Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyuluhan dalam arti umum berarti ilmu sosial yang mempelajari sistem dan perubahan
pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih, sesuai dengan apa
yang diharapkan. Penyuluhan adalah proses perubahan sosial, ekonomi, politik, untuk
memberdayakan dan memperkuat kemampuan semua “stakeholders”, melalui proses belajar
bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri individu dan masyarakatnya
untuk mengelola kegiatan yang semakin produktif dan efisien, demi terwujudnya kehidupan
yang baik dan semakin sejahtera secara berkelanjutan.

Dalam aspek teoritis, penyuluhan seyogyanya tidak di anggap sebagai suatu pandangan
khusus tertentu tentang proses pemberian bantuan, tetapi merupakan suatu batang tubuh
pengetahuan yang telah di bentuk dari berbagai sumber, seperti penelitian tentang pengaruh
teknik-teknik tertentu, peninggian derajat dan penghargaan terhadap unsur-unsur pribadi yang
bersifat subjektif, pemahaman tentang perkembangan manusia, dan pengetahuan tentang
masyarakat.

Sedangkan dalam aspek agama, penyuluhan telah di laksanakan oleh para Nabi dan Rasul,
para sahabat Nabi; para ulama dan juga para pendidik atau pengajar di lingkungan masyarakat
dari zaman ke zaman. Oleh karena itu masalah penyuluhan di lingkungan masyarakat secara
formi. Di kalangan masyarakat Islam telah pula di kenal prinsip-prinsip Counseling yang
bersumber pada firman-firman Allah sendiri serta sunnah Nabi sebagai sebagai berikut:

   


      
   
     
     
  

Artinya: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah
Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki
dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu
benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Q.S Asy-Syura: 52).

Di samping itu terdapat pula beberapa sabda Nabi menjelaskan bahwa penyuluhan itu
merupakan wajib seperti sabda Nabi ‫ بلغ نىغو و ︢ايغ‬yang artinya sampaikanlah segala sesuatu dari
padaku meskipun hanya satu ayat sekalipun.

1
Meskipun secara Ilmiyah penyuluhan di kalangan masyarakat masih di anggap kurang
penting dan masyarakat hanya memiliki pandangan sempit tentang penyuluhan, yaitu hanya
sebatas kegiatan penyampaian informasi, perkunjungan, sosialita, tetapi dalam perspektif ilmu
penyuluhan memiliki makna yang tidak sesederhana apa yang masyarakat pikirkan serta belum
di sadari akan pentingnya bagi usaha mensukseskan masyarakat itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya penyuluhan pada masyarakat ?
2. Apa saja keuntungan adanya penyuluhan?
3. Apa kendala aplikasi penyuluhan di masyarakat
C. Tujuan

Untuk menunaikan tugas yang di berikan oleh Bapa Nazmi Akbar, S.Pd, M.Pd.i yang di
berikan kepada kelompok kami. Namun tidak hanya itu tujuan disusunnya makalah ini, agar
pembaca dapat mengetahui tentang pentingnya penyuluhan pada masyarakat guna untuk
menambah wawasan bagi pembaca sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik dan benar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pentinya Penyuluhan di Masyarakat

Penyuluhan terkadang di anggap tidak terlalu penting, padahal dengan adanya penyuluhan di
masyarakat sangat membantu masyarakat itu sendiri dalam berkehidupan yang lebih baik lagi
untuk di masa yang akan datang. Di dalam penyuluhan banyak hal yang dapat menambah
wawasan bagi masyarakat yang berhubungan dengan ekonomi, sosial dan keagamaan. Karena
penyuluhan itu terkait dengan kegiatan, yaitu: penyebarluasan informasi, penerangan atau
penjelasan, pendidikan non formal (luar sekolah), perubahan perilaku yaitu penyuluhan adalah ,
rekayasa sosial, pemasaran inovasi ( teknis dan sosial), pemberdayaan masyarakat ( community
empowerment), penguatan komunitas (community strengthening).

Arti penting penyuluhan pada masyarakat, yaitu:

a. Memberikan acuan dalam mempertimbangkan secara seksama tentang apa yang harus
dilakukan dan bagimana cara melaksanakannya.
b. Tersedianya acuan tertulis yang dapat digunakan oleh masyarakat.
c. Sebagai pedoman pengambilan keputusan terhadap adanya usul/saran penyempurnaan
yang “baru”.
d. Memantabkan tujuan-tujuan yang ingin di capai, perkembangannya dapat di ukur dan
dievaluasi.
e. Memberikan pengertian yang jelas.
f. Mencegah kesalah artian tentang tujuan akhir.
g. Memberikan kelangsungan dalam diri personal selama proses perubahan langsung.
h. Membantu pengembangan kepemimpinan.
i. Menghindarkan pemborosan sumberdaya.
j. Menjamin kelayakan kegiatan yang dilakukan di dalam masyarakat.

Masyarakat yang menjadi sasaran penyuluhan biasanya berada di desa-desa, karena


masyarakat desa masih belum mempunyai wawasan yang luas dalam mengembangkan apa yang
ada di sekitarnya, beberapa penyuluhan yang penting bagi masyarakat, yaitu sebagai berikut:

1. Pentingnya Penyuluhan kesehatan


Untuk mengubah perilaku individu, keluarga dan masyarakat perilaku hidup sehat dan
lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Masyarakat menyadari konsep hidup sehat baik fisik,psikis terhadap keadaan
desa, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
2. Pentingnya Penyuluhan pertanian

3
Memberi pengetahuan tentang cara pengelolaan tanah, sumber daya alam dalam
memanfaatkan lahan yang kosong untuk digarap dan jadikan lahan yang menghasilkan
yang berkualitas sehingga memberikan keuntungan bagi masyarakat itu sendiri.
3. Pentingnya Penyuluhan pemberdayaan masyarakat
Membangun pengorganisasian masyarakat kedalam kelompok (unit) yang akan menjadi
wahana pemberdayaan. Penyuluhan pemberdayaan masyarakat penting untuk
berkembangnya kesadaran masyarakat sehingga mampu mengelola potensi sumberdaya
mereka dan lingkungannya.
4. Pentingnya penyuluhan Agama pada masyarakat
Membantu masyarakat memiliki religious reference (sumber pegangan keagamaan)
dalam pemecahan problema-problema yang ada, serta meningkatkan kesadaran
masyarakat mengamalkan ajaran agama.
B. Keuntungan Adanya Penyuluhan pada Masyarakat
1. Dengan adanya penyuluhan kesehatan pada masyarakat akan membuat
masyarakat lebih mengerti bagaimana menjaga kesehatan.
2. Dengan adanya penyuluhan pertanian akan membantu masyarakat dalam bertani
yang produktif.
3. Dengan adanya penyuluhan pemberdayaan masyarakat akan menambah wawasan
dalam mengolah kreatifitas yang ada di alam sekitar, ini akan menjadi masyarakat
yang mandiri.
4. Dengan adanya penyuluhan agama masyarakat lebih mengetahui tentang hukum-
hukum yang tidak boleh di lakukan dan menyadarkan masyarakat tentang penting
nya agama.

C. Kendala dalam Penyuluhan di Masyarakat


1. Kendala yang berasal dari kepribadian Individu.
a. Kestabilan (Homeostatis).
Homeostatis, seperti yang dikemukakan oleh Cannon (1932), merupakan dorongan internal
individu yang berfungsi untuk menstabilakan (stabilizing forces) dorongan-dorongan dari luar.
Tubuh manusia mempunyai mekanisme untuk mengatur perubahan fisiologis, seperti temperatur,
kadar gula dan lain sebagainya. Beberapa tahun sebelumnya Raup (1925), menggambarkan
disamping kemampuan mengadaptasi perubahan fisiologis, manusia juga mempunyai
kemampuan untuk mangadaptasi perubahan psikologis dalam batas tertentu. Terkait dengan hal
ini, suatu proses pelatihan yang diberikan dalam waktu relatif singkat belum tentu dapat
membuat perubahan yang permanen pada dir\i individu, bila tidak diikuti dengan penguatan yang

4
relatif terus-menerus dari sistem yang melingkupinya (tidak diikuti program lanjutan untuk
menstabilkan hasil latihan).
b. Kebiasaan (Habit).
Disamping homeostatis, konsep atau faktor lain yang dapat menghambat suatu perubahan
adalah faktor kabiasaan. Sebagian besar pakar dari teori belajar (learning theory) mempunyai
asumsi bahwa bila tidak ada perubahan situasi yang tak terduga, maka setiap individu pada
umumnya akan bereaksi sesuai dengan kebiasaannya. Alport (1937) memperkenalkan istilah
‘otonomi fungsional’ (functional autonomy) untuk manggambarkan fakta yang terjadi bahwa
aktivitas ataupun tindakan yang dilakukan seseorang sebagai suatu cara untuk mencapai suatu
kepuasan seringkali, secara instrinsik diterima sebagai suatu tindakan yang sebaiknya ia
lakukan. Pada satu sisi, kebiasaan dapat membantu community worker untuk
mengembangkan rencana perubahan. Tetapi, pada sisi yang lain, kebiasaan dapat menjadi faktor
penghambat.
c. Hal yang Utama (Primacy)
Hal yang utama (Primacy) yang dimaksudkan di sini adalah hal-hal yang berhasil mendatangkan
hasil yang memuaskan. Bila tindakan yang pertama dilakukan seseorang mendatangkan hasil
yang memuaskan ketika menghadapi suatu situasi tertentu, maka ia cenderung mengulangi pada
saat yang lain (ketika menghadapi situasi yang sama). Hali ini juga dapat menghambat terjadinya
perubahan, apalagi bila tindakan tersebut sudah begitu terpola pada individu tersebut.
d. Seleksi Ingatan dan Persepsi (Selective Perception and Retention).
Bila sikap seseorang terhadap obyek sikap sudah terbentuk, maka tindakan yang dilakukannya di
saat-saat yang berikutnya akan disesuaikan dengan ‘objek sikap’ yang ia jumpai. Tetapi, di sisi
yang lain penyeleksian ini dapat pula menghambat perubahan yang akan terjadi. Misalnya saja,
bila seseorang merasa antipati terhadap salah satu pembimbing keterampilan yang berasal dari
suku tertentu hanya berdasarkan stereotip yang ia kembangkan sebelumnya tanpa
memperhatikan kemampuan dari pembimbing keterampilan tersebut. Padahal tenaga
pembimbing tersebut merupakan salah satu yang terbaik dalam bidangnya. Hal ini tentu akan
dapat berakibat kurang baik bila tidak dicarikan jalan penyelesaiannya.
e. Ketergantungan (Dependence).
Ketergantungan seseorang terhadap orang yang lebih dewasa dapat pula menjadi faktor yang
menghambat terjadinya suatu perubahan dalam masyarakat. Ketergantungan seseorang terhadap

5
orang yang lebih dewasa sudah dimulai sejak masa kanak-kanak. Tetapi, sejalan dengan
bertambahnya usia maka tingkat ketergantungan terhadap orang yang lebih tua dapat semakin
‘diperkecil’, sehingga pada akhirnya dapat dicapai ‘kemandirian’ baik dalam aspek psiko-sosial
maupun finansial. Bila dalam suatu kelompok masyarakat terlalu banyak orang yang mempunyai
ketergantungan terhadap orang lain maka proses ‘pemandirian’ masyarakat tersebut dapat
menjadi lebih lama dari waktu yang diperkirakan.
f. Superego.
Superego yang terlalu ‘kuat’ cenderung membuat seseorang tidak mau menerima pembaharuan
dan kadangkala mengangggap pembaharuan sebagai sautu hal yang tabu. Dorongan superego
yang berlebihan ini menimbulkan kepatuhan yang berlebihan pula, karena dorongan dari ld lebih
sering teredam dan tak tersalurkan. Padahal keberadaan diri sendiri, dalam sisi yang positif
adalah memunculkan keinginan seseorang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dengan cara
yang lebih sederhana (hal ini sesuai dengan pleasure principle dari id itu sendiri). Keadaan
seperti inilah yang dapat menyebabkan terhambatnya suatu inovasi yang akan diperkenalkan
oleh community worker terhadap masyarakat tersebut.
g. Rasa Tidak Percaya Diri (Self-Distrust).
Rasa tidak percaya diri menurut Watson dapat merupakan konsekuensi dari ketergantungan pada
masa kanak-kanak yang berlebihan, serta dorongan dari superego yang terlalu kuat sehingga ia
merasa perlu menghindari dorongan yang datang dari dirinya sendiri, dengan menyatakan
“rasanya apa yang saya inginkan ini bukan merupakan hal yang patut untuk dilakukan”. Rasa
tidak (kurang) percaya diri ini bila terus berlanjut sampai seseorang menginjak usia dewasa pada
akhirnya dapat mempengaruhi keterampilan dan kinerjanya.

2. Kendala yang berasal dari sistem Sosial.


a. Kesepakatan terhadap norma tertntu (Conformity to Norms).
Norma dalam suatu sistem sosial berkaitan erat dengan kebiasaan dari kelompok masyarakat
tersebut. Norma sebagai suatu aturan yang tidak tertulis ‘mengikat’sebagian besar anggota
masyarakat pada suatu komunitas tertentu. Pada titik tertentu, norma dapat menjadi faktor yang
menghambat ataupun halangan terhadap perubahan (pembaharuan) yang ingin diwujudkan. Pada
kelompok masyarakat yang mempunyai norma yang mendukung untuk berjudi, minum-minuman
keras, serta menjual obat terlarang maka dapat dibayangkan betapa sulitnya community worker

6
membantu merubah masyarakat tersebut untuk menjadi masyarakat yang sehat bukan saja dari
segi fisik tetapi juga sehat rohani. Untuk beberapa komunitas dipemukiman kumuh, dapat terlihat
pula bahwa norma masyarakat mendukung kebiasaan masyarakat. Dalam keadaan seperti ini,
norma masyarakat bukan menjadi faktor pendukung suatu inovasi ke arah yang lebih baik, tetapi
lebih berupa faktor penghambat pembaharuan. Karena orang-orang yang ingin melakukan
pembaharuan tidak jarang dianggap sebagai orang yang melakukan ‘penyimpangan’. Dalam
keadaan seperti ini, nilai-nilai baru lebih baik diperkebalkan melalui kelompok-kelompok dan
bukan melalui orang perorang saja.
b. Kesatuan dan Kepaduan Sistem dan Budaya (Systemic and Cultural Coherence).
Seperti apa yang pernah dipahami sebagai prinsip dasar dalam Gestalt dimana “setiap bagian dari
suatu bentuk tertentu mempunyai karakteristik dari bentuk tersebut sebagai hasil dari interaksi
dengan totalitas bentuk tersebut”. Berdasarkan pandangan ini dapat dipahami bahwa perubahan
yang dilakukan pada suatu area akan dapat mempengaruhi area yang lain. Hal ini terjadi karena
dalam suatu kamunitas tidak hanya berlaku satu sistem saja, tetapi berbagai sistem yang saling
kait mengkait menyatu dan terpadu, sehingga memungkinkan masyarakat itu hidup dalam
keadaan yang '‘antap'’(steady state).
c. Kelompok Kepentingan (Vested Interests).
Salah satu sumber yang dapat menghambat perubahan ekonomi dalam masyarakat antara
lain adlah adanya kelompok kepentingan yang mempunyai tujuan yang berbeda dengan tujuan
pengembangan masyarakat. Misalnya saja, berdasarkan pandangan teori konflik dapat
diperkirakan bahwa beberapa kelompok mempunyai kepentingan tertentu dengan adanya
‘kantung-kantung’ kemiskinan. Karena adanya kantung kemiskinan, persediaan untuk ‘tenag
kerja upah rendah’ tetap tersedia, sehingga pada kelompok kepentingan tertentu niat untuk
mengembangkan suatu masyarakat manjadi mendua karena adanya kepentingan tertentu yang
bertentangan prinsip dasar untuk memandirikan dan meningkat taraf hidup masyarakat.
d. Hal yang Bersifat Sakral (The sacrosanct).
Berdasarkan penelitian beberapa antropolog, Watson, melihat bahwa pada berbagai budaya
beberapa kegiatan tertentu tampak lebih mudah berubah dibandingkan beberapa kegiatan yang
lain. Salah satu yang mempunyai nilai kesulitan untuk berubah yang tinggi adalah ketika suatu
teknologi ataupun program inovatif yang akan dilontarkan ternyata membentur nilai-nilai
keagamaan ataupun nilai-nilai yang dianggap ‘sakral’. Misalnya saja, dalam dunia bisnis yang

7
banyak didominasi oleh manajer pria, kehadiran manajer wanita saat ini sudah dapat diterima.
Karena gagasan mengenai manjer wanita tidak tampak bertentangan dengan kebiasaan yang
dianggap sakral oleh masyarakat, tetapi kehadiran rabbi (pendeta Yahudi) wanita tampaknya
belum dapat diterima oleh komunitas Yahudi dimanapun mereka berada. Contoh lain dapat pula
terlihat ketika terjadi isu mengenai lemak babi yang digunakan untuk bahan campuran beberapa
produk makanan tertentu. Begitu isu tersebut tersebar (yang sebenarnya menyentuh hal yang
bersifat sakral dalam pandangan umat Islam), maka tentangan pun muncul dari berbagai macam
pihak, yang merupakan manifestasi ketidaksetujuan masyarakat.
e. Penolakan terhadap ‘Orang Luar’ (Rejection of Outsiders’).
Penolakan terhadap orang luar juga perlu diperhatikan oleh community worker, karena
community worker biasanya merupakan orang yang berasal dari luar komunitas tersebut.
Meskipun community worker bersal dari luar daerah, tetapi ia tidak boleh menjadi orang luar
(outsiders) dalam komunitas tersebut. Dari sudut pandang psikologi dikatakan bahwa manusia
mempunyai sifat yang universal, salah satunya adalah ia mempunyai rasa curiga dan rasa
terganggu (hostility) terhadap orang asing. Oleh karena itu, seorang worker harus mempunyai
keterampilan berkomunikasi yang baik agar ia tidak menjadi orang luar dalam masyarakat
tersebut. Berdasarkan keadaan di atas, maka perubahan yang dilakukan oleh community worker
haruslah dilakukan secara bertahap, dan tahap pertama adlah menjalin relasi terlebih dahulu, agar
ia tidak menjadi orang luar. Bila relasi telah terbentuk barulah ia dapat melanjutkan ke langkah
selanjutnya, dan dapat dikatakan kurang tepat bila worker melanjutkan ke langkah berikutnya
tanpa terbentuk relasi terlebih dahulu.

8
BAB III

KESIMPULAN

A. Simpulan

Penyuluhan adalah proses perubahan sosial, ekonomi, politik, untuk


memberdayakan dan memperkuat kemampuan semua “stakeholders”, melalui proses
belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri individu dan
masyarakatnya untuk mengelola kegiatan yang semakin produktif dan efisien, demi
terwujudnya kehidupan yang baik dan semakin sejahtera secara berkelanjutan.

Penyuluhan terkadang di anggap tidak terlalu penting, padahal dengan adanya


penyuluhan di masyarakat sangat membantu masyarakat itu sendiri dalam berkehidupan
yang lebih baik lagi untuk di masa yang akan datang. Penyuluhan pemberdayaan
masyarakat penting untuk berkembangnya kesadaran masyarakat sehingga mampu
mengelola potensi sumberdaya mereka dan lingkungannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

E.A. MUNRO, R.J. MANTHEI, J.J. SMALL. 1979. Penyuluhan ( Coundselling). Menthuen
Publications (N2) Ltd, 238 Wakefielid Street, Wellington.

H.M. Arifin, M. Ed. 1977. Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Bulan Bintang, Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai