Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat dan makmur. Dengan
keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman
jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin
muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja
yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan
betah, sehingga tidak mudah capek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan
kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik,
daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan
dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan
kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam
kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga
mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja
telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang
diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan
psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja
yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas
mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana
mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.
I.2 Rumusan Masalah
Berikut adalah rumusan masalah pada makalah ini:
1. Bagaimana peran pengaruh faktor-faktor lingkungan kerja terhadap K3
di laboratorium, gedung farmasi, lingkungan kampus, dan rumah?
2. Apa saja faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi akibat dari
kecelakaan K3 di laboratorium, gedung farmasi, lingkungan kampus, dan
rumah?
3. Bagaimana cara mencegah akibat dari kelalaian faktor-faktor lingkungan
kerja?
I.3 Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah:
1. Menambah wawasan tentang faktor-faktor lingkungan kerja terhadap
ilmu K3 Industri di laboratorium, gedung farmasi, lingkungan kampus,
dan rumah
2. Mendapatkan gambaran tentang studi kasus faktor-faktor lingkungan
kerja di laboratorium, gedung farmasi, lingkungan kampus, dan rumah
dan cara mencegah serta mengatasinya.
I.4 Tujuan Khusus
Berikut adalah tujuan khusus dari makalah ini:
1. Pentingnya faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi akibat
dari kecelakaan K3 di laboratorium, gedung farmasi, lingkungan
kampus, dan rumah
2. Jenis-jenis faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi akibat
dari kecelakaan K3 di laboratorium, gedung farmasi, lingkungan
kampus, dan rumah
3. Cara mencegah faktor-faktor lingkungan kerja, khususnya
dilaboratorium, gedung farmasi, lingkungan kampus, dan rumah.
I.6 Manfaat Makalah
Manfaat dari makalah ini adalah diharapakan mampu mempelajari dan
mengaplikasikan ilmu K3 Industri terutama tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi lingkungan kerja agar mahasiswa nantinya mampu
mengaplikasikan dan menciptakan lingkungan kerja yang baik dan kodusif
saat bekerja di industri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat
adil dan makmur.
Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan
rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram
bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi
keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita
bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan
keselamatan, dan kondisi pekerja
Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah
merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap
cidera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada
kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan
aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja
menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis
tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan.
Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja
adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat
kerja. (Lalu Husni, 2003: 138).
Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat
ditarik kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
usaha dan upaya untuk menciptakan perindungan dan keamanan dari resiko
kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah
keamanan fisik dari para pekerja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan
pihak.
II.2 Urgensi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian yang sangat
penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dibuatlah berbagai
ketentuan yang mengatur tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
Berawal dari adanya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang
Pokok-Pokok Ketenagakerjaan yang dinyatakan dalam Pasal 9 bahwa
“setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan,
kesehatan dan pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
harkat, martabat, manusia, moral dan agama”. Undang-Undang tersebut
kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 ini ada beberapa hal
yang diatur antara lain:
1. Ruang lingkup keselamatan kerja, adalah segala tempat kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara
yang berada dalam wilayah hukum kekuasaan RI. (Pasal 2).
2. Syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi peledakan
d. Memberi pertolongan pada kecelakaan
e. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
f. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
g. Memelihara kesehatan dan ketertiban
3. Pengawasan Undang-Undang Keselamatan Kerja, “direktur melakukan
pelaksanaan umum terhadap undang-undang ini, sedangkan para
pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan
pengawasan langsung terhadap ditaatinya undang-undang ini dan
membantu pelaksanaannya. (Pasal 5).
4. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembinaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk mengembangkan kerja sama,
saling pengertian dan partisipasi yang efektif dari pengusaha atau
pengurus tenaga kerja untuk melaksanakan tugas bersama dalam rangka
keselamatan dan kesehatan kerja untuk melancarkan produksi. (Pasal
10).
5. Setiap kecelakan kerja juga harus dilaporkan pada pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja di dinas yang terkait. (Pasal 11 ayat 1)
(Suma’mur. 1981: 29-34).
Dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 86 ayat 1 UU Nomor 13 Tahun
2003 diatur pula bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama.
Selain diwujudkan dalam bentuk undang-undang, kesehatan dan
keselamatan kerja juga diatur dalam berbagai Peraturan Menteri.
Diantaranya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/MEN/1979
tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Tujuan pelayanan kesehatan kerja
adalah:
a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri dengan
pekerjaanya.
b. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang
timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemapuan fisik
tenaga kerja.
d. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga
kerja yang menderita sakit.
Selanjutnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-
02/MEN/1979 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja. Pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja meliputi: pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,
pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan khusus. Aturan
yang lain diantaranya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib
Lapor Ketenagaan dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
03/MEN/1984 tentang Mekanisme Pengawasan Ketenagakerjaan.
Arti penting dari kesehatan dan keselamatan kerja bagi perusahaan
adalah tujuan dan efisiensi perusahaan sendiri juga akan tercapai apabila
semua pihak melakukan pekerjaannya masing-masing dengan tenang dan
tentram, tidak khawatir akan ancaman yang mungkin menimpa mereka.
Selain itu akan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas nasional.
Setiap kecelakaan kerja yang terjadi nantinya juga akan membawa
kerugian bagi semua pihak. Kerugian tersebut diantaranya menurut Slamet
Saksono (1988: 102) adalah hilangnya jam kerja selama terjadi kecelakaan,
pengeluaran biaya perbaikan atau penggantian mesin dan alat kerja serta
pengeluaran biaya pengobatan bagi korban kecelakaan kerja.
Menurut Mangkunegara tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja
adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
dan seefektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
Melihat urgensi mengenai pentingnya kesehatan dan keselamatan
kerja, maka di setiap tempat kerja perlu adanya pihak-pihak yang
melakukan kesehatan dan keselamatan kerja. Pelaksananya dapat terdiri
atas pimpinan atau pengurus perusahaan secara bersama-sama dengan
seluruh tenaga kerja serta petugas kesehatan dan keselamatan kerja di
tempat kerja yang bersangkutan. Petugas tersebut adalah karyawan yang
memang mempunyai keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja,
dan ditunjuk oleh pimpinan atau pengurus tempat kerja/perusahaan
Pengusaha sendiri juga memiliki kewajiban dalam melaksanakan
kesehatan dan keselamatan kerja. Misalnya terhadap tenaga kerja yang
baru, ia berkewajiban menjelaskan tentang kondisi dan bahaya yang dapat
timbul di tempat kerja, semua alat pengaman diri yang harus dipakai saat
bekerja, dan cara melakukan pekerjaannya. Sedangkan untuk pekerja yang
telah dipekerjakan, pengusaha wajib memeriksa kesehatan fisik dan mental
secara berkala, menyediakan secara cuma-cuma alat pelindung diri,
memasang gambar-gambar tanda bahaya di tempat kerja dan melaporkan
setiap kecelakaan kerja yang terjadi kepada Depnaker setempat.
Para pekerja sendiri berhak meminta kepada pimpinan perusahaan
untuk dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja,
menyatakan keberatan bila melakukan pekerjaan yang alat pelindung
keselamatan dan kesehatan kerjanya tidak layak. Tetapi pekerja juga
memiliki kewajiban untuk memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan
dan menaati persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.
Setelah mengetahui urgensi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja,
koordinasi dari pihak-pihak yang ada di tempat kerja guna mewujudkan
keadaan yang aman saat bekerja akan lebih mudah terwujud

BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Di Laboratorium
Faktor-faktor lingkugan kerja dibagi menjadi faktor lingkungan
kerja fisik dan non-fisik. Menurut Hendri (2015) dalam jurnalnya
menyebutkan bahwa lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada
di sekitar karyawan bekerja yang mempengaruhi karyawan dalam
melaksanakan beban tugasnya. Masalah lingkungan kerja dalam suatu
organisasi sangatlah penting, dalam hal ini diperlukan adanya pengaturan
maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik dalam
penyelenggaraan aktivitas organisasi. Lingkungan fisik kantor akan
bersentuhan langsung dengan tubuh kita, melalui media panca indera
kemudian mengalir ke dalam hati sehingga lingkungan fisik kantor yang
baik akan menimbulkan perasaan nyaman. Faktor-faktor fisik lingkungan
kerja merupakan komponen yang ada pada lingkungan kerja seperti
kebisingan, penerangan, temperatur, getaran, dan radiasi yang bisa
mempengaruhi kerja (Agus, 2011).
Sedangkan faktor non-fiksi merupakan lingkungan kerja non-fisik
adalah lingkungan kerja yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera
manusia, akan tetapi lingkungan kerja non-fisik ini dapat dirasakan oleh
para pekerja melalui hubungan-hubungan sesama pekerja maupun dengan
atasan (Hendri, 2015).
faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyebab kecelakaan
disebabkan oleh:
a. Faktor manusia: Tindakan-tindakan yang diambil atau tidak diambil,
untuk mengontrol cara kerja yang dilakukan.
b. Faktor material: Risiko ledakan, kebakaran dan trauma paparan tak
terduga untuk zat yang sangat beracun, seperti asam.
c. Faktor Peralatan: Peralatan, jika tidak terjaga dengan baik, rentan
terhadap kegagalan yang dapat menyebabkan kecelakaan.
d. Faktor lingkungan: lingkungan mengacu pada keadaan tempat kerja.
Suhu, kelembaban, kebisingan, udara dan kualitas pencahayaan
merupakan contoh faktor lingkungan.
e. Faktor proses: Ini termasuk risiko yang timbul dari proses produksi dan
produk samping seperti panas, kebisingan, debu, uap dan asap
Berikut adalah pencegahan potensi bahaya dari berbagai lingkungan
kerja, khususnya di laboratorium:
1. Faktor Kimia
a. Menggunakan masker gas untuk senyawa Amonia, Klorin, dll. yang
disediakan di pabrik (Nigam, 2011).
b. Mengikuti training yang memberikan aturan terhadap safety/ prosedur
yang diberikan (Nigam, 2011) di laboratorium.
c. Menggunakan alat pelindung khusus untuk menggunakan bahan kimia
yang sangat sensitif seperti gas, bahan kimia yang mudah terbakar,
bahan kimia yang bersifat toxic, dan bahan kimia yang mengandung
radiasi tinggi (Nigam, 2011).
d. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang
ada untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium
(Tresnianingsih, 2015).
e. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata
dan lensa (Tresnianingsih, 2015).
f. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi
(Muchtaridi, 2015).
g. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum
dan sesudah praktikum selesai (Muchtaridi, 2015).
2. Faktor Biologi
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
pidemilogi dan desinfeksi.
b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan
dalam keadaan sehat, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja
dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.
c. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good
Laboratory Practice).
d. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang
benar.
e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan
infeksius dan spesimen secara benar.
f. Pengelolaan limbah yang berpotensi menyebabkan infeksi dengan
benar
g. Kebersihan diri dari petugas. (Tresnianingsih, 2015).
3. Faktor Ergonomi
a. Kenali kemampuan fisik terhadap apa yang dikerjakan, seperti
penggunaan mesin yang harus sesuai dengan standard pemakaiannya
(Christofora, 2014).
b. Olahraga dan istirahat yang cukup dan teratur, serta pergunakan waktu
untuk relaksasi di sela pekerjaan.
c. Kandungan kalori pada tubuh harus dijaga dengan cara makan
makanan yang sehat, agar kebutuhan energi tubuh dapat tercukupi
(Christofora, 2014).
d. Kenali spesifikasi dan tingkatkan pengetahuan tentang alat proses yang
akan digunakan (Christofora, 2014).
e. Motivasi dan manjemen kerja perlu ditingkatkan (Potu, 2013).
f. Setiap perusahaan hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan
sebab selain mempengaruhi kesehatan fisik, juga akan mempengaruhi
kesehatan jiwa seseorang (Almustofa, 2014).
g. Mengatur tingkat intensitas cahaya, kebisingan alat, kemanan di ruang
kerja, seperti megatur bangku dan / atau tikar bantalan untuk
berdiri.Desain workstation sehingga alat-alat mudah dijangkau dan
bahu pada posisi netral, rileks dan lengan lurus ke depan ketika
bekerja.
h. Apabila ada alat laboratorium yang tidak sesuai spesifikasi segara
laporkan ke atasan atau pihak perusahhan yang mengani di bidang
tesebut.
i. Mengurangi konsentrasi pekerja, akurasi dan perhatian mereka untuk
praktek kerja yang aman.
4. Faktor Psikososial
a. Menciptakan hubungan yang sreasi dan baik dengan sesama karyawan
dan pimpinan agar produktivis kerja meningkat dan kondisi
lingkungan kerja menjadi sehat (Almustofa, 2014).
b. Menjaga hubungan atau komunikasi anggota kerja yang baik di luar
jam kerja.
c. Menjaga sikap (attitude) yang baik dalam lingkungan kerja agar
kepercayaan, tanggung jawab, menghargai, dan respon yang baik
dalam lingkungan kerja (Dahlawy, 2008).
d. Disiplin dalam bekerja sangat diperlukan agar keselarasan dan sistem
dalam lingkungan kerja mejadi lebih baik.
e. Kurangi pergaulan negatif pada lingkungan kerja seperti menggunjing,
menghina, dan mencemooh sesama karyawan maupun atasan agar
pikiran positif menjadi baik.
f. Apabila ada masalah sosial dalam lingkungan kerja, segera konsultasi
dengan atasan dan pihak perusahaan yang menangani masalah
tersebut.
III.2 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Di lingkungan kampus
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya
untuk menciptakan perindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan
bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah keamanan fisik dari
para pekerja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak.
faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyebab kecelakaan
disebabkan oleh Tindakan-tindakan yang diambil hanya karna keemosian
pada mahasiswa, Peralatan seperti batu atau kayu yang digunakan pada
tauran dan lingkungan mengacu pada keadaan motor yang selalu melaju
pada jalan dikampus
Berikut adalah pencegahan potensi bahaya dari berbagai lingkungan
kerja, khususnya di lingkungan kampus yaitu harus mengontrol keemosian
pada diri sendiri, peralatan yaitu seperti kayu atau barang tajam harus
dilarang untuk membawanya atau bias dijadikan sebagai aturan dikampus,
dan pada lingkungan harus berhati-hati dalam membawa motor.
III.3 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Di gedung
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya
untuk menciptakan perindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan
bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah keamanan fisik dari
para pekerja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak.
faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyebab kecelakaan
disebabkan oleh Tindakan-tindakan yang diambil atau tidak diambil, untuk
mengontrol cara kerja yang dilakukan yang bisa menyebabkan rusaknya
kursi atau jendela. Risiko ledakan dan kebakaran adanya koslet terhadap
listrik. Peralatan, jika tidak terjaga dengan baik akan menyebabkan
rusaknya alat pemadam kebakaran.
Berikut adalah pencegahan potensi bahaya dari berbagai lingkungan
kerja, khususnya di gedung yaitu tindakan-tindakan yang diambil harus
dipikirkan secara matang agar tidak salah langka dalam mengambil
tindakan. Untuk mengurangi colokan dan memeriksa sisi-sisi kabel yang
terkupas. Peralatan yang ada digedung harus dijaga dengan baik terutama
pada alat pemadam kebakaran karna berfungsi untuk mematikan terjadinya
kebakaran.
III.4 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja yang Mempengaruhi Akibat Dari
Kecelakaan K3 Di rumah
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya
untuk menciptakan perindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan
bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah keamanan fisik dari
para pekerja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak.
Barangkali sebagian besar masyarakat menganggap bahwa Rumah
'tempat tinggal' adalah tempat yang paling aman, namun disadari atau tidak
bahwa 'Rumah' juga merupakan sumber atau mengandung potensi bahaya
karena menjadi tempat kerja bagi Pekerja Rumah Tangga (PRT) untuk
melakukan aktivitas pekerjaan. Disaat PRT melakukan pekerjaan, tidak
menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja yang berakibat fatal
bagi PRT itu sendiri dan juga bagi anggota keluarga majikan bahkan
mungkin investasi dan barang berharga lainnya.
Banyak contoh yang bisa kita lihat dari berbagai pemberitaan
televisi atau media lain. Hampir sebagian besar kebakaran rumah
diakibatkan karena kecelakaan kerja (kecerobohan) baik yang dilakukan
oleh PRT atau anggota keluarga penghuni rumah. Kerusakan peralatan
listrik/elektronik atau kebocoran tabung/selang gas juga diakibatkan
ketidaktahuan atau abai terhadap faktor-faktor yang beresiko menyebabkan
terjadinya kecelakaan ditempat kerja dan pada akhirnya akan mengancam
keselamatan penghuni rumah.
Potensi bahaya dalam rumah tangga cukup banyak, seperti kabel
listrik mengandung potensi bahaya, jika ada bagian yang terkelupas, maka
kabel tersebut beresiko menyebabkan arus pendek yang mungkin berakibat
fatal terjadinya kebakaran. Dalam hal ini peran PRT cukup penting
untuk mengetahui dan memahami adanya resiko bahaya karena setiap hari
mereka berkutat dengan bahaya tersebut, begitu juga dengan kebocoran
tabung/selang gas, kebersihan ruang keluarga, dapur, tempat tidur dan
kamar mandi, penyimpanan dan penggunaan bahan kimia berbahaya atau
mungkin kotoran hewan piaraan, dsb. Semua itu menjadi penting untuk
memahami tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam
lingkungan rumah tangga, tidak hanya untuk PRT tetapi juga majikan PRT.
Berikut adalah pencegahan potensi bahaya dari berbagai lingkungan
kerja, khususnya di rumah yaitu harus lebih estra waspada terjadinya factor
bahaya pada rumah. Dilakukan pengawasan dan kontrol yang lebih
maksimal. Serta kebersihan dalam setiap bagian-bagian rumah dan harus
saling membantu dalam mengontrol isi rumah.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor lingkugan kerja sangat berperan penting untuk
menciptakan kondisi lingkungan kerja, khususnya di laboratorium,
gedung farmasi, lingkungan kampus, dan rumah. Adapun faktor-faktor
lingkungan kerja juga bagian dari manajemen K3 sebagai pengatur
dalam aktivitas di lingkungan kerja agar menjadi lebih baik.
2. Pencegahan jika adanya kelalaian dari faktor-faktor lingkungan kerja di
laboratorium, gedung farmasi, lingkungan kampus, dan rumah
didasarkan pada kondisi kerja, alat, bahan, dan psikologi karyawan.
Adapun untuk mengurangi kelalaian kerja tersebut adalah dengan
memperhatikan manajemen K3, meningkatkan motivasi, melatih
kedisiplinan dan attitude, dan mengkodisikan lingkungan kerja agar lebih
nyaman dan baik.
3. Salah satu contoh kasus dari pencegahan faktor-faktor lingkungan kerja
di laboratorium adalah keracunan, ledakan bahan-bahan kimia,
kebocoran bahan kimia yang melebihi ambang batas, dan kemudiahan
bahan kimia untuk korosi dan reduksi.
IV.2 Saran
Faktor-faktor lingkungan kerja sangat mempengaruhi kondisi fisik
dan non-fisik kita, sehingga diperlukan analisis langsung untuk mengetahui
seberapa besar keluhan karyawan jika mengalami kelalaian akibat
melanggar faktor-faktor tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Hudoyono J. 2011. Penyakit Akibat Kerja Disebabkan Faktor Fisik. Jurnal
Kedokteran Meditek. Vol. 17. No. 43. Januari-April 2011. Universitas
Kristen Krida Wacana: Jakarta.

Almustofa R. 20014. Pengaruh Lingkungan Kerja, Motivasi Kerja, Disiplin Kerja


Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Pegawai Perum Bulog Divisi
Regional Jakarta). Skripsi. Universitas Diponegoro: Semarang.

Arianto, D. A. N. 2014. Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja dan Budaya


Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Pengajar. Jurnla Economia. Vol. 9. No.2.
Oktober 2013. Universitas Nahdlatul Ulama: Jepara.

Arief, L. M. 2015. Lingkungan Kerja Faktor Kimia dan Biologi. Higiene Industri.
Universitas Esa Unggul: Tangerang.

Christofora, D. K., Rina Oktaviana, Erna Yuliawati. 2014. Aplikasi Nordic Body
Map Untuk Mengurangi Musculoskeletal Disorder Pada Pengrajin
Songket. Jurnal Ilmiah Tekno. Universitas Bina Darma, Palembang.

Dahlawy, A. D. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (K3) di Area Pengolahan P.T. ANTAM Tbk., Unit
Bisinis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor. Skripsi.
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Grahanintyas, D. Sritomo W., dan Effi L. 2012. Analisa Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3) Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja (Studi
Kasus: Pabrik Teh Wonosari PTPN XII). Jurnal Teknik POMITS.
Vol.1.No.1. ITS: Surabaya.

Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Hati, S. W. 2014. Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada


Pembelajaran di Laboratorium Program Studi Teknik Mesi Politeknik
Negeri Batam. Prosiding SNE “Pembangunan Manusia Melalui
Pendidikan dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015”.
Politeknik Negeri Batam: Riau.
Hendri, E. 2015. Pengaruh Lingkugan Kerja Fisik dan Non-fisik Terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan pada P.T. Asuransi Wahana Tata Cabang
Palembang. Jurnal Media Wahana Ekonomika. Vo.9 No.3, Oktober
2012. Universitas PGRI: Palembang.

International Labour Organization. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Sarana Untuk Produktivitas. SCORE: Jakarta.
Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta :
Internasional Labour Organisation Sub Regional South-East Asia and
The Pacific Manila Philippines

Muchtaridi. 2015. Keselamatan Kerja di Laboratorium. Universitas Pandjajaran:


Bandung Saksono, Slamet. 1998. Administrasi Kepegawaian.
Yogyakarta: Kanisius.

Nigam, N. C., A. K. Maheswari, N. P. Rao. 2011. Safety and Health in Chemical


Industry. Indian Farmers Fertiliser Cooperative Ltd., Aonla Unit.

Nisa, A. Z., dan Tri Martiana. 2013. Faktor yang Memepengaruhi Keluhan
Kelelahan pada Gigi di Laboratorium Gigi Surabaya. The Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health. Vol. 2.No. 1. Jan-Jun 2013:
61-66. Universitas Airlangga: Surabaya.

Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:


Gunung Agung.

Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, &


Kesehatan Kerja. Sukabumi: Yudhistira.

Anda mungkin juga menyukai