Anda di halaman 1dari 8

PENENTUAN KONSENTRASI AMMONIA (NH3)

MENGGUNAKAN METODE INDOFENOL PADA UDARA DI


TOILET FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
(SNI 19-7119.1-2005)

DETERMINATION OF CONCENTRATION OF AMMONIA


(NH3) USING INDOFENOL IN TOILET FACULTY OF
AGRICULTURAL ENGINEERING AND TECHNOLOGY
(SNI 19-7119.1-2005)
Fajar Ramadani Hikmatullah1, Alfandias Seysna Putra2

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper, Kampus IPB
Dramaga, Bogor, 16680
fajaramadani21@gmail.com1, alfandsp@gmail.com2

Abstrak: Pencemaran adalah peristiwa penambahan bermacam-macam bahan dalam lingkungan


sebagai akibat dari aktivitas manusia yang dapat memberikan pengaruh berbahaya terhadap
lingkungan. Salah satu bahan pencemar air yang diamati dalam praktikum ini adalah ammonia.
Ammonia dalam air dapat ditemukan sebagian besar pada air permukaan yang berasal dari air
seni, tinja, maupun dari oksidasi biologis bahan organik. Ammonia (NH 3) adalah gas yang tidak
bewarna dengan bau tajam yang khas dan merupakan senyawa kaustik, dapat berubah menjadi
NH4+ (ion ammonium) pada pH perairan yang relatif rendah, dan dapat merusak kesehatan. Pada
praktikum ini dilakukan pengukuran konsentrasi ammonia dengan metode indefenol yang bertujuan
untuk menentukan konsentrasi NH2 di udara ambien. Pengukuran ini diawali dengan membuat
sampling dilanjutkan dengan membuat kurva kalibrasi kemudian larutan sampling dibandingkan
dengan larutan kurva kalibrasi setelah itu diukur dengan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 630nm. Kadar ammonia yang terdapat pada toilet Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor termasuk pada angka yang tidak berbahaya karena berada dibawah batas aman. Angka
pengukuran sebesar 0,392 ppm sedangkan, angka batas aman sebesar 2 ppm.
Kata kunci: Ammonia, Metode Indofenol, Pencemaran

Abstract: Pollution is the addition of a variety of events in the material environment as a result of
human activities that can give harmful effects to the environment. One water pollutants observed in
this lab is ammonia. Ammonia in water can be found mostly on surface water derived from urine,
feces, and biological oxidation of organic matter. Ammonia (NH3) is a colorless gas with a pungent
odor that is characteristic and is a caustic compound, can be transformed into NH4 + (ammonium
ion) at a relatively low pH waters, and can be harmful to health. In this lab measurements of
ammonia concentration with indefenol method that aims to determine the NH2 concentration in
ambient air. This measurement begins with a sampling followed then by making a calibration curve
sampling solution compared to the solution of the calibration curve was measured with a
spectrophotometer after with a wavelength of 630nm. Levels of ammonia were found in the toilet of
the Faculty of Agriculture, Bogor, including the figures that is not dangerous because it is below
the safe limit. Figures measurement of 0.392 ppm whereas, figure the safe limit of 2 ppm.
Keywords: Ammonia, Contamination, Indofenol Method

PENDAHULUAN
Amonia dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan yaitu
mengganggu pernapasan, iritasi selaput lendir hidung dan tenggorokan. Pada
konsentrasi 5000 ppm dapat menyebabkan ederma laryng, paru, dan akhirnya dapat
menyebabkan kematian, iritasi mata (mata merah, pedih, dan berair) dan kebutaan
total, iritasi kulit yang menyebabkan terjadinya luka bakar (frostbite). Menurut Kep.
Men LH No. 50 Tahun 1996 salah satu parameter kebauan adalah NH3 atau
ammonia. Ammonia adalah gas alkalin yang tidak berwarna dengan bau
menyengat, daya iritasi tinggi dan dihasilkan dari proses dekomposisi bakteri.
Ammonia banyak digunakan dalam pembuatan pupuk, plastik, dan pestisida. Kadar
maksimum NH3 di udara agar tidak mengganggu kesehatan manusia adalah 2 ppm.
Amonia biasanya dapat ditemukan toilet-toilet atau tempat pembuangan air
kotor. Bau dan bahaya yang ditimbulkan amonia sangat mengganggu manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu perlunya dilakukan pengujian kadar
Amonia (NH3) pada toilet umum yang berada pada Institut Pertanian Bogor, agar
mengetahui kadar Amonia (NH3) yang ada pada toilet umum. Penelitian kali ini
bertujuan untuk menentukan konsentrasi NH3 di udara ambien dengan
menggunakan metode Indofenol

TINJAUAN PUSTAKA
Amonia merupakan senyawa nitrogen yang terpenting dan paling banyak di
produksi. Pada tahun 1908 sampai 1913, Fritz Haber (1868-1934) dari Jerman
berhasil mensintesis amonia langsung dari unsur-unsurnya, yaitu dari gas nitrogen
(N2) dan gas hidrogen (H2). Nitrogen adalah salah satu unsur golongan VA yang
merupakan unsur nonlogam, dan gas yang paling banyak di atmosfir bumi (sekitar
78%). Hidrogen merupakan unsur sangat ringan dan di alam berada dalam bentuk
gas H2, air (H2O), senyawa-senyawa organik dan isotop-isotop. Amonia (NH3)
adalah gas yang diperoleh dari hasil pemecahan senyawa nitrogen atau protein .
Amonia dalam cairan rumen dihasilkan dari proses degradasi protein oleh mikroba
rumen, selanjutnya NH3 ini dipergunakan oleh mikroba untuk sintesa protein
(ASKAR 1999) .
Amonia merupakan senyawa yang ada di dalam urin, yang bersifat basa dan bila
terkena sinar atau panas akan menimbulkan bau menyengat. Bau amonia tersebut
berasal dari peruraian urea sebagai komponen bahan organik terbanyak dalam urin
oleh jasad renik menjadi energi dan gas NH3. Permasalahan tersebut banyak
ditemukan di toilet-toilet rumah tangga ataupun di toilet umum. Apabila toilet
jarang dibersihkan, kondisi ini dapat mengganggu kenyamanan pengguna toilet
karena pengguna akan merasakan pusing dan mual karena bau dari amonia tersebut.
Bau amonium dalam kehidupan sehari-hari sangat erat hubungannya dengan
keberadaan kamar mandi. Pada masyarakat dengan ekonimi cukup, lantai kamar
mandi atau toilet sebagian besar terbuat dari lantai ubin keramik. Pada ubin keramik
biasa, konsentrasi amonia dalam ruang mencapai 1,5 ppm (bau tidak enak) setelah
kurang lebih satu minggu dan meninggalkan warna kuning yang sulit dibersihkan
(Fujishima, dkk.1999).

METODE
Penelitian ini dilakukan di toilet pria Fakultas Pertanian, IPB dengan
menggunakan larutan indofenol. Alat yang digunakan yaitu midget impinger,
pompa vakum, flowmeter, prefilter holder, tabung uji 25 ml, pipet volumetrik 1 ml;
5 ml; dan 10 ml, spektrofotometer dilengkapi kuvet, termometer, serta kaca arloji.
Bahan yang digunakan berupa air suling, larutan penyerap asam sulfat, larutan
standar NH3 10 ppm, larutan natrium nitropusida [Na2Fe(CN)6NO.2H2O] 2%,
larutan natrium hidroksida (NaOH) 6,57 M, larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 3,7
%, larutan kerja hipoklorit, larutan fenol (C6H5OH) 45% v/v, larutan induk
ammonia 1000 µg, larutan standar ammonia 10 µg, dan larutan HCl 1,2 M.
Langkah pertama adalah dilakukan sampling dan pengujian sampel dengan cara
prefilter holder dipasangkan pada selang yang berfungsi untuk mengambil sampel
udara ke dalam botol impinger dengan catatan prefilter dicuci terlebih dahulu
dengan air suling dan telah dikeringkan. Botol impinger diisi dengan larutan
penyerap sebanyak 10 ml. Kemudian, impinger dan erlenmeyer asah tertutup yang
berisi serat kaca/glass wool dihubungkan dengan selang silikon. Setelah itu,
rangkaian tersebut dihubungkan pada flowmeter dan pompa vakum dengan
kecepatan alir 1-2 liter/menit. Pompa vakum dimatikan setelah 1 jam pemompaan.
Larutan sampel dipindahkan ke dalam tabung uji 25 ml. Kemudian, larutan sampel
berturut-turut ditambahkan ke dalam tabung uji 2 ml larutan penyangga, 5 ml
larutan pereaksi fenol, 2,5 ml larutan pereaksi natrium hipoklorit dan
dihomogenkan. Air suling ditambahkan ke dalam tabung uji hingga tanda batas,
dihomogenkan dan didiamkan selama 30 menit. Lalu larutan sampel dimasukkan
pada alat spektrofotometer dan absorbansinya diukur pada panjang gelombang 630
nm. Absorbansi sampel diplotkan ke dalam kurva kalibrasi, sehingga diperoleh
jumlah NH3 sampel (µg). Untuk pengujian blanko langkah pemindahan larutan ke
dalam tabung uji diulang hingga akhir tetapi dengan menggunakan 10 ml larutan
penyerap.
Selanjutnya pembuatan kurva kalibrasi dengan cara sebagai berikut. Enam buah
tabung 25 ml disiapkan dan larutan standar ammonia dimasukkan masing-masing
0,0 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 1 ml; dan 1,5 ml, yang mengandung 0 µg NH3 ; 2 µg
NH3; 4 µg NH3; 6 µg NH3; 10 µg NH3; dan 15 µg NH3. Kemudian Larutan penyerap
ditambahkan hingga volume 10 ml. Secara berturut-turut, ditambahkan ke dalam
tabung uji 2 ml larutan penyangga, 5 ml larutan pereaksi fenol, 2,5 ml larutan
pereaksi natrium hipoklorit lalu dihomogenkan. Air suling ditambahkan ke dalam
tabung uji hingga tanda batas, lalu dihomogenkan dan didiamkan selama 30 menit.
Kemudian absorbansi masing-masing larutan diukur menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm. Setelah itu, kurva kalibrasi
dibuat antara absorbansi dan jumlah NH3 (µg). Perhitungan konsentrasi dibutuhkan
persamaan seperti di bawah ini.

T
Qc =Qs × Tr persamaan 1
a

Qc = Koreksi kecepatan aliran udara (liter/menit)


Qs = Kecepatan aliran sampling (liter/menit)
Tr = Temperatur ruangan saat pengukuran (K)
Ta = Temperatur alat (K)

V=Qc ×t persamaan 2

Qc = Koreksi kecepatan aliran udara (liter/menit)


t = Lamanya sampling (menit)
V = Volume sampel udara (l)

P 298
Vr =V 760 T +273 10-3 persamaan 3
r
Vr = Volume udara pada 25oC, 760 mmHg (m3)
V = Volume sampel udara (l)
P = Tekanan atmosfer selama sampling (mmHg)

a
konsentrasi NH3 = persamaan 4
Vr

a = Jumlah NH3 pada sampel yang diperoleh dari kurva kalibrasi (µg)
Vr = Volume udara pada 25oC, 760 mmHg (m3)

t 0,185
C2 =C1 (t1 ) persamaan 5
2

C1 = Konsentrasi sesaat/ partikulat udara ambien (µg/m3)


C2 = Konsentrasi standar (µg/m3)
t1 = Waktu pemaparan sesaat (jam)
t2 = Waktu pemaparan standar (jam) = 24 jam

Ca Va =Cb Vb persamaan 6

Ca = Konsentrasi pada larutan a (µg/ml)


Va = Volume larutan a (ml)
Cb = Konsentrasi pada larutan b (µg/ml)
Vb = Volume larutan b (ml)

PEMBAHASAN
Hasil pengukuran konsentrasi ammonia yang terdapat pada toilet fakultas
teknologi pertanian ditampilkan pada tabel 1,
Tabel 1. Jumlah µg NH3 dari pengukuran di toilet fakultas teknologi pertanian
Larutan Standar Va (ml) Vb (ml) Ca (µg) Cb (µg) Adsorban
1 0 0 0
2 0.2 0.08 0.086
3 0.4 0.16 0.178
25 10
4 0.6 0.24 0.209
5 1 0.4 0.266
6 1.5 0.6 0.516

Dari tabel tersebut dapat dibuat kurva kalibrasi seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1,
0.6

0.5
y = 0.785x + 0.0155

0.4

0.3 Series1
Linear (Series1)

0.2

0.1

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8

Gambar 1. Kurva Kalibrasi


Pengukuran dilakukan selama 30 menit dengan pengukuran suhu dan kecepatan
aliran udara impinge setiap 10 menit. Dimulai dari menit ke-0 hingga menit ke-30.
Pada menit ke-0, suhu ruang (Tr) sebesar 28 oC sedangkan suhu alat (Ta) sebesar
28oC dan kecepatan alirannya adalah 1 ppm. Sedangkan pada 10 menit pertama,
todak ada perubahan yang sginifikan, suhu alat dan suhu ruang masih berada di
kisaran 28 oC, lalu pada menit ke-20 suhu alat mengalami penurunan menjadi 27
oC sedangkan suhu ruang tetap pada 28 oC. Pada menit ke-30 suhu ruang
mengalami penurunan suhu menjadi 27 oC dan suhu alat tetap pada 27 oC. Dari
data pengukuran tersebut diambil rata-rata suhu ruang, suhu alat dan kecepatan
aliran udara yaitu 27,75 oC, 27,5 oC, dan 1 l/menit.

Contoh perhitungan :
1. Menentukan niai koreksi udara :
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 27,75 𝑜𝐶 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑄𝑐 = 1 𝑥 = 1,009
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 27,5 𝑜𝐶 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2. Menentukan volume sampel udara :
𝑉 = 𝑄𝑐 . 𝑡 = 1,009 . 30 = 30,2727 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
3. Mencari volume udara pada STP
298
𝑉𝑟 = 30,2727. = 0,0299
27,75 + 273
4. Menghitung kadar ammonia :
0,272 = 0,785𝑥 + 0,0155
𝑥 = 0,32675
5. Menentukan konsentrai NH3 :
𝜇𝑔 0,32675 𝜇𝑔
3
= = 272,3 3
𝑚 29,9 𝑚
6. Konversi satuan konsentrasi :
𝜇𝑔
272,3 ⁄𝑚3
𝑝𝑝𝑚 = = 0,392 𝑝𝑝𝑚
694,728
𝜇𝑔
Data yang diperoleh dari pengujian sampel adalah sebesar 272,3 𝑚3 atau 0,392
ppm. Jika dibandingkan dengan SNI 19-7119.1-2005, batas konsentrasi maksimum
ammonia yang tidak mengganggu kesehatan manusia adalah sebesar 2 ppm.
Artinya, kadar ammonia yang terdapat pada toilet Fakultas Teknologi Pertanian
belum mencapai titik yang berbahaya.
Untuk beberapa tahun terakhir, ammonia yang berada pada atmosfer dikenal
sebagai pemegang kunci yang sangat penting sebagai penyebab eutrofikasi dan
acidification bagi ekosistem. hal ini disebabkan oleh sumber terbesar ammonia
berasal dari daerah pedesaan yang memiliki banyak peternakan, perkebunan, dan
pertanian. Pada Gothenburg Protocol yang ditandatangani tahun 1999, ammonia
masuk pada salah satu polutan udara tertinggi nasional. Hal ini menyebabkan
dibutuhkannya identifikasi intensif mengenai dampak yang disebabkan oleh
ammonia bagi kesehatan dan kelangsungan ekosistem.
Ammonia adalah salah satu indicator pencemar udara pada bentuk kebauan. Gas
ammonia adalah gas yang tidak berwarna 1. Dengan bau menyengat. Biasanya,
ammoniak berasal dari aktifitas mikroba, industry ammonia, perngolahan limbah
dan pengolahan batu bara. Di atmosfer, NH3 bereaksi dengan nitrat dan sulfat
sehingga terbentuk garam ammonium yang sangat korosif (Yuwono and Peter,
2004). Ammonia juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan
lingkungan yaitu mengganggu pernapasan, iritasi selaput lendir hidung dan
tenggorokan. pada konsentrasi 5000 ppm dapat menyebabkan ederma laryng, paru,
dan akhirnya dapat menyebabkan kematian, iritasi mata (mata merah, pedih, dan
berair) dan kebutaan total, iritasi kulit yang menyebabkan terjadinya luka bakar
(frostbite) (Mukono. 2005).
Upaya pencegahan ammonia perlu dilakukan untuk mengurangi dampak dari
pencemaran ammonia. Hal penting yang harus dilakukan untuk mencegah ammonia
menyebar di ruang kamar mandi adalah dengan rutin membersihkan kamar
mandi/toilet secara berkala, pergunakan fasilitas di toilet sesuai dengan fungsinya.
Menurut KepmenLH No 112 Tahun 2003, dalam manajemen pencegahan dan
teknologi pencemaran ammonia yaitu dengan pengurangan pencemaran dari
sumbernya dan pengolahan air limbah toilet baik secara alami maupun
menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

SIMPULAN
Kadar ammonia yang terdapat pada toilet Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor termasuk pada angka yang tidak berbahaya karena berada dibawah batas
aman. Angka pengukuran sebesar 0,392 ppm atau 272,3 (g)/m3 sedangkan, angka
batas aman sebesar 2 ppm.

Saran
Perlu dijaga dan selalu dibersihkan secara berkala setap toilet yang ada di
Fakultas Teknologi Pertanian agar kandungan Ammonia tetap stabil dan tidak
mengganggu kesehatan manusia..
Daftar Pustaka
ASKAR, S .1999.Penentuan Protein Terlarut dalam Pakan Ternak Ruminansia.
Buletin Teknik Pertanian. 4 (1) : 26
Fujishima, AK., Hasimoto, K., Watanabe, T. 1999. TiO2 Photocatalysis
Fundamental and Application. Japan: Koyo pringting.
Mukono. 2005. Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press
Yuwono, Arief Sabdo dan Peter Schulze Lammers, 2004, Odor Pollution in the
Enviroment and the Detection Instrumentation, Agricultural Engineering
international : the CIGR Journal of Scientific Research and Development.
Invited Overview Paper Volume VI
LAMPIRAN 1. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP N0. 50
TAHUN 1996

Anda mungkin juga menyukai