdasarkan perizinan dari Pemerintah
daerah Kota Surabaya berkaitan dengan pemetaan wilayah perindustrian di
wilayah Kota Surabaya. Salah satu wilayah di Surabaya yang boleh di gunakan
dalam kegiatan industri RPU yaitu berada pada Kecamatan Bubutan. Selain
perizinan pemerintah Greenade Foods Market juga mendapatkan persetujuan
dari masyarakat khususnya desa Demak.
b) Perluasan Wilayah
Lokasi perusahaan berada di dekat persawahan dan SPBU serta jalan
raya. Hal ini dapat memberikan keuntungan bagi Greenade Foods Market dalam
melakukan pembangunan perusahaan. Apabila Greenade Foods Market ingin
melakukan perluasan lokasi perusahaan maka Greenade Foods Market dapat
membeli lahan persawahan tersebut.
15
BAB IV
PENETAPAN DAN PELUANG KAPASITAS
4.1 Asumsi Data
Dalampenentuanpenetapandanpeluangkapasitas, data yang
digunakandalam 5 tahunterakhiruntuk data ekspor, impor, produksi,
dankonsumsimenggunakanasumsi. Hal inikarenapabrik yang
akandibuatmerupakanperancanganpabrikbarusehinggabelumada data yang
melaporkantentangekspor, impor, produksi, dankonsumsi. Asumsi yang kami
perolehberdasarkankedekatandatanya. Data ekspor, impor, produksi,
dankonsumsi yang diasumsiyaitu:
DATA 2013 2014 2015 2016 2017
Ekspor (m4) 35000 28000 40000 53000 87000
Impor (m1) 453000 758000 620000 485000 320000
Produksi (m2) 5884000 4308000 5938000 9812000 15191000
Konsumsi (m5) 548000 579200 580000 541000 590500
16
Pertumbuhanimpor 2014 - 2015
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟒 620000 − 758000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = −𝟎. 𝟏𝟖 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟒 758000
Pertumbuhanimpor2015 - 2016
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 485000 − 620000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = −𝟎. 𝟐𝟐 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 620000
Pertumbuhanimpor 2016 - 2017
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟕 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 320000 − 485000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = −𝟎. 𝟑𝟒 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 485000
Jumlah = - 0.07 %
i = - 0.07 % / 4 = - 0.02 %
m1 = P (1+i)n = 320000(1+-0.02)5 = 289254.65
17
PertumbuhanKonsumsi 2015 - 2016
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 541000 − 580000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = 𝟎. 𝟓𝟕 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 580000
PertumbuhanKonsumsi 2016 - 2017
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟕 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 590500 − 541000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = 𝟎. 𝟓𝟏 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 541000
Jumlah = 1.17 %
i = 1.17 % / 4 = 0.29 %
m5 = P (1+i)n = 590500(1+1.17)5 = 2109446.2
4.6 PerhitunganKapasitas
m3 = ( m4 + m5 ) – ( m1 + m2 )
= (14622.09 + 2109446.2) – (289254.65+ 629193379.7)
= 626809300.9 ton/tahun
= 1717285.76 ton/hari (365 hari/tahun)
= 71553.57 ton/jam (24 jam/hari)
= 23851.19 ton/8jam
18
BAB V
Sortasi
Penirisan
Pemotongan
Blansir
Penghancuran
dengan grinder
Penambahan
dekstrin 15%
Homogenisasi
Cabinet Drying
(60C)
Grinding dengan
blender kering
Tidak lolos
Ayak 80 Mesh
ayak
Pengemasan
19
Lidah Buaya Segar
Sortasi
Penirisan
Pemotongan
Blansir
Penghancuran
dengan Grinder
Penambahan
dekstrin 15%
Homogenisasi
Cabinet Drying
(60C)
Grinding dengan
blender kering
Tidak lolos
Ayak 80 Mesh
ayak
Pengamasan
20
Macam-macam proses
3. Aspek Dampak
Terhadap Lingkungan
Bau Aroma familiar dan aroma asing yang tidak
disukai disukai
4. Aspek Fisik
Warna Warna gelap Warna putih
21
Penirisan
Penirisan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi
kadar air dalam bahan.
Pengupasan kulit luar
Pengupasan kulit luar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memisahan antara kulit luar dengan daging lidah buaya.
Pemotongan
Pemotongan merupakan suatu proses yang bertujuan pengecilan ukuran
dari bahan yang masih utuh/besar ke ukuran yang lebih kecil.
Perendaman dalam NaCl
Perendaman dalam NaCl merupakan suatu proses bertujuan untuk
meningkatkan mutu produk agar dapat meningkatkan tekstur lidah buaya.
Blansir
Blansir merupakan sebagai mikro enkapsulasi sehingga dapat melindungi
zat aktif lidah buaya dari kerusakan.
Penghancuran dengan Screw Roll Press
Penghancuran dengan Screw Roll Press merupakan suatu proses
bertujuan untuk memperkecil ukuran agar ukuran lidah buaya menjadi lebih
halus.
Penyaringan filtrat
Penyaringan filtrat merupakan suatu metode pemisahan yang dilakukan
secara fisik yang digunakan untuk memisahkan cairan dan larutan (Filter
press)
Penambahan dekstrin 15% (Tangki Pencampur)
dekstrin adalah memotong rantai panjang pati dengan katalis asam atau
enzim menjadi molekul-molekul yang berantai lebih pendek dengan jumlah
untuk glukosa dibawah sepuluh.
Pencampuran (Tangki Pencampuran)
Pencampuran merupakan proses pencampuran yang bertujuan untuk
penyeragaman agar dapat mempertahankan kestabilan sebuah campuran
yang terbentuk.
Pengeringan (Evaporator)
Pengeringan merupakan proses yang bertujuan untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan
sebagian besar air yang dikehendaki.
22
Pengeringan tepung ( spray dryer )
Granding merupakan suatu tindakan penyeleksian pada tingkat kualitas,
peringkat, ukuran pengembangan kepada produk.
Pengayakan (siklon)
Ayakan merupakan proses memisahkan bahan yang diingikan dan tidak
diinginkan berdasarkan dengan ayakan 80 mesh yang berartidalam 1 inchi
terdapat 80 lubang.
Pengemasan.
Produk pengemasan dilakukan untuk mengemas produk tepung lidah
buaya kedalam kemasan plastic.
23
BAB VI
NERACA MASSA
6.2 Sortasi
24
6.3 Pencucian
Air 5 l/kg
13500 kg
2700 kg 2585 kg
Washer
6.4 Penirisan
Lidah buaya
Lidah buaya basah
kering 2487.05
2565 kg kg
Spinner
Air menguap
3% 76.95 kg
25
6.5 Pengupasan Kulit Luar
Lidah Buaya Tanpa Kulit
Lidah Buaya 2487.05 kg 1470.935 kg
Huller
Kulit 30%
746.115 kg
6.6 Pemotongan
Lidah buaya tanpa kulit Lidah buaya 5
cm 1470.935 kg
1470.935 kg CUTTING
26
6.7 Perendaman dalam NaCl
NaCl 5l/kg
7354.675 kg
1470.935 kg 1838.66875 kg
TANGKI
NaCl 6986.941625
kg
Input Massa Input (kg) Output Massa Output (kg)
Lidah buaya 1470,935 Lidah Buaya 1838,66875
NaCl 7354,675 NaCl 6986,941625
Total 8825,61 8825,61
6.8 Blansir
27
6.9 Penghancuran dengan Screw Roll Press
28
6.11 Penambahan Dekstrin 15%
Dekstrin 77,2240875 kg
6.12 Pencampuran
Filtrat terhomogen
Filtrat baru 592,0515875 kg 592,0515875 kg
Tangki
Pencampur
Air 506,2041073 kg
29
Input Massa Input (kg) Output Massa Output (kg)
Filtrat terhomogen 592,0515875 Filtrat kering 85,84748019
Air 506,2041073
Total 592,0515875 592,0515875
30
6.16 Pengemasan
Tepung Lolos
ayak 90% Tepung dalam kemasan
77,26273217kg 77,26273217 kg
PACKAGE
31
BAB VII
NERACA ENERGI
200
∆𝐻 𝑃𝐴𝑁𝐴𝑆 𝑀𝐴𝑆𝑈𝐾 = 1287,068 ∫ × 1358,85 × (200 − 80)
80
= 209.871.882,215 𝐽
= 209,871 × 106 𝐽
93
∆𝐻 𝑃𝐴𝑁𝐴𝑆 𝑀𝐴𝑆𝑈𝐾 = 1287,068 ∫ × 1358,85 × (93 − 40)
40
= 1287,068 × 1358,85 × 53
= 92.693.414,6454 𝐽
= 92,693 × 106 𝐽
3. Pengeringan dengan menggunakan alat Evaporator
32
Diketahui :
- CP = 1358,85 J/KgoC
- T1 = 40oC
- T2 = 70oc
70
∆𝐻 𝑃𝐴𝑁𝐴𝑆 𝑀𝐴𝑆𝑈𝐾 = 592,051 ∫ × 1358,85 × (70 − 40)
40
= 592,051 × 1358,85 × 30
= 24.135.255,0405 𝐽
= 24,135 × 106 𝐽
4. Pengeringan menjadi bubuk dengan menggunakan alat Spray Dryer
Diketahui :
- CP = 1358,85 J/KgoC
- T1 = 40oC
- T2 = 300oc
300
∆𝐻 𝑃𝐴𝑁𝐴𝑆 𝑀𝐴𝑆𝑈𝐾 = 85,847 ∫ × 1358,85 × (300 − 40)
40
= 85,847 × 1358,85 × 85
= 9.915.521,655 𝐽
= 9,915 × 106 𝐽
33
DAFTAR PUSTAKA
34
Wahyudi, N., Efreda A. L., dan Heriyanto. 2015. Analisis Faktor – Faktor
Pemilihan Lokasi Usaha Terhadap Kesuksesan Usaha Jasa Mikro di
Kecamatan Sungai Kunjang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol 4 (2) : 2 –4
Wardhanu. A.P. 2009.Potensi Lidah Buaya Pontianak (Aloevera chinensis,
linn) sebagai Bahan Baku Berbasis Sumber Daya
Lokal.JurnalTeknologiPertanian. Vol 1 (2): 11 - 18
Winarno FG. 1990. Teknologi Pengolahan RumputLaut. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
35