Jurnal Akuntansi UBHARA,
ISSN : 2460-762
PENERAPAN METODE JUST IN TIME DALAM USAHA
MANINGKATKAN EFISIENSI BIAYA BAHAN BAKU PADA
CV. CAHAYA MAS DI SIDOARJO
Narfisatul Firdayanti, Tri Lestari, Cholifah
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Bhayangkara Surabaya
narfisatul_imoet@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah CV. Cahaya Mas sudah layak
untuk menerapkan sistem JIT (Just Jn Time) dalam pelaksanaan proses produksinya
terutama dalam pembelian bahan bakunya, Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif, Hasil penelitian ini terbukti kebenarannya bahwa dengan sistem JIT akan
dapat meningkatkan efisiensi persediaan bahan baku dibanding menggunakan sistem
tradisional, jika perusahaan dapat meninimalis biaya persediaan bahan baku, maka
perusahaan dapat meningkatkan kualitas produk beserta kemampuan labanya.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat memberikan saran kepada CV. Cahaya Mas
untuk menerapkan sistem JIT untuk menghindari terjadinya peningkatan persedian
bahan baku.
Kata Kunci : Just In Time, Efisiensi Persediaan bahan baku
ABSTRACT
This study aims to determine whether CV. Cahaya Mas is feasible to implement
the system JIT (Just In Time) in the implementation of the production process,
especially in the purchase of raw materials. This study used qualitative methods.
Results of this study attested that the JIT system will be able to improve the efficiency of
supply of raw materials compared to using traditional systems. if the company can
meninimalis inventory cost of raw materials, companies can improve product quality
and their ability to profit. Based on the results of the study, the researcher can provide
advice to CV. Mas light to implement JIT system to avoid increasing supply of raw
materials.
Keywords: Just In Time, Efficiency Stocks of raw materials
PENDAHULUAN
Masih banyaknya perusahaan yang masih menyimpan persediaan bahan baku
dalam jumlah besar, hal ini dilakukan sebagai upaya apabila terjadi keterlambatan dari
supplier sehingga proses produksi tidak terhenti, Jika perusahaan melakukan pembelian
dalam jumlah besar maka perusahaan akan mendapatkan discount sehingga
221Jurnal Akuntansi UBHARA,
ISSN : 2460-762
mendapatkan harga bahan baku lebih murah. Tetapi, perusahaan tidak pernah
memikirkan dampak negatif dari penyimpanan bahan baku secara besar-besaran, Untuk
mengatasi hal tersebut, maka perusahaan dapat mengatasinya dengan menggunakan
sistem JIT. Dengan menggunakan sistem JIT, maka persediaan baku yang dibeli
sebanyak yang dibutuhkan pada saat yang tepat.
Perencanaan terhadap persediaan bahan baku yang tepat sangat menunjang
dalam kelancaran proses produksi, Kelanearan proses produksi merupakan hal yang
tingkat penjualan dan laba yang diperoleh perusahaan. Faktor yang mempengaruhi
kelancaran proses produksi adalah mengenai ketersediaan bahan baku yang akan di olah
dalam proses produksi. Sesuai dengan hal tersebut maka perlu dikembangkan suatu
sistem pengendalian persediaan yang optimal.
Sistem produksi yang berasal dari jepang ini lebih dikenal dengan sebutan
Sistem Produksi Tepat Waktu atau Just — In — Time (JIT). Dalam konsep Just — In —
Time, bahan baku dan suku cadang dibeli dan diproduksi sebanyak yang dibutubkan
pada saat yang tepat pada setiap tahap produksi di perusahaan. Just — In — Time
sesungguhnya adalah suatu filosofi yang berfokus pada usaha-usaha untuk mengurangi
inefisiensi atau pemborosan (waste) karena dan menuju kebiaya operasional dapat di
climinasi seminimal mungkin dan menuju ke persediaan mendekati no (zero defect).
Just In Time (JIT) digunakan untuk menentukan jumlah pemesanan yang
ckonomis untuk setiap kali pemesanan dengan frckuensi pemesanan yang lebih sering,
serla memanfaatkan kemampuan pemasok bahan baku (supplier) untuk menyerahkan
pesanan tepat pada saat dibutuhkan dan pada tingkat yang dibutuhkan saja.
Keberhasilan dari sistem ini karena prinsip atau landasan dasar dari JIT adalah
mengatasi pemborosan produksi (waste). Pemborosan produksi dapat dihilangkan dalam
skala besar, yaitu berapa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah yang menjadi pokok
bahasan penelitian ini adalah apakah bisa meningkatkan efisiensi biaya bahan baku pada
CV. Cahaya Mas di Sidoarjo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana metode Just In Time bisa diterapkan untuk meningkatkan efisiensi
perencanaan dan pengendalian biaya bahan baku dilaksanakan di perusahaan CV.
CAHAYA MAS DI SIDOARJO. Berdasarkan hal-hal yang tersebut di atas maka
peneliti mengambil judul : “Penerapan Metode Just In Time Dalam Usaha
222Jurnal Akuntansi UBHARA,
ISSN : 2460-762
Meningkatkan Efisiensi Biaya Bahan Baku Pada CV.CAHAYA MAS DI
SIDOARAJO"
Pengertian Just In Time
Metode JIT pertama kali di kembangkan oleh Taichi Ohna sebagai upaya Toyota
motor corpocation untuk meningkatkan laba. Upaya yang telah dilakukan Toyota motor
corpocation tersebut adalah untuk meningkatkan produktivitas dan pengurangan biaya
setta menghilangkan berbagai pemborosan yang tidak memberi nilai tambah tethadap
barang yang di hasilkan (Mulyadi, 2001:26), Just Jn Time merupakan folisofi tentang
kapan melakukan sesuatu “kapan” adalah saat diperlukan dan “sesuatu” adalah aktifitas
produksi, pembelian / pengiriman, Fisolofi JIT dapat diterapkan di semua departemen
semua jenis perusahaan 3 tujuan utama JIT adalah :
a, Menghilangkan proses produksi / operasi apa saja yang tak menambah nilai pada
produk /jasa
b. Terus menerus meningkatkan efisiensi produksi / kinerja.
¢. Mengurangi biaya total produksi / kinerja sementara meningkatkan kualitas.
Sistem manufaktur JIT (JIT manufacturing sistem) berupaya memperoleh
komponen dan memproduksi unit persediaan hanya jika diperlukan, meminimalisasi
cacat produk, dan mengurangi siklus / waktu konfigurasi untuk memperoleh dan
produksi. Pada dasarnya pengertian Just In Time adalah tepat waktu istilah tepat
waktunya ini digunakan untuk menunjukkan bahwa sebuah proses bisa mendapatkan
tanggapan langsung terhadap permintaan tanpa perlu proses menyediakan stock
berlebihan. Menurut Wiliam K Carter (2009 : 348), JIT adalah filosofi yang dipusatkan
pada pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan, Semua bahan baku dan
komponen sebaiknya tiba dilokasi kerja pada saat di butuhkan / tepat waktu.
Sistem Pembelian Just In Time
Pendekatan JIT untuk pembelian menekankan pada pengurangan jumlah
pemasok serta memperbaiki mutu bahan baku maupun fungsi pembelian. Tujuannya
untuk memindahkan bahan baku secara langsung dari pemasok ke lantai produksi
dengan sedikit / tanpa inspeksi sama sekali, dan untuk menghilangkan kebutuhan ruang
penyimpanan kecuali untuk jangka pendek langsung dilantai produksi.
Sistem pembelian barang yang tepat waktu dan jumlah, sehingga barang tersebut
dapat segera diterima untuk dapat segera digunakan. Supriyono (2000 : 67) mengartikan
223Jurnal Akuntansi UBHARA,
ISSN : 2460-762
pembelia JIT adalah sebagai berikut: “Sistem penjadwalan pengadaan barang cara
sedemikian rupa schingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi
permintaa atau penggunaan”. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelian just in time adalah sistem pembelian penjadwalan
pengadaan barang atau bahan yang tepat waktu sehingga dapat dilakukan pengiriman
atau penyerahan secara cepat dan tepat untuk memenuhi permintaan.
Pengertian Persediaan
Handoko (2000:333) “Persediaan adalah sejumlah bahan-bahan yang disediakan
dan bahan-bahan dalam proses produksi serta barang-barang jadi atau pendukung yang
disediakan untuk memenuhi permintaan para konsumen setiap waktu. Nasution, (2003 :
103) mengemukakan bahwa “Persediaan adalah sumber daya menganggur (idle
resources) yang menunggu proses lebih lanjut” yang dimaksud dengan proses lebih
lanjut adalah proses produksi pada proses manufaktur, kegiatan konsumsi pangan pada
sistem rumah tangga.
Persediaan JIT
Persediaan dalam sistem JIT yaitu persediaan JIT adalah untuk sistem
persediaan yang dirancang guna mendapatkan barang secara tepat waktu, Pada
persediaan JIT mensyaratkan bahwa proses atau orang yang membuat unit-unit rusak
dapat di kirim untuk menunggu pengerjaan ulang atau menjadi bahan sisa, Sistem JIT
menghapus kebutuhan akan persediaan karena tidak ada produksi sampai barang akan
dijual hal ini berarti bahwa perusahaan harus mempunyai pesanan terus menerus agar
dapat berproduksi dalam sistem JIT menerapkan untuk membeli barang hanya dalam
kuantitas yang dibutubkan saja, Untuk itu perusahaan harus mengikat kontrak panjang
kepada pemasok agar bersedia mengirimkan barang yang kita pesan sesering mungkin.
Hal ini agar tidak adanya persediaan digudang. Perusahaan harus memproduksi barang
sesuai dengan jumlah pesanan agar tidak adanya persediaan.
Tujuan dari persediaan JIT adalah memperoleh bahan tepat pada waktunya
untuk diproduksi dan menyiadakan barang jadi tepat waktu untuk dijual dan unsur-
unsur persediaan lainnya tepat pada saat dibutuhkan. Sedangkan ciri-ciri utama dari
sistem persediaan JIT adalah bahwa produksi tidak dimulai pada suatu jumlah sampai
pesana diterima,
224Jurnal Akuntansi UBHARA,
ISSN : 2460-762
Analisa Pemborosan
Waktu mengganggur yang terjadi di perusahaan menunjukkan adanya suatu
pemborosan, Pemborosan menurut Rizal Bambang (2000 : 17) adalah : “ Segala sesutau
yang tidak mempunyai nilai tambah (value added) tethadap produk yang dihasilkan
perusahaan.” Sedangkan Amin Widjaya Tunggal (2000 : 103) pemborosan diartikan
sebagai barang yang cacat, pengerjaan kembali dan bahan yang terbuang. Beberapa hal
yang menjadi sumber pemborosan dalam produksi adalah sebagai berikut
1.
Kelebihan produksi
Melakukan proses produksisebelum —dibutuhkanmerupakan —suatu
pemborosan.Hal ini disebabkan karena hasilnya tidak dapat dijamin akan
memberikan manfaat dan menjadi nilai tambah.
‘Waktu yang tersedia (menunggu)
Operator yang bertugas menunggu dan mengawasi jalannya mesin. Mesin akan
dapat memberikan nilai tambah. Misalnya, waktu menunggu peralatan diganti,
mesin dibiarkan tetap menyala dan operator menunggu saat pekerjaan yang
dilakukan sudah selesai, Pemborosan seperti ini mudah dikenali, oleh sebab
operator dibebani tugas lain.
Trasportasi
Pada dasarnya transportasi tidak memberikan nilai tambah, oleh karena itu harus
dihindari sejauh mungkin,
Pemrosesan
Metode pemrosesan sering kali merupakan sumber-sumber pemborosan, maka
harus cukup ditelaah ualng.
Persediaan yang ada
Perusahaan, dalam hal ini pabrik merupakan tempat untuk menciptakan nilai
tambah produk, bukan tempat penyimpanan.
Gerakan kerja yang tidak perlu
Suatu fakta dalam bekerja adalah melakukan gerakan yang tidak selalu sama
dengan menghasilkan kerja. Misalnya seorang pekerja dapat melibatkan sibuk
selama beberapa jam untuk hilir mudik mencari alat kerja ke semua sudut pabrik.
Ini jelas merupakan kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah.
‘Adanya produk yang cacat
Cacat produksi dan kesalahan yang terjadi harus dicegah sendiri mungkin, karena
produk yang cacat maupun kesalahan menyerap biaya material, memerlukan
tambahan tenaga kerja dan tidak memberika nilai.Penghapusan pemborosan akan
dapat memperbaiki efisiensi operasi, karena memperbesar laba. Untuk melakukan
penghapusan tersebut produk yang dibuat disesuaikan dengan permintaan dan
membebaskan kelebihan tenaga kerja. Manajer harus mengatur tenaga kerjanya
nilai kerja karyawan.
225Jurnal Akuntansi UBHARA,
ISSN : 2460-762
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penilitian
Jenis penelitian adalah studi kasus, dimana peneliti mempelajari kasus yang
berhubungan dengan efisiensi biaya bahan baku yang terjadi diperusahaan dengan
menggunakan metode just in time, kemudian membangdingkan dengan yang peneliti
peroleh selama di bangku kuliah serta literature-literatur yang ada.
Jenis dan Sumber data
Jenis data
Dalam penelitian ini menggunakan data yang sudah di perusahaan, Adapun jenis
data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah :
a, Data kualitatif
Merupakan data yang penyajiannya tidak dalam bentuk angka-angka melainkan
menggunakan uraian kalimat yang berhubungan dengan masalah penelitian.
b. Data Kuantitatif
Merupakan data yang berupa angka-angka atau merupakan satuan data yang
terukur yang berkaitandengan masalah penelitian,
Data yang digunakan untuk menganalisa permasalahan yang sedang dihadapi
oleh perusahaan garment CV. Cayaha Mas. adalah :
1, Data Primer adalah data yang diperoleh dengan cara mengadakan observasi
Jangsung ke obyek penelitian yang berhubungan dengan data mengenai biaya bahan
baku dan kenaikan biaya produksi perusahaan garment CV. Cahaya Mas.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh penulis dengan cara mengutip data yang
telah disusun oleh bagian personalia dan bagian akuntansi pada perusahaan CV.
Cayaha Mas, seperti dokumen-dokumen yang ada di perusahaan.
‘Teknik Pengumpulan data
Dalam penelitian ini langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
a, Studi Kepustakaan
Yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan studi pustaka yang penulis
lakukan dengan cara membaca literatur dan karya ilmiah yang terdapat pada
perpustakaan sebagian dasar teori yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
226Jurnal Akuntansi UBHARA,
ISSN : 2460-762
b. Field research
Teknik Anali
Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan penelitian secara
langsung ke obyek penelitian, yaitu dengan cara
Interview
Teknik pengumpulan data dengan mengadakan wawancara atau tanya jawab
secara langsung dengan pimpinan atau pihak yang berwewenang yang berkaitan
dengan masalah yang ada dengan penelitian
Dokumentasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan melihat dan mencatat data-data dokumen,
dan arsip yang ada di obyek penelitian yang dimiliki oleh perusahaan yang ada
hubunganya dengan permasalahan,
is Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a,
Analisa data kualitatif, yaitu analisa data dengan mengemukakan uraian-uraian
dan membaca table-table beserta keterangan yang tersedia, kemudian dilakukan
penafsiran dengan menggunakan teori-teori yang dipakai sebagai landasan,
Analisa data kuantitatif, yaitu analisasi data dengan mengemukakan uraian-uraian
dan membaca tabel-tabel beserta keterangan yang tersedia kemudian digunakan
penafsiran dengan menggunakan teori-teori yang dipakai sebagai landasannya,
1. EOQ (Economical Order Quantity)
Kemudian rumus BOQ = V(2 x $ xR) :(C x K)
EOQ = Kuantitas pemes:
‘a ekonomis
S = Biaya pemesanan setiap kali pesan bahan
R=Kebutuhan bahan atau produk per tahun yang dianggarkan
C = Biaya per unit produk atau harga beli bahan baku per un
K = Presentase biaya penyimpanan setiap unit sediaan produk
2. Biaya pemesanan
Yaitu biaya-biaya yang timbul karena adanya pemesanan barang-barang atau
bahan dari pesan atau order dibuat dan dikirim, samapai barang atau bahan
tersebut diserahkan serta diinspeksi digudang,
3. Biaya Penyimpanan
27Jurnal Akuntansi UBHARA,
ISSN : 2460-762
Yaitu biaya-biaya yang bervariasi secara lagsung dengan kuantitas persediaan
dengan biaya yang telah ditentukan oleh perusahaan sebesar 0.
4, Biaya kekurangan persediaan
Yaitu biaya yang dibebankan dalam pembelian bahan baku tambahan dengan
perkalian persediaan pengaman dengan harga bahan baku.
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam pembahasan masalah dengan perhitungan yang telah diuraikan diats,
mengenai metode Just In Time untuk meningkatkan efisiensi biaya bahan baku, Maka
dapat memperjelas pembahasan berikut dengan menguraikan hal-hal yang berhubungan
dengan biaya bahan baku perusahaan dengan menggunakan metode Just In Time.
a. Sistem Pembelian Bahan Baku
tem pembelian biaya bahan baku dalam metode Konvensional sebesar Rp.
45.273.856.000 untuk bahan baku karton Layer sedangkan untuk metode Just Jn
Time didapat hasil sebesar Rp. 44.699.610.400 sehingga diperoleh hasil efisiensi
sebesar Rp. 574 245,600. Untuk bahan baku karton box hasil biaya pembelian dari
penggunaan metode konvensional sebesar Rp. 53.416.584.000 sedangkan dengan
metode Just In Time sebesar Rp. 5.223.621.960. Dengan sistem pembelian Just Jn
Time kenaikan harga untuk pembelian bahan baku diprediksikan sebesar 2% dari
harga normalnya.
b. Biaya Pemesanan
Pada sistem pembelian Just Jn Time umunya biaya pemesanan akan mengalami
kenaikan walaupun relatif hanya sedikit saja. Biaya pemesanan bahan baku karton
layer dengan pembelian tradisional sebesar Rp. 45.273.856 sedangkan pembelian
Just In Time biaya pemesanan Rp. 44.257.040. Schingga diperoleh hasil efisiensi
sebesar Rp. 1.683.184. Untuk biaya pemesanan pada bahan baku karton box dengan
menggunakan metode tradisional diperoleh sebesar Rp. 53.415.584 sedangkan
dengan metode Just In Time Rp. 47.715.804. Sebingga diperoleh hasil efisiensi
sebesar Rp. 5.700.780. Dalam hal ini biaya pemesanan dengan Just In Time
diasumsikan sebesar 1% dari biaya pemesanan dengan kebijakan tradisional, hal ini
disebabkan karena dalam pembelian Just In Time perusahaan akan sering melakukan
pemesanan.
228Jurnal Akuntansi UBHARA,
ISSN : 2460-762
c. Biaya Penyimpanan
Untuk efisiensi biaya penyimpanan dengan metode Just In Time perusahaan tidak
melakukan penyimpanan persediaan bahan baku di gudang, sehingga biaya
penyimpanan dari perusahaan adalah nol.
4. Biaya kekurangan persediaan
Dalam metode tradisional tidak menerima adanya biaya kekurangan persediaan
karena perusahaan selalu meliki persediaan bahan baku di gudang sedangkan dalam
metode Just In Time perusahaan mengasumsikan biaya kekurangan persediaan
sebesar 5% dari total persediaan per tahunnya, dalam metode konvensional tersedia
banyak persediaan bahan baku di gudang berdasarkan pengalaman dari tahun-tahun
sebelumya, perusahaan mengasumsikan biaya kekurangan persediaan sebesar 5%
dari total persediaan per tahunnya dan tambahan biaya untuk pemesanan bahan baku
diperkirakan sebesar 20% dari harga bahan baku,
SIMPULAN
Penelitian ini mengambil topik Penerapan Metode Just In Time untuk
meningkatkan efisiensi Bahan Baku pada CV. Cahaya Mas Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menyajikan bukti_ empiris mengenain perbandingan Kkebijakan
konvensional dengan kebijakan just in time untuk efisiensi persediaan bahan baku.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebclumnya, maka pencliti
dapat menarik beberapa kesimpulan yang terkait dengan hasil penelitian ini:
1, Bahwa dalam mengelolah persediaan bahan bakunya perusahaan CV.Cahaya Mas.
masih menerapkan sistem pembelian tradisional dan belum menerapkan sistem Just
In Time sebagai alat pengendali persediaannya.
2. Dalam biaya pembelian terdapat efisiensi biaya yang cukup besar yaitu untuk bahan
baku karton layer sebesar Rp 574 245,600 dan untuk bahan baku karton box sebesar
Rp 5.223,621,960.
3. Dalam biaya penyimpanan, Untuk efisiensi biaya penyimpanan dengan metode Just
In Time perusahaan tidak melakukan penyimpanan persediaan bahan baku di
gudang, schingga biaya penyimpanan dari perusahaan adalah nol
229Jurnal Akuntansi UBHARA,
ISSN : 2460-762
SARAN
Hasil kesimpulan diatas dapat memberikan beberapa saran untuk membantu
perusahaan dalam memperbaiki pengelolahan persediaan bahan bakunya dan juga dapat
membantu pemilik perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan sistem
pembelian bahan baku dimasa yang akan datang. Saran-saran tersebut antara lain
adalah:
1, Sebaiknya perusahaan perlumenerapkan kebijakan pembelian JIT schingga
perusahaan mmperoleh informasi yang relevan mengenai efisiensi dari biaya bahan
baku dibandingkan dengan menggunakan sistem pembelian tradisional.
2. Perusahaan perlu menerapkan sistem JIT dan meninggalkan metode tradisional,
dengan peralihan sistem ini maka perusahaan dapat menckan biaya penyimpanan
sampai dengan nol karena pembelian dilakukan secara berkala,
3. Hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah walaupun perusahaan
menerapkan sistem JIT, dalam hal biaya penyimpanan persediaan dengan cara
menyediakan biaya tambahan apabila terjadi kekurangan bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Widjaja Tunggal, Drs, Ak, MBA. Sistem Informasi Akuntansi, penerbit Salemba
Empat, Jakarta, 2000
Carter K, William 2009, Akuntansi Biaya, Buku Satu, Edisi Empat Belas, Salemba
Empat.
Handoko, T. Hani, 2000, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi
Pertama, Surakarta : UNSPRESS.
Indriyo Gitosudarman dan Basti, 2002, Manajemen Keuangan. BPFE: Yogjakrta.
Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen, STIE YKPN, Yogyakarta.
Nasution, Arman Hakim, 2003, Perencanaa dan Pengendalian Produksi, Surakarta :
Guna Widya.
230