Anda di halaman 1dari 38

KP 3.5.1.

POLIOMYELITIS

1
Definisi
• Poliomielitis adalah penyakit menular akut
yang disebabkan oleh virus dengan
predileksinya merusak cornu anterior masa
kelabu sum-sum tulang belakang (anterior
horn cells of the spinal cord) dan batang otak
(brain stem)
• Dengan akibat, kelumpuhan otot-otot dengan
distribusi dan tingkat yang bervariasi serta
bersifat permanen

2
Poliomyelitis
• Kerusakan sel motor neuron (cornu anterior)
di medula spinalis akibat suatu peradangan
yang disebabkan oleh virus polio, dengan
manifestasi KELUMPUHAN.

3
Virus Polio  agen penyebab poliomyelitis
• Virus RNA, ±7500 nucleotide
• Diameter 27-30 nm
• Genus enterovirus
• Fam. Picornaviridae
• Tahan terhadap : asam, sabun, ether,
chloroform
• Inaktivasi dengan : pemanasan, formalin, UV,
chlorine, pengeringan
4
• Pertmakali ditemukan oleh Karl Landsteiner
dan Erwin Popper pada tahun 1908 dengan
membuktikan penyebab paralisis bukan
bakteri, melainkan patogen yang lebih kecil,
yaitu virus.
• Salk pada tahun 1953 melaporkan
keberhasilan imunisasi dengan formalin-
inactivated poliovirus
• Sabin, dkk mengembangkan vaksin live
attenuated poliovirus dan mendapat lisensi
pada tahun 1962

5
Lama Virus Polio Bertahan Hidup
berdasarkan Suhu
• Suhu beku : beberpa tahun
• Suhu lemari es : beberapa bulan
• Suhu kamar : beberapa hari
• Suhu 50*C atau lebih : cepat rusak

6
Virus polio (cont..)
• 3 jenis enteroviruses
- Tipe 1 : Brunhilde (penyebab no. 1 paling sering)
- Tipe 2 : Lansig (penyebab no. 3 paling sering)
- Tipe 3 : Leon (penyebab no. 2 paling sering)
• Sangat menular
• Semua tipe menyebabkan kelumpuhan
• Sekali terinfeksi, penderita akan menularkan
ke semua orang yang tidak imun di sekitarnya.

7
Virus Polio
epidemilogy
• Reservoir : manusia
• Penularan :
 Fecal – oral >>>
- masa virus dalam tinja lebih lama, beberapa saat/hari
sebelum lumpuh-maks. 100hr setelah lumpuh
- kebersihan lingkungan rendah :
*tinja dapat mencemari air dan makanan
* lalat  virus dari tinja ke makan-minum
 Oral – oral : sedikit
- Masa virus dalam air ludah pendek, maks. 2 minggu
- Kebersihan lingkungan baik
8
9
POLIOMYELITIS
faktor risiko
• Waktu – MUSIM :
- Musim hujan, di negara tropis
- Musim dingin / awal musim semi di negara 4 musim
• Tempat :
- Di daerah dengan :
* cakupan imunisasi yang rendah
* sanitasi lingkungan buruk
* perkotaan kumuh (padat)
• Orang :
- Tidak mempunyai kekebalan
- Anak < 3 th ; risiko tertular paling tinggi
- Umur > 15 th ; sangat kecil kemungkinan tertular 10
Masa Inkubasi
• Inkubasi pendek : 7-14 hr (terpendek 4 hr), range
3-35 hr
• Eksresi virus melalui tinja secara intermittern
sampai 6-8 minggu atau melalui air ludah 1-2
setelah lumpuh
• Eksresi virus terbanyak pada :
- Beberapa saat sebelum lumpuh – 2 minggu
setelah lumpuh
- Eksresi virus sangat menurun setelah 4 minggu
lumpuh
11
Patogenesis
• Virus masuk melalui mulut (oral)
• Replikasi pada lapisan tonsil dan usus, serta
kelenjar limfe
• Viremia melalui darah  susunan saraf pusat
 melalui sel saraf ke medula spinalis
• Motor neuron, pada cornu anterior medula
spinalis rusak karena replikasi virus  lumpuh
• Berat – ringan kelumpuhan tergantung
banyaknya motor neuron yang rusak
12
HOST
faktor risiko
• Tidak mempunyai kekebalan terhdap polio
• Incident terbesar pada anak < 3th dan sangat
jarang ditemukan pada anak > 15th

13
Gejala klinis berdasarkan klasifikasi
Poliomyelitis dapat berupa :
1. Asimptomatis (silent infection)
2. Poliomyelitis abortif
3. Poliomyelitis non-paralitik
4. Poliomyelitis paralitik

14
• Setelah masa inkubasi 7-10 hari, karena daya tahan
tubuh maka tidak terdapat gejala klinis sama sekali.
• Pada suatu epidemic, diperkirakan terdapat pada
Silent 90%-95% penduduk dan menyebabkan imunitas
infection terhadap virus tersebut.

• Diduga secara klinis hanya pada daerah yang terserang


epidemic. Terutama yang diketahui kontak dengan
penderita poliomyelitis yang jelas. Diperkirakan terdapat 4-
8% penduduk pada suatu epidemic. Timbul mendadak,
berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari.
Poliomyelitis • Gejala berupa infeksi virus : malaise, anoreksia, nausea,
abortif muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorok, konstipasi dan
nyeri abdomen

15
• Gejala klinik sama dengan poliomyelitis abortif, hanya
nyeri kepala, nausea, dan muntah lebih berat
• Gejala ini timbul 1-2 hari, kadang-kadang diikuti
penyembuhan sementara untuk kemudian remisi
Poliomyelitis demam atau masuk dalam fase kedua dengan nyeri otot
non-paralitik • Khas untuk penyakit ini ialah adanya : nyeri, kaku otot
belakang leher, tubuh dan tungkai hypertonia

• Gejala yang terdapat pada poliomyelitis non-paralitik


disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet
atau kranial. Timbul paralisis akut. Pada bayi, ditemukan
Poliomyelitis paralisis vesika urinaria dan atonia usus.
paralitik

16
Poliomyelitis Paralitik
secara klinik dapat dibedakan beberapa bentuk
sesuai dnegan tingginya lesi pada susunan saraf
1. Bentuk Spiral
• Dengan gejala kelemahan/paralisis/paresis
oto leher, abdomen, tubuh diafragma, toraks
dan terbanyak ekstremitas bawah.
• Tersering otot besar, pada tungkai bawah
otot kuadriseps femoris, pada lengan otot
deltoideus

17
2. Bentuk Bulber
• Gannguan motorik satu atau lebih saraf otak
dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni
pernapasan dan sirkulasi

3. Bentuk Bulbospinal
• Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal
dan bentuk spinal dan bentuk bulbar

4. Bentuk Ensefalitik
• Dapat disertai gelaja delirium, kesadaran
menurun, tremor dan kada-kadang kejang
18
19
Diagnostik Medis
Tujuan dari diagnostik medis ini adalah untuk
menetapkan keadaan normal atau menyimpang yang
disebabkan oleh suatu penyakit.

1. Viral Isolation
→ Pola virus dapat dideteksi secara biakan jaringan,
dari bahan yang di peroleh pada tenggorokan satu
minggu sebelum dan sesudah paralisis dan tinja
pada minggu ke 2-6 bahkan 12 minggu setelah
gejala klinis.

20
2. Uji Serologis
→ Uji serologi dilakukan dengan mengambil
sempel darah dari penderita, jika pada darah
ditemukan zat antibodi polio maka diagnosis
orang tersebut terkena polio benar.
Pemeriksaan pada fase akut dapat dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan antibodi
immunoglobulin M (IgM) apabila terkena
polio akan didapatkan hasil yang positif.

21
3. Cerebrospinal Fluid (CSF)
• Cerebrospinal Fluid pada infeksi poliovirus
terdapat peningkatan jumlah sel darah putih
3
yaitu 10-200 sel/mm terutama sel limfosit
dan terjadi kenaikan kadar protein sebanyak
40 - 50 mg/100 ml

22
PENATALAKSANAAN POLIOMIELITIS
→ Simptomatis
• Poliomielitis abortif
a) Cukup diberikan analgetika dan sedatof
b) Diet adekuat
c) Istirahat sampai suhu tubuh normal

• Poliomielitis non paralitik


a) Sama seperti pada tipe abortif
b) Selain diberi analgetik dan sedatif dapat
dikombinasi dengan kompres hangat selama 15-
30 menit, setiap 2-4 jam
23
PENATALAKSANAAN POLIOMIELITIS
→ Simptomatis
• Poliomielitis paralitik
a) Membutuhkan perawatan di rumah sakit
b) Istirahat total minimal 7 hari atau sedikitnya sampai fase akut
dilampaui
c) Selama fase akuit kebersihan mulut dijaga
d) Fisioterapi dilakukan sedini mungkin sesudah fase akut mulai
dengan latihan pasif dengan maksud untuk mencegah terjadinya
deformitas

• Poliomielitis bulbar
a) Memerlukan inkubasi endotrakea
b) Menjaga saluran nafas
c) Menghindari aspirasi sekret yang tidak dapat ditelan.

24
Komplikasi
• Komplikasi yang paling berat dari penyakit
polio adalah kelumpuhan yang menetap
• Beberapa penyakit akibat komplikasi polio
seperti Hiperkalsuria, Melena, Pelebaran
lambung akut, Hipertensi ringan, Pneumonia,
Ulkus dekubitus, emboli paru, dan Psikosis.

25
IMUNISASI
MENCEGAH SAKIT POLIO

26
KEKEBALAN
thd Poliomeylitis
• Melalui pemberian imunisasi/infeksi
• Kekebalan terhadap satu tipe tidak
menyebabkan kekebalan pada tipe lain.
• Kekebalan berlangsung seumur hidup
• Bayi yang lahir dari ibu yang mempunyai
antibodi tinggi akan terlindungi selama
beberapa minggu pertama

27
Imunisasi dengan OPV
(Oral Polio Vaccine)
• OPV yang direkomendasikan oleh WHO
diproduksi memakai Strain Sabin
• Setiap dosis OPV berisi 3 type polio dengan
titer :
tipe 1 : (10 5.5 – 106.5)
tipe 2 : (10 4.5 – 105.5)
tipe 3 : (10 5.0 – 106)
• OPV : Kekebalan intestinal dan humoral
28
MANFAAT
Imunisasi dengan OPV
• Membentuk kekebalan
– 4 dosis Topv (3 serotypes) pada bayi sebelum
umur 1 tahun.
• Memutus transmisi virus polio
– Mop-up / Sub PIN/PIN, tanpa melihat status
imunisasi sebelumnya.
• Mempunyai Community effect

29
BEDA OPV & IPV
• OPV (Oral Polio Vaccine) → Vaksin polio buatan
Albert Sabin yang mengandung virus polio yang
dilemahkan. Pemberiannya dilakukan dengan
meneteskan ke mulut. Vaksin polio iini
memberikan perlindungan di usus.

• IPV (Inactivated Polio Vaccine) → vaksin polio


buatan Jonas Salk, menggunakan virus polio yang
dimatikan. Pemberiannya dilakukan dengan cara
disuntik. Vaksin polio ini memberikan
perlindungan di dalam darah.

30
LATAR BELAKANG PERALIHAN
OPV → IPV
• Di Amerikan per tahunnya ada 4-8 kasus anak
terkena polio menjadi lumpuh permanen
karena OPV.

• 1 dari 750.000 anak-anak yang diberikan dosis


pertama OPV menjadi lumpuh atau
meyebarkan virus vaksin ke orang yang
tinggalnya bersamanya dan menyebabkan
lumpuh.

31
• Di AS perubahan

32
• Di AS perubahan perekomendasian virus
polio dari OPV → IPV melalui tangan
seorang anak penderita polio (John
Salamone) seorang jurnalis dan legislatif
yang putranya lumpuh terkena polio dari
virus polio yang terdapat di dalam vaksin
OPV

• Pada tahun 1990, John Salamone beserta


istrinya membawa anak-anak laki-laki
mereka, David untuk mendapatkan
imunisasi OPV.
• Dua pekan setelah imunisasi, Salamone
memperhatikan ada sesuatu yang aneh
pada anaknya yang tidak dapat
membalikkan badannya

• Akhirnya sejak tahun 1998, vaksin polio


yang direkomendasikan di Amerika
adalah vaksin IPV tidak lagi OP
33
VAKSIN OPV
KELEBIHAN KEKURANGAN

1. Harga terjangkau 1. Dapat menyebabkan kelumpuhan pada


2. Mudah cara pemberiannya penerima vaksin (VAPP)
3. Dapat mengimunisasi secara alami 2. Virus hidup yang mendapat dieksresikan
kepada anak yang kontak dengan lewat feces menularkan pada anak yang
penerima vaksin kontak dengan penerima vaksin (konta
4. Menimbulakn mucosal immunity pada VAPP)
intestinum dan oropharing 3. Tidak dapat digabungkan dengan antigen
5. Memberikan kekebalan humoral atau vaksin lain
seumur hidup 4. Dapat bermutasi menjadi ganas (VDVP)
5. Tidak dapat diberikan pada anak
immunodeficiency/immunocompromise
6. Ekskresi virus vaksin lewat feces pada anak
yang sehat dapat berlangsung sampai 4-6
minggu, dan pada anak yang
immunodeficiency bisa sampai 10 tahun
34
VAKSIN IPV
KELEBIHAN KEKURANGAN

1. Memberikan serokonversi yang sangat 1. Harga mahal


tinggi. 2. Pemberiannya lebihsulit karena harus
2. Pemberiannya dapat dicombinasi disuntikkan.
dengan antigen/vaksin lain (DPT-HB- 3. Tidak/sedikit menimbulkan mucosal
IPV). immunity pada intestinum (85% anak
3. Virus mati, sehingga tidak menularkan masih mengeksresi virus “challenge”)
kepada anak yang kontak. 4. Tidak dapat memberikan kekebalan alami
4. Tidak menyebabkan kelumpuhan kepada anak yang kontak dengan
(VAPP) pada penerima penerima vaksin.
vaksin/kontaknya.
5. Tidak akan terjadi mutasi virus vaksin
menjadi (VDVP)
6. Menimbulkan mucosal immunity pada
oropharynx.

35
Mengapa OPV harus diganti dengan
IPV ?
• Eradikasi virus polio di dunia sudah mendekati fase akhir. Bila
transmisi virus polio liar telah berhasil dihentikan, maka
penggunaan OPV yang terus menerus dapat menimbulkan banyak
masalah.
• OPV adalah vaksin yang hidup, selain dapat menimbulkan
kelumpuhan pada penerima vaksin (VAPP),penggunaan yang lama
akan menyebabkan virus yang lemah dapat bermutasi menjadi
ganas yang disebut dengan VDPV (Vaccine Derived Polio Virus),
selain itu virus tersebut dapat menimbulkan outbreak paralytic
poliomyelitis.
• Outbreak yang disebabkan oleh VDPV telah terjadi di beberapa
negara termasuk di Indonesia (Madura ada 45 kasus + 1 kasusu di
Bondowoso). Oleh karena itu setelah sertifikasi bebas polio secara
global tercapat, maka penggunaan OPV harus dihentikan

36
Bagaimana memberikan IPV
• Tempa
– IPV diberikan dengan dosis 0,5 ml ke
dalam otot di bagian luar paha kiri
• Prosedur
– Sebelum menyuntik, cuci tangan
Anda dengan air mengalir selama 15
detik.
– Tahan otot antara ibu jari dan jari
telunjuk.
– Pegang jarum suntik seperti pensil
kemudian suntikkan dengan sudut 90
derajat

37
38

Anda mungkin juga menyukai