Anda di halaman 1dari 31

Bab 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sekarang ini angka populasi penduduk dunia semakin melonjak khususnya

Indonesia. Kelonjakan populasi ini juga berkaitan juga dengan meningkatnya

jumlah kendaraan bermotor yang beredar. Kendaraan bermotor ini dipilih

masyarakat karena lebih praktis menghadapi kemacetan yang terjadi di kota – kota

besar. Kejadian ini berhubungan dengan pajak yang akan dibayarkan. Menurut

prof. Dr. P.J.A. Adriani pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan umum(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang

lansung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran

umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan

(sari,2013:34)1. Dengan kata lain pajak merupakan kewajiban masyarakat yang

harus dilaksanakan yang nantinya akan menjadi pedapatan negara.

Berdasarkan dedi mizwar mengatakan bahwa “Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) dengan kontribusi sebesar 39,33 persen terhadap pajak daerah atau 36,29

persen terhadap pendapatan asli daerah atau 22,33 persen terhadap pendapatan

daerah.” Pajak daerah ini dipungut oleh Pemerintah daerah sehingga hasilnya

masuk kepada kas daerah dan dipakai untuk kepentigan daerah. Dasarnnya adalah

1
Sari,Diana. Perpajakan:konsep,teori dan aplikasi pajak penghasilan,jakarta: mitra wacana media(2014)

1
UU dan pelaksanaanya diatur dalam peraturan daerah, pengelolaannya oleh dinas

pendapatan daerah, dengan sistem pemungutan Official Assesesment System dan

withholding system. (Susyanti, 2015:3)2

Sistem pemungutan yang dianut Indonesia saat ini adalah sistem self

assessment, dengan pengertian bahwa, wajib pajak bertanggung jawab atas segala

pembukuan atau pencatatan yang diperlukan untuk menetapkan besarnya pajak

yang terutang , yang dilakukannya dalam Surat Pemberitahuan (SPT)

(sari,2014:2)3. Sistem ini tercermin dalam perhitungan PPh di akhir tahun.

Keberhasilan sistem ini sangat tergantung dari kesadaran masyarakat, kejelasan

UU, dan profesionalisme aparat (Susyanti, 2015:4)4.

Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang

digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan, pajak

sendiri sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat.

(Waluyo,2011:3)5. Pajak tersebut akan dibayar atau dilaksakan oleh orang warga

negara yang disebut juga wajib pajak. Setiap wajib pajak seharusya memiliki

kesadaran untuk membayar pajak tepat waktu. Ketepatan waktu saat membayar

menjadi acuan terhadap pemahaman wajib pajak itu sendiri. Wajib pajak adalah

pihak yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-perundangan perpajakan

ditunjukan untuk melaksaaka kewajiban perpajakan. Identifikasi wajib pajak

jangan dilihat hanya dari sudut pandang untuk kepentingan penerimaan daerah saja

akan tetapi hendaknya dapat pula digunakan untuk mengukur kepatuhan wajib

2
Susyanti,jeni. Perpajakan : untuk praktisi dan akademisi, malang: empatdua dunia (2015).

3
Sari,Diana. Perpajakan:konsep,teori dan aplikasi pajak penghasilan,jakarta: mitra wacana media(2014)
4
Susyanti,Jeni. Perpajakan : untuk praktisi dan akademisi, malang: empatdua dunia (2015).

5
Waluyo. Perpajakan indonesia,jakarta: salemba empat(2011)

2
pajak yang merupakan prinsip dasar dari keadilan dalam perpajakan. (Sari,

2014:9)6. Kepatuhan wajib pajak merupakan kepatuhan perpajakan yang

didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakan. (Safri, 2006:10)7.

Kepala kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Sulawesi Selatan Barat

Tenggara, Eka Sila Kusna Jaya, mengatakan bahwa potensi pajak di Sulselbarta

cukup besar. Tapi kesadaran untuk menyampaikan SPT belum sesuai yang

diharapkan. Tentunya itu menjadi tugas kita untuk memberikan pemahaman

mengenai pentingnya melaporkan dan membayar pajak. Kewajiban melaporkan

penghitungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan kewajiban sesuai dengan

ketentuan peraturan-peraturan perpajakan dalam SPT tercantum dalam Pasal 3 ayat

1 UU KUP yang berbunyi sebagai berikut “ Setiap wajib pajak mengisi SPT

dengan benar,lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan

huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan menandatangani serta

menyampaikannya ke kantor DJP tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan

atau tempat lain yang ditetapkan oleh dirjen pajak. (Susyanti,2015:21)8. Dahril

Anza, seorang aktivis anti korupsi sekaligus ekonom mengatakan bahwa dari 20

juta badan perusahaan yang terdaftar hanya 550 ribu perusahaan yang aktif

membayar pajak. Total individu aktif membayar pajak sebesar 3 juta dari 60 juta

orang yang harus membayar pajak. Sementara yang terdaftar itu ada 23 juta. Jadi

masalah itu dari sisi eksternal karena data bermasalah, dari data itu modus mafia

pajak bekerja.

6
Sari,Diana. Perpajakan:konsep,teori dan aplikasi pajak penghasilan,jakarta: mitra wacana media(2014)
7
(Safri, 2006:10)
8
Susyanti,Jeni. Perpajakan : untuk praktisi dan akademisi, malang: empatdua dunia (2015).

3
Dalam penelitian ini kami mengambil objek penelitian adalah wajib pajak

orang pribadi yang memiliki kendaraan bermotor di samsat pajajaran. Deddy

mengatakan, ada lima jenis pajak dan retribusi daerah yang memberikan kontribusi

besar yang dikelola oleh Jabar, yaitu Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dengan

kontribusi sebesar 39,33 persen terhadap pajak daerah atau 36,29 persen terhadap

pendapatan asli daerah atau 22,33 persen terhadap pendapatan daerah. Dibawah ini

terdapat data pemahaman kepatuhan wajib pajak Indonesia berdasarkan laporan

keuangan direktorat jenderal pajak tahun 2014 sampai 2016 :

Tahun Target Realisasi

2016 72,50% 63,15%

2015 70% 60%

2014 70% 58,73%

Sumber : http://www.pajak.go.id/content/laporan-tahunan-djp-2015.

Menurut data tersebut bisa dilihat tingkat kepatuhan wajib wajak semakin

meningkat. Dikatakan jika pada tahun 2016 sebesar 63,15%, sedangkan pada tahun

2015 sembesar 60%, dan pada tahun 2014 sebesar 58,73%.Tapi pada setiap

tahunnya tidak ada target yang dicapai. Fenomena ini menyimpulkan bahwa

kepatuhan masih rendah.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya kepatuhan wajib pajak selalu

menurun. Tetapi saat tahun sekarang semakin meningkat. Berdasarkan latar

belakang dan hasil penelitian sebelumnya penulis berkeinginan untuk melakukan

penelitian ulang dan mengambil judul “Pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib

Pajak Kendaraan Bermotor Roda Dua Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”.

4
1.2. Rumusan masalah

Masalah terjadi karena perolehan pajak dari kendaraan bermotor sangat

besar. Oleh sebab itu penelitian pengaruh tingkat pemahaman wajib pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak perlu dilakukan. Sehingga dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana pengaruh tingkat pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak?

2. Bagaimana pengaruh peran pemerintah terhadap kepatuhan wajib pajak?

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan

wajib pajak

2. Untuk mengetahui peran pemerintah terhadap kepatuhan wajib pajak

1.4. Manfaat penelitian

Melalui penelitian diharapkan dapat bagi penulis bermanfaat bagi penulis

sendiri dan maupun pihak-pihak yang mengunakan hasil penelitian ini yaitu :

1. Bagi penulis

Sebagai sarana penerapan dan mengimpletasikan ilmu yang didapat semasa

pembelajaran.

2. Bagi Pemerintah

5
Memberikan sumbangan pemikiran untuk menjadi pemecahan masalah yang

terjadi dalam pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

3. Bagi peneliti lain

Sebagai referensi dalam penelitian saudara untuk bahan masukan yang ingin

peneliti kembali tentang pengaruh tingkat pemahaman wajib pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak.

6
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1.Kajian Pustaka

2.1.1. Teori Pajak

Menurut Rochmat Soemitro (Siti Resmi, 2013:1): “Pajak adalah iuran

rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi),

yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.” Definisi tersebut kemudian disempurnakan menjadi:

“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara

untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk

“Public Saving” yang merupakan sumber utama untuk membiayai “Public

Investment”.9

Menurut Pasal 1 UU KUP No. 16 Tahun 2009: “Pajak adalah

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.10

9
Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2013), hlm 1
10
www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/UU-KUP%20Mobile.pdf

7
Pajak adalah suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan

Negara karena suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan

kedudukan tertentu (Diana Sari, 2013: 34).11

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri

yang terdapat pada pengertian pajak (Diana Sari, 2013: 37) antara lain

sebagai berikut :

1. Adanya iuran masyarakat kepada Negara, yang berarti bahwa pajak hanya

dipungut oleh Negara (Pemerintah pusat dan daerah).

2. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang. Asas ini sesuai dengan

perubahan ketiga UUD 1945 Pasal 23A yang menyatakan “Pajak dan

pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dalam

Undang-undang”.

3. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila

Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan

sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.

4. Tidak dapat mendapat jasa timbale balik (Kontraprestasi Perseorangan)

yang dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya orang yang taat

membayar pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama

kualitasnya dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.

5. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum

pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintah, baik rutin

maupun pembangunan. Apabila ada kelebihan hasil pajak untuk

11
Diana Sari, Konsep Dasar Perpajakan (Bandung : PT Refika Aditama, 2013 ), hlm.34

8
membiayai pengeluaran pemerintah (baik pengeluaran rutin maupun

pembangunan), maka sisanya digunakan untuk public investment.

6. Pajak dipungut karena adanya suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan

yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang.

2.1.2. Fungsi Pajak

Terdapat 2 fungsi pajak yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan

negara) dan fungsi regularend (pengatur)(Siti Resmi, 2013:3).12

1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk

membiayai pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber

kas keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-

banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara

ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui

penyempurnaan berbagai jenis pajak, seperti pajak penghasilan (PPh),

pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah

(PPnBM), pajak bumi dan bangunan (PBB), dan lain-lain.

2. Fungsi Regularend (Pengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-

tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Beberapa contoh penerapan pajak

sebagai fungsi pengatur adalah:

12
Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2013), hlm.3.

9
a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang

mewah.

b. Tarif pajak progressif dikenakan atas penghasilan.

c. Tarif pajak eksport sebesar 0 %.

d. Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang

hasil industri tertentu.

e. Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil koperasi.

f. Pemberlakuan tax holiday .

2.1.3. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam Undang-undang KUP No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan, terdapat tiga sIstem pemungutan pajak yaitu:13

1. Official Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang aparatur perpajakan menentukan

sendiri (diluar Wajib Pajak) jumlah pajak yang terutang.

2. Self Assessment System

Suatu sistem yang memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk

menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melapor sendiri dalam

penentuan besarnya pajak yang terutang.

3. Witholding System

Suatu keadaan yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga

dalam pemungutan pajaknya.

13
www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/UU-KUP%20Mobile.pdf

10
2.1.4. Wajib Pajak

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan(Siti Resmi, 2013:18).14

Wajib Pajak menurut UU KUP No. 16 Tahun 2009 memiliki kewajiban

dan hak. Berikut ini kewajiban Wajib Pajak menurut UU KUP No. 16 Tahun

2009:15

1) Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan

Lapangan, Wajib Pajak wajib:

a. Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi

dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain, yang berhubungan dengan

tujuan Pemeriksaan;

b. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola

secara elektronik;

c. Memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang penyimpanan buku atau

catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain,

dan/atau barang, yang berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan serta

meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak; dan/atau

d. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis serta memberikan data dan/ atau

keterangan lain yang diperlukan.

14
Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2013), hlm.18.
15
www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/UU-KUP%20Mobile.pdf

11
2) Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Kantor,

Wajib Pajak wajib:

a. Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi

dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain, yang berhubungan dengan

tujuan Pemeriksaan; dan/atau

b. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis serta memberikan data dan/atau

keterangan lain yang diperlukan.

Berikut ini hak Wajib Pajak menurut UU KUP No. 16 Tahun 2009:

1) Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan

Lapangan, Wajib Pajak berhak :

a. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal

Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu

Pemeriksaan;

b. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara

tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;

c. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang

alasan dan tujuan Pemeriksaan;

d. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila

terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak; dan/atau

e. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh

Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.

2) Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Kantor,

Wajib Pajak berhak :

12
a. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal

Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu

Pemeriksaan;

b. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang

alasan dan tujuan Pemeriksaan;

c. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila

terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak; dan/atau

d. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh

Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.

2.1.5. Pengertian Wajib Pajak

Pengertian Wajib Pajak sebagaimana diterangkan dalam Undang-

Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Pasal 1 yaitu

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan”. Undang-Undang Pajak Penghasilan menerangkan

bahwa setiap subjek pajak orang pribadi dalam negeri yang memiliki

penghasilan diatas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dalam setahun

akan dikukuhkan sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi. Bagi orang pribadi

yang telah dikukuhkan sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi, maka

kepadanya berlaku kewajiban perpajakan.

Wajib pajak memerlukan pengetahuan pajak. Pengetahuan sangat

berguna sebagai dasar dalam menjalani kehidupan yang kompleks dan

13
dinamis ini. Adanya ilmu pengetahuan akan membantu seseorang yang

awalnya tidak tahu menjadi tahu, yang awalnya tidak bisa menjadi bisa,

dan yang awalnya tidak mengerti menjadi mengerti. Dalam hal ini, jika

seseorang mempunyai pengetahuan yang luas, dan salah satunya adalah

pengetahuan tentang pajak terutama pentignya pajak yang digunakan

negara untuk membangun bangsa, maka dengan semakin luas pengetahuan

seseorang maka biasanya semakin besar pula kesadaran seseorang untuk

melaksananakan kewajiban pajaknya.

2.1.6. Pemahaman Wajib Pajak

Menurut Riko (2006:75)16, tingkat pemahaman adalah suatu proses

peningkatan pengetahuan secara intensif yang dilakukan oleh seseorang

individu dan sejauh mana dia akan dapat mengerti benar akan suatu materi

permasalahan yang ingin diketahui. Masalah tingkat pemahaman

perpajakan dari wajib pajak perlu untuk dibahas karena pengetahuan

perpajakan adalah salah satu faktor potensial bagi pemerintahan untuk

meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya.

Menurut Razman (2005)17, beliau mengatakan jika pengetahuan

mengenai perpajakan rendah, maka kepatuhan wajib pajak terhadap

peraturan perpajakan yang berlaku juga rendah karena dia tidak

memahami sepenuhnya tentang UU dan tata cara perpajakan. Sedangkan

16
Riko, Thomas. 2006. Analisis Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Badan dan Fiskus terhadap
Perencanaan dan Penggelapan Pajak pada KPP Padang.
17
Razman, Ahmed Abdul Latief. 2005. Tax Literacy Rate Among Tax Payers:
Evidence From Malaysia. JAAI volume 9 no.1, Juni 2005: 1-13

14
menurut Muslim (2007:11)18, jika pemahaman dan pengetahuan tentang

perpajakan tinggi, maka kemungkinan wajib pajak melakukan kelalaian

atau pelanggaran akan semakin kecil sehingga meningkatkan tingkat

kepatuhan wajib pajak.

2.1.7. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu iklim kepatuhan dan kesadaran

pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana: Wajib

Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan perundang-

undangan perpajakan, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas,

menghitung pajak yang terhitung dengan benar, membayar pajak yang

terutang tepat pada waktunya (Siti Kurnia Rahayu, 2010:138)19.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003 tentang Kriteria

Wajib Pajak Patuh20, yaitu jika memenuhi kriteria berikut ini.

- Dalam 2 (dua) tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Undang-undang Nomor 6 Tahun

1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16

Tahun 2009; dan

18
Muslim, Afdilla. 2007. Pengaruh Tingkat Pemahaman. Pendidikan, Pengalaman dan Penghasilan Wajib Pajak
di KPP Padang.
19
Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan Indonesia : Konsep dan Aspek Formal (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), hlm
138
20
http://kanwiljogja.pajak.go.id/ppajak.php?id=1365

15
- Apabila dalam 2 (dua) tahun terakhir terhadap Wajib Pajak pernah

dilakukan pemeriksaan pajak, maka koreksi fiskal untuk setiap jenis pajak

yang terutang tidak lebih dari 10% (sepuluh persen)

2.1.8. Riset Empiris

Nama Peneliti Judul Riset Tujuan Riset Alat Analisis Hasil Riset

PENGARUH
Penelitian ini
TINGKAT
bertujuan
PEMAHAMAN
untuk
WAJIB PAJAK Tingkat
mendapatkan
DAN pemahaman
bukti empiris.
KUALITAS wajib pajak
(1) Pengaruh
PELAYANAN berpengaruh
tingkat
FISKUS Teknik regresi signifikan
Syahril, 2013 pemahaman
TERHADAP berganda positif
wajib pajak
TINGKAT terhadap
terhadap
KEPATUHAN tingkat
tingkat
WAJIB PAJAK kepatuhan
kepatuhan
PPh ORANG wajib pajak.
wajib pajak
PRIBADI (Studi
PPh orang
Empiris Pada
pribadi,
KPP Pratama

16
Kota Solok)

PENGARUH

SANKSI

PERPAJAKAN,

KESADARAN Untuk Tingkat

PERPAJAKAN, menguji: pemahaman

PELAYANAN pengaruh berpengaruh


Analisis
FISKUS DAN tingkat signifikan
Mutia, 2013 regresi
TINGKAT pemahaman positif
berganda.
PEMAHAMAN terhadap terhadap

TERHADAP kepatuhan kepatuhan

KEPATUHAN wajib pajak wajib pajak.

WAJIB PAJAK

ORANG

PRIBADI

PENGARUH Untuk Terdapat

PEMAHAMAN mengetahui pengaruh

PERPAJAKAN, pengaruh pemahaman

TARIF PAJAK, pemahaman Analisis perpajakan


Priambudi &
SANKSI perpajakan regresi yang dimiliki
rusydi, 2013
PAJAK, SERTA yang dimiliki berganda oleh WP

PELAYANAN oleh WP terhadap

PEMBAYARAN terhadap kepatuhan WP

PAJAK kepatuhan WP di Kota

17
TERHADAP UMKM di Surabaya

KEPATUHAN Kota Surabaya

WAJIB PAJAK

UMKM DI

KOTA

SURABAYA

Hasil analisis
Analisis Untuk
yang telah
Pengaruh menganalisis
dilakukan
Kesadaran Wajib kesadaran
penelitian ini
Pajak, membayar

Pengetahuan pajak, menunjukkan

Dan Pemahaman pengetahuan bahwa

Tentang dan kesadaran

Peraturan pemahaman membayar


Analisis
Hidayati & Perpajakan, peraturan pajak,
regresi
Farida, 2014 Efektifitas perpajakan, pelayanan
berganda
Sistem efektifitas fiskus, dan

Perpajakan, sistem sanksi

Pelayanan perpajakan,
perpajakan
Fiskus, Dan pelayanan
tidak
Sanksi Pajak fiskus, dan
berpengaruh
Terhadap sanksi
terhadap
Kepatuhan perpajakan
kepatuhan
Wajib Pajak terhadap
membayar

18
Orang Pribadi kepatuhan pajak.

membayar Sedangkan
(Studi Kasus
pajak.
Pada KPP pengetahuan

Pratama dan

Surakarta) pemahaman

peraturan

perpajakan,

dan efektifitas

sistem

perpajakan

berpengaruh

terhadap

kepatuhan

membayar

pajak.

2.2.Kerangka Pemikiran

PEMAHAMAN KEPATUHAN
PERPAJAKAN (X) WPOP (Y)

19
2.2.1. PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN PERPAJAKAN

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Hasil penelitian sebelumnya mengatakan bahwa pemahaman pajak menurut

perspektif hukum merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-

undang yang menyebabkan munculnya kewajiban warga negara untuk memberikan

sejumlah penghasilannya kepada negara sesuai ketentuan yang berlaku

(Soemitro;2010). Sedangkan menurut Murthi, Sondakh, dan Sabijono (2014), bahwa

pemahaman perpajakan memengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi sehingga

dapat menjadi bahan acuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Jelas bahwa

semakin paham wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin paham pula

Wajib Pajak terhadap sanksi yang akan diterima bila wajib pajak lalai terhadap

kewajiban perpajakan mereka. Maka dari itu untuk meminimalisir kelalaian Wajib

Pajak, pemerintah harus memberikan penyuluhan dan sosialisasi pajak terhadap

masyarakat guna menciptakan masyarakat yang patuh akan pajak.

Dengan meningkatnya pemahaman tentang pajak melalui pendidikan

perpajakan baik formal maupun informal akan berdampak positif bagi bagi

pemahaman Wajib Pajak dalam membayar pajak. Menurut Siti Kurnia Rahayu

(2010;141)21, memberikan kajian pentingnya aspek pengetahuan perpajakan bagi

wajib pajak sangat memengaruhi sikap pajak terhadap sistem perpajakan yang adil.

21
Rahayu, Siti Kurnia. “Perpajakan Indonesia”. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta:2010

20
2.3.Pengembangan Hipotesis

H1 : Pemahaman Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib

Pajak

21
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh Tingkat

Pemahaman Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor di Samsat Pajajaran, Bandung. Jenis penelitian yang digunakan

adalah Causal Explanatory. Causal Explanatory adalah penelitian yang digunakan

untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian

hipotesa (Singarimbun dan Effendi, 2006)22.

3.2.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keselurujan objek yang karakteristiknya akan diuji (Suliyanto,

2006)23. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak yang memiliki

kendaraan bermotor yang membayar pajakanya di seluruh Samsat Bandung.

Sampel adalah sebagian populasi yang karakteristiknya akan diuji (Suliyanto,

2006)24. Sampel dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak yang memiliki kendaraan

bermotor yang membayar pajaknya di Samsat Pajajaran Bandung. Penelitian ini

menggunakan pendekatan Slovin, dengan rumus sebagai berikut:

22
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi. (2006). Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi. Jakarta :
LP3ES

23
Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi.

24
Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi.

22
𝑵
n= 𝟏+𝑵𝒆𝟐

Keterangan:

n = Jumlah Sampel Minimal

N = Jumlah Populasi

E = Persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel.

Melakukan perhitungan Slovin dengan data yang diambil dari populasi

Samsat Pajajaran di Bandung sebanyak 300 orang Wajib Pajak, tingkat kepercayaan

95% , dan tingkat kesalahan 5%. Maka berdasarkan rumus dan data diatas, didapatkan

hasil asumsi penelitian ini sebagai berikut:

𝟑𝟎𝟎
n=
𝟏+𝟑𝟎𝟎(𝟎.𝟎𝟓)𝟐

n= 171,43=171

Dari hasil penelitian diatas, maka sampel minimal yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah sejumlah 171 orang dari jumlah populasi yaitu 300 orang,

dengan persentase tingkat kesalahan 5% dan sampel diambil Wajib Pajak yang

memiliki kendaraan bermotor dan membayarkan pajaknya di Samsat Pajajaran,

Bandung.

23
3.3.Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Indicator Skala Keterangan

Kepatuhan Kepatuhan wajib pajak 1. Mendaftarkan Interval Diadopsi

wajib pajak dapat diartikan sebagai diri dari

tunduk, taat dan 2. Melaporkan Syamsul

patuhnya wajib pajak SPT Pertiwi

dalam melaksanakan 3. Menghitung Kundalini

hak dan kewajiban dan (2016)

perpajakannya sesuai membayar

dengan undang-undang pajak dengan

perpajakan yang benar

berlaku (Siti Kurnia 4. Membayar

Rahayu, 2010: 138) ” tunggakan

pajak

Pemahaman Proses dimana wajib 1. Pemahaman Interval Perpajakan

wajib pajak pajak memahami wajib pajak Indonesia

tentang perpajakan dan mengenai (2011)

mengaplikasikannya NPWP

untuk membayar pajak. 2. Pemahaman

wajib pajak

mengenai

sanksi pajak

3. Pemahaman

24
mengenai

(Waluyo, 2011:20) tarif pajak

4. Pemahaman

mengenai

hak dan

kewajiban

dalam

perpajakan

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data primer karena data

dapat diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner. Menurut Sugiyono (2012),

“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya,

kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan

pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden,

selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan

tersebar di wilayah yang luas”.

25
3.5. Teknik Analisis Data

3.5.1. Uji Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner

yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel. Untuk

mengetahui apakah data yang dihasilkan dari alat ukur tersebut dapat menjamin mutu

dari penelitian sehingga kesimpulan-kesimpulan terhadap hubungan antar variabel

dapat dipercaya, akurat dan dapat diandalkan sehingga hasil penelitian bisa diterima,

maka dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.

3.5.1.1 Uji Validitas

Pada penelitian ini, uji validitas menggunakan teknik korelasi

Pearson Product Moment yaitu dengan cara mengkorelasikan skor

masing-masing pernyataan dengan skor totalnya. Data dapat dikatakan

valid apabila nilai koefisien korelasi yang dihasilkan lebih besar dari

0,3 (Sugiyono, 2012)25.

3.5.1.2 Uji Reliabilitas

Pengertian reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan secara

berulang relatif sama maka pengukuran tersebut dianggap memiliki reliabilitas

yang baik (Suliyanto, 2006)26. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal

jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari

waktu ke waktu. Peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menghitung

25
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

26
Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi.

26
koefisien Cronbach's Alpha dari masing-masing instrumen dalam satu

variabel. Kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika memberikan nilai

Cronbach's Alpha ≥ 0,6 dan Cronbach's Alpha masing-masing instrument ≥

Cronbach's Alpha if Item Deleted.

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

3.5.1.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual

terdistribusi normal atau tidak (Sunjoyo dkk., 2013:59)27. Salah satu cara

mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak adalah dengan

menggunakan One-Sample Kolmogorov Smirnov Test. Kriteria

penerimaan/penolakan:

a. Asymp sig > 0.05 Data residual berdistribusi normal

b. Asymp sig ≤ 0.05 Data residual tidak berdistribusi normal

3.5.1.4 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Sunjoyo dkk. (2013:69)28 “uji heteroskedastisitas adalah

untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke

pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan

adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain atau disebut homoskedastisitas. Model regresi dikatakan

tidak mengalami heteroskedastisitas apabila tidak ada pola yang jelas serta

titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol (0) pada sumbu Y.”

27
Sunjoyo, dkk. (2013). Aplikasi SPPS untuk Smart Riset (Program IBM SPSS 21.0). Bandung: Alfabeta.

28
Sunjoyo, dkk. (2013). Aplikasi SPPS untuk Smart Riset (Program IBM SPSS 21.0). Bandung: Alfabeta.

27
3.5.3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier sederhana

untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

yang dilihat secara parsial maupun secara simultan. Analisis ini diolah dengan

menggunakan alat bantuan komputer melalui program SPSS 16. Model

persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut:

Y = a + b.X + e
Keterangan:
Y = Kepatuhan Wajib Pajak
X = Pemahaman Wajib Pajak
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
e = Error
e
e=

28
DAFTAR PUSTAKA

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi. (2006). Metode Penelitian Survey, Edisi

Revisi. Jakarta : LP3ES

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi.

Sunjoyo, dkk. (2013). Aplikasi SPPS untuk Smart Riset (Program IBM SPSS 21.0).

Bandung: Alfabeta.

Susyanti,Jeni. Perpajakan : untuk praktisi dan akademisi, malang: empatdua dunia

(2015).

Sari,Diana. Perpajakan:konsep,teori dan aplikasi pajak penghasilan,jakarta: mitra

wacana media(2014)

Waluyo. Perpajakan indonesia,jakarta: salemba empat(2011)

Sari,Diana. Konsep dasar perpajakan, bandung:PT refika aditama(2013)

Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2013), hlm 1

Riko, Thomas. 2006. Analisis Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Badan dan Fiskus

terhadap Perencanaan dan Penggelapan Pajak pada KPP Padang.

Razman, Ahmed Abdul Latief. 2005. Tax Literacy Rate Among Tax Payers:

Evidence From Malaysia. JAAI volume 9 no.1, Juni 2005: 1-13

Muslim, Afdilla. 2007. Pengaruh Tingkat Pemahaman. Pendidikan, Pengalaman dan

Penghasilan Wajib Pajak di KPP Padang.

29
Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan Indonesia : Konsep dan Aspek Formal (Yogyakarta :

Graha Ilmu, 2010), hlm 138

30
MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN

Oleh:

Josua Ish Michael - 1451040

Synta Afi Carine - 1451216

Vania Elizabeth - 1551110

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

31

Anda mungkin juga menyukai