Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PERANCANGAN PABRIK

PABRIK TEPUNG LIDAH BUAYA (ALOEVERA) SEBAGAI MASKER WAJAH

AnggotaKelompok :
Stephanie (155100301111010)
Nessy Retsa Dwi R (155100301111022)
Nita Rachmawati (155100301111024)
Aulia Hurun In (155100301111042)
Aulia Hendyana (155100301111076)
Kristinawati (155100301111080)
Ariya Giri Candra (155100301111084)
Inneke kusumawati (155100301111100)
Rakha Fauzan (155100301111104)
Fikro Indana Zulfa (155100301111107)
Fyona Yaniar M. (155100301111108)

Perancangan Pabrik Kelas N

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta taufik hidayahnya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat
terselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan mekipun masih banyak
kekurangan.
Tujuan penulis membuat laporanini untuk memenuhi penilaian tugas
PerancanganPabrikkelas N.
Penulis mengucapkan terimakasih terhadap :
1. Orang tua yang telah mendorong dan memberi semangat dalam
menyelesaikan laporan ini.
2. Dosen pembimbing PerancanganPabrikkelas N yang telah membimbing
dan membina dalam menyelesaikan Laporan ini.
3. Teman – teman yang telah membantu dan memberikan semangat
kepada penulis sehingga laporan ini segera diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporanini yang dibuat jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan laporan di masa mendatang.
Harapan penulis dengan laporan ini supaya dapat bermanfaat bagi
pembaca umumnya dan pada generasi muda pada khususnya

Malang, Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3
2.1 Bahan Baku Utama (LidahBuaya) .................................................... 3
2.2 PemilihanLokasi ............................................................................... 4
2.3 PerencanaanKapasitasProduksi ...................................................... 4
2.4Neraca Massa ................................................................................... 5
2.5NeracaEnergi .................................................................................... 5
BAB III PEMILIHAN LOKASI ........................................................................ 6
3.1 PengertianLokasiIndustri ................................................................... 6
3.2 FaktorPertimbanganLokasiIndustri .................................................... 6
3.2.1Bahan Baku ............................................................................... 9
3.2.2TenagaKerja .............................................................................. 10
3.2.3Utilitas ....................................................................................... 12
3.3 PenentuanLokasiPabrik .................................................................... 14
BAB IV PENETAPAN DAN PELUANG KAPASITAS ..................................... 16
4.1 Asumsi Data...................................................................................... 16
4.2 Data PertumbuhanEkspor 2013-2017 ............................................... 16
4.3 Data PertumbuhanImpor 2013-2017 ................................................. 16
4.4 Data PertumbuhanProduksi 2013-2017 ............................................ 17
4.5 Data PertumbuhanKonsumsi 2013-2017 ........................................... 17
4.6 PerhitunganKapasitas ....................................................................... 18
BAB V SELEKSI DAN URAIAN PROSES ..................................................... 19
5.1 Seleksi Proses .................................................................................. 19
5.2 Uraian Proses ................................................................................... 21
5.3 PetaAliran Proses ............................................................................. 23
BAB VINERACA MASSA .............................................................................. 24
6.1 Pengadaan........................................................................................ 24
6.2 Sortasi............................................................................................... 24
BAB VIINERACA ENERGI ............................................................................ 15

iii
7.1 Kesimpulan ....................................................................................... 15
7.2 Saran ................................................................................................ 15
BAB VIIIPENUTUP ....................................................................................... 15
8.1 Kesimpulan ....................................................................................... 15
8.2 Saran ................................................................................................ 15
DAFTAR PUSAKA ........................................................................................ 16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lidah buaya merupakan tanaman yang tidak asing lagi dikalangan
masyarakat. Lidah buaya (Aloe vera) merupakan salah satutanaman obat yang
banyak digunakan dalam industrifarmasi, terutama dalam sediaan kosmetik. Hal
inididasarkan pada fakta bahwa khasiat lidah buayasebagai bahan baku
kosmetik disebabkan karenaadanya bahan aktif yang mempunyai
khasiatfarmakologis. Kandungan senyawa kimia yangterdapat di dalamnya,
antara lain asam amino,karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim,hormon
dan senyawa lainnya seperti saponin,antrakuinon, kuinon, lignin dan golongan
enzimyaitu enzim sellulase, amilase, protein dan biogeniksimulator(Marwati dan
Hermani, 2006). Seiring berkembangnya zaman, terdapat banyak inovasi dari
tumbuhan – tumbuhan. Banyak orang menciptakan penemuan alamiah yang
berbasis herbal. Tanaman lidah buaya ini dapat tumbuh dikondisi apa saja.
Tanaman ini tidak sulit untuk ditemukan, biasanya disekitar pekarangan rumah
warga banyak menanam karena perawatan yang tidak sulit.
Tanaman lidah buaya jarang diketahui manfaatnya oleh masyarakat.
Padahal, lidah buaya ini mengandung banyak sekali manfaat baik bagi manusia.
Diantaranya tanaman lidah buaya ini mengandung senyawa senyawa yang
mempunyai fungsi yang cukupberagam, antara lain sebagai antibiotik,
antiseptik,antibakteri, antivirus, anti jamur, anti infeksi, antiperadangan dan anti
pembengkakan. Tanaman lidah buaya banyak digunakan untuk bidang kosmetik.
Dalam kosmetik Secara spesifik, khasiatnya sebagai sediaan kosmetik,
saponinberkhasiat sebagai antiseptik, antrakuinon dankuinon berkhasiat sebagai
antibiotik dan merangsangpertumbuhan sel baru, lignin berkhasiat
sebagaipelembab, aloin untuk merangsang pertumbuhanrambut, dan enzim
sellulase, amilase, protein danbiogenic simulator sebagai zat aktif
membantumetabolisme dan merangsang pertumbuhan danregenerasi sel kulit.
Dalam pemanfaatannya sebagaibahan baku kosmetik, lidah buaya
diformulasikanuntuk pengobatan dan perawatan kulit (kulit yangterbakar, iritasi,
jerawat, melembabkan kulit,pelindung kulit dari sinar matahari) dan
perawatanrambut (anti ketombe, melembabkan rambut,merangsang
pertumbuhan rambut)(Hendrawati dkk, 2007).

1
Lidah buaya merupakan salah satu tanaman yang rentan rusak setelah
melewati masa panen. Apabila tidak ditangani dengan perawatan khusus, lendir
atau daging dari tumbuhan lidah buaya cepat mengalami browning. Keadaan ini
sesuai dengan pendapatWinarno (1990) yang menyatakan bahwa hasilpertanian
termasuk tanaman lidah buaya setelahdipanen akan mengalami kerusakan 20 –
40 %.Kerusakan ini terjadi karena waktu panen yangkurang baik, faktor mekanis,
fisiologis dan mikrobiologis.
Oleh karena itu, dengan kualitas dan mutu tanaman lidah buaya mudah
rusak maka dilakukan perlakuan khusus. Mengolah tanaman lidah buaya
menjadi tepung adalah salah satu tindakan efektif yang dapat digunakan untuk
menangani kemungkinan kerusakan tanaman lidah buaya. Dengan adanya
pengolahan tanaman lidah buaya menjadi tepung mampu memperpanjang masa
simpan dan mempermudah distribusi untuk pengolahan selanjutnya. Selain itu,
mampu menjaga kualitas bahan baku agar tetap baik sampai digunakan tanpa
merusak kandungan tanaman lidah buaya. Menurut Suprapti (2002) bahwa
tepung lebih lama umur simpan karena tepung mengandung lebih sedikit air.
Selain itu terdapan pendapat dari Elizabeth dkk (2015) apabila tepung disimpan
dalam kemasan dengan suhu 20oc memiliki umur simpan paling lama sekitar 22
minggu. Secara umum, semakin rendah suhu penyimpanan maka akan semakin
panjang umur simpan tepung.

1.2 Tujuan
Tujuan dari perancangan pabrik ini adalah untuk mengetahui lokasi yang
sesuai untuk pembangunan pabrik tepung lidah buaya tersebut serta mengetahui
kapasitas produksi yang dibutuhkan dan sesuai , energi yang diperlukan , laju
aliran, maupun utilitas pabrik tepung lidah buaya serta hal lain yang bepengaruh
tehadap pembangunan pabrik tepung lidah buaya serta sebagai solusi dari
kebutuhan akan konsumsi lidah buaya yang terus meningkat dari skala pabrik.
Selain itu perancangan pabrik tepung lidah buaya ini memiliki tujuan untuk
mempermudah transportasi distribusi dan menjaga kualitas lidah buaya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Baku Utama (Lidah Buaya)


Lidah buaya (Aloe vera) merupakan salah satu tanaman obat yang
banyak digunakan dalam industry farmasi, terutama dalam sediaan kosmetik.
Kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalamnya, antara lain asam amino,
karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormone dan senyawa lainnya
seperti saponin, antrakuinon, kuinon, lignin dan golongan enzim yaitu enzim
sellulase, amilase, protein dan biogenik simulator. Senyawa-senyawa tersebut
mempunyai fungsi yang cukup beragam, antara lain sebagai antibiotik, antiseptik,
antibakteri, antivirus, anti jamur, anti infeksi, anti peradangandan anti
pembengkakan. Rasio bahan baku dan tepung yang dihasilkan 150:1 atau 150
kg pelepah basah menghasilkan 1 kg tepung. Dengan demikian, berdirinya
industri tepung lidah buaya menuntut ketersediaan bahan baku dalam jumlah
besar. Hal ini tentunya dapat menghindarkan terjadinya kelebihan produksi
bahan baku yang kemungkinan dapat menyebabkan jatuhnya harga lidah buaya
segar di pasaran, serta tidak tertampungnya hasil panen petani lidah buaya.

Dengan adanya kepastian pasar dan harga daun lidah buaya segar maka
petani lidah buaya dapat dilindungi dari turunnya harga jual daun lidah buaya
yang merugikan. Dalam hal ini perlu diformulasikan estimasi harga yang
merupakan kesepakatan (win win solution) antara petani dan industri yang saling
menguntungkan. Pengembangan agroindustri lidah buaya di Indonesia terpusat
di Pontianak provinsi Kalimantan Barat. Tanaman lidah buaya yang berasal dari
Pontianak (Aloeverachinensis) merupakan varietas terunggul di Indonesia
bahkan diakui keunggulannya di dunia. Tanaman jenis ini setiap pelepahnya
memiliki beratsekitar 0,8 – 1,2 kg dan dapat di panen setiap bulan sejak bulan ke
10-12 setelah penanaman hingga tahun ke 5.Tanaman lidah buaya yang mudah
tumbuh dengan baik dilahan gambut sekitar Khatulistiwa dapat dijadikan sebagai
komoditi unggulan mengingat manfaat dan nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Berikut dapat dilihat Data Ekspor Lidah Buaya yang berada di Pontianak
(Hendrawatidkk, 2007):

3
2.2 Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi suatu organisasi atau perusahaan akan mempengaruhi
risiko dan keuntungan perusahaan tersebut secara keseluruhan, mengingat
lokasi sangat mempengaruhi biaya tetap maupun biaya variabel, baik dalam
jangka menengah maupun jangka panjang. Banyak faktor yang menentukan
kesuksesan suatu usaha. Salah satu faktor tersebut adalah ketepatan pemilihan
lokasi. Ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu faktor yang
dipertimbangkan oleh seorang pengusaha sebelum membuka usahanya. Hal ini
terjadi karena pemilihan lokasi yang tepat seringkali menentukan kesuksesan
suatu usaha. Analisis lokasi disektor industri terfokus pada minimalisasi biaya,
sementara fokus pada sektor jasa ditujukan untuk memaksimalkan pendapatan.
Hal ini disebabkan perusahaan manufaktur mendapati biaya cenderung sangat
berbeda diantar lokasi-lokasi yang berbeda, sementara perusahaan jasa
mendapati lokasi sering lebih berdampak terhadap pendapatan daripada biaya
(Wahyudi dkk, 2015).

2.3 Perencanaan Kapasitas Produksi


Salah satu fungsi penting dalam sistem produksi adalah jadwal induk
produksi (master production schedulling). Beberapa tujuan dari aktivitas
perencanaan produksi menurut antara lain adalah meningkatkan sumberdaya
atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang
dan produktivitas meningkat, mengurangi persediaan barang setengah atau
mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu antrian ketika sumber daya
yang ada masih mengerjakan tugas lain, mengurangi beberapa hambatan pada
pekerjaan yang memiliki batas waktu penyelesaian sehingga meminimasi biaya
keterlambatan (penalty cost), membantu pengambilan keputuan mengenai
perencanaan kapasitas pabrik dan jumlah produksinya. Sehingga, perencanaan
jadwal induk produksi yang baik membuat pelaksanaan produksi akan
berlangsung dengan baik pula (Christanty dkk, 2014).

4
2.4 Neraca Massa
Neraca massa adalah alat atau tool untuk mendapatkan rincian
perhitungan jumlah bahan baku yang diperlukan untuk mendapatkan sejumlah
produk. Dengan menggunakan neraca massa dapat diketahui adanya sejumlah
kehilangan bahan dalam meningkatkan efisiensi bahan baku. Selain itu dengan
neraca massa dapat mengetahui kemungkinan dikembangkannya proses
tersebut untuk mencapai proses zero (tidak ada limbah yang terbuang). Konsep
dasar dari neraca massa yaitu jumlah bahan yang masuk kedalam proses
adalah sama jumlahnya dengan yang keluar dari unit sesuai penerapan hukum
kekekalan massa.

2.5 Neraca Energi


Konsep hukum kekekalan energi yaitu total energi pada sistem dan
lingkungan tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Rumus neraca energi
makroskopik untuk sistem tertutup dapat dituliskan sebagai berikut :
Mekanisme pembuatan neraca energi hampir sama dengan pembuatan neraca
massa (Priambodo dkk, 2015).

5
BAB III
PEMILIHAN LOKASI

3.1 Pengertian Lokasi Industri


Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi
adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga
dalam bentuk jasa. Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian adalah
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Bahan mentah adalah semua bahan yang didapat dari sumber daya alam
dan/atau yang diperoleh dari usaha manusia untuk dimanfaatkan lebih lanjut.

3.2 Faktor Pertimbangan Lokasi Industri


Pada prinsipnya lokasi industri dapat dipengaruhi oleh pertimbangan
ekonomi meski pertimbangan non ekonomi juga dapat mempengaruhi lokasi
beberapa unit industri. Setiap industri cenderung menempati lokasi yang
memungkinkan mendatangkan keuntungan.Faktor lokasi sangat menentukan
maju mundurnya industry.Berikut ini faktor-faktor tersebut:
a. Lokasi Berdasarkan Ketersediaan Bahan Baku
Dalam menentukan lokasi industri, kedekatan dengan sumber bahan baku
sangat penting, kedekatan tersebut diharapkan dapat mengurangi biaya produksi
industri. Untuk sebagian besar dari industri besar, biaya bahan baku membentuk
sebagian dari total biaya. Oleh karena itu, sebagian besar industri berbasis agro
dan hutan akan terletak di sekitar sumber pasokan bahan baku. Lokasi industri
tersebut didirikan dekat dengan bahan baku karena bahan bakunya mudah
rusak, volumenya besar dan berat. Bahan baku ditinjau dari asalnya yaitu
(Heizer, 2006) :
1. Hasil pertanian, meliputi pertanian bahan pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan, dan hasil hutan budi daya.
2. Hasil alam, meliputi flora (hasil hutan atau semak atau belukar), fauna
(hewan laut dan hewan darat).

6
3. Hasil tambang yang berupa logam dan bukan logam. Logam, misalnya emas,
perak, tembaga, dan besi. Bukan logam, misalnya minyak bumi, gas, dan
batu bara.
4. Bahan setengah jadi hasil olahan industri manufaktur yang dianggap bahan
baku pada industri akhir. Misalnya, kain merupakan bahan baku industri
pakaian, semen merupakan bahan baku untuk industri tegel dan batako
press, kulit hewan merupakan bahan baku untuk sepatu dan tas, dan
sebagainya.

b. Ketersediaan Tenaga Kerja


Industri yang bersifat padat karya memerlukan jumlah tenaga kerja yang
besar, sehingga industrinya ditempatkan dekat dengan tenaga kerja. Pasokan
tenaga kerja murah dan terampil diperlukan untuk perkembangan industri. Daya
tarik dari industri terhadap pusat-pusat tenaga kerja tergantung pada rasio biaya
tenaga kerja terhadap total biaya produksi. Dalam tenaga kerja, hal yang perlu
diperhatikan adalah kualitas tenaga kerjanya (meliputi tenaga kerja terampil),
jumlah tenaga kerja, jenis kelamin dan umur, upah(Upah Minimum Regional atau
UMR), lalu fasilitas untuk para pekerja di dalam pabrik maupun fasilitas lainnya,
sertaperundang-undangan yang berlaku, baik untuk pihak pengusaha maupun
pekerja (Asyahdie, 2007).

c. Lokasi Berdasarkan Pasar


Akses ke pasar merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan.
Industri yang menghasilkan komoditas yang mudah rusak atau besar yang tidak
dapat diangkut melalui jarak jauh umumnya terletak di dekat pasar. Industri yang
terletak di dekat pasar bisa dapat mengurangi biaya transportasi dalam
mendistribusikan produk. Aksesibilitas pasar lebih penting dalam hal industri
manufaktur barang bukan barang-barang produksi. Permintaan barang hasil
industri pada lokasi pasar (daerah sekitarnya) ditentukan oleh faktor-faktor
berikut ini (Tarigan, 2005) :
1. Penduduk yaitu jumlah dan umur serta banyak sedikitnya penduduk di lokasi
itu.
2. Pendapatan yaitu bila pendapatan penduduk meningkat, maka permintaan
akan barang meningkat.
3. Karakteristik konsumen yaitu jiwa pemakainya (boros atau hemat).

7
4. Persaingan meliputi persaingan harga dan kualitas. Apabila harga barang
murah dan kualitas baik, maka permintaaan barang akan meningkat.

d. Fasilitas Transportasi
Transportasi pada umumnya mempengaruhi lokasi industri. Transportasi
dengan tiga mode, yaitu, air, jalan, dan rel secara kolektif memainkan peran
penting. Industri yang dalam prosesnya memerlukan biaya angkutan yang besar,
sebaiknya berlokasi di dekat sumber tenaga dan bahan bakar. Jalan top lintas
jawa membaut industri berderet di sepanjang tol untuk memudahkan distribusi
(Salim, 2006).

e. Energi
Faktor lain yang mempengaruhi lokasi industri adalah ketersediaan energy
meiputi listrik, air, angin, batubara, gas dan minyak bumi. Air dan tenaga angin
banyak dicari sebagai sumber pasokan listrik sebelum penemuan mesin uap.
Dengan diperkenalkannya sumber daya seperti listrik, gas, minyak, dan lain-lain,
menjadikan faktor daya lebih fleksibel mengarah ke penyebaran dan
desentralisasi industri (Pamungkasjati, 2013).

f. Cuaca
Pertimbangan alam dan iklim meliputi faktor cuaca seperti topografi suatu
daerah, fasilitas air, fasilitas drainase, pembuangan produk limbah, dan
sebagainya, dimana faktor-faktor ini seringkai mempengaruhi lokasi industri.
Misalnya, dalam kasus industri tekstil katun, iklim lembab memberikan
keuntungan tambahan karena frekuensi benang mengalami kerusakan akan
rendah (Chambers, 2009).

g. Lokasi Berdasarkan Peraturan


Lokasi industri berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri. Kawasan industri adalah
kawasan tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi
dengan prasarana, sarana dan fasilitas penunjang lainnya yang disediakan dan
dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri. Perusahaan Kawasan
Industri adalah perusahaan yang merupakan badan hukum yang didirikan
menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang mengelola

8
Kawasan Industri. Pada Pasal 11 Ayat 2 tentang Perusahaan Kawasan
Industri berkewajiban untuk:
1. Membuat AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa mengurangi kewajiban
pengusaha industri dalam pengelolaan lingkunagn sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986;
2. Melakukan pemetaan lokasi industri sesuai dengan sifat dan jenisnya atas
dasar rencana tapak tanah di Kawasan Industri yang telah disetujui;
3. Membangun, mengelola, dan memelihara fasilitas sarana dan prasarana
Kawasan Industri;
4. Menyediakan atau mengelola fasilitas pengolahan limbah industri;
5. Membantu perusahaan yang berlokasi di kawasannya dalam pengurusan
izinnya;
6. Melaporkan secara berkala kegiatan usahanya kepada instansi yang
berwenang.

3.2.1 Bahan Baku


Lidah buaya (Aloe vera (L.) Webb.) merupakan tanaman yang telah lama
dikenal di Indonesia dan merupakan komoditi penting bagi Kalimantan Barat
khususnya daerah Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya. Karakteristik lidah
buaya tersebut memiliki bobot pelepah 0,8-1 kg dan dapat dipanen setiap bulan
sejak 10-12 bulan penanaman (Wardhanu. 2009). Salah satu bentuk olahan lidah
buaya adalah aloe powder (tepung lidah buaya). Metode pembuatan tepung lidah
buaya dapat dilakukan melalui bebera cara yaitu pengering semprot (spray
drying process), pengeringan beku (freeze dry process/liophylization) dan
pengeringan sederhana (simple dehydration process). Tepung lidah buaya yang
baik adalah yang dapat memenuhi persyaratan dan standar yang telah
disepakati. Persyaratan tepung lidah buaya untuk industri kosmetik hingga saat
ini masih belum ada ketentuan yang baku dan masih tergantung pada kebutuhan
dan persyaratan yang diinginkan oleh industri kosmetik. Terry Lab. Amerika
Serikat mensyaratkan tepung lidah buaya berbentuk butiran halus, berwarna
putih, coklat keabu-abuan, kadar air maksimal 8%, pH 3,5 – 5,0, mikrobiologi
< 100 cfu/g, total padatan 50% (freeze dryer) dan 100% (spray dryer).
Sedangkan CTEA American Code 4741 (Susanto, 1989) mensyaratkan bentuk
bubuk, warna putih kekuningan, kadar air maks 12%, pH 4.5 – 6.5, total solid min

9
20%, mikrobiologi TPC maks 100 cfu/g. Industri yang menggunakan tepung lidah
buaya terutama industri kosmetik dan farmasi di Indonesia dan luar negeri seperti
Korea Selatan , Jepang, China dan Singapura. Target pasar tepung lidah buaya
untuk dalam negeri adalah sebesar 18,8 ton/tahun permintaan dalam negeri dan
110,8 ton/tahun untuk luar negeri. Harga tepung lidah buaya impor dengan
kualitas baik mencapai Rp 7.000.000,-/kg, kualitas sedang Rp 2.500.000/kg – Rp
3.500.000/kg. Selama ini permintaan tepung lidah buaya berkualitas tinggi belum
dapat dipenuhi oleh perusahaan tepung lidah buaya dalamkarena belum
memenuhi persyaratan permintaan industri kosmetik yang ada di daerah Jawa
dan Bali. Penggunaan tepung lidah buaya dalam industri kosmetik selain lebih
praktis, juga lebih stabil dan tidak mudah rusak. Selain itu, penggunaan tepung
lidah buaya dalam produk kosmetik dapat diminimalisasikan, yaitu sekitar 0,025–
0,1% dibandingkan dengan gel (bisa mencapai 5–20%), sehingga komponen
aktif dan nutrisi dalam tepung lidah buaya ini mendekati gel lidah buaya segarnya
terutama jika direkonstruksi dan digunakanan dalam formulasi sediaan kosmetik.
Keistimewaan lidah buaya adalah membuat kulit tidak cepat kering dan selalu
kelihatan lembab. Senyawa lignin dan polisakarida dalam lidah buaya sebagai
media pembawa zat-zat nutrisi yang dibutuhkan kulit memberi kemampuan
menembus kulit secara baik (Furnawanthi, 2002).

3.2.2 Tenaga Kerja


Faktor kedua yang dipertimbangkan adalah Tenaga Kerja. Untuk faktor
tenaga kerja, data yang digunakan sebagai acuan adalan nilai UMR dimasing-
masing daerah tersebut. Nilai UMR dari masing-masing kota tersebut ditampilkan
dalam tabel berikut:

10
Selain nilai UMR, data yang dijadikan acuan untuk menentukan faktor
tenaga kerja adalah jumlah pengangguran di masing-masing daerah tersebut.
Berdasarkan data BPS pusat, diperoleh data pengangguran sebagai berikut:

11
3.2.3 Utilitas
Faktor selanjutnya yang dijadikan pertimbangan dalam pembuatan pabrik
tepungaloe vera adalah utilitas. Utilitas menjadi salah satu faktor penting untuk
menunjang berjalannya suatu pabrik. Utilitas yang dibutuhkan seperti air, listrik,

12
dan bahan bakar. Kemudahan untuk mengakses listrik, air, dan bahan bakar
mudah karena berada di wilayah yang dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak
dimana aksesnya sangat mudah. Dari faktor-faktor yang dipertimbangkan diatas,
dapat dinilai berdasarkan bobot dari data yang telah didapatkan. Pembobotan
dilakukan untuk menentukan lokasi mana yang tepat untuk dijadikan tempat
pendirian pabrik. Bobot dari masing-masing kota sebagai berikut:

Jl. Demak Pangalengan,


Batu,
Faktor Pertimbangan Timur II, Kota Kab.Bandung
Kab.Malang
Surabaya Selatan
Bahan baku (Produksi 34.386.871 kg 3.221.170,96 kg 127.529.424 kg
Aloe Vera)
Letak geografis 26oC 25oC 24oC
Tenaga kerja ( UMR) Rp. 1.170.000 Rp. 1.700.000 Rp. 1.635.000
Pasar (Jumlah 33 264,3 45 340,8 38 363,2
Penduduk)
Transportasi Jalur lintas kota Jalur lintas kota Jalur lintas kota
Semarang- Bandung-Cisewu Malang-
Salatiga Kab.Kediri
Utilitas ( Harga Rp.350.000 Rp.220.000 Rp.300.000
tanah/m2)

Lokasi (Kota)
Faktor Pangalengan,
Jl. Demak Timur
Pertimbangan Kab.Bandung Batu, Kab.Malang
II, Kota Surabaya
Selatan
Bahan baku 2 1 3
Letak geografis 2 3 1
Tenaga kerja 1 3 2
Pasar 1 3 2
Transportasi 3 2 1
Utilitas 1 2 3

13
Jl. Demak
Pangalengan, Batu, Kab.
Timur II, Kota
Faktor Bobot Kab. Bandung Malang
Surabaya
Pertimbangan (%)
Bobot Bobot Bobot
Skor Skor Skor
Skor Skor Skor
Bahan baku 30% 1 0,39 2 0,60 3 0,90
Letak
20% 3 0,60 2 0,40 1 0,20
geografis
Tenaga kerja 20% 3 0,60 1 0,20 2 0,40
Pasar 15% 3 0,45 1 0,15 2 0,30
Transportasi 10% 2 0,20 3 0,30 1 0,10
Utilitas 5% 2 0,10 1 0,05 3 0,15
Total Skor 2,25 1,70 2,05
Ranking 1 3 2

3.3 Penentuan Lokasi Pabrik


Lokasi perusahaan Greenade Foods Market terletak di Jalan Demak Timur
II, Kelurahan Gundih, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya, Jawa Timur 60172.
Lokasi perusahaan tersebut ditentukan berdasarkan berbagai aspek. Beberapa
aspek yang berpengaruh dalam penentuan lokasi Greenade Foods Market
adalah perizinan, ketersediaan energi, sumber tenaga kerja dan perluasan
wilayah. Pabrik ini berada dengan batas-batas sebagai berikut:
A. Utara : Berbatasan dengan jalan raya, dampak yang dihasilkan yaitu
lebih mudah akses distribusi dan akses menuju Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya.
B. Timur : Berbatasan dengan sawah dampak yang dihasilkan yaitu lebih
hijau lingkungan sekitar alami.
C. Selatan : Berbatasan dengan sawah dampak yang dihasilkan yaitu lebih
hijau lingkungan sekitar alami.
D. Barat : Berbatasan dengan SPBU dampak yang dihasilkan yaitu dapat
mempermudah akses untuk membeli bahan bakar pada proses distribusi.
Luas area yang ditempati Greenade Foods Market seluas 7.200 m2 yang
terdiri dari lahan tertutup dan lahan terbuka. Lahan tertutup terdiri dari bangunan
yang didirikan pada lokasi pabrik berupa bangunan pertama (ruang produksi),
gudang penyimpanan (bahan baku dan hasil produksi), dan bangunan lain

14
(kantor pos keamanan, ruang tunggu, kamar mandi, ruang makan, mushola).
Sedangkan untuk lahan terbuka berupa jalan, pengolahan limbah dan lahan
parkir. Dipilihnya lokasi yang berada di daerah Demak, Surabaya dikarenakan
pada wilayah ini terdapat beberapa aspek penunjang yang cukup, yaitu sebagai
berikut:
a) Perizinan
Pemilihan lokasi ini dilakukan berdasarkan perizinan dari Pemerintah
daerah Kota Surabaya berkaitan dengan pemetaan wilayah perindustrian di
wilayah Kota Surabaya. Salah satu wilayah di Surabaya yang boleh di gunakan
dalam kegiatan industri RPU yaitu berada pada Kecamatan Bubutan. Selain
perizinan pemerintah Greenade Foods Market juga mendapatkan persetujuan
dari masyarakat khususnya desa Demak.

b) Perluasan Wilayah
Lokasi perusahaan berada di dekat persawahan dan SPBU serta jalan
raya. Hal ini dapat memberikan keuntungan bagi Greenade Foods Market dalam
melakukan pembangunan perusahaan. Apabila Greenade Foods Market ingin
melakukan perluasan lokasi perusahaan maka Greenade Foods Market dapat
membeli lahan persawahan tersebut.

15
BAB IV
PENETAPAN DAN PELUANG KAPASITAS
4.1 Asumsi Data
Dalampenentuanpenetapandanpeluangkapasitas, data yang
digunakandalam 5 tahunterakhiruntuk data ekspor, impor, produksi,
dankonsumsimenggunakanasumsi. Hal inikarenapabrik yang
akandibuatmerupakanperancanganpabrikbarusehinggabelumada data yang
melaporkantentangekspor, impor, produksi, dankonsumsi. Asumsi yang kami
perolehberdasarkankedekatandatanya. Data ekspor, impor, produksi,
dankonsumsi yang diasumsiyaitu:
DATA 2013 2014 2015 2016 2017
Ekspor (m4) 35000 28000 40000 53000 87000
Impor (m1) 453000 758000 620000 485000 320000
Produksi (m2) 5884000 4308000 5938000 9812000 15191000
Konsumsi (m5) 548000 579200 580000 541000 590500

4.2 Data Pertumbuhanekspor2013-2017


 Pertumbuhanekspor 2013 - 2014
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟒 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟑 28000 − 35000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = −𝟎. 𝟐𝟎 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟑 35000
 Pertumbuhanekspor 2014 - 2015
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟒 40000 − 28000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = 𝟎. 𝟒𝟑 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟒 28000
 Pertumbuhanekspor 2015 - 2016
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 53000 − 40000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = 𝟎. 𝟑𝟑 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 40000
 Pertumbuhanekspor 2016 - 2017
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟕 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 87000 − 53000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = 𝟎. 𝟔𝟒 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 53000
Jumlah = 1.2 %
i = 1.2 % / 4 = - 0.3 %
m4 = P (1+i)n = 87000(1+-0.3)5 = 14622.09

4.3 Data PertumbuhanImpor 2013-2017


 Pertumbuhanimpor 2013 - 2014
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟒 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟑 758000 − 453000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = 𝟎. 𝟔𝟕 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟑 453000

16
 Pertumbuhanimpor 2014 - 2015
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟒 620000 − 758000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = −𝟎. 𝟏𝟖 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟒 758000
 Pertumbuhanimpor2015 - 2016
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 485000 − 620000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = −𝟎. 𝟐𝟐 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 620000
 Pertumbuhanimpor 2016 - 2017
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟕 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 320000 − 485000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = −𝟎. 𝟑𝟒 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 485000
Jumlah = - 0.07 %
i = - 0.07 % / 4 = - 0.02 %
m1 = P (1+i)n = 320000(1+-0.02)5 = 289254.65

4.4 Data PertumbuhanProduksi 2013-2017


 PertumbuhanProduksi 2013 - 2014
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟒 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟑 4308000 − 5884000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = −𝟎. 𝟐𝟕 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟑 5884000
 PertumbuhanProduksi 2014 - 2015
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟒 5938000 − 4308000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = 𝟎. 𝟑𝟖 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟒 4308000
 PertumbuhanProduksi 2015 - 2016
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 9812000 − 5938000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = 𝟎. 𝟔𝟓 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 593800
 PertumbuhanProduksi 2016 - 2017
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟕 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 15191000 − 9812000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = 𝟎. 𝟓𝟓%
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 9812000
Jumlah = 1.31 %
i = 1.31 % / 4 = 0.33 %
m2 = P (1+i)n = 15191000(1+0.33)5 = 629193379.7

4.5 Data PertumbuhanKonsumsi2013-2017


 PertumbuhanKonsumsi 2013 - 2014
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟒 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟑 579200 − 548000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = −𝟎. 𝟐𝟎 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟑 548000
 PertumbuhanKonsumsi 2014 - 2015
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟒 580000 − 579200
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = 𝟎. 𝟐𝟗 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟒 579200

17
 PertumbuhanKonsumsi 2015 - 2016
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 541000 − 580000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = 𝟎. 𝟓𝟕 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟓 580000
 PertumbuhanKonsumsi 2016 - 2017
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟕 − 𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 590500 − 541000
= ∗ 𝟏𝟎𝟎% = = 𝟎. 𝟓𝟏 %
𝑫𝑨𝑻𝑨 𝟐𝟎𝟏𝟔 541000
Jumlah = 1.17 %
i = 1.17 % / 4 = 0.29 %
m5 = P (1+i)n = 590500(1+1.17)5 = 2109446.2

4.6 PerhitunganKapasitas
m3 = ( m4 + m5 ) – ( m1 + m2 )
= (14622.09 + 2109446.2) – (289254.65+ 629193379.7)
= 626809300.9 ton/tahun
= 1717285.76 ton/hari (365 hari/tahun)
= 71553.57 ton/jam (24 jam/hari)
= 23851.19 ton/8jam

 Jadikapasitasproduksi yang digunakansebesar 24000 ton/8jam atau


3000 ton/jam.

18
BAB V

SELEKSI DAN URUTAN PROSES

5.1 Seleksi Proses


Berdasarkan proses bahan bakunya pada pembuatan tepung aloevera
terdapat 2 proses yaitu pembuatan tepung lidah buaya (aloevera) dengan
penambahan kulit dan tanpa penambahan kulit. Pada subtahap yang pertama
dilakukan pembuatan tepung lidah buaya tanpa penambahan kulit (Gambar 1).
Sedangkan pada subtahap berikutnya akan dilakukan pembuatan tepung lidah
buaya dengan penambahan kulit (Gambar 2).

Lidah Buaya Segar

Sortasi

Air Bersih Pencucian Air Kotor

Penirisan

Pengupasan Kulit Scrap


Luar

Pemotongan

Perendaman dalam Nacl 1%


10 menit

Blansir

Penghancuran
dengan grinder

Disaring filtrat 70% Ampas

Penambahan
dekstrin 15%

Homogenisasi

Cabinet Drying
(60C)

Lidah buaya tanpa


kulit kering (Kasar)

Grinding dengan
blender kering

Tidak lolos
Ayak 80 Mesh
ayak

Pengemasan

Tepung Lidah Buaya


Tanpa Kulit

Gambar 1. Diagram alir tepung lidah buaya tanpa penambahan kulit

19
Lidah Buaya Segar

Sortasi

Air Bersih Pencucian Air Kotor

Penirisan

Pemotongan

Perendaman dalam Nacl


1% 12 Jam

Blansir

Penghancuran
dengan Grinder

Penambahan
dekstrin 15%

Homogenisasi

Cabinet Drying
(60C)

Lidah buaya kering


(Kasar)

Grinding dengan
blender kering

Tidak lolos
Ayak 80 Mesh
ayak

Pengamasan

Tepung Lidah Buaya


Tanpa Kulit

Gambar 2. Diagram alir tepung lidah buaya dengan penambahan kulit

20
Macam-macam proses

Parameter Proses 1 Proses 2


Tanpa penambahan kulit Dengan penambahan
kulit
1. Aspek Teknis
Kadar air 7,97 12,15
Kadar air 2.71 5,95
Kadar protein 2,59 6,98
Kadar lemak 0,62 1,51
Kadar karbohidrat 83.38 67.47
2. Aspek ekonomi

3. Aspek Dampak
Terhadap Lingkungan
Bau Aroma familiar dan aroma asing yang tidak
disukai disukai
4. Aspek Fisik
Warna Warna gelap Warna putih

Sehingga pada kedua proses tersebut dipilih proses pembuatan tepung


lidah buaya tanpa penambahan kulit. Hal tersebut karena kadar air, protein,
lemak dan karbohidrat memiliki nilai yang tinggi, bau yang asing, tidak disukai
dan warna yang gelap. Berdesarkan dengan keputusan yang diambil di lakukan
pembuatan diagram alir proses yang mana terlah di lakukan seleksi dan reduksi
proses yang memiliki kesamaan proses pada proses pembuatan tepung lidah
buaya didapatkan hasil kadar air, protein, lemak dan karbohidrat memiliki nilai
yang rendah, memiliki bau yang familiar, disukai dan memiliki warna yang gelap.

5.2 Uraian Proses


Berdasarkan diagram alir baru yang sudah di lakukan proses
penyeleksian terdapat beberapa proses di dalamnya yang mana penjabaran dari
masing-masing proses tersebut adalah sebagai berikut :
 Sortasi
Sortasi merupakan suatu kegiatan pemisahan produk yang baik dengan
produk yang buruk berdasarkan tingkat keutuhan dan kerusakan produk
karena cacat mekanis atau karena alami.
 Pencucian
Pencucian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan
kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki yang menempel pada bahan.

21
 Penirisan
Penirisan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi
kadar air dalam bahan.
 Pengupasan kulit luar
Pengupasan kulit luar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memisahan antara kulit luar dengan daging lidah buaya.
 Pemotongan
Pemotongan merupakan suatu proses yang bertujuan pengecilan ukuran
dari bahan yang masih utuh/besar ke ukuran yang lebih kecil.
 Perendaman dalam NaCl
Perendaman dalam NaCl merupakan suatu proses bertujuan untuk
meningkatkan mutu produk agar dapat meningkatkan tekstur lidah buaya.
 Blansir
Blansir merupakan sebagai mikro enkapsulasi sehingga dapat melindungi
zat aktif lidah buaya dari kerusakan.
 Penghancuran dengan Screw Roll Press
Penghancuran dengan Screw Roll Press merupakan suatu proses
bertujuan untuk memperkecil ukuran agar ukuran lidah buaya menjadi lebih
halus.
 Penyaringan filtrat
Penyaringan filtrat merupakan suatu metode pemisahan yang dilakukan
secara fisik yang digunakan untuk memisahkan cairan dan larutan (Filter
press)
 Penambahan dekstrin 15% (Tangki Pencampur)
dekstrin adalah memotong rantai panjang pati dengan katalis asam atau
enzim menjadi molekul-molekul yang berantai lebih pendek dengan jumlah
untuk glukosa dibawah sepuluh.
 Pencampuran (Tangki Pencampuran)
Pencampuran merupakan proses pencampuran yang bertujuan untuk
penyeragaman agar dapat mempertahankan kestabilan sebuah campuran
yang terbentuk.
 Pengeringan (Evaporator)
Pengeringan merupakan proses yang bertujuan untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan
sebagian besar air yang dikehendaki.

22
 Pengeringan tepung ( spray dryer )
Granding merupakan suatu tindakan penyeleksian pada tingkat kualitas,
peringkat, ukuran pengembangan kepada produk.
 Pengayakan (siklon)
Ayakan merupakan proses memisahkan bahan yang diingikan dan tidak
diinginkan berdasarkan dengan ayakan 80 mesh yang berartidalam 1 inchi
terdapat 80 lubang.
 Pengemasan.
Produk pengemasan dilakukan untuk mengemas produk tepung lidah
buaya kedalam kemasan plastic.

5.3 Peta Aliran Proses


Berikut peta alir proses pembuatan tepung lidah buaya (Aloe Vera)
(Hendrawati,2014).

23
BAB VI
NERACA MASSA

6.1 Pengadaan Lidah Buaya


Suplly Lidah Buaya
3000 kg
3000 kg Inventory

Input Massa Input (kg) Output Massa Output


(kg)
Lidah Buaya 3000 Lidah Buaya 3000
segar Segar
Total 3000 3000

6.2 Sortasi

Lidah buaya segar Lidah buaya bersih 90% =


2700kg
3000 kg
Sortasi

Bahan yang tidak


diinginkan 300 kg

Input Massa Input (kg) Output Massa Output


(kg)
Lidah buaya 3000 Lidah buaya 2700
segar
Bahan yang tidak 300
diinginkan
Total 3000 3000

24
6.3 Pencucian
Air 5 l/kg
13500 kg

Lidah buaya Lidah buaya

2700 kg 2585 kg
Washer

Air dan kotoran 5%


13635 kg

Input Massa Input Output Massa Output (kg)


(kg)
Lidah buaya 2700 Lidah buaya 2565
basah
Air 13500 Air dan kotoran 135+13500=13635
Total 16200 16200

6.4 Penirisan
Lidah buaya
Lidah buaya basah
kering 2487.05
2565 kg kg
Spinner

Air menguap
3% 76.95 kg

Input Massa Input (kg) Output Massa Output


(kg)
Lidah buaya 2565 Lidah buaya 2487,05
basah
Air menguap 76,95
Total 2565 2565

25
6.5 Pengupasan Kulit Luar
Lidah Buaya Tanpa Kulit
Lidah Buaya 2487.05 kg 1470.935 kg
Huller

Kulit 30%
746.115 kg

Input Massa Input (kg) Output Massa Output


(kg)
Lidah buaya 2487,05 Lidah buaya 1470,935
tanpa kulit
Kulit lidah buaya 746,115
Total

6.6 Pemotongan
Lidah buaya tanpa kulit Lidah buaya 5
cm 1470.935 kg
1470.935 kg CUTTING

Input Massa Input (kg) Output Massa Output


(kg)
Lidah buaya 1470,935 Lidah buaya 1470,935
tanpa kulit ukuran 5 cm
Total 1470,935 1470,935

26
6.7 Perendaman dalam NaCl

NaCl 5l/kg
7354.675 kg

Lidah buaya Lidah buaya

1470.935 kg 1838.66875 kg
TANGKI

NaCl 6986.941625
kg
Input Massa Input (kg) Output Massa Output (kg)
Lidah buaya 1470,935 Lidah Buaya 1838,66875
NaCl 7354,675 NaCl 6986,941625
Total 8825,61 8825,61

6.8 Blansir

Air 25 l/kg 45966,71875 kg


Lidah Buaya kg Lidah Buaya
1838,66875 kg 1287,068125 kg
TANGKI

Uap 70% 46518,31938 kg

Input Massa Input (kg) Output Massa Output (kg)


Lidah buaya 1838,66875 Lidah buaya 1287,068125
Air 45966,71875 Uap 46518,31938
Total 47805,3875 47805,3875

27
6.9 Penghancuran dengan Screw Roll Press

Lidah Buaya Lidah Buaya Halus


1287,068125 kg 1287,068125 kg
Screw Roll Press

Input Massa Input (kg) Output Massa Output (kg)


Lidah buaya 1287,068125 Lidah buaya 1287,068125
halus
Total 1287,068125 1287,068125

6.10 Penyaringan Filtrat


Lidah buaya
halu1287,068125 kg Filtrat 40% 514,82725 kg
Filter Press

Ampas 60% 772,240875 kg

Input Massa Input (kg) Output Massa Output (kg)


Lidah buaya 1287,068125 Filtrat 40% 514,82725
halus
Ampas 772,240875
Total 1287,068125 1287,068125

28
6.11 Penambahan Dekstrin 15%

Dekstrin 77,2240875 kg

Filtrat 40% 514,82725 kg Filtrat baru 592,0515875 kg


Tangki
Pencampur

Input Massa Input (kg) Output Massa Output (kg)


Filtrat lidah 514,82725 Filtrat 592,0515875
buaya
Dekstrin 77,2240875
Total 592,0515875 592,0515875

6.12 Pencampuran

Filtrat terhomogen
Filtrat baru 592,0515875 kg 592,0515875 kg
Tangki
Pencampur

Input Massa Input (kg) Output Massa Output (kg)


Filtrat baru 592,0515875 Filtrate 592,0515875
terhomogen
Total 592,0515875 592,0515875

6.13 Pengeringan evaporator

Filtrat terhomogen Filtrat kering


592,0515875 kg 85,84748019kg
Evaporator

Air 506,2041073 kg

29
Input Massa Input (kg) Output Massa Output (kg)
Filtrat terhomogen 592,0515875 Filtrat kering 85,84748019
Air 506,2041073
Total 592,0515875 592,0515875

6.14 Pengeringan Tepung


Tepung
Filtrat kering
85,84748019kg
85,84748019kg
Spray Dryer

Input Massa Input (kg) Output Massa Output (kg)


Filtrat kering 85,84748019 Tepung 85,84748019
Total 85,84748019 85,84748019

6.15 Separasi (Siklon)

Lolos ayak 90%


Tepung 85,84748019kg 77,26273217
Siklon

Tidak Lolos ayak 10%


8,58474802 kg

Input Massa Input (kg) Output Massa Output (kg)


Tepung 85,84748019 Lolos ayak 77,26273217
Tidak lolos ayak 8,58474802
Total 85,84748019 85,84748019

30
6.16 Pengemasan

Tepung Lolos
ayak 90% Tepung dalam kemasan
77,26273217kg 77,26273217 kg
PACKAGE

Input Massa Input (kg) Output Massa Output (kg)


Tepung Lolos 77,26273217 Tepung dalam 77,26273217
Ayak kemasan
Total 77,26273217 77,26273217

31
BAB VII

NERACA ENERGI

Terdapat beberapa proses yang menghasilkan neraca energi dari proses


pembuatan tepung lidah buaya. Dalam perhitungan neraca energi digunakan
ebberapa persamaan. Pada neraca energi terdapat beberapa jenis panas.
Berikut adalah jenis dan persamaan dalam perhitungan neraca energi :

1. Proses penghancuran dengan menggunakan Screw Roll Press


Diketahui :
- CP = 1358,85 J/KgoC
- T1 = 80oC
- T2 = 200oc

200
∆𝐻 𝑃𝐴𝑁𝐴𝑆 𝑀𝐴𝑆𝑈𝐾 = 1287,068 ∫ × 1358,85 × (200 − 80)
80

= 1287,068 × 1358,85 × 120

= 209.871.882,215 𝐽

= 209,871 × 106 𝐽

2. Proses penyaringan filtrat dengan menggunakan alat Filter Press


Diketahui :
- CP = 1358,85 J/KgoC
- T1 = 40oC
- T2 = 93oc

93
∆𝐻 𝑃𝐴𝑁𝐴𝑆 𝑀𝐴𝑆𝑈𝐾 = 1287,068 ∫ × 1358,85 × (93 − 40)
40

= 1287,068 × 1358,85 × 53
= 92.693.414,6454 𝐽
= 92,693 × 106 𝐽
3. Pengeringan dengan menggunakan alat Evaporator

32
Diketahui :
- CP = 1358,85 J/KgoC
- T1 = 40oC
- T2 = 70oc
70
∆𝐻 𝑃𝐴𝑁𝐴𝑆 𝑀𝐴𝑆𝑈𝐾 = 592,051 ∫ × 1358,85 × (70 − 40)
40

= 592,051 × 1358,85 × 30
= 24.135.255,0405 𝐽
= 24,135 × 106 𝐽
4. Pengeringan menjadi bubuk dengan menggunakan alat Spray Dryer
Diketahui :
- CP = 1358,85 J/KgoC
- T1 = 40oC
- T2 = 300oc
300
∆𝐻 𝑃𝐴𝑁𝐴𝑆 𝑀𝐴𝑆𝑈𝐾 = 85,847 ∫ × 1358,85 × (300 − 40)
40

= 85,847 × 1358,85 × 260


= 30.329.830,947 𝐽
= 30,329 × 106 𝐽
5. Proses separasi dengan menggunakan Siklon
Diketahui :
- CP = 1358,85 J/KgoC
- T1 = 40oC
- T2 = 125oc
300
∆𝐻 𝑃𝐴𝑁𝐴𝑆 𝑀𝐴𝑆𝑈𝐾 = 85,847 ∫ × 1358,85 × (125 − 40)
40

= 85,847 × 1358,85 × 85

= 9.915.521,655 𝐽

= 9,915 × 106 𝐽

33
DAFTAR PUSTAKA

Asyahdie, Z. 2007.Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja.


Grafindo Persada, Jakarta.
Chambers. R. 2009. Kerentanan Terhadap Iklim dan Analisa Kapasitas.
Penerbit Andi Offset. Yogyakarta
Christanty, E. M. A., Nasir W. S., dan Ihwan H. 2014. Optimasi Kapasitas
Produksi dalam Penyusunan Jadwal Induk Produksi Menggunakan
Integer Linear Programming (ILP). Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Sistem Industri. Vol 2 (6) : 1147
Elizabeth, Dian., Fawzan, Sigma., Jemmy, Rinaldi. 2015. Pendugaan Umur
Simpan dan Analisis Usaha Pengolahan Tepung Komposit Keladi
dan Ubi Jalar di Bali. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi 2015. Bali
Furnawanthi, I. 2002. Khasiat &Manfaat Lidah Buaya si Tanaman Ajaib.
Penerbit PT. AgroMedia Pustaka Jakarta
Hendrawati, T.Y., Eriyatno, Machfud, Koesnandar, Illah Sailah dan Titi Candra.
2007. Rancang Bangun Industri Tepung Lidah Buaya (Aloe vera)
Terpadu. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Vol 17(1): 12 – 22
Heizer,J. 2006. Operations Manajemen. Salemba Empat. Jakarta
Hut, WS. 2008. Membuat Aplikasi Berbasis Pendekatan Sisten dengan
Visual Basic Net 2008. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Marwati dan Hermani. 2006. Pemanfaatan BahanAktif Lidah Buaya (Aloe
vera) sebagai sediaankosmetik. Proceeding Seminar Nasional
Tumbuhan Obat XXIX Indonesia. 24-25 Maret2006. Solo
Pamungkasjati, A. 2013.StudiTekno – EkonomiPermunian Biogas dari
LimbahDomestik. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Priambodo, D., Erlan D., dan I. Djoko I. 2015. Analisis Energi dan Eksergi
Pada Sistem HTR – 10 Siklus Turbin Uap. Jurnal Pengembangan
Energi Nuklir. Vol 17 (1) : 35
Salim, A. 2006.ManajemenTransportasi. GrafindoPersada. Jakarta
Suprapti. 2002. Pengawetan Telur. Yogyakarta: Kanisius
Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Bumi
Aksara

34
Wahyudi, N., Efreda A. L., dan Heriyanto. 2015. Analisis Faktor – Faktor
Pemilihan Lokasi Usaha Terhadap Kesuksesan Usaha Jasa Mikro di
Kecamatan Sungai Kunjang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol 4 (2) : 2 –4
Wardhanu. A.P. 2009.Potensi Lidah Buaya Pontianak (Aloevera chinensis,
linn) sebagai Bahan Baku Berbasis Sumber Daya
Lokal.JurnalTeknologiPertanian. Vol 1 (2): 11 - 18
Winarno FG. 1990. Teknologi Pengolahan RumputLaut. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan

35

Anda mungkin juga menyukai