Makalahtb 2
Makalahtb 2
PENDAHULUAN
Insidensi ibu hamil dengan TB aktif di Inggris sebesar 4,2/100.000.2 Faktor yang
ibu dan janin dalam kandungan karena TB yang tidak diobati dapat
TB kongenital sebesar 38% jika tidak diobati dan mencapai 22% jika mendapat
efektif saat kehamilan. Di seluruh dunia kasus TB kongenital hanya tercatat 329
kasus.9 Menurut World Health Organization (WHO) ibu tidak lagi infeksius
setelah diterapi selama 2-3 minggu. Angka kematian tinggi (2-60%) tergantung
dari gejala yang muncul atau faktor lain seperti prematuritas dan infeksi HIV.
1
Komplikasi dapat berupa TB milier dan meningitis yang mengakibatkan kejang,
treatment sering terjadi. Berbagai upaya diagnosis telah banyak dilakukan baik
seorang anak sakit TB atau hanya terinfeksi M. tuberculosis tanpa sakit. Para ahli
sepakat bahwa anamnesis dan pemeriksaan klinis masih merupakan cara diagnosis
TB pada anak.7,10
tidak muncul sampai beberapa hari atau minggu kemudian jika infeksi ditularkan
postpartum daripada intrauterin.11 Tidak jarang bayi dibawa sudah dalam keadaan
berat seperti TB milier atau meningitis. Sebenarnya bila TB diketahui lebih awal,
Dari latar belakang tersebut, pada makalah ini akan dibahas mengenai
diagnosis dan tatalaksana neonatus yang lahir dari ibu dengan TB aktif.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
selama proses kelahiran (natal), maupun transmisi paska natal oleh ibu pengidap
TB aktif. Oleh karena itu, transmisi pada neonatus ini disebut sebagai TB
perinatal.12
Epidemiologi
tercatat 329 kasus TB kongenital. Abughali dkk melaporkan dari tahun 1980
sistemik jarang terjadi pada orang dewasa. Sedangkan kondisi sistemik dengan
sirkulasi janin. (4) Tuberkel yang menempel pada plasenta sangat jarang pecah
3
Data mengenai TB perinatal di Departemen IKA FKUI RSCM dilaporkan
oleh Rahajoe N. pada tahun 1996 melaporkan, 26 (16,4%) dari 171 kasus TB
dengan biakan positif adalah anak di bawah usia 1 tahun dengan usia termuda
adalah 4 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa sumber penularan yang paling
Respon imun yang baik bergantung pada limfosit CD4/Th1 dan kadar
Interferon-γ (IFN- γ). Neonatus memiliki sel CD4 lebih sedikit dan fungsi yang
lambatnya fagositosis di tempat infeksi, respon imun antigen spesifik tidak ada
Periode neonatal adalah saat dimana neonatus sangat rentan karena sistem
menimbulkan reaksi alloimun antara ibu dan janin dan transisi lingkungan
intrauterin yang steril ke lingkungan pajanan antigen dari luar. Hal ini
menunjukkan bahwa CD4+, CD25+, dan pengaturan sel-T yang melimpah cukup
Dengan tidak adanya respon imun yang didapat dan tidak ada memori
kekebalan, garis pertahanan pertama terletak pada respon imun bawaan dari
4
aktivitas antigen-precenting cells (APC) dan mengakibatkan perbedaan kualitatif
monosit. Darah secara fungsional belum matang saat lahir dan memiliki fenotip
yang tidak jauh berbeda dibandingkan anak usia dini. Hal ini menunjukkan bahwa
bias terhadap polarisasi sitokin-sel Th1 membuat bayi lebih rentan terhadap TB,
memiliki defek tertentu dalam ekspresi IL-12p35. IL-12 penting untuk tahap awal
polarisasi Th1 dan juga untuk menjaga efisiensi transkripsi IFN-γ pada efektor sel
Th1.13
sebagai garis pertahanan pertama dalam respon imun bawaan untuk TB dan
berperan penting dalam memperkuat respon terhadap infeksi. Studi pada binatang
promotor proksimal gen IFN-γ, sehingga pola respon IFN-γ sangat terbatas
terhadap berbagai stimulus. Ekspresi CD154 (ligan CD40) juga berkurang secara
5
signifikan dibandingkan dengan sel dewasa. Penurunan pertahanan paru bawaan
ampuh Th1, mungkin terkait dengan keampuhan aktivasi APC dari vaksin BCG.1
postpartum mungkin tidak penting karena klinis, pengobatan, dan prognosis tidak
berbeda, asalkan bayi dan ibu secara cepat terdiagnosis dan diobati.
(a) saat bayi masih di dalam rahim, melalui penyebaran hematogen lewat
vena umbilikalis, aspirasi atau tertelan cairan amnion yang terinfeksi TB,
(c) postpartum, melalui inhalasi atau tertelan droplets dari ibu dengan TB
aktif.
6
kongenital dan TB postnatal. Juga tidak mengecualikan penularan dari orang
transmisi vertikal dari M. tuberculosis ialah TB milier, TB yang tidak diobati, atau
perinatal pada bayi, model feto-maternal merupakan jendela yang rapat terhadap
paparan infeksi dan penyakit. Ini karena plasenta membentuk barier pertahanan
plasenta yang sehat, sehingga kuman akan menempel pada plasenta dan
akan menempel dan membentuk tuberkel pada plasenta karena adanya sawar
plasenta. Bila tuberkel pecah, akan terjadi penyebaran melalui vena umbilikalis
mencapai hati yang mengakibatkan fokus primer di hati serta melibatkan kelenjar
peredaran darah kemudian mencapai paru membentuk fokus primer dalam bentuk
dorman. Tuberkel pada plasenta yang pecah tersebut dapat pula menginfeksi
cairan amnion. Cairan amnion yang terinfeksi M.tuberculosis terhisap oleh janin
selama kehamilan sehingga kuman dapat mencapai paru dan menyebabkan fokus
primer di paru. Namun bila cairan amnion tersebut tertelan, kuman akan mencapai
7
Infeksi TB pada neonatus yang terjadi saat persalinan (natal), dapat terjadi
oleh neonatus saat proses persalinan. Pada penularan ini kuman yang teraspirasi
dapat menyebabkan fokus primer di paru atau di usus. Penularan infeksi TB paska
natal merupakan penularan TB pada neonatus yang paling sering, yaitu melalui
inhalasi udara (droplet infection) oleh ibu atau orang dewasa lain penderita TB
aktif di sekitar neonatus. Kuman TB mencapai alveolus paru terutama pada lobus
tengah dan lobus bawah yang kaya akan oksigen sehingga umumnya fokus primer
akan terdapat di sini, walaupun semua lobus bisa saja menjadi fokus primer.5,9,16
Dari 107 ibu hamil dengan TB di Afrika Selatan, transmisi ibu-anak dari
basil TB dideteksi pada 15% neonatus pada usia 3 minggu pertama. Transmisi ini
diakibatkan oleh TB yang tidak diobati (terlambat didiagnosis). Wanita usia 15-49
CD4 merupakan sel kunci yang terlibat dalam kontrol infeksi TB. Model binatang
penyebaran ekstrapulmonal, status gizi ibu, status imun, dan koinfeksi HIV.6
Riwayat kontak erat dengan pasien TB atau riwayat bepergian ke daerah endemis
TB harus ditanyakan.2
8
Gejala ibu hamil dengan TB umumnya sama seperti pasien yang tidak
asimptomatis dan tampak sehat, memiliki simptom yang terbatas antara lain batuk
kronik selama 3 minggu atau lebih, demam, cepat lelah, keringat malam, atau
simptom berat seperti hemoptisis dan penurunan berat badan. Namun penurunan
berat badan sering dikaburkan oleh penambahan berat badan selama kehamilan.
dengan IUGR dan skor Apgar yang rendah.15 TB sulit dideteksi pada ANC (Ante
Natal Care) yang rutin. Pada 26 kasus TB kongenital, 15 (57,7%) kasus TB pada
Tabel 1. Temuan Klinis Ibu Hamil yang Terinfeksi TB dan HIV di Negara
Berkembang3
9
Untuk mengetahui apakah ibu hamil menderita TB dapat dilakukan uji
Tuberkulin, foto toraks dengan pelindung dan pemeriksaan sputum BTA dan
kultur. Foto toraks dilakukan jika 3 kali apusan sputum menunjukkan hasil negatif
namun gejala masih menetap setelah pemberian antibiotik 1-2 minggu. Jika dari
parenkim) maka pasien diterapi dengan OAT dan disebut pasien TB-BTA
negatif.6
Jika terdapat kecurigaan pada ibu hamil harus dilakukan uji Tuberkulin.
Ada beberapa pendapat yang memperdebatkan perlunya uji Tuberkulin pada ibu
hamil karena sensitifitasnya pada ibu hamil. Uji Tuberkulin sering anergi akibat
klinis melaporkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna. Uji Tuberkulin
aman dan merupakan metode yang berguna untuk screening TB pada kehamilan
dan harus dilakukan pada ibu hamil yang memiliki tanda dan gejala TB. Jika
indurasi uji Tuberkulin >10 mm, harus dilakukan foto toraks dengan pelindung
Ibu hamil dengan diabetes atau HIV, pekerja rumah sakit, usia tua, tahanan
penjara dan status sosial-ekonomi rendah harus menjalani uji Tuberkulin. Wanita
yang terinfeksi HIV memilki hasil negatif reaksi Tuberkulin, sehingga jika
ditemukan indurasi >5 mm pada wanita dengan HIV dinyatakan uji Tuberkulin
positif.5
10
Jika ibu merupakan pasien asimptomatis, foto toraks harus ditunda sampai
usia kehamilan mencapai 12 minggu.5 Ibu juga harus memeriksakan sputum BTA
pada minggu ke-2 dan 3 usia neonatus dan biasanya tidak spesifik.9,16,17
dan limfadenopati. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami infeksi TB dan
HIV cenderung lahir preterm, berat bayi lahir rendah (BBLR), dan restriksi
perinatal.1,2,5
akibat dari pembesaran kelenjar pada porta hepatis dan lesi kulit papular atau
Diagnosis TB kongenital harus dicurigai pada neonatus dengan tanda dan gejala
sepsis yang tidak berespon dengan pemberian yang adekuat antibiotik spektrum
11
luas dan kemungkinan diagnosis infeksi kongenital lain telah disingkirkan,
Tuberkulosis yang didapat paska natal memiliki gejala yang sama dengan
TB pada anak, seperti berat badan turun tanpa sebab, gagal tumbuh, demam lama
dan berulang, pembesaran kelenjar getah bening multipel, batuk lama, atau diare
persisten.9
dilahirkan lebih kecil dibandingkan bayi dari ibu hamil sehat (2.800 gram vs
3.100 gram). Ibu hamil dengan TB memiliki risiko relatif melahirkan bayi preterm
sebesar 2,1% dan kematian perinatal sebesar 3,1%. Hasil yang lebih jelek dari
dibandingkan 316 ibu hamil sehat, terjadi fetal distress (15,2%), prematuritas
(22,8%), Kecil Masa Kehamilan (20,2%), BBLR (34,2%), dan kematian perinatal
(10,1%) pada bayi-bayi yang terlahir dari ibu yang terinfeksi TB. Pada ibu hamil
rendah (<6) dan BBLR (<2500 gram) lebih tinggi dibandingkan ibu hamil sehat di
India.3
pasien TB berat khususnya TB milier pada bayi kurang dari 1 tahun. Pada 19
Kebanyakan berusia 6 bulan. Keluhan terutama adalah demam, berat badan turun
12
atau tetap, dan anoreksia masing-masing 89,5%; 89,5%; dan 84,2%. Pembesaran
kelenjar, hati, dan limpa, masing-masing didapatkan pada 73,7%; 57,9%; dan
47,7%. Uji Tuberkulin positif didapatkan pada 52,6%, peningkatan laju endap
Pemeriksaan Penunjang
baru terinfeksi tidak menunjukan gejala, baik bayi yang asimptomatis dan yang
untuk mendapatkan sputum cukup mudah, tetapi pada anak sangat sulit. Usaha
lain melalui cara bilas lambung karena anak sering menelan kembali sputumnya.18
menunjukkan hasil positif dari bilasan lambung, cairan telinga, serta biopsi hati,
kelenjar getah bening, dan sumsum tulang.3,9,17,19 Bilas lambung pada neonatus
13
memiliki hasil mikrobiologi yang lebih tinggi dibandingkan pada bayi yang lebih
tua (70%).1 Swab telinga tengah, sumsum tulang dan trakea juga menunjukkan
BTA positif.
Uji Tuberkulin pada neonatus sering negatif karena penyakit berat atau
sistem imun neonatus yang masih imatur sehingga penggunaan uji Tuberkulin
pada neonatus tidak dapat diandalkan.20 Uji Tuberkulin negatif di awal dan pada
pengulangan menjadi positif pada usia 4-6 minggu (umumnya usia 3 bulan).19
efusi pleura, lesi kistik multipel, adenopati mediastinum dan hilus paru.1,7,21
Beberapa neonatus yang memiliki gambaran foto yang normal yang kemudian
dan lesi fokal pada hati dan limpa, ekogenisitas yang heterogen, pembesaran
kelenjar getah bening multipel serta cairan debris peritoneum. Bila didapatkan
dan bila ditemukan kompleks primer maka dilanjutkan dengan biopsi hati.21
dengan BTA. Adanya tuberkel pada plasenta belum dapat memastikan bahwa bayi
menderita TB kongenital, karena tuberkel pada plasenta dapat utuh (tidak pecah).9
14
CT-scan abdomen dapat menunjukkan hepatosplenomegali, lesi fokal
limfadenopati intra abdomen dan asites. CT-scan berguna untuk menunjukkan lesi
parenkim dan limfadenopati lebih baik dan lebih awal daripada foto toraks x-
ray.21
kongenital.4 Idealnya sampel dari plasenta, endometrium dan vagina ibu diambil,
namun jarang dan sulit dilakukan. Pemeriksaan IFN-γ dapat menjadi alternatif
pada neonatus dan bayi, karena adanya penekanan produksi IFN-γ pada respon
Diagnosis TB Perinatal
3. jika tidak ada kompleks primer di hepar: (a) dicari bukti lesi TB
beberapa hari setelah lahir, (b) eksklusi paparan paska natal dengan memisahkan
bayi dengan ibunya sehingga tidak ada riwayat kontak dengan penderita TB aktif
setelah lahir
15
1. lesi muncul pada usia 1 minggu
plasenta
kontak TB
Dokter ahli kebidanan bersama dokter anak harus saling berdikusi sebelum
anatomi plasenta dan pemeriksaan mikrobiologi dari darah vena umbilikalis untuk
mencari gambaran tuberkel dan atau kuman TB. Setelah ibu diisolasi, evaluasi
klinis dan foto toraks dilakukan pada neonatus. Pemantauan klinis kadang-kadang
Penting untuk diketahui infeksi yang didiagnosis pada bayi biasanya BTA-
Pada bayi yang asimptomatis, sampel tambahan dapat diambil dari cairan
serebrospinal, aspirasi abses, biopsi hepar, aspirasi sumsum tulang, biopsi kelenjar
getah bening, aspirasi trakea, swab telinga, dan urin. Pemeriksaan ini dapat
menunjukkan hasil pemeriksaan yang lebih tinggi (jika BTA positif) atau
memerlukan 8-12 minggu pada kasus dengan BTA negatif namun kultur positif.3
16
Pada bayi yang simptomatis, diagnosis banding dapat dibuat: sifilis
Gambar 2. Granuloma TB pada sampel biopsi paru neonatus dengan hasil kultur
positif TB.3
17
Pengobatan
Tata laksana TB pada neonatus mencakup beberapa aspek yaitu ibu, bayi
harus diisolasi. Bila ibu telah didiagnosis TB aktif pada kehamilan, pengobatan
OAT langsung diberikan tanpa mengesampingkan efek samping OAT pada janin.
Obat yang rekomendasi oleh WHO dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Regimen OAT sama seperti pada kasus TB lainnya kecuali streptomisin tidak
diberikan karena bersifat teratogenik. Pada ibu yang telah cukup mendapat
Namun pada neonatus dengan gejala klinis TB dan didukung oleh satu atau lebih
darah vena umbilikalis) maka dapat langsung diobati selama 6 bulan tanpa
toraks dan bilas lambung. Namun bila hasil uji Tuberkulin negatif, masih
mungkin TB karena faktor imunitas yang imatur pada neonatus. Dalam hal ini
18
hasil uji Tuberkulin pada usia 3 bulan positif maka diagnosis TB ditegakkan dan
dipisahkan selama minimal 2 minggu pemberian terapi TB pada ibu, namun ASI
tetap dapat diberikan. Selain itu pemantauan peningkatan berat badan, tanda vital,
Apabila neonatus lahir dari ibu TB aktif namun pemeriksaan klinis dan
penunjang dalam batas normal, maka neonatus tetap berpotensi untuk terinfeksi
mungkin dikerjakan, dan diberikan OAT profilaksis selama menunggu hasil kultur
kuman. Langkah ini dilakukan pada ibu yang dinilai infeksius (respon jelek
dengan OAT, BTA positif saat melahirkan, dan/atau memulai terapi OAT 3 bulan
sebelum melahirkan). Semua neonatus dari ibu dengan TB aktif selama kehamilan
dan BTA negatif bukan berarti ibu tersebut benar-benar bebas TB.3,24,25
Tata laksana awal adalah pemberian profilaksis primer INH dengan dosis
mengetahui apakah pasien telah terinfeksi. Apabila setelah 1 bulan uji Tuberkulin
19
Namun bila setelah 1 bulan uji Tuberkulin negatif maka pemberian
Tuberkulin untuk mengetahui apakah pasien telah terinfeksi. Bila setelah 3 bulan
uji Tuberkulin tetap negatif dan telah dibuktikan tidak ada sumber penularan lagi
maka profilaksis primer INH dapat dihentikan. Namun bila positif, harus dinilai
sekunder selama 6-12 bulan. Pemberian BCG hanya dapat dilakukan apabila bayi
belum terinfeksi M.tuberculosis yaitu pada saat 3 bulan dan uji Tuberkulin
dicari adanya sumber penularan atau keluarga lain yang tertular melalui
selama 4 bulan rifampisin dan isoniazid. Untuk meningitis TB fase intensif selama
Bayi harus diperiksa BTA setiap bulan sampai terapi komplit dan diikuti
toraks x-ray ulangan dilakukan pada usia bayi 6 minggu, 12 minggu dan 6 bulan.
20
Bayi kemudian divaksinasi BCG pada usia 6 bulan jika hasil tes-tes tersebut
negatif. Jika selama masa pengawasan berubah menjadi positif maka bayi
diberikan multiple terapi.2 Sebagai tambahan, bayi yang lahir dari ibu dengan
Pemberian tambahan piridoksin pada bayi yang mendapat INH atau jika
mendapatkan ASI dari ibu yang mendapatkan INH, karena defisiensi piridoksin
INH (5-10 mg/kg/hari). Pemberian selama 3 bulan lebih dipilih karena resistensi
INH sangat tinggi. Jika hasil kultur sudah ada dan menunjukkan hasil yang positif,
pemberian OAT diberikan secara komplit tanpa memandang gambaran klinis. Jika
Namun jika ibu tidak ada pemeriksaan yang menyatakan BTA negatif atau
positif, maka bayi perlu diperiksa apakah TB aktif dengan uji Tuberkulin, foto
dada dan pemeriksaaan dari bahan yang diambil dari bilas lambung atau sputum
BTA. Jika tidak ada bukti TB aktif, bayi harus mendapatkan INH profilaksis
selama 3 bulan sampai setelah sputum ibu dinyatakan BTA negatif dan uji
Tuberkulin diulang pada usia 3 bulan. Jika uji Tuberkulin bayi negatif dan
sputum BTA ibu juga negatif INH dihentikan dan diberikan vaksin BCG.1,6 Jika
uji Tuberkulin bayi positif maka INH profilaksis harus diberikan selama 6 bulan
21
Jika diagnosis ibu ternyata TB aktif dan dibuat pada usia kehamilan bulan-
bulan terakhir menjelang persalinan, bayi dan plasenta harus diperiksa dengan
empiris jika terdapat ketidakpastian diagnosis. Semua bayi kondisi ini harus
Ibu hamil dengan MDR memiliki risiko besar pada komplikasi neonatus.
Pada neonatus dari ibu yang MDR, INH profilaksis tidak diberikan melainkan
Bayi yang lahir dari ibu dengan TB dan HIV positif harus diberikan INH
profilaksis selama 6 bulan, setelah itu dilakukan uji Tuberkulin. Jika hasilnya
Selama bayi diperiksa dan diterapi secara intensif di ruang perawatan bayi,
masih ada setelah lahir, terutama jika bayi terpapar terus-menerus pada ibu yang
Pada kondisi terpencil vaksin BCG harus diberikan pada bayi dengan
alasan:3
22
yang besar terkena TB milier dan meningitis. Risiko terbesar penyebaran
bentuk penyakit ini dalam 1 tahun pertama kehidupan, dan vaksin BCG
terpencil.
vaksin BCG tidak ada, dan penggunaan uji Tuberkulin sebagai marker
23
Terapi suportif seperti oksigen bahkan ventilator mungkin diperlukan.
Kortikosteroid dapat diberikan jika bayi dinilai amat parah, meningitis TB atau
24
Gambar 4. Tatalaksana neonatus dari ibu TB aktif.3
Pemberian ASI
pengawasan dan konseling yang memadai dari neonatologist, ahli kebidanan, dan
ibu. The American Academy of Pediatrics menyarankan ibu dengan TB yang telah
mendapat terapi selama dua minggu atau lebih dan dinyatakan tidak infeksius
25
paska natal dari ibu yang terinfeksi ke bayinya ada, bahkan jika ia tidak menyusui
Pilihan lain ialah memisahkan ibu dari bayinya jika ibu TB aktif dan
sangat infeksius (terutama pasien MDR) sampai terjadi konversi BTA sputum
atau ibu tidak infeksius lagi, tetapi tetap diberikan ASI yang dipompa.
Pemeriksaan ulangan BTA pada ibu yang memberikan ASI dilakukan 2 minggu
setelah pengobatan.3,6,12
bulan atau alternatif INH 3 bulan diikuti uji Tuberkulin. Jika negatif vaksinasi
BCG diberikan dan INH dihentikan. Jika positif terapi dilanjutkan sampai 6 bulan
Dosis OAT yang ditelan ibu mencapai ASI dalam jumlah maksimal 25%
dosis terapeutik bayi.12 Konsentrasi INH pada ASI mencapai puncak 3 jam setelah
pemberian obat dan mencapai konsentrasi 16,6 mg/l pada dosis 300 mg.
Rifampisin mencapai puncak konsentrasi 10-30 mg/l pada dosis 600 mg.
gram.5
Jika ibu dan bayi sama-sama mendapatkan INH, maka obat akan
kondisi demikian ASI sebaiknya diganti dengan susu formula.5 Namun beberapa
mengakibatkan toksisitas pada neonatus yang diberikan OAT dosis standar atau
yang mendapatkan terapi profilaksis. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa
26
residu OAT dalam ASI mengakibatkan resistensi obat terhadap M. tuberculosis
pada neonatus.2,3
Pencegahan
screening pada populasi dengan risiko tinggi. Deteksi dini hendaknya dapat
dilakukan sewaktu ibu hamil melakukan ANC sehingga terapi dapat diberikan
lebih dini. Sejak pertama kali TB terdiagnosis pada ibu, terapi OAT harus
diberikan sesegera mungkin untuk mengurangi risiko pada bayi dan ibu. Regimen
INH ditunda sampai setelah melahirkan jika hasil foto toraks dinyatakan normal.
antara lain:5
- Jika ditemukan konversi hasil Tuberkulin dalam kurun waktu dua tahun.
Terapi pencegahan dengan INH (5 mg/kg/hari) sangat efektif dan tidak ada
risiko teratogenik pada ibu hamil yang mendapatkan dosis standar (dosis
27
maksimal 300 mg/hari) selama 6-12 bulan. Semua ibu hamil yang mendapatkan
terapi INH profilaksis harus dinilai tes fungsi hati sebelum memulai terapi
profilaksis dan pemeriksaan harus diulang tiap bulan dan waspada jika muncul
hepatotoksik yang muncul pada masa nifas. Piridoksin harus diberikan untuk
mencegah neuropati.5
Semua ahli setuju keuntungan dari terapi ibu mencegah morbiditas dan
mortalitas ibu dan menghindari transmisi perinatal.1 Hasil yang lebih baik
Prognosis
meningitis, gagal napas, perforasi usus dan syok sepsis. Hampir 50% dari kasus
Hal ini disebabkan karena keterlambatan diagnosis dan komplikasi. Oleh karena
itu deteksi dini ibu dan neonatus dengan TB serta penanganan yang baik pada
28
Pengobatan dengan kombinasi HRZS selama dua bulan dan R dan H tiap 2
minggu selama 4 bulan dilaporkan hanya 1% yang mengalami relaps dan angka
morbiditas ibu sebesar 4 kali, dan sembilan kali lebih rentan melahirkan bayi
preterm.2 Status gizi ibu yang buruk, hipoproteinemia, anemia menambah risiko
morbiditas dan mortalitas ibu. TB disertai dengan infeksi HIV akan memperburuk
daya tahan tubuh neonatus. Pengobatan OAT yang tidak tuntas, lesi paru kronik
29
BAB III
PENUTUP
Tuberkulosis (TB) pada kehamilan selain dapat mengenai ibu juga dapat
menular pada bayi baik intrauterin, saat persalinan, maupun paska natal. Kejadian
sulit dibedakan dengan sepsis bakterial umumnya dan hampir semua kasus
dapat timbul segera setelah lahir maupun dalam beberapa hari. Gejala yang paling
Tata laksana TB pada neonatus mencakup beberapa aspek yaitu ibu, bayi yang
dilahirkan dan lingkungan keluarga. Untuk diagnosis dan tata laksana diperlukan
darah vena umbilikalis, foto toraks, bilas lambung serta evaluasi uji tuberkulin
secara berkala. Deteksi dini TB pada neonatus dan penanganan yang baik pada
30