Anda di halaman 1dari 14

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/283243475

PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM α-AMILASE

Article · October 2015

CITATIONS READS

0 19,558

1 author:

Wahyuni Howard
Bandung Institute of Technology
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Wahyuni Howard on 27 October 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KONVERSI ENZIMATIK
PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM α-AMILASE

Wahyuni
13012112

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Bandung
2015
Abstrak

Enzim α-amilase merupakan salah satu jenis enzim yang banyak digunakan di industri,
terutama kemampuannya dalam menghidrolisis pati pada tahap likuifaksi. Tahap likuifaksi
merupakan tahap paling penting dalam proses produksi produk turunan pati berupa gula.
Produk antara dari tahap likuifaksi biasanya dihidrolisis lagi pada tahap selanjutnya, yaitu
sakarifikasi, untuk menghasilkan produk akhir berupa gula. Oleh sebab itu, pengujian aktivitas
enzim α-amilase sangat penting. Pengujian aktivitas enzim α-amilase dilakukan untuk
mengetahui kemampuan hidrolisis enzim α-amilase sebelum akhirnya digunakan dalam skala
besar di industri. Pengujian akan dilakukan berdasarkan metode Fuwa menggunakan larutan
iodin secara stop assay. Substrat berupa larutan pati 20 mg/mL yang dilarutkan dalam buffer
fosfat dicampurkan enzim α-amilase Liquozyme Supra untuk diinkubasikan pada temperatur
37oC selama 30 menit. Reagen pemberhenti reaksi yang digunakan adalah HCl 1 N. Analisis
data aktivitas enzim dilakukan berdasarkan tiga literatur. Akurasi tertinggi diperoleh dari
literatur Yoo, dkk.[1], yaitu sebesar 96% dengan aktivitas enzim α-amilase 800 U/mL.

Pendahuluan
Enzim amilase merupakan enzim yang mampu bertindak sebagai katalis dalam reaksi
hidrolisis pati oleh air membentuk gula. Gula merupakan produk konstituen utama dalam
industri makanan dan minuman [2]. Kemampuan enzim dalam memproduksi gula dipengaruhi
terutama oleh kemampuan enzim sebagai katalis proses produksi, yang dapat dikuantifikasi
melalui pengujian aktivtas enzim. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim.
Oleh sebab itu, pengujian aktivitas enzim sebaiknya dilakukan pada kondisi optimum sehingga
hasil kuantifikasi yang didapatkan lebih akurat.
Proses pengolahan pati menjadi gula sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan
dua jenis katalis, yaitu katalis asam dan katalis enzim. Pengolahan pati degan bantuan katalis
enzim terdiri dari dua tahap, yaitu likuifaksi dan sakarifikasi. Pada tahap likuifaksi, enzim yang
digunakan adalah enzim α-amilase. Enzim α-amilase membantu proses hidrolisis pati
(polisakarida) menjadi oligosakarida, berupa limit dekstrin dan senyawa oligosakarida lainnya.
Kemudian proses pengolahan dilanjutkan dengan penambahan enzim lainnya selama proses
sakarifikasi. Jenis enzim yang ditambahkan selama proses sakarifikasi spesifik tergantung jenis
dan karakteristik produk gula yang ingin dihasilkan.

1
Enzim α-Amilase
Enzim α-amilase memiliki nama kimiawi, yaitu endo-1,4-α-D-glucan glucohydrolase,
EC 3.2.1.1. Enzim α-amilase merupakan enzim ekstraseluler yang mampu memotong ikatan
1,4-α-D-glikosidik antara monomer glukosa pada rantai linier amilosa. Enzim ini dikategorikan
sebagai endoenzim karena pemotongan pati dilakukan secara acak dari dalam [3]. Enzim α-
amilase disusun oleh protein. Protein yang tersusun dalam enzim terdiri dari 3 domain, yaitu
domain A, B, dan C sesuai Gambar 1. Domain A yang ditandai dengan warna merah merupakan
domain terbesar berbentuk seperti super struktur barrel (β/α)g. Domain B yang ditandai dengan
warna kuning. Domain B menempel dengan domain A karena ikatan disulfida serta berada di
antara domain A dan C. Domain C yang ditandai dengan warna biru memiliki struktur lembaran
β yang terhubung dengan domain A karena adanya rantai polipeptida sederhana. Sisi aktif
enzim yang ditandai dengan warna hijau merupakan rantai panjang, terletak di bagian akhir
gugus karboksil domain A dan B. Enzim juga dilengkapi dengan ion kalsium yang ditandai
dengan bola biru dan ion klorida yang ditandai dengan bola kuning. Ion kalsium berperan
sebagai stabilisator dan activator allosteric [4]. Beberapa enzim memiliki lebih dari satu bagian
aktif untuk mengikat substrat supaya enzim dapat mengikat substrat lain ketika sudah terikat
dengan suatu substrat tertentu. Sifat enzim inilah yang disebut sebagai allosteric [5]. Enzim α-
amilase bersifat calsium metalloenzymes sehingga tidak dapat berfungsi tanpa adanya ion
kalsium [6].

Gambar 1. Struktur α-amilase [4]

Sebagian besar enzim α-amilase memotong karbohidrat rantai panjang baik secara
endoamilase. Akan tetapi, terdapat beberapa enzim α-amilase yang memotong karbohidrat

2
secara eksoamilase, tergantung dari sumber enzim α-amilase dihasilkan. Hasil penguraian oleh
α-amilase adalah dekstrin, limit dextrin, oligosakarida, dan turunan siklodextrin [7]. Dextrin
adalah campuran oligosakarida kompleks yang memiliki rumus molekul C6H10O3. Dextrin
merupakan produk antara pati dan dekstrosa/glukosa. Limit dextrin adalah campuran
oligosakarida dengan rantai lebih pendek. Mekanisme hidrolisis pati menggunakan katalis
enzim α-amilase dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Mekanisme SN2 pemutusan ikatan α-1,4-glikosidik oleh enzim α-amilase [8]

Gambar 3. Hidrolisis pati oleh enzim α-amilase [9]


Catatan : (•) residu α-D-glukosa pereduksi; (ᵒ) residu α-D-glukosa nonpereduksi

Enzim α-amilase yang menghasilkan dextrin secara endoamilase berasal dari saliva dan
pankreas manusia, pankreas babi, gandum, jamur (Aspergillus oryzae dan Rhizopus niveus),
bakteri termostabil (Bacillus subtilis, Bacillus licheniformis, Bacillus acidocaldarius,
Clostridium, Dyctio glomus thermophilum, dan Bacilus stearothermophillus), serta bakteri
lainnya seperti Streptococcus bovis. Enzim α-amilase yang berasal dari bakteri termostabil
cenderung lebih stabil pada temperatur 10oC lebih tinggi dari temperatur kerja enzim α-amilase

3
yang dihasilkan bakteri biasa seperti Bacillus amyloliquefaciens. Keberadaan ion kalsium tidak
mempengaruhi sifat termostabil enzim α-amilase yang dihasilkan. [7]

Tabel 1. Karakteristik dan sumber enzim α-amilase yang menghasilkan dextrin [7]
Sumber enzim Berat molekular T stabil (oC) pH stabil pH optimum
air ludah manusia 62000 50 4-10 6,8-7,0
pankreas manusia 56000 50 4-10 6,8-7,0
pankreas babi 56000 35 5-11 6,9
gandum 41500 60-66 - 5,5
Rhizopus 51000 < 40 3,6-8,0 4,6-4,8
Bacillus (sakarifikasi) 47300 < 55 4,5-9,2 5,3
Bacillus (likuifaksi) 48900 < 80 5,1-10,4 5,9
Streptococcus 79000 45 5-7 5,6

Tabel 2. Karakteristik dan sumber enzim α-amilase termostabil [7]


Bakteri sumber enzim Berat molekul T optimum (oC) pH optimum pH stabil
B. stearothermophilus 48000 65-73 5-6 6-11
B. licheniformis 62650 90 7-9 7-10
B. subtilis - 95-98 6-8 5-11
Thermophile V-2 50000 70 6-7 9,2
B. acidocaldarius 66000 70 3,5 4-5,5
Clostridium sp. - 80 4,0 2-7
D. thermophilum 70000 85-90 5,0 -

Tabel 3. Karakteristik dan sumber enzim α-amilase yang menghasilkan maltosa dan
turunannya [7]
Sumber enzim Berat T stabil pH T optimum pH produk
molekular (oC) stabil (oC) optimum
Streptomyces 55000 <40 3,5-6,5 45 5,6-6,0 maltotriosa
griseus
Pseudomonas 56000 35 6,0- 45 8 maltotetraosa
stutzeri 10,5
Bacillus 22500 <60 8 76 5,0-8,0 maltopentaosa
licheniformis
Aerobacter 48000- 50 5,0- 52 7,0 maltoheksaosa
aerogenes 65000 10,0
Bacillus 48000- 50 6,0-9,0 60 6,8 maltoheksaosa
circulans 67000

Enzim α-amilase juga menghasilkan oligosakarida spesifik. Maltotriosa dihasilkan oleh


enzim α-amilase secara eksoamilase dari Streptomyces griseus. Maltotetraosa dihasilkan oleh

4
enzim α-amilase secara eksoamilase dari Pseudomonas stutzeri. Maltopentaosa dihasilkan oleh
enzim α-amilase secara endoamilase dari Bacillus licheniformis. Sedangkan, maltoheksaosa
dihasilkan oleh enzim α-amilase secara eksoamilase dari Aerobacter aerogenes dan secara
endoamilase dari Bacillus circulans. [7]

Pengujian Aktivitas Enzim α-Amilase


Pengujian aktivitas enzim α-amilase pada dasarnya dapat dilakukan melalui tiga
pengamatan utama, yaitu peningkatan kekuatan reduksi, penurunan intensitas warna biru, dan
perubahan densitas optis. Peningkatan kekuatan reduksi diamati dengan pengukuran produk
berupa gula pereduksi dari substrat pati. Penurunan intensitas warna biru senyawa kompleks
iodin-pati terjadi akibat jumlah substrat yang semakin berkurang akibat kinerja enzim untuk
menghidrolisis pati. Perubahan densitas optis terjadi akibat lepasnya substrat dari gugus
kromogenik menuju pelarut. [1]
Pengujian aktivitas enzim α-amilase biasanya dilakukan pada kondisi optimum dengan
susbtrat amilosa. Pengujian aktivitas enzim biasanya dinyatakan dalam suatu unit tertentu yang
spesifik terhadap deskripsinya. Satu unit enzim internasional dinyatakan sebagai jumlah enzim
yang mampu berperan sebagai katalis untuk melakukan konversi 1 µM substrat/menit pada
kondisi standar. Kondisi standar yang dimaksud meliputi konsentrasi substrat, pH optimum,
tidak adanya inhibitor, dan adanya aktivator. Pemakaian definisi unit enzim internasional
sangat jarang ditemukan pada pengujian aktivitas enzim α-amilase. Membandingkan aktivitas
enzim dalam unit yang berbeda mustahil dilakukan karena setiap unit aktivitas enzim memiliki
metode dan cara perhitungan yang berbeda. [1]
Pengujian aktivitas enzim biasanya dilakukan untuk menentukan aktivitas enzim α-
amilase yang telah disimpan terlalu lama. Selain itu, juga dapat menentukan aktivitas enzim α-
amilase hasil recovery. Biasanya recovery enzim dilakukan menggunakan membran dengan
teknologi reverse osmosis dan elektrodeionisasi [2]. Elektrodeionisasi juga luas digunakan
untuk penghilangan asam [22]. Penentuan aktivitas enzim α-amilase hasil recovery penting
untuk diketahui karena proses recovery menggunakan membran terkadang diiringi dengan
adanya fenomena fouling. Fenomena fouling dapat dicegah melalui backflushing untuk
membran mikrofiltrasi [23] dan penggunaan cleaning agent [24]. Selain recovery enzim,
membran juga dapat digunakan untuk menghilangkan turbiditas produk minuman seperti jus
apel [25].

5
Tabel 4. Metode-metode pengujian aktivitas enzim α-amilase
Metode Sumber enzim Literatur Unit enzim
Ceralpha plant and microbial [10] ceralpha unit, bisa
dikonversi ke UI
Amylase sd / sprout cereal grains [11] Amylase SD unit
method
Novo assay Bacillus licheniformis dan [12] Novo unit (NU)
Bacillus
stearothermophilus
HPLC dan - [13] Somogyi unit/dl
spektrofotometri
Penggunaan reagen - [14] Optical density
kit dari Genzyme
Maltose Bacillus subtilis [15] 1 µmol (red sgr)
concentration maltose/min
measurement
(reducing sugar)
Fuwa - [16, 17, 18, Dextrinizing and
19, 20] Saccharifying Power
(DP, SP)
Somogyi-Nelson Aspergillus oryzae [7] -
Hidrolisis p-nitrofenil Aspergillus oryzae [7] -
menjadi p-nitrofenol
Starch liquefying bacterial (b licheniformis) [7] Lj unit/mL
method (iodin)
Measurement of human urine [21] U/l
reducing group
UV determination of serum and urine [21] U/l
degradation product
maltose and glucose
Determination with - [21] U/l
Coloured Insoluble
Substrates
Measurement of the - [21] U/l
Starch-Iodine
Complex
Measurement by - [21] U/l
End-point
Determination on
Paper
Measurement after urine [21] U/l
Electrophoretic
Separation

6
Tabel 5. Metode pengujian enzim disertai dengan definisi satuan aktivitas enzim α-amilase [1]
Metode Deskripsi Definisi unit Temperatur Waktu
(oC) inkubasi
(menit)
Wohlgemuth Mengukur waktu Jumlah (mL) pati (1%) 40-60 30
(iodine) perubahan warna yang dihidrolisis 1 mL
iodin tertentu enzim
Fisher dan Mengukur 1 mg gula pereduksi 65 3
Stein konsentrasi gula (maltosa) yang
(reducing pereduksi dihasilkan dari pati
value) menggunakan 1%
reagen
dinitrosalicyclic acid
Bird dan Mengukur Jumlah enzim yang 25 10
Hopkins penurunan berhasilkan
(iodine) kepudaran warna menghidrolisis pati
senyawa kompleks menjadi 1 mg maltosa
pati-iodin pada
panjang gelombang
620 nm
Insoluble Menentukan 1 unit absorbansi 37 30
dyed amylose konsentrasi menyatakan 0,06
oligosakarida yang IU/mL α-amilase
memiliki ikatan
kromogen dari
amilosa berwarna
yang tidak larut
Fuwa Menggunakan Jumlah amilosa (mg) 37 30
(iodine) amilosa 0,2% yang menyebabkan
sebagai substrat penurunan intensitas
warna biru sebesar
10% pada panjang
gelombang 700 nm
SKB (iodine) - Jumlah enzim yang 37 60
mampu mengurai 5,26
mg pati untuk
mencapai nilai iodin
tertentu

Metodologi
Substrat berupa larutan pati dengan variasi konsentrasi 10 mg/mL dan 20 mg/mL
sebanyak 5 mL dilarutkan dalam buffer fosfat 5 mL. Kemudian enzim α-amilase Liquozyme
supra sebanyak 1 mL ditambahkan ke dalam 7 mL campuran tersebut. Larutan kemudian
diinkubasikan dalam inkubator pada temperatur 37oC selama 30 menit. Reaksi dihentikan
dengan penambahan HCl 1 N sebanyak 1 mL. Konsentrasi pati tersisa dalam larutan diukur
secara tidak langsung melalui pengukuran nilai absorbansi larutan yang telah dicampur larutan

7
iodin 1 mL. Larutan iodin disiapkan dengan melarutkan 5 gram KI dan 500 mg I dalam air 100
mL untuk diencerkan sebanyak 100 kali. Nilai absorbansi diukur dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 620 nm. Konsentrasi yang terbaca
kemudian ditentukan dari nilai absorbansi yang terbaca pada kurva kalibrasi. Jika nilai
absorbansi tidak terbaca pada kurva kalibrasi, maka sampel diencerkan hingga nilai absorbansi
terbaca pada kurva kalibrasi. Metodologi diadaptasi dari literatur [1, 16, 17, 18].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kurva Kalibrasi
Sebelum pengujian aktivitas enzim dilakukan, kurva kalibrasi dibuat terlebih dulu
dengan cara mengalurkan absorbansi dan konsentrasi pati tertentu yang diberi larutan iodin.
Konsentrasi yang dipilih memiliki absorbansi di bawah 3,5. Kurva kalibrasi hasil percobaan
dapat dilihat pada Gambar 2.
Nilai R2 dari kurva kalibrasi masih melebihi 0,95 yaitu 0,9689 sehingga kurva kalibrasi
dianggap layak dan mampu mewakili data dengan baik. Data yang diambil untuk membuat
kurva kalibrasi juga sudah mewakili, yaitu 8 data. Kurva kalibrasi ini kemudian akan digunakan
untuk menentukan jumlah pati yang tersisa pada bagian pengujian enzim.

6
Konsentrasi (mg/mL)

3 Konsentrasi = 1.8524 Absorbansi


R² = 0.9689
2

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Absorbansi

Gambar 2. Kurva kalibrasi absorbansi dan konsentrasi pati

8
Aktivitas Enzim α-Amilase
Aktivitas enzim α-amilase dilakukan dengan menggunakan larutan iodin melalui
metode Fuwa. Larutan iodin pada dasarnya berwarna kuning kecoklatan. Akan tetapi, larutan
iodin dapat membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan pati. Oleh sebab itu,
absorbansi warna biru yang terukur oleh spektrofotometer di akhir reaksi menunjukkan jumlah
pati yang tidak terhidrolisis oleh enzim. Dengan demikian, kemampuan enzim dalam hidrolisis
pati dapat diketahui dari jumlah pati tersisa dalam larutan. Enzim yang diuji aktivitasnya pada
percobaan ini adalah enzim α-amilase Liquozyme Supra dan Fungamyl® 800L.

Tabel 6. Dokumentasi sampel sebelum pengukuran nilai absorbansi


Sebelum pengenceran Setelah pengenceran*

Sampel enzim
Liquozyme
Supra

*Pengenceran
dilakukan
sebanyak 2 kali
Sampel enzim
Fungamyl®
800L

*Pengenceran
dilakukan
sebanyak 10 kali

9
Aktivitas enzim memiliki satuan yang berbeda tergantung deskripsi dan metode
pengujiannya. Hal ini menyebabkan besarnya aktivitas enzim hasil percobaan tidak dapat
dibandingkan dengan aktivitas enzim yang tertera pada data enzim produsen. Data aktivitas
enzim produsen untuk enzim α-amilase Liquozyme Supra dan Fungamyl® 800L berturut-turut
sebesar 135 KNU/g dan 880 FAU/g. KNU menyatakan jumlah enzim yang dapat menghasilkan
6 mikro mol p-nitrofenol per menit dari ethylidene-G7-p-nitrophenyl-maltoheptaoside
sebanyak 1,86 mM pada kondisi standar, yaitu pH=7,0 dan temperatur=37oC. Sedangkan FAU
menyatakan jumlah enzim yang dapat mengonversi 5,26 gram pati per jam pada kondisi
standar, yaitu pH=4,7 dan temperatur=37oC selama 7-20 menit. Kondisi standar untuk jenis
enzim yang sama mungkin saja berbeda karena kondisi pengujian bersifat spesifik terhadap
sumber enzim berasal.
Analisis perhitungan pengujian aktivitas enzim dilakukan mengikuti beberapa literatur
untuk dibandingkan sesuai Tabel 9. Metode Fuwa hanya mampu menguji kadar pati tersisa.
Data percobaan enzim α-amilase Liquozyme Supra dan Fungamyl® 800L pada Tabel 7 tidak
berbeda terlalu jauh dengan data literatur pada Tabel 8. Hal ini dapat ditinjau dari akurasi data
pada Tabel 9 sebesar 59-96%.
Selain meninjau keandalan metode Fuwa dalam pengujian aktivitas enzim, data
percobaan juga dapat digunakan untuk meninjau kesesuaian kondisi pengujian aktivitas enzim.
Dengan melakukan perubahan konsentrasi substrat sebesar 10 mg/mL, terlihat bahwa data
percobaan aktivitas enzim pada Tabel 7 menjadi jauh berbeda dengan literatur pada Tabel 8.
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi dan konsentrasi reagen yang digunakan dalam percobaan
sebaiknya dilakukan sesuai dengan literatur.

Tabel 7. Aktivitas enzim melalui metode Fuwa


Aktivitas enzim Aktivitas enzim
Enzim (substrat pati 20 mg/mL) (substrat pati 10 mg/mL)
(U/mL)* (U/mL)** DP*** (U/mL)* (U/mL)** DP***
Liquozyme Supra 0.61 915.47 91.55 0.23 135.74 13.57
Fungamyl® 800L 0.55 832.24 83.22 0.22 662.24 66.22
Keterangan : Percobaan dilakukan pada temperatur 37oC dan pH 7, dengan waktu inkubasi selama 30
menit. Enzim Liquozyme Supra yang digunakan merupakan hasil fermentasi dari Bacillus
licheniformis. Sedangkan Fungamyl® 800L merupakan hasil fermentasi dari jamur Aspergillus oryzae.
Analisis perhitungan dilakukan berdasarkan referensi literatur [17]*, [1]**, dan [16]***.

10
Tabel 8. Aktivitas enzim melalui metode Fuwa dari literatur
Aktivitas
Kondisi Lama Panjang
enzim Kondi
Temperatur Iodin inkubasi Gelombang Sumber enzim
(substrat pati si pH
(oC) (menit) (nm)
20 mg/mL)
0,2% I,
70 U/mL* 7-8 30 15 620 malt
2% KI
0,5% I, Bacillus
400 U/mL** 6 40 15 620
5% KI amyloliquefaciens
0,5% I, Bacillus
250 U/mL** 6 40 10 620
5% KI licheniformis
0,2% I,
50 DP*** 5 37 30 700 malt
2% KI
0,2% I,
65 DP*** 5 37 30 700 fungal amylase
2% KI
0,2% I,
80 DP*** 5 37 30 700 sweet potato
2% KI
Keterangan :
* Satu unit aktivitas enzim dinyatakan sebagai jumlah enzim yang mampu menyebabkan perubahan
intensitas warna biru larutan pati berkurang hingga 1%. [17]
(𝑂𝐷620 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 − 𝑂𝐷620 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒)
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚 (𝑈/𝑚𝐿) =
𝑂𝐷620 𝑚𝑔 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑐ℎ 𝑥 𝑡 𝑥 𝑉
** Satu unit aktivitas enzim akan menghasilkan 1 mg maltosa dari pati [1]
(𝑅0 − 𝑅)
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚 (𝑈/𝑚𝐿) = 𝐷 𝑥100
𝑅0
*** Satu unit Dextrinizing Power dihitung sebagai jumlah amilase yang mampu menurunkan intensitas
warna biru sebanyak 10% pada senyawa kompleks amilosa-iodin pada 37oC dan pH 6 untuk α-amilase
bakterial dan pH 5 untuk amilase lainnya. [16]
𝐷0 − 𝐷
𝐷𝑃 = ÷ 10%
𝐷0

Tabel 9. Perhitungan akurasi data percobaan dengan literatur (substrat 20 mg/mL pati)
Aktivitas enzim Aktivitas enzim
Jenis data percobaan data literatur modifikasi Akurasi (%)
Enzim
U/mL* U/mL** DP*** U/mL* U/mL** DP***
Liquozyme
0.61 915.47 91.55 187 800 65 0.33 85.57 59.16
Supra
Fungamyl
0.55 832.24 83.22 187 800 65 0.30 95.97 71.96
® 800L
Referensi : * [17]; ** [1]; *** [16].

Kesimpulan
Pengujian aktivitas enzim α-amilase dapat dilakukan melalui metode Fuwa. Analisis
data aktivitas enzim dengan akurasi tertinggi diperoleh dari literatur Yoo, dkk., [1], yaitu
sebesar 96% dengan aktivitas enzim α-amilase 800 U/mL.

11
Daftar Pustaka
1. Yoo, Y.J.; Hong, J.; Hatch, R.T., 15. Bisswanger, H., “Practical enzymology”,
”Comparison of α-amylase activities from 2nd Ed., Wiley-Blackwell, 2011.
different assay methods”, Biotechnology and 16. Fuwa, H., “A new method for
Bioengineering XXX (1987), 141-151. microdetermination of amylase activity by
2. Widiasa, I.N.; Wenten, I.G.,"Combination of the use of amylose as the substrate”, The
reverse osmosis and electrodeionization for Journal of Biochemistry 41 (1954), 584-603.
simultaneous sugar recovery and salts 17. Yaldagard, M.; Mortazavi, S.A.; Tabatabaie,
removal from sugar wastewater", Reaktor 11 F., “Effect of ultrasonic power on the activity
(2007), 91-97. of barley’s alpha-amylase from post-sowing
3. Pandey, A.; Nigam, P.; Soccol, C.R.; Soccol, treate of seeds”, World Applied Sciences
V.T.; Singh, D.; Mohan, R., "Review: Journal 3 (2008), 91-95.
advances in microbial amylases", 18. Xiao, Z.; Storms, R.; Tsang, A., "A
Biotechnol. Appl. Biochem. 31 (2000), 135– quantitative starch-iodine method for
152. measuring alpha-amylase and glucoamylase
4. Souza, P.M. de; Magalhaes, P. de O., activities", Analytical Biochemistry 351
"Application of microbial alpha-amylase in (2006),146–148.
industry - a review", Brazilian Journal of 19. Vishnu, T.S.; Soniyamby, A.R.; Praveesh,
Microbiology 41 (2010), 850-861. B.V.; Hema, T.A., "Production and
5. Shuler, M.L.; Kargi, F., "Bioprocess Optimization of Extracellular Amylase from
engineering: basic concepts", 2nd Ed., Soil Receiving Kitchen Waste Isolate
Prentice Hall PTR, 2002. Bacillus sp. VS 04", World Applied Sciences
6. Stein, E.A.; Hsiu, J.; Fischer, E.H, "Alpha- Journal 29 (2014): 961-967.
amylases as calcium-metalloenzymes. I. 20. Nurachman, Z.; Kono, A.; Radjasa, O.K.;
Preparation of calcium-free apoamylases by Natalia, D., "Identification a Novel Raw-
chelation and electrodialysis", Biochemistry Starch-Degrading-α-Amylase from a
3 (1964), 56–61. Tropical Marine Bacterium", American
7. The Amylase Research Society of Japan, Journal of Biochemistry and Biotechnology
“Handbook of amylases and related 6 (2010), 300-306.
enzymes”, Pergamon Press, 1988. 21. Bergmeyer, H.U.; Gawehn, K., “Methods of
8. Bemiller, J.; Whistler, R., "Starch: chemistry enzymatic analysis volume 2”, 2nd Ed.,
and technology", 3rd Ed., Elsevier Inc., Academic Press, Inc., 1974.
2009. 22. Khoiruddin; Yunus, I.S.; Sucipto, J.;
9. Horvathova, V.; Janecek, S.; Sturdik, E., Wenten, I.G., "Application of
"Amylolytic enzymes: their specificities, electrodeionization (EDI) for humic acid
origins and properties", Biologia, Bratislava, removal", The 5th AUN/SED Net Regional
55 (2000), 605-615. Conference on Global Environment (2012),
10. Megazyme, "Alpha-amylase assay procedure Bandung-Indonesia.
(ceralpha method)", Megazyme International 23. Wenten, I.G., "Mechanisms and control of
Ireland, 2012. fouling in crossflow microfiltration",
11. Megazyme, "Alpha-amylase assay procedure Elsevier Science Ltd 95 (1995), 252-253.
(amylase sd method)", Megazyme 24. Wenten, I.G.; Taylour, J.; Rasmussen, A.;
International Ireland, 2015. Jonsson, G., "Membrane cleaning after beer
12. Carrol, J.O.; Swanson, T.R.; Trackman,P. C., clarification", EUR (1996), 188-195.
“Alpha-amylase mixtures for starch 25. Wenten, I.G.; Koenhen D.M.; Roesink,
liquefaction”, EP 0252730 A2, 1988. H.D.W.; Rasmussen, A.; Jonsson, G.,
13. Ikenaka, S.T.; Omichi, K., "Modified "Method for the removal of components
oligosaccharides used as substrate for causing turbidity. from a fluid, by means of
measuring alpha-amylase activity", US microfiltration", US 5560828, 1996.
Patent 4622295, 1986.
14. Blair, H.E., "An alpha-amylase assay method
and reagent kit", Europe Patent 0 171 960
A1, 1985.

12

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai