Anda di halaman 1dari 10

RMK SAP 1

AKUNTANSI PERHOTELAN

PARIWISATA DAN BERBAGAI JENIS INDUSTRI PARIWISATA

Dosen Pengampu : Dr. I Gusti Ngurah Agung Suaryana, S.E., M.Si.

Kelompok 6

Sang Ayu Diah Febriani (1506305005 / 04)

Ni Putu Pradnyawati (1506305027 / 08)

Ni Ketut Modi Fitriani (1506305039 / 09)

Ni Wayan Wahyu Kusumaningsih (1506305042 / 11)

Luh Ayu Marsita Dewi (1506305054 / 16)

REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
1.1 Konsep Dasar Pariwisata
Indonesia sebagai negara yang mempunyai keindahan alam dan atrkasi
budaya menawan mempunyai kesempatan untuk menjadi salah satu tujuan wisata.
Pariwisata di Indonesia diharapkan menjadi sumber devisa yang mendukung
penerimaan negara dari sektor lainnya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia “kepariwisataan” merupakan kata
nomina, yaiti kata benda berarti perihal atau yang berhubungan dengan pariwisata.
Sedangkan “pariwisata” juga merupakan kata nomina yang berarti berhubungan
dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan, dan turisme. Kalau pariwisata
dikaitkan dengan bahari (pariwisata bahari) artinya pariwisata yang objeknya
adalah laut dan isinya (berperahu, berselancar, menyelam dan sebagainya).
Kata “Pariwisata” berasal dari bahasa Jawa Kuna, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia:
- kata “pari” berarti semua, segala, sekita, skeeliling.
- kata “ wisata” berarti berpergian bersama-sama untuk memperluas
pengetahuan, bersenang-senang dan sebagainya.
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha terjait dib
dang tersebut (UU No. 9 tahun 1990 pasal 1). Sehingga lingkup pariwisata
meliputi:
1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalana wisata.
2. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, seperti kawasan wisata, taman
rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk,
pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat
alamiah, seperti keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan lain-
lain.
3. Pengusahaan jasa sarana pariwisata seperti biro perjalanan wisata,
pramuwisata, pameran, angkutan wisata, akomodasi dan lain-lain.
The Committee of Statistical Expert of the League Nation (1937)
memberikan beberapa definisi terkait dengan wisatawan sebagai berikut:

1
1) Wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara selain negara
di mana ia biasanya tinggal, dan dengan periode setidak-tidaknya selama 24
jam.
2) Yang biasa dianggap sebagai wisatawan adalah:
a) Orang-orang yang berpergian untuk tujuan bersenang-senang, alasan
keluarga, untuk tujuan kesehatan dan lain sebagainya.
b) Orang-orang yang berpergian untuk mengadakan oertemuan atau
mewakili kedudukan sebagi diplomat, misi keagamaan, orang-orang
yang berpergian dengan alasan dagang.
c) Orang-orang yang singgah dalam pelayaran lautnya, sekalipun bila
mereka tinggal kurang dari 24 jam.
3) Yang tidak biasa dianggap sebagai wisatawan adalah:
a. Orang-orang yang datang baik dengan dasar kontrak maupun tidak,
untuk mencari kerja atau yang bekerja pada suatu aktivitas usaha di
negara tersebut.
b. Orang-orang lain yang datang untuk menetap menjadi penduduk di
negara tersebut.
c. Pelajar dan orang-orang muda yang mondok di rumahpemondokan
atau asrama.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang bisa disebut
sebagai wisatawa adalah memiliki ciri-ciri berikut:
1. Perjalanan wisata dilakukan lebih dari 24 jam
2. Perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu
3. Orang yang melakukannya tidak mencari nafkah di tempat di negara yang
dikunjungi.
1.2 Contoh jenis pariwisata, usaha pariwisata
Menurut Spillane (1989) terdapat beberapa jenis pariwisata:
a) Pleasure tourism (pariwisata menikmati perjalanan)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, mengendorkan
ketegangan sarafnya, menikmati keindahan alam, menikmati hikayat suatu
daerah, menikmati hikayat suatu daerah, menikmati hiburan, dan

2
sebagainya. Jenis pariwisata ini mneyangkut begitu banyak unsur yang
sifatnya berbeda karena pengertian utilitas pleasure yang berbeda dengan
karakter, citarasa, latar belakang kehidupan dan temparamen individu.
b) Recreation tourism (pariwisata rekreasi)
Jenis pariwisata ini dilaukan oleh orang yang menghendaki pemanfaatan
hari-hari libur untuk istirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran
jsmani dan rohani yang akan menyegarkan keletihan dan kelelahan.
c) Cultural tourism (pariwisata budaya)
Jenis pariwisata ini ditandai dengan adanya rangkaian motivasi seperti
keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelaari
adat istiadat, cara hidup masyarakat suatu negara, mengunjungi
peninggalan sejarah, mengunjungi peninggalan masa kini, pusat-pusat
kesenian dan keagamaan, mengikuti festival seni music, film, teater, tari,
dan sebagainya.
d) Sport tourism (pariwisata olah raga)
Jenis pariwisata ini dibagi menjadi dua yakni Big sport event dan Sporting
tourism of practitioner.
e) Business shopping tourism
Jenis perjalana ini menurut banyak ahli tidak termasuk dalam kegiatan
pariwisata karena unsur voluntary tidak terlibat di dalamnya.
f) Convention tourism (pariwisata konvensi)
Jenis pariwisata ini mengalami perkembangan yang luar biasa dan menjadi
penting dalam sumbangan devisa negara.
Usaha Pariwisata
Undang-undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 memberikan definisi
tentang Usaha Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata,
usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait bidang tersebut. Berdasarkna
hal ini, sektor-sektor yang dianggap sektorpariwisata adalah:
1. Akomodasi termasuk di dalamnya hotel, villa, penginapan, dan
pemondokan,
2. Jasa boga termasuk di dalamnya restoran, cafeteria, dan rumah makan.

3
3. Usaha wisata termasuk di dalamnya pengusahaan obyek wisata, usaha
souvenir, dan usaha hiburan.
4. Agen perjalanan wisata termasuk di dalamnya perusahaan angkutan darat,
angkutan laut, angkutan udara, yang menunjang perjalana wisman dan
wisdom.
5. Agen perjalanan wisata termasuk di dalamnya travel agent
6. Covention organizer
7. Pelatihan dan Pendidikan
Lastara (1997) juga mengemukakan bahwa usaha sarana pariwisata meliputi
kegiatan pembangunan, pengelolaan, dan penyediaan fasilitas, serta pelayanan
yang diperlukan dalam penyelenggaraan pariwisata, seperti jenis usaha berikut:
1. Penyediaan akomodasi
2. Penyediaan makan dan minum
3. Penyediaan angkutan wisata
4. Penyediaan sarana wisata tirta
5. Penyediaan pariwisata
1.3 Motivasi melakukan perjalanan
H. Peter Gray (1970) seperti dikutip oleh Prof. Dr. I Nyoman Erawan,
mengemukakan beberapa alasan seseorang melakukan perjalanan untuk
bersenang-senang (pleasure travel) sebagai berikut:
1. Faktor haus akan sinar (sunslut), dimaksudkan sebagai sifat-sifat yang
mendasar pada tabat manusia, yang menyebabkan seseorang ingin pergi
meninggalkan sesuatu yang sudah biasa dilihat dan dirasakan, untuk
melihat suatu daerah atau kebudayaan baru yang berbeda. Jadi ini adalah
fungsi dari karakter manusia.
2. Faktor yang menimbulkan jenis perjalanan yang khusus, yang tergantung
pada adanya hal-hal yang menyenangkan (amenities) yang berbeda dan
lebih baim untuk tujuan tertentu dibandingkan dengan yang ada ditempat
sendiri, seperti liburan musim dingin di Florida, Hawai, atau Caribia oleh
orang-orang Cnaada dan orang-orang yang berasal daru Amerika serikat
sebelah utara.

4
Spillance (1989) produk dari obyek atau industry pariwisata mempunyai
bebrapa sifat khusus, antara lain:
a. Produk wisata tidak dapat dipindahkan karena orang tidak dapat membawa
produk wisata ke wisatawan aisng, tetapi wisatawan itu sendiri yang harus
mengunjungi, mengalami, dan datang untuk menikmati produk wisata.
b. Produksi dan konsumsi terjadi pada waktu bersamaan. Tanpa wisatawan
yang sedang menggunakan jasa wisata itu tidak akan terjadi kegiatan
produksi wisata.
c. Pariwisata tidak mempunyai standar ukurang yang objektif karena
pariwisata memiliki berbagai ragam jenis pariwisata.
d. Wiasatawan tidak dapat mencicipi, mengetahui, ataupun menguji produk
ittu sebelumnya keran wisatawan hanya melihat melalui brosur, internet,
ataupun alat promosi lainnya.
e. Produk wisata mengandung resiko karena memerlukan modal besar,
sedangkan permintannya sanagt peka dan rentan terhadap situasi ekonomi,
politik, sikap masyarakat, dan kesukaan wisatawan.
Selain hal tersebut, ada beberapa faktor yangmenjadi penyebab untuk melakukan
perjalanan wisata yaitu:
1. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar yang kurang baik/rusak, lingkungan tempat
tinggal yang bising dan kotor, ataupun pemandanagn yang membosankan.
2. Kondisi sosial budaya Seperti kurang tersedianya fasilitas rekreasi,
kegiatan yang rutin dalam masyarakat sekitar, terlalu banyak kerja, adanya
perbedaan sosial antar anggota masyarakat dan lain-lain yang sering
menjadi alasan untuk pergi ke tempat-tempat yang kondiisnya lebih baik
dan menyenangkan.
3. Kondisi ekonomi
Konsumsi yang tinggi dari masyarakat, biaya hisup sehari-hari,
tingkatdaya beli yang tinggi, banyaknya waktu luang serta relatif
rendahnya ongkos angkutan, juga akan menjadi pendorong seseorang
untuk melakukan perjalana wisata.
4. Pengarh kegiatan pariwisata

5
Peningkatan publikasi dan penyebaran informasi serta timbulnya pandanag
tentang nilai lebih dari kegiatan berwisata terhadap fungsi sosial
masyarakat dapat mendorong kegiatan wisata.

1.4 Pemasaran pariwisata

Pemasaran mempunyai peran yang sangat penting dalam industri


pariwisata khususnya untuk memberikan pencitraan daerah tujuan wisata.
Pemasaran daerah tujuan wisata adalah keseluruhan usaha untuk mengenalkan
produk wisata yang ditawarkan oleh daerah tujuan wisata baik yang tangiable
produk, mengenali identitas wisatawan yang mempunyai waktu, uang dan
mempunyai keinginna untuk berwisata, dan mencari cara terbaik untuk mencapai
dan meyakinkan wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata. Pemasaran
daerah tujuan wisata menyangkut penelitian pasra, penjualan, dan usaha mencari
jalan terbaik untuk meyakinkan wisatawan agar rata-rata lama tinggal lebih lama,
dan jumlah pengeluaran perkapita wisatawan semakin besar.

Tujuan utama pemasaran pariwisata adalah tidak hanya menyangkut


jumlah maksimal wisatawan berkunjung dan tinggal lebih lama tetapi lebih
diutamakan quality tourism yang dengan promosi selektif dapat mencapai
wisatawan dengan belanja yang sangat besar dan terjadi repeat quaest. Pemasaran
daerah tujuan pariwisata memrlukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti:
pemerintah (menparpostel), perusahaan jasa penerbangan dalam dan luar negeri,
jasa transportasi darat, biro wisata, travel, restoran, dan hotel. Sasaran pasar dapat
dicapai dengan menggunakan data statistik, dan informasi seperti rata-rata lama
tinggal, pengeluaran perkapita wisatwan, jumlah kunjungan wisatawan, dan
waktu-waktu pilihan yang menarik wisatawan untuk datang dan mengunjungi
daerah tujuan wisata (peak season and off season).

Realisasi kedatangan wisman ke Indonesia menunjukkan bahwa jumlah


wisman yang datang paling banyak pada bulan Agustus dan bulan Desember
(peak season) sedangkan bulan Maret, ApriL, dan bulan Mei merupakan bulan
sepi kunjungan (off season).Hal ini dapat dimengerti karenapada bulan Agustus

6
dan desember, wisman memperoleh hak menikmati liburan atau hak cuti dari
tempat kerjanya, dan bersamaan liburan natal dan tahun baru.

Pemasaran daerah tujuan wisata dapat dilakukan tidak hanya dengan


melakukan promosi melalui iklan, brosur, internet, ataupun alat-alat promosi
lainnya tettapi dapat juga dengan mengundang penulis atau wartawan pariwisata
asing dengan tujuan agar penulis atau wartawan tersebut menulis atau meliput
hasil kunjungannya didaerah tujuan wisata wariss. Penentuan posisi pasar penting
bagi wisatawan dalam memperoleh gambaran yang jelas tentang produk wisata,
kekhususan daerah tujuan wisata, mutu layanan hotel, tariff kamar hotel, dan
kondisi keamanan daerah tujuan wisata.

Dalam manajemen pemasaran global, prinsip-prinsip dalam marketing mix


masih berlaku. Marketing mix sebagai strategi pemasaran sebernarnya
mempertemukan antara penawaran dan permintaan pasar. H.F Stanley dalam
(Spillance, 1989), seorang konsultan Pasific Asian Travel Association (PATA)
membagi unsur marketing mix dalam pariwisata menjadi:

1) Product mix
Wisatawan memerlukan jasa objek wisata dan sarana wisata tertentu.
Sarana wisata adalah sarana social ekonomi secara keseluruhan atau
sebagian menghasilkan jasa atau barang yang digunakan wisatawan seperti
hotel, rumah makan, sarana olah raga, dan atraksi kesenian. Faktor penting
dalam product mix adalah masalah pemeliharaan warisan budaya,
peninggalan sejarah, dan pemeliharaan fisik dan non fisik.
2) Distribution mix
Distribution mix berperan penting membawa wisatawan pada produk
wisata yang ditawarkan. Distribution mix mencakup jasa transportasi
darat, laut, dan udara yang ,elibatkan perusahaan jasa transportasi darat,
laut, udara, biro perjalanan dan guide. Kunci penting distribution mix
adalah layanan agar wisatawan memperoleh kepuasan saat mengkonsumsi
produk pariwisata.
3) Communication mix

7
Agar suatu produk wisata diketahui oleh wisatawan maka wisatawan
harus diberi informasi, diperkenalkan, ditarik, dan didorong agar
mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Dalam menginformasikan,
mengenalkan, menarik, dan mendorong wisatawan tersebut diperlukan
communication mix. Ada beberapa pendekatan communication mix, yaitu:
a) Sales promotion
Pendekatan ini meliputi kegiatan komunikasi yang diarahkan kepada
wisatawan melalui media umum, biro perjalanan, dan hubungan
langsung dengan wisatawan.
b) Image promotion
Kegiatan komunikasi ini dilakukan dengan cara membujuk secara
halus untuk memberi kesan dan gambaran suatu daerah tujuan wisata
melalui kunjungan perkenalan juru foto spesialis, penulis atau
wartawan pariwisata, feature khusus disurat kabar atau jumlah
majalah, dan pengiriman misi kesenian ke berbagai Negara.
c) Melalui pendidikan, pelatihan, penyululahn kepada semua staf
organisasi yang terkait dalam mata rantai kegiatan pariwisata.
d) Melalui jasa penerangan kantor pariwisata , termasuk jasa surat-
menyurat, dan hubungan korespondensi melalui alat komunikasi.
4) Service mix
Kegiatan dalam service mix merupakan kebijakan pemerintah untuk
memperlancar perjelanan dan persinggahan wisatawan, seperti kebijakan
visa dan ketentuan bea cukai.

8
DAFTAR PUSTAKA
Widanaputra, AAGP., Suprasto, H Bambang., Ariyanto, Dodik., Sari, Maria M
Ratna. 2009.Akuntansi Hotel (Pendekatan Sistem Informasi)

Anda mungkin juga menyukai