(KOLOSE 3 : 5-17)
Orang Kristen perlu menyadari bahwa melalui diri mereka Allah inginkan terjadi perubahan atau
transformasi. Roma 12:2 merupakan kunci dari transformasi sejati yang harus dialami oleh orang Kristen
untuk dapat menjangkau dan mempengaruhi komunitas lingkungan dimana mereka berada. Paulus
mengatakan agar orang percaya ‘jangan serupa dengan dunia’ (Roma 12:2), tetapi sebaliknya ‘menjadi
serupa dengan Kristus’ (2 Korintus 3:18). Supaya tidak serupa dengan dunia, tetapi serupa dengan Kristus,
menjadi garam dan terang dunia, maka kita perlu mengalami transformasi hidup.
Yang dimaksud dengan transformasi hidup adalah perubahan, baik yang bersifat radikal (seketika)
maupun progresif (bertahap), yang diperlukan untuk memampukan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa
untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan. Kata ‘transformasi’ berasal dari
dua kata dasar yaitu ‘trans’ dan ‘form’. Trans berarti dari sisi satu kesisi lainnya (across) atau melampaui
(beyond). Form disini berarti bentuk. Transformasi berarti perubahan bentuk yang lebih dari atau melampaui
perubahan bungkus luar saja. Jadi, pada dasarnya transformasi berarti perubahan bentuk. Dalam Roma
12:2, kata ‘berubahlah’ yang dipakai oleh Paulus adalah kata Yunani ‘metamorphoo’ yang berarti
perubahan rupa atau bentuk. Kata Yunani untuk ‘hidup’ adalah ‘bios’ dan ‘zoe’. Kata bios digunakan untuk
menunjukkan bentuk kehidupan yang dimiliki setiap orang, yaitu kehidupan biologi yang dipertahankan
dengan makanan, udara, dan air, tetapi pda akhirnya berkahir dengan kematian. Sedangkan kata zoe
digunakan untuk menunjukkan kehidupan rohani, yaitu jenis kehidupan yang diberikan Allah dan bersifat
kekal ketika seseorang dilahirkan kembali (lahir baru). Kedua jenis hidup ini berbeda satu dengan lainnya.
Bios bersifat sementara dan fana, sedangkan zoe bersifat permanen dan kekal. Bios bersifat berpusat pada
diri sendiri, sedangkan zoe berpusat pada Allah dan pada orang lain.
Transformasi perilaku ini diawali oleh transformasi pikiran, yang Paulus sebut sebagai ‘pembaharuan
budi’. Yang dimaksud dengan perilaku (behavior) ialah karakter, sikap, perbuatan atau tindakan seseorang
yang dapat dilihat (visible), diamati (observable), dan dapat diukur (measurable). Berbeda dengan
transformasi posisi yang terjadi secara seketika, maka transformasi perilaku terjadi secara bertahap sebagai
suatu proses. Alkitab menyebutnya dengan istilah ‘pengudusan’ yang dinamis. Paulus mengatakan “..karena
kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang
terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya”
(Kolose 3:9-10). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus menerus
mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani;
pengudusan sifat-sifat maupun perilaku kita. Selanjutnya, Paulus menasehati ‘berubahlah oleh pembaharuan
budimu’. Kata Yunani “nous” yang digunakan disini berarti “akal budi atau pikiran”. Pembaharuan nous
adalah syarat untuk bisa mengenal dan melakukan kehendak Allah. Apa yang diyakini oleh pikiran (nous)
akan mempengaruhi perilaku (behavior) seseorang (Roma 14:1-8). Pembaharuan akal budi (nous) akan
menghasilkan hidup kudus. Dengan demikian pengalaman transformasi perilaku atau tindakan adalah hasil
dari pembaharuan akal budi. Paulus dalam Efesus 4:17-32, berbicara tentang transformasi perilaku setelah
sebelumnya mengalami transformasi posisi. Disini terlihat, terjadi perubahan dari yang tidak baik menjadi
baik, dari perilaku negatif ke perilaku positif. Transformasi pada tingkat ini juga sangat berkaitan dengan
pertumbuhan rohani seseorang sejak pengalaman regenerasi hingga dewasa rohani. Orang percaya perlu
bertumbuh secara rohani. Agar kerohanian bertumbuh secara normal seseorang harus melakukan tiga hal
yaitu: makan, minum dan latihan. Ketiganya merupakan sesuatu yang harus ada sejak pengalaman
regenerasi hingga dewasa. Tuhan tidak ingin anak-anak-Nya mengalami stagnansi atau berhenti
pertumbuhannya. Hal-hal yang dapat membantu pertumbuhan rohani kita antara lain : Firman Tuhan, adalah
makanan dan minuman rohani bagi orang percaya yang memberi pertumbuhan dan pengertian (Mazmur
119:105,130). Ibadah dan doa kepada Tuhan harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita,
untuk itu diperlukan latihan dan disiplin diri. Bahkan, masalah-masalah yang kita hadapi sehari-hari dapat
dipakai Allah sebagai sarana untuk melatih kita menjadi orang Kristen yang dewasa dan kuat. Dibutuhkan
suatu usaha, tekad dan kemauan yang kuat untuk menunjukkan karakter yang sudah dikuduskan dan buah-
buah yang baik dalam hidup kita sehari-hari. Roh Kudus yang membaharui akan memberi kemampuan
kepada orang Kristen yang bersungguh-sungguh. Karena itu setiap orang Kristen dituntut untuk penuh
dengan Roh Kudus (Efesus 5:18). Kepenuhan Roh Kudus merupakan suatu pengalaman yang harus terus
menerus diulang selama hidup orang percaya, dan dipertahankan agar jangan sampai hilang atau padam.
Namun jika hilang masih dapat ditemukan kembali, jika padam masih dapat dinyalakan lagi (Efesus 5:18; 1
Tesalonika 5:19). Untuk hidup dalam Roh maka orang percaya harus taat sepenuhnya kepada pimpinan Roh
Kudus dalam hidup mereka (Galatia 5:25). Kehidupan dalam Roh adalah bagaimana cara kita mengikuti dan
respon pada pimpinan Roh dan taat kepada apa yang dikehendaki-Nya. Untuk taat kepada Roh Kudus
3 Kunci Bentuk Transformasi Perilaku (merubah hal-hal yang dapat dirubah, yaitu
Perkataan yang sia-sia, perkataan yang tidak membangun, menyakitkan, menyudutkan, menghakimi
“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya” Ams 18:21
”Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan
Kita harus memiliki perkataan yang baik dan penuh kasih. Perkataan yang tidak membangkitkan
“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk
membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Ef 4:29
Beberapa sifat buruk yang harus terus kita perangi , antara lain : sikap yang egois, mementingkan diri
sendiri, ambisi yang menggunakan kekuasaan untuk kepentingan sendiri, angkuh dan sombong.
“Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan” Ams 18:12.
Iri hati , yaitu benci dan cemburu akan keberhasilan orang lain. “Tetapi iri hati membusukkan tulang”
Ams 14:30b.
Suka berselisih, bertengkar, menuduh dan menyalahkan orang lain. “Sebab jika di antara kamu ada iri
hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan bahwa kamu manusia duniawi ?” 1 Kor 3:3.
Kedengkian, perasaan tidak suka terhadap orang lain yang memiliki sesuatu yang kita inginkan. “Ia
adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan
bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga” 1 Tim 6:4.
Pemarah, cepat marah, suatu kemarahan yang meledak-ledak. “Si pemarah membangkitkan
Mudah menyerah, mudah tersinggung, cepat putus asa, dan patah semangat, khawatir dan lain-lain.
Pikiran yang sia-sia, pikiran negatif, mudah cemas, takut, gelisah dan lain-lain. Pikiran adalah medan
peperangan. Kalau kita biarkan pikiran kita dipenuhi dengan hal-hal yang buruk, maka kita akan cenderung
melakukan seperti yang telah kita pikirkan. Tawanlah setiap pikiran seperti itu, dan taklukkan kepada
“Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang
hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh” Rom 8:5
Serahkanlah pikiran kita kepada Kristus supaya kita dapat memandang dan menilai segala perkara
sesuai dengan cara pandang Allah. Pikiran kita harus diselaraskan dengan cara Allah, yaitu dengan
“Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau” Maz 119:11
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua
yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut
Kalau pikiran kita dipenuhi dengan Firman Allah maka hidup kita akan tenang, dan kita dapat