Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Secara etimologi, wirausaha berasal dari bahasa sansekerta, yaitu
wira dan usaha. Wira berarti manusia unggul, teladan, berbudi luhur,
berjiwa besar, berani, pahlawan/pendekar kemajuan, dan memiliki
keagungan watak. Usaha berarti upaya yang dilakukan untuk mendapatkan
manfaat atau keuntungan. Jadi wirausaha merupakan manusia unggul,
teladan dalam melakukan upaya untuk mendapatkan keuntungan.
Pengertian wirausaha juga banyak disampaikan oleh para ahli,
diantaranya yaitu: Syamsudin Suryana: Wirausaha ialah sosok yang penuh
dengan rasa percaya diri, berani mengambil resiko, lugas dalam memimpin,
penuh dengan kreativitas dan inovasi, serta mengorientasikan diri pada
tanggung jawab, hasil, dan masa depan. Prawirokusumo: Wirausaha ialah
orang yang selalu mengupayakan berbagai hal kreatif dan inovatif dengan
cara pengembangan ide dan memanfaatkan setiap sumber daya yang ada,
guna mendapatkan peluang untuk memperbaiki hidup. Richard Cantillon:
Berbeda dengan kedua ahli diatas, menurut Richard Cantillon, pengertian
wirausaha ialah Mereka yang sanggup mengubah setiap sumber daya
dengan tingkat produktivitas yang rendah menjadi sumber daya dengan
tingkat produktivitas yang tinggi. Harvey Leibenstein: Wirausaha terdiri
dari berbagai kegiatan yang diperlukan guna menghasilkan atau
menjalankan perusahaan ketika semua peluang belum tercipta ataupun
belum diketahui secara pasti, atau elemen fungsi produksinya belum pasti.
Achmad Sanusi Sedangkan menurut Achamad Sanusi, pengertian
wirausaha adalah Suatu perwujudan nilai dalam perilaku yang menjadi
pondasi sumber daya, tujuan, kiat, proses, strategi, tenaga, penggerak, dan
hasil usaha.

B. Faktor Penyebab Kurang Berani Berwirausaha

3
Banyak persoalan yang melingkupi banyak masyarakat yang kurang
berani atau berminat menjadi wirausaha. Secara makro, kebijakan yang
diambil pemerintah belum kondusif untuk menciptakan wirausaha baru. Di
sisi lain, berbagai sektor yang terkait langsung dengan penciptaan
wirausaha baru belum melakukan langkah koordinatif, sinkron, dan
komitmen kuat untuk menumbuhkembangkan wirausaha baru di negeri ini.
Berbagai permasalahan tersebut antara lain dapat dilihat dari faktor-faktor
sebagai berikut.
1. Kebijakan pembangunan ekonomi masih bertumpu pada
pertumbuhan ekonomi di kawasan perkotaan dan wilayah kepulauan
tertentu, seperti Jawa, sehingga menyebabkan migrasi penduduk.
Konsekuensi logis dari persoalan ini sebagai berikut.
a. Urbanisasi penduduk dari desa ke kota menyebabkan
terbengkalainya potensi di pedesaan dan menimbulkan masalah
sosial di perkotaan. Hal ini terjadi karena penduduk desa yang
mengadu nasib di kota berpendidikan rendah dan terbatas
keterampilannya, sehingga hanya mengandalkan tenaga mereka
untuk bekerja di sektor nonformal seperti menjadi kuli bangunan
atau buruh pabrik. Di lain pihak, kesempatan kerja yang terbatas
menjadikan banyak pengangguran terdidik di perkotaan. Kondisi
inilah yang menimbulkan masalah sosial di perkotaan.
b. Pertumbuhan ekonomi hanya terpusat di daerah tertentu, sehingga
menyebabkan tidak meratanya pendapatan masyarakat, ketimpangan
produktivitas, ketimpangan ketersediaan infrastruktur, dan
ketimpangan percepatan pembangunan antardaerah memicu konflik
sosial dan disintegrasi nasional.
2. Penataan regulasi usaha belum proporsional antara usaha kecil,
menengah dan besar. Selain itu, pembukaan akses berusaha oleh
pemerintah belum memberikan kemudahan untuk
menumbuhkembangkan usaha yang dilakukan oleh masyarakat.
Masih ada ketimpangan keberpihakan pembangunan ekonomi pada
kelompok usaha besar dan kaum pemodal. Mereka menikmati
banyak akses usaha, seperti pemodalan, teknologi, pemasaran dan
pengembangan sumber daya manusia. Dalam regulasi bisnis dan

4
akses bisnis di negara kita, usaha besar menikmati secara mudah dan
berlimpah, sedangkan usaha kecil dan menengah mengalami
kesulitan yang signifikan dalam mendapatkan fasilitasi usaha dari
pemerintah.
3. Sistem pendidikan yang ada belum mampu meningkatkan
produktivitas, keterampilan, kesiapan serta kemandirian para peserta
didiknya. Sistem pendidikan kita masih terjebak pada implementasi
pengajaran yang hanya sebatas memberikan kemampuan
pengethuan. Pendidikan sebagai pintu masuk untuk peningkatan
kualitas manusia seharusnya berorientasi pada pembentukan
manusai sebagai pribadi yang utuh, mampu mengintegrasikan
kemampuan intektual, emosi, dan psikomotoriknya untuk mandiri.
Artinya, sumber daya manusia lulusan lembaga pendidikan belum
mampu mengembangkan potensi diri untuk maju dan mandiri,
sehingga masih tinggi minat mereka untuk menjadi
pegawai/karyawan.
4. Kondisi sosial dan budaya di lingkungan masyarakat kita belum
dapat menerima atau memberikan apresiasi pada status seseorang
sebagai wirausaha. Di kalangan masyarakat status menjadi
pegawai/wirausaha lebih baik dan lebih tinggi dibandingkan dengan
wirausaha. Namun, sebenarnya kondisi ini sedikit demi sedikit mulai
berubah, wirausaha memiliki status sosial yang tinggi karena
kemampuan materialnya, disebabkan kesuksesannya dalam
berusaha. Walaupun kemampuan sosial ini juga belum didasarkan
pada kemampuan kualitatif wirausaha yang berani, jujur, mampu
membuka lapangan kerja, tanggung jawab, dan mampu memberikan
konstribusi untuk meningkatkan kemampuan perekonomian bangsa.

C. Penyebab Kewirausahaan Tidak Berkembang


Faktor yang menyebabkan tidak berkembangnya kewirausahaan
dikalangan masyarakat secaea umum dapat dijelaskan sebagai berikut
(Sudjatmoko, 2009):
1. Pengaruh budaya yang sangat kuat dikalangan masyarakat

5
Adanya streotipe yang memiliki status social tinggi adalah pegawai
negeri, keinginan orang tua untuk hidup normal berkumpul dalam
lingkungan keluarga bagi seluruh anak-anaknya, serta kemampuan
rendah untuk menyekolahkan anak bagi keluarga miskin, merupakan
factor social budaya yang masih mempersulit terciptanya wirausaha
baru dikalangan rakyat
2. Rendahnya kemampuan berusaha (under business skills) yang meliputi
wawasan wirausaha, kecakapan hidup (life skills) yang berupa
kecakapan personil, akademik, social, dan vokasional di kalangan
rakyat, menyebabkan mereka tidak mampu mengembangkan potensi
untuk memanfaatkan sumberdaya alam, manusia, dan social untuk
usaha mandiri
3. Terbatasnya askses berusaha, permodalan dan akses modal kerja, serta
investasi. Lembaga keuangan bank sulit menyalurkan kredit usaha
kepada wirausaha baru dan usaha kecil. Ada hambatan structural berupa
peraturan bank Indonesia (BI) yang mempersulit bank menyalurkan
kredit, karena prosedur dan anggunan yang dimiliki oleh wirausaha
baru atau rakyat. Selain itu, secara kultural, wirausaha baru atau usaha
kecil yang ada tidak familier dengan dunia perbankan. Akhirnya,
mereka lebih mudah berhubungan dengan kaum rentenir yang dapat
memberikan layanan yang mudah dan cepat, walaupun berbunga tinggi.
4. Selain modal, wirausaha baru dan usaha kecil kesulitan dalam akses
pemasaran, teknologi, atau wawasan bisnis lainnya, sehingga mereka
hanya menjadi follower dari usaha yang sudah ada. Kondisi ini
mempersulit keberlangsungan dan pengembangan usaha dikalangan
rakyat.
Selain keempat faktor diatas, banyak faktor dari pendidikan yang
menyebabkan tidak tumbuh berkembangnya jiwa kewirausahaan
dikalangan masyarakat. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. System pendidikan belum didesain sebagai faktor utama untuk
mencerdaskan kehidupan yang mampu mewujudkan manusia Indonesia
seutuhnya. Proses pendidikan cenderung hanya mengembangkan
penalaran, belum pada pengembangan emosional dan spiritual yang
seimbang dengan pengembangan intelektual peserta didik.

6
2. Kemampuan lulusan pendidikan tidak komprehensip, karena proses
pembelajaran disekolah belum meningkatkan kreativitas, inovasi, dan
kepercayaan dari peserta didik. Akhirnya, patron lama lulusan lembaga
pendidikan untuk menjadi pegawai/karyawan lebih kuat dibandingkan
dengan usaha mandiri.
3. Strategi pembangunan mangacu pada pertumbuhan ekonomi melalui
industrialisasi saat booming minyak pada tahun 1980/1990-an, yang
cenderung dilaksanakan di sentra perkotaan dan di Pulau Jawa,
menyebabkan ketimpangan pembangunan dan pengembangan
antardaerah. Dengan demikian, terjadi ketidakseimbangan yang cukup
signifikan atas penguasaan asset produktif antara desa dan kota atau
Jawa dan luar Jawa.
4. Peningkatan kecenderungan masyarakat melalui pendidikan dan
industrialisasi yang tidak diimbangi dengan pendidikan nation and
character building, telah membawa perubahan masyarakat yang
semakin individualistic, materialistic, dan pragmatis. Hal ini telah
merubah budaya dan standar nilai social dalam masyarakat.
Keberhasilan seseorang dinilai dari kekayaan material, sehingga
perantau dari desa dianggap berhasil jika dapat bekerja dan memiliki
kekayaan. Mereka tidak mau tahu bahwa kekayaan tersebut
dikumpulkan dari mana dan bagaimana sumbernya. Kondisi ini telah
berjalan setengah generasi, selama 30 tahun lebih, menunjukkan bahwa
banyak penyimpangan pembangunan dikarenakan adanya KKn
(Korpsi,Kolusi dan Nepotisme).
Namun, benar atau tidaknya simpulan diatas tentu harus diteliti
secara mendalam, walaupun berbagai faktor mendasar diatas sangat
dirasakan dampaknya dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian,
perlu ada reformasi dalam berbagai sendi kehidupan, khususnya sector
pendidikan, karena melalui sector ini transformasi nilai, norma, ilmu
pengetahuan, dan berbagai system nilai pada setiap warga Negara
dilakukan.

D. Cara Mengatasi Hambatan Berwirausaha

7
Jika sudah memutuskan untuk menjalankan wirausaha, maka harus
siap menghadapi hambatan yang menyertai perjalanan usaha. Untuk itu
setiap pebisnis wajib memiliki mental yang kuat, agar saat mendapatkan
kendala, mereka bisa dengan mudah mengatasinya. Oleh karena itu ada
baiknya kita mengetahui seperti apa hambatan dan cara mengatasinya agar
tidak menjadi masalah yang besar yang dapat mengancam bisnis yang akan
dibangun. Adapun hambatan berwirausaha dan cara mengatasinya adalah
sebagai berikut :
1. Tidak seimbang pemasukan dan pengeluaran
Kendala ini sering menghampiri para wirausahawan yang barusaja
berusaha merintis bisnisnya. Biaya pengeluaran tentu saja dibutuhkan
oleh setiap pelaku usaha, terutama keperluan pribadinya seperti biaya
hidup sehari-hari, biaya keluarga dan lain-lain. Sering diawal usaha
kondisi pemasukan dari bisnis tidak mencukupi sehingga tidak terasa
akan menggunakan uang dari modal usaha, jika terus terjadi ini bisa
mengancam bisnis yang baru dirintis.
Salah satu cara yang bisa ditempuh hanyalah dengan berusaha sebisa
mungkin menekan biaya pengeluaran, terapkan gaya hidup yang
sederhana sementara tetap menjalankan usaha dan berdoa semaksimal
mungkin. Sementara pengeluaran harus dapat mengimbangi dari hasil
pendapatan, meski terkadang itu sangat sulit, namun inilah yang harus
dihadapi dalam menuju kesuksesan.
2. Kekurangan modal usaha
Ketersediaan modal keuangan sering menjadi kendala dalam
berwirausaha, meski itu bukan pokok utama, modal uang sangat
dibutuhkan jika hendak mengembangkan bisnis yang sedang dijalani.
Harus diperhatikan penggunaan modal haruslah untuk pengembangan
usaha bukan untuk mengeluaran lainnya.
Analisa dengan teliti keperluan modal yang akan kita pergunakan
jangan sampai penggunaan modal tidak sesuai dengan peruntukan.
Karena bagaimana pun nantinya harus dapat mengembalikan modal
yang sudah digunakan.

8
Jika penggunaannya tepat, tambahan modal bisa membuat bisnis
semakin berkembang dan tanggung jawab pengembalian modal pun
bisa terpenuhi dari keuntungan tambahan yang dimiliki. Namun
sebaliknya penggunaan modal yang tidak sesuai sasaran akan membuat
bisnis anda terlilit sehingga sulit untuk bisa bertahan.
3. Rasa jenuh dan bosan
Ada saat dimana menjalankan usaha akan merasa sangat besemangat
dan optimis, sebaliknya ada juga saat menjalankan usaha merasa malas
dan bosan. Ini semua umum terjadi kepada pelaku usaha yang sedang
menjalankan sebuah bisnis.
Yang harus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan
senantiasa memotivasi diri sendiri agar semangat kerja selalu terjaga.
Bisa juga dengan mencari kegiatan baru yang masih berhubungan
dengan bisnis yang dijalani, jangan sampai tergiur dengan menjalankan
bisnis di bidang lain.
Seringkali jika sudah merasa bosan dengan bisnis yang digeluti
wirausahawan akan mencari bisnis lain yang baru. Padahal dengan
begitu maka bisnis akan dimulai dari nol lagi dan membutuhkan
pembelajaran lagi. Itu akan membuat perjalanan menuju kesuksesan
akan semakin jauh lagi. Disini dibutuhkan sikap konsisten terhadap
bisnis yang dijalani.

E. Faktor yang Mempengaruhi Semangat Wirausaha


Semangat wirausaha adalah jiwa wirausaha yang merupakan
kekuatan dalam menjalankan wirausaha agar sukses sesuai visi yang
diharapkan. Seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya harus
mempunyai semangat yang inggi agar usahanya dapat sukses. Faktor-faktor
yang memengaruhi semangat seorang wirausaha yaitu:

1. Selalu berpikir positif


2. Selalu berinovasi tanpa henti
3. Selalu termotivasi untuk meraih keberhasilan
4. Memiliki pribadi yang kuat (mental)
5. Selalu ulet dan bekerja keras tanpa henti

9
6. Selalu menuntut perubahan ke arah yang lebih baik
Semangat kerja wirausaha sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
di antaranya:

1. Peluang usaha atau bisnisnya


2. Minat dalam usaha atau bisnisnya
3. Modalnya, apakah sudah tersedia
4. Relasinya, apakah dari keluarga, teman yang sudah menekuni usaha
yang sama.
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi semangat kerja
wirausaha antara lain faktor dukungan keluarga, famili, teman, pengalaman
usaha, keadaan ekonomi, keadaan lapangan kerja, dan sumber daya yang
tersedia. Selanjutnya, masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi
semangat kerja wirausaha, yaitu pertimbangan antara pengalaman dengan
spirit, energi, dan rasa optimis dalam keberhasilan usaha atau bisnisnya. Di
dalam mengembangkan semangat kerja wirausaha, Murphy and Peck
(1980:8) mengembangkan delapan anak tangga untuk mencapai puncak
karir dalam berwirausaha. Delapan anak tangga tersebut digunakan untuk
mengembangkan semangat kerjanya dan profesinya dengan syarat:

1. Mau bekerja keras (capacity for hard work)


2. Bekerja sama dengan orang lain (getting thing done with and thought
people)
3. Penampilan yang baik (good appearance)
4. Mempunyai keyakinan (self confidence)
5. Pandai membuat keputusan (making sound decision)
6. Mau menambah pengetahuan (college education)
7. Ambisi untuk maju (ambition drive)
8. Pandai berkomunikasi (ability communicate)
Adapun letak keberhasilan di dalam mengembangkan semangat
kerja wirausaha ditentukan oleh:

1. Kemampuan merumuskan tujuan usaha


2. Pemahaman tentang hakikat dan makna berwirausaha
3. Sikap dan kemauan serta tindakan-tindakannya
4. Keberanian untuk mengambil inisiatif dan inovatif
5. Kecakapan dalam mengelola usaha
6. Kratifitas dan percaya diri
7. Pengalaman dan pendidikannya

10
F. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Semangat Wirausaha
1. Keinginan meniru figur seseorang yang sukses.
Meniru orang sukses bukan hanya sekedar mencari tahu resep sukses
mereka, tetapi juga meniru semangat dan kerja keras mereka. Orang
sukses adalah orang yang memiliki kepribadian positif, maka pelajari
karakter positif mereka, yang membawa mereka pada kesuksesan
2. Rasa suka terhadap tantangan.
Tantangan dalam hidup bukan merupakan hal yang harus dihindari,
tetapi justru harus dihadapi dengan cerdas dan selalu berfikir positif.
Karena melalui tantangan-tantangan tersebut kita ditempa untuk
menjadi lebih tangguh
3. Keinginan untuk tetap bertahan hidup.
Hal ini merupakan naluri alamiah manusia, yaitu keinginan untuk
mempertahankan hidupnya atau menyelamatkan hidupnya. Karena
keinginan untuk bertahan hiduplah maka kita harus selalu mengasah
kemampuan berfikir untuk mengembangkan hal-hal baru
4. Keinginan untuk memperbaiki taraf hidup yang lebih baik lagi, dari
yang dijalan.
Manusia merupakan sosok yang memiliki kecerdasaan dan perasaan.
Maka selain bertahan hidup, secara naluri manusia juga berkeinginan
dan berusaha untuk membuat hidup lebih nyaman dan lebih baik
5. Kegagalan yang dialami dalam meniti karir pekerjaan.
Kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda. Kita harus belajar dari
kegagagalan kita sehingga muncul semagat baru untuk lebih berhasil
6. Adanya cita-cita untuk menjadi pengusaha.
Setiap manusia yang hidup pasti mempunyai cita-cita yang ingin
digapai. Cita-cita tersebut merupakan harapan seseorang di masa yang
akan datang, untuk mewujudkan cita-cita menjadi pengusaha, maka kita
harus terus belajar dan berani berusaha

G. Evaluasi
Menurut Mehrens & Lelman (1978) evaluasi adalah suatu proses
dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang
sangat diperlukan untuk membuat alternatif – alternatif keputusan. Menurut
Hj. Saminem, SKM, evaluasi adalah seperangkat tindakan yang saling
berhubungan untuk mengukur pelaksanaan dan berdasarkan pada tujuan
dan kriteria Menurut Endang Sri Astuti & Resminingsih, evaluasi

11
merupakan pemikiran kritis terhadap keberhasilan dan kekurangan dalam
sebuah program pengembangan diri yang telah dilakukan seseorang.
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan, evaluasi adalah
perbandingan kita untuk mengambil keputusan apa tidak. Misalnya
melanjutkan usaha yang kita bangun apa menghentikan usaha tersebut.
Pentingnya evaluasi usaha disini berperan
1. Mengetahui posisi usaha (50%)
2. Mengambil langkah perbaikan/ pengembangan usaha (16%)
3. Mengetahui kemajuan usaha (24%)
4. Target usaha anda selanjutnya (10%)

12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Wirausaha merupakan manusia unggul, teladan dalam melakukan
upaya untuk mendapatkan keuntungan. Faktor penyebab kurang berani
berwirausaha antara lain kebijakan pembangunan ekonomi masih
bertumpu pada pertumbuhan ekonomi di kawasan perkotaan dan
wilayah kepulauan tertentu; penataan regulasi usaha belum proporsional
antara usaha kecil, menengah dan besar; sistem pendidikan yang ada
belum mampu meningkatkan produktivitas, keterampilan, kesiapan serta
kemandirian para peserta didiknya; dan kondisi sosial dan budaya di
lingkungan masyarakat kita belum dapat menerima atau memberikan
apresiasi pada status seseorang sebagai wirausaha. Penyebab
kewirausahaan tidak berkembang antara lain pengaruh budaya yang
sangat kuat dikalangan masyarakat; rendahnya kemampuan berusaha
(under business skills); terbatasnya askses berusaha, permodalan dan
akses modal kerja, serta investasi; dan wirausaha baru dan usaha kecil
kesulitan dalam akses pemasaran, teknologi, atau wawasan bisnis
lainnya. Dalam menggugah semangat menjadi wirausaha ini, evaluasi
sangat diperlukan untuk menentukan langkah dalam berwirausaha.
Evaluasi berperan untuk mengetahui posisi usaha, mengambil langkah
perbaikan/ pengembangan usaha, mengetahui kemajuan usaha anda, dan
target usaha anda selanjutnya.

B. Saran
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan saran-saran kepada
berbagai pihak, yaitu:
1. Kepada staf pengajar, agar lebih banyak memberikan materi tentang
Menggugah Semangat Menjadi Wirausaha.
2. Kepada mahasiswa, diharapkan tulisan ini dapat dijadikan motivasi
untuk lebih mendalami materi tentang Menggugah Semangat Menjadi
Wirausaha.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sudjatmoko, Agung. 2009. Panduan Lengkap Wirausaha Cara Cerdas


Menjadi Pengusaha Hebat. Jakarta: Visimedia.
Sunaryo, Anton. 2016. Mengatasi Kendala Dalam Berwirausaha.
https://infopeluangusaha.org/mengatasi-berbagai-kendala-dalam-
berwirausaha/. Diakses pada tanggal 4 Februari 2017 pukul 9.00
WITA.
Suryana. 2013. Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai