Anda di halaman 1dari 5

Klasifikasi Partus Lama Harry Oxorn dan Willian R.

Forte (1996) mengklasifikasikan partus lama


menjadi beberapa fase, yaitu :

1. Fase laten yang memanjang


Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau waktu 14 jam pada
multipara merupakan keadaan abnormal. Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup :
a. Serviks belum matang pada awal persalinan
b. Posisi janin abnormal
c. Disproporsi fetopelvik
d. Persalinan disfungsional
e. Pemberian sedatif yang berlebihan
Serviks yang belum matang hanya memperpanjang fase laten, dan kebanyakan serviks akan
membuka secara normal begitu terjadi pendataran. Sekalipun fase laten berlangsung lebih
dari 20 jam, banyak pasien mencapai dilatasi serviks yang normal ketika fase aktif mulai.
Meskipun fase laten itu menjemukan, tapi fase ini tidak berbahaya bagi ibu atau pun anak.
2. Fase aktif yang memanjang pada primigravida
Para primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam merupakan keadaan abnormal,
yang lebih penting daripada panjangnya fase ini adalah kecepatan dilatasi serviks.
Pemanjangan fase aktif menyertai :
a. Malposisi janin
b. Disproporsi fetopelvik
c. Penggunaan sedatif dan analgesik secara sembrono
d. Ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan
Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran dengan forceps tengah, secsio caesarea dan
cedera atau kematian janin. Periode aktif yang memanjang dapat dibagi menjadi dua
kelompok klinis yang utama, yaitu kelompok yang masih menunjukkan kemajuan
persalinan sekalipun dilatasi servik berlangsung lambat dan kelompok yang benar-benar
mengalami penghentian dilatasi serviks.
3. Fase aktif yang memanjang pada multiparas
Fase aktif pada multipara yang berlangsung lebih dari 6 jam (rata-rata 2,5 jam) dan
laju dilatasi serviks yang kurang dari 1,5 cm per jam merupakan keadaan abnormal.
Meskipun partus lama pada multipara lebih jarang dijumpai dibandingkan dengan
primigravida, namum karena ketidakacuhan dan perasaan aman yang palsu, keadaan
tersebut bisa mengakibatkan malapetaka.
Kelahiran normal yang terjadi di waktu lampau tidak berarti bahwa kelahiran
berikutnya pasti normal kembali. Pengamatan yang cermat, upaya menghindari kelahiran
pervaginam yang traumatik dan pertimbangan secsio caesarea merupakan tindakan penting
dalam penatalaksanaan permasalahan ini. Berikut ini ciri-ciri partus lama pada multipara :
a. Insedensinya kurang dari 1%
b. Mortalitas perinatalnya lebih tinggi dibandingkan pada primigravida dengan
partus lama
c. Jumlah bayi besar bermakna
d. Malpresentasi menimbulkan permasalahan
e. Prolapsus funiculi merupakan komplikasi
f. Perdarahan postpartum berbahaya
g. Rupture uteri terjadi pada grande multipara
h. Sebagian besar kelahirannya berlangsung spontan pervaginam
i. Ekstraksi forceps tengah lebih sering dilakukan
j. Angka secsio caesarea tinggi, sekitar 25%

Bahaya Partus Lama Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), menjelaskan mengenai bahaya partus
lama bagi ibu dan janin, yaitu :

1. Bahaya bagi ibu


Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. Beratnya cedera
meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat
setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan,
infeksi, kelelahan ibu dan shock. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin
memperburuk bahaya bagi ibu.
2. Bahaya bagi janin Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas
janin dan semakin sering terjadi keadaan berikut ini :
a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin c. Cedera
akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit d. Pecahnya ketuban lama
sebelum kelahiran.
Keadaan ini mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat
membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.
Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada partus lama
memerlukan perawatan khusus. Sementara pertus lama tipe apapun membawa akibat yang
buruk bayi anak, bahaya tersebut lebih besar lagi apalagi kemajuan persalinan pernah
berhenti. Sebagian dokter beranggapan sekalipun partus lama meningkatkan resiko pada
anak selama persalinan, namun pengaruhnya terhadap perkembangan bayi selanjutnya
hanya sedikit. Sebagian lagi menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan melalui proses
persalinan yang panjang ternyata mengalami defisiensi intelektual sehingga berbeda jelas
dengan bayi-bayi yang lahir setelah persalinan normal.

Penatalaksanaan Pada Partus Lama Menurut Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996),
penatalaksanaan partus lama antara lain :

1. Pencegahan
- Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan mengurangi insidensi
partus lama.
- Persalinan tidak boleh diinduksi atau dipaksakan kalau serviks belum matang. Servik
yang matang adalah servik yang panjangnya kurang dari 1,27 cm (0,5 inci), sudah
mengalami pendataran, terbuka sehingga bisa dimasuki sedikitnya satu jari dan lunak
serta bisa dilebarkan.
2. Tindakan suportif
- Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus membesarkan hatinya
dengan menghindari kata-kata yang dapat menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.
- Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake cairan
sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi, dengan
tanda adanya acetone dalam urine, harus dicegah
- Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan tercerna dengan baik.
Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga menimbulkan bahaya muntah dan
aspirasi. Karena waktu itu, pada persalinan yang berlangsung lama di pasang infus untuk
pemberian kalori.
- Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih dan rectum yang
penuh tidak saja menimbulkan perasaan lebih mudah cidera dibanding dalam keadaan
kosong.
- Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus diistirahatkan dengan
pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan dengan pemberian analgetik, namun
semua preparat ini harus digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang
berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.
- Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil mungkin.
Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi. Setiap pemeriksaan
harus dilakukan dengan maksud yang jelas.
- Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kemajuan dan kelahiran
diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang layak serta tidak terdapat gawat janin
ataupun ibu, tetapi suportif diberikan dan persalinan dibiarkan berlangsung secara
spontan.
3. Perawatan pendahuluan Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut
: Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular Penisilin prokain : 1 juta IU
intramuskular Streptomisin 1 gr intramuskular Infus cairan :
1) Larutan garam fisiologis
2) Larutan glukose 5-100% pada janin pertama : 1 liter/jam Istirahat 1 jam untuk
observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera bertindak
4. Pertolongan Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual aid
pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio sesarea dan lain-lain.

Alasan Merujuk

Penanganan partus lama adalah dengan merujuk pasien yang mengalami partus lama ke fasilitas yang
memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir. Alasan mengapa
partus lama perlu dirujuk, yaitu karena partus lama memiliki dampak yang dapat menimbulkan
konsekuensi serius bagi ibu, janin, atau keduanya sekaligus. Bahkan, apabila tidak dapat terdeteksi
maupun tertangani dengan baik, partus lama bisa berdampak fatal, yaitu dapat menyebabkan kematian
pada ibu maupun janinnya.

Dampak yang ditimbukan oleh partus lama antara lain:

1. Infeksi Intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama,
terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion
dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada
ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah
konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri
vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila
dicurigai terjadi persalinan lama.
2. Ruptura Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama,
terutama pada ibu dengan parietas tinggi dan pada mereka dengan riwayat SC. Apabila
disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap
(engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat teregang
kemudian dapat menyebabkan ruptura. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin retraksi
patologis yang dapat diraba sebagai sebuah Krista transversal atau oblik yang berjalan
melintang di uterus antara simpisis dan umbilicus. Apabila dijumpai keadaan ini,
diindikasikan persalinan perabdominan segera.
3. Cincin Retraksi Patologis
Walaupun sangat jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin local uterus pada persalianan
yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu
pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat
persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah
uterus. Pada situasi semacam ini identasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya
SBR. Konstriksi uterus local jarang dijumpai saat ini karena terlambatnya persalinan secara
berkepanjangan tidak lagi dibiarkan. Konstriksi local ini kadang-kadang masih terjadi sebagai
konstriksi jam pasir (hourglass constriction) uterus setelah lahirnya kembar pertama. Pada
keadaan ini, konstriksi tersebut kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anesthesia umum
yang sesuai dan janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang SC yang dilakukan
dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik bagi kembar kedua.
4. Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke PAP, tetapi tidak maju untuk jangka waktu
yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat
mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang
akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal,
vesikoservikal, atau retrovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan
kala II yang berkepanjangan.
5. Cidera Otot-otot Dasar Panggul
Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan
ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar
panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat.
Efek-efek ini bisa menyebabkan inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul.
6. Kaput Suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yng besar di
bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan
kesalahan diagnostic yang serius. Kaput hampir dapat mencapai dasar panggul sementara
kepala sendiri belum cakap.
7. Molase kepala Janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih
satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase. Biasanya batas
median tulang parietal yang berkontak dengan promontorium bertumpang tindih dengan
tulang di sebelahnya; hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun, tulang
oksipital terdorong ke bawah tulang parietal. Perubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa
menimbulkan kerugian yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok,
molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, dan
perdarahan intracranial pada janin.
Cara merujuk partus lama, yaitu:

- Tetap memantau/ mengobservasi tanda-tanda vital ibu


- Tetap memantau his dan mengontrol DJJ setiap setelah his.
- Beri infus ibu bila kondisi ibu semakin melemah. Infus cairan:
-Larutan garam fisiologis
-Larutan glucose 5-10% pada janin pertama: 1 liter/jam
- Tetap memperhatikan asupan gizi ibu terutama asupan cairan.
- Beri Oksigen (sesuai kebutuhan) bila terjadi tanda – tanda gawat janin.
- Posisikan ibu untuk miring ke kiri selama merujuk.

Anda mungkin juga menyukai