Bahaya Partus Lama Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), menjelaskan mengenai bahaya partus
lama bagi ibu dan janin, yaitu :
Penatalaksanaan Pada Partus Lama Menurut Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996),
penatalaksanaan partus lama antara lain :
1. Pencegahan
- Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan mengurangi insidensi
partus lama.
- Persalinan tidak boleh diinduksi atau dipaksakan kalau serviks belum matang. Servik
yang matang adalah servik yang panjangnya kurang dari 1,27 cm (0,5 inci), sudah
mengalami pendataran, terbuka sehingga bisa dimasuki sedikitnya satu jari dan lunak
serta bisa dilebarkan.
2. Tindakan suportif
- Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus membesarkan hatinya
dengan menghindari kata-kata yang dapat menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.
- Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake cairan
sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi, dengan
tanda adanya acetone dalam urine, harus dicegah
- Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan tercerna dengan baik.
Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga menimbulkan bahaya muntah dan
aspirasi. Karena waktu itu, pada persalinan yang berlangsung lama di pasang infus untuk
pemberian kalori.
- Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih dan rectum yang
penuh tidak saja menimbulkan perasaan lebih mudah cidera dibanding dalam keadaan
kosong.
- Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus diistirahatkan dengan
pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan dengan pemberian analgetik, namun
semua preparat ini harus digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang
berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.
- Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil mungkin.
Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi. Setiap pemeriksaan
harus dilakukan dengan maksud yang jelas.
- Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kemajuan dan kelahiran
diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang layak serta tidak terdapat gawat janin
ataupun ibu, tetapi suportif diberikan dan persalinan dibiarkan berlangsung secara
spontan.
3. Perawatan pendahuluan Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut
: Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular Penisilin prokain : 1 juta IU
intramuskular Streptomisin 1 gr intramuskular Infus cairan :
1) Larutan garam fisiologis
2) Larutan glukose 5-100% pada janin pertama : 1 liter/jam Istirahat 1 jam untuk
observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera bertindak
4. Pertolongan Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual aid
pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio sesarea dan lain-lain.
Alasan Merujuk
Penanganan partus lama adalah dengan merujuk pasien yang mengalami partus lama ke fasilitas yang
memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir. Alasan mengapa
partus lama perlu dirujuk, yaitu karena partus lama memiliki dampak yang dapat menimbulkan
konsekuensi serius bagi ibu, janin, atau keduanya sekaligus. Bahkan, apabila tidak dapat terdeteksi
maupun tertangani dengan baik, partus lama bisa berdampak fatal, yaitu dapat menyebabkan kematian
pada ibu maupun janinnya.
1. Infeksi Intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama,
terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion
dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada
ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah
konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri
vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila
dicurigai terjadi persalinan lama.
2. Ruptura Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama,
terutama pada ibu dengan parietas tinggi dan pada mereka dengan riwayat SC. Apabila
disproporsi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap
(engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat teregang
kemudian dapat menyebabkan ruptura. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin retraksi
patologis yang dapat diraba sebagai sebuah Krista transversal atau oblik yang berjalan
melintang di uterus antara simpisis dan umbilicus. Apabila dijumpai keadaan ini,
diindikasikan persalinan perabdominan segera.
3. Cincin Retraksi Patologis
Walaupun sangat jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin local uterus pada persalianan
yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu
pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat
persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah
uterus. Pada situasi semacam ini identasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya
SBR. Konstriksi uterus local jarang dijumpai saat ini karena terlambatnya persalinan secara
berkepanjangan tidak lagi dibiarkan. Konstriksi local ini kadang-kadang masih terjadi sebagai
konstriksi jam pasir (hourglass constriction) uterus setelah lahirnya kembar pertama. Pada
keadaan ini, konstriksi tersebut kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anesthesia umum
yang sesuai dan janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang SC yang dilakukan
dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik bagi kembar kedua.
4. Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke PAP, tetapi tidak maju untuk jangka waktu
yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat
mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang
akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal,
vesikoservikal, atau retrovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan
kala II yang berkepanjangan.
5. Cidera Otot-otot Dasar Panggul
Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan
ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar
panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat.
Efek-efek ini bisa menyebabkan inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul.
6. Kaput Suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yng besar di
bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan
kesalahan diagnostic yang serius. Kaput hampir dapat mencapai dasar panggul sementara
kepala sendiri belum cakap.
7. Molase kepala Janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih
satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase. Biasanya batas
median tulang parietal yang berkontak dengan promontorium bertumpang tindih dengan
tulang di sebelahnya; hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun, tulang
oksipital terdorong ke bawah tulang parietal. Perubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa
menimbulkan kerugian yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok,
molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, dan
perdarahan intracranial pada janin.
Cara merujuk partus lama, yaitu: