Anda di halaman 1dari 10

Immanuel

Jurnal Ilmu Kesehatan


Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi Balita di Kelurahan


Margasuka Kota Bandung

Roida Sihombing1, Anni Sinaga1 & Sari Sarce A.1*


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung

Abstrak
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengunaan zat-zat gizi,
dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. Balita adalah individu atau sekelompok
individu dari suatu penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu. Posyandu adalah suatu
forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai
srategi dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Kader kesehatan adalah tenaga
sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Gangguan gizi
pada awal kehidupan mempengaruhi kualitas kehidupan berikutnya. Gizi kurang pada balita tidak
hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik, tetapi juga mempengaruhi kualitas kecerdasan dan
perkembangan dimasa mendatang. Oleh karena itu, peran makanan yang bernilai gizi tinggi sangat
penting. Dalam hal ini pemerintah mengadakan pelayanan Posyandu sebagai wadah bagi
masyarakat dalam mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balitanya. Tujuan dari penelitian
ini adalah mengidentifikasi upaya kader Posyandu dalam peningkatan status gizi balita di
Kelurahan Margasuka Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel secara total sampling dengan jumlah 80 responden.
Dari hasil analisa data menunjukan bahwa upaya kader Posyandu dalam peningkatan status gizi
balita sebelum hari Posyandu yaitu hampir setengahnya dari responden (40%) berupaya kurang,
saat hari Posyandu yaitu hampir setengahnya dari responden (46%) berupaya kurang, setelah hari
Posyandu yaitu hampir setengahnya dari responden (46%) berupaya cukup. Dengan data dasar dari
penelitian ini Puskesmas dapat menentukan kebijakan-kebijakan seperti melakukan pelatihan atau
pendidikan kesehatan kepada kader Posyandu untuk meningkatkan pelaksanaan upaya kader
Posyandu dalam peningkatan status gizi balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung.

Kata kunci: Status Gizi , Balita, Posyandu, Kader

501
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

Pendahuluan balita berdasarkan berat badan


dengan gizi buruk 4,9%, gizi kurang
Kualitas sumber daya 13,00%, gizi baik 76,2% dan gizi
manusia (SDM) merupakan syarat lebih 5,8% (Riskesdas 2010 dalam
mutlak menuju pembangunan di Kemenkes RI 2012).
segala bidang. Periode penting dalam Berdasarkan data dari Departemen
tumbuh kembang anak adalah masa Kesehatan RI tahun 2005, suatu
balita, karena pada masa ini masyarakat disebut tidak mempunyai
pertumbuhan dasar yang akan masalah kesehatan bila hanya ada
mempengaruhi dan menentukan 2,0% balita mempunyai status gizi
perkembangan anak selanjutnya. kurang dan 0,5% balita mempunyai
Balita adalah individu atau status gizi buruk (Depkes RI 2011).
sekelompok individu dari suatu Berdasarkkan Indeks
penduduk yang berada dalam rentang Pembangunan Manusia (IPM)
usia tertentu. Usia balita dapat pembangunan sumber daya manusia
dikelompokan menjadi tiga golongan Indonesia belum menunjukan hasil
yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), yang mengembirakan. Pada tahun
golongan batita (2-3 tahun) dan 2003, IPM Indonesia menempati
golongan praksekolah (> 3-5 urutan 112 dari 174 negara (UNDP,
tahun) (Adriani, 2012).
2003). Pada Tahun 2004 IPM
Pada masa balita Indonesia menempati 111 dari 177
perkembangan kemampuan negara (UNDP, 2004). Rendahnya
berbahasa, kreativitas, kesadaran IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya
sosial, dan inteligensia berjalan status gizi dan kesehatan penduduk
sangat cepat. Faktor gizi sangat Indonesia (Hadi, 2005). Pada bayi di
berperan sekali dalam pertumbuhan bawah usia 3 tahun di Indonesia
dan perkembangan anak selanjutnya. didapatkan 27,56% menderita gizi
Status gizi merupakan salah satu buruk. Saat ini ada 19 provinsi yang
faktor yang sangat berpengaruh pada memiliki angka penderita busung
kualitas SDM terutama yang terkait lapar. Dari 19 propinsi tersebut ada 6
dengan kecerdasan, produktivitas dan propinsi yang perlu mendapat
kreativitas (Adriani, 2012). perhatian serius dari pemerintah dan
Badan kesehatan dunia salah satunya adalah Propinsi Jawa
(WHO) memperkirakan bahwa 54 Barat.
persen kematian anak disebabkan Status gizi balita di Jawa
oleh keadaan gizi yang buruk. Barat pada tahun 2010 yaitu gizi
Sementara masalah gizi di Indonesia buruk 0,91%, gizi kurang 7,98%, gizi
mengakibatkan lebih dari 80 persen baik 89,40% dan gizi lebih 1,71%
kematian anak (WHO, 2011). (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2011).
Menurut data RisKesDas (Riset Status gizi balita di kota Bandung
Kesehatan Dasar) pada tahun 2010 pada tahun 2011 yaitu gizi buruk
di Indonesia diketahui prevalensi 0,49%, gizi kurang 3,70%, gizi baik

502
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

91,22%, dan gizi lebih 4,59% meningkatkan status gizi, khususnya


(Dinkes kota Bandung, 2011). pada balita. Puskesmas Cibolerang
Puskesmas Cibolerang adalah termasuk kedalam salah satu kategori
Puskesmas yang terletak di dalam Puskesmas yang termasuk dalam
kota yang bekerja sama dengan status gizi kurang sesuai dengan data
Puskesmas Kopo dalam hal yang di dapatkan oleh peneliti dari
memberikan penyuluhan kepada Dinas Kesehatan Kota Bandung
masyarakat di kelurahan Margasuka, bahwa Puskesmas Cibolerang
jika tenaga kesehatan dari Puskesmas termasuk kedalam urutan ke empat
Cibolerang kurang untuk yang mengalami status gizi balita
memberikan penyuluhan kepada kurang.
masyarakat di kelurahan Margasuka Laporan bulanan status gizi
maka Puskesmas Cibolerang balita pada Kelurahan Margasuka di
meminta bantuan tenaga dari wilayah kerja Puskesmas Cibolerang
Puskesmas Kopo. Puskesmas (Maret 2012-Maret 2013) dapat
Cibolerang juga adalah salah satu dilihat pada table berikut:
Puskesmas yang selalu berusaha

Tabel 1
Status Gizi Balita Di Kelurahan Margasuka Wilayah Kerja Puskesmas Cibolerang Pada
Maret 2012-Maret 2013

Bulan, Tahun Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk Gizi Lebih

April,2012 81,7% 10,8% 1,23% 7,26%


Mei 87,27% 5,63% 0,96% 6,11%
Juni 82,28% 8,00% 0,85% 8,85%
Juli 81,90% 12,15% 0,69% 5,58%
Agustus 80,2% 12,9% 0,34% 4,70%
September 90,0% 4,33% 0,49% 5,08%
Oktober 87,9% 5,62% _ 6,46
November 84,40% 8,93% 1,35% 5,68%
Desember 86,9% 5,37% 0,55% 7,16%
Januari ,2013 75,32% 5,49% 0,46% 18,77%
Februari 81,78% 8,93% 0,46% 8,81%
Maret 65,74% 7,29% 0,46% 26,50%
Sumber Data : Laporan Bulanan Puskesmas Cibolerang 2013

Banyaknya kejadian balita politik sehingga dengan banyaknya


yang menderita gizi buruk akhir- kasus gizi buruk dapat menurunkan
akhir ini adalah salah satu cerminan citra bangsa Indonesia dimata dunia,
lemahnya infrastruktur kesehatan, dimana kasus gizi buruk yang
pangan dan gizi; serta terjadinya muncul merupakan fenomena
kesenjangan, ketidakadilan, gunung es yang memerlukan
kemiskinan, kebijakan ekonomi dan penanganan serius. Akibat gizi buruk

503
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

terhadap pertumbuhan anak, dapat mengembangkan masyarakat.


menyebabkan stunting (postur tubuh Direktorat Bina Peran Serta
kecil pendek). Jika gizi buruk terjadi Masyarakat DepKes RI memberikan
pada masa balita perkembangan otak batasan kader, bahwa kader adalah
pada usia 1-3 tahun, maka kondisi ini warga masyarakat setempat yang
akan sulit untuk dapat pulih dipilih dan ditinjau oleh masyarakat
kembali. Beberapa penelitian dan dapat bekerja secara sukarela
menjelaskan, dampak jangka pendek (Efendi, 2009). Upaya peningkatan
gizi buruk terhadap perkembangan gizi balita oleh kader Posyandu dapat
anak adalah anak menjadi apatis, dilihat pelaksanaanya melalui sistem
mengalami gangguan bicara dan lima meja dalam Posyandu, yaitu:
gangguan perkembangan yang lain. Pendaftaran (meja satu) ,
Dampak jangka panjang adalah Penimbangan (meja dua), Pencatatan
penurunan skor tes IQ, penurunan (meja tiga), Penyuluhan (meja
perkembangan kognitif, penurunan empat) , Pelayanan tenaga
integrasi sensori, gangguan professional meliputi KIA, KB,
pemusatan perhatian, gangguan Imunisasi dan pengobatan dan
penurunan rasa percaya diri dan pelayanan lain sesuai dengan
menurunnya prestasi akademik kebutuhan setempat (meja lima).
(Endang Elis, 2009). Dalam penelitian Sukiarko,
Upaya meningkatkan peran 2007 mengenai pengaruh pelatihan
serta masyarakat antara lain melalui dengan metode belajar berdasarkan
sistem pengkaderan. Peran serta masalah terhadap pengetahuan dan
kader dalam upaya peningkatan keterampilan kader gizi dalam
status gizi balita merupakan hal yang kegiatan Posyandu yaitu untuk
sangat penting guna mendukung meningkatkan kemampuan seorang
program pemerintah untuk mengatasi kader perlu menerapkan
agar gizi buruk pada anak tidak keterampilan dengan memberikan
bertambah melalui kegiatan latihan secara berkesinambungan.
pemberdayaan masyarakat dengan Sebagai contoh setelah kader
revitalisasi Posyandu. Dalam mempelajari modul mengenai status
melaksanakan tugasnya, kader gizi akan dilanjutkan dengan
kesehatan sebelumnya akan keterampilan melakukan kegiatan
diberikan pelatihan untuk penimbangan balita dengan benar,
mendukung kelancaran pelaksanaan pengisian KMS dengan benar dan
kegiatan peningkatan status gizi lain-lain.
balita. Pelatihan ini biasanya Berdasarkan hasil studi
diadakan dua kali dalam setahun pendahuluan peneliti pada tanggal 15
(Depkes, 2002). April 2013 dengan melakukan
Kader adalah tenaga suka rela wawancara kepada kader Posyandu
yang dipilih oleh dan dari dan petugas di Puskemas Cibolerang
masyarakat yang bertugas dapat diketahui bahwa di Kelurahan

504
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

Margasuka ada 8 RW, masing- Posyandu Madya dan 1 Posyandu


masing RW memiliki 5-14 orang Purnama. Berikut ini adalah hasil
kader. Jumlah kader di Kelurahan wawancara yang dilakukan peneliti
Margasuka adalah 80 orang. kepada ketua kader Posyandu
Terdapat 10 Posyandu di Kelurahan Kelurahan Margasuka wilayah kerja
Margasuka diantaranya 6 termasuk Puskesmas Cibolerang.
Posyandu Pratama dan ada 3

Tabel 2
Kader Posyandu Margasuka Kota Bandung
Lama menjadi Jumlah kader % Kader yang ikut Kader yang aktif
kader pelatihan di luar mengikuti pelatihan di
wilayah Puskesmas
<10 Tahun 42 orang 52,5% 8 orang 68 orang
>10 Tahun 38 orang 47,5% 2 orang 57 orang
Sumber Data: Laporan Dari Ketua Kader di Puskesmas Cibolerang

Ketua kader Posyandu di yang telah mengikuti pelatihan hanya


Puskesmas Cibolerang mengatakan 1 orang kader yang masih mengingat
setiap bulannya ada penyuluhan bagaimana upaya meningkatkan
kepada kader mengenai penyakit- status gizi.
penyakit yang terbaru dan juga Setelah peneliti melihat
mengenai status gizi balita Peneliti kegiatan Posyandu yang dilakukan di
juga melakukan wawancara kepada RW 07 Pos 2 Kelurahan Margasuka,
kader Posyandu, ada 10 orang kader kader hanya melakukan
yang sudah diwawancarai dan 8 penimbangan pada balita dan jika
orang mengatakan bahwa kader ada timbangan yang kurang atau
Kelurahan Margasuka pernah lebih kader tidak memberikan
mendapat pelatihan mengenai upaya penyuluhan kesehatan kepada ibu-
peningkatan status Gizi balita, ibu yang membawa balita, masih
mereka mengatakan bila ada banyak alat yang belum dilengkapi
undangan dari luar wilayah kader sebelum hari Posyandu dan
Puskesmas Cibolerang untuk tempat Posyandu juga tidak tertata
pelatihan, ketua kader Puskesmas dengan rapi. Dari hasil studi
memilih 2 0rang perwakilan untuk pendahuluan, saat ini yang menjadi
mengikuti pelatihan tersebut dan masalah di Kelurahan Margasuka
setelah mendapat pelatihan, 2 orang adalah belum adanya upaya yang
kader yang menjadi perwakilan sunguh-sunguh dari kader Kelurahan
tersebut menjelaskan kembali kepada Margasuka untuk meningkatkan
kader-kader lain yang ada di status gizi balita, dimana setiap
Kelurahan Margasuka mengenai bulannya dilakukan penyuluhan oleh
pelatihan yang mereka ikuti. Setelah Puskesmas kepada kader Posyandu,
peneliti wawancara kepada 8 kader akan tetapi kader Posyandu tidak

505
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

menyampaikannya kepada ibu-ibu Metode Penelitian


yang memiliki balita. Sehubungan
dengan hal tersebut maka peneliti Jenis penelitian yang
tertarik untuk mengambil judul “ digunakan adalah deskriptif
kuantitatif yaitu suatu metode
upaya kader Posyandu dalam
peningkatan status gizi balita di penelitian yang dilakukan dengan
Kelurahan Margasuka“. tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskriptif tentang
suatu keadaan secara objektif.
Rumusan Masalah
Pengambilan sampel secara total
Berdasarkan uraian latar sampling dengan jumlah 80
belakang di atas, maka peneliti responden.
membuat rumusan masalah sebagai
berikut: “ bagaimana upaya kader Hasil Penelitian
Posyandu dalam peningkatan status
gizi balita di Kelurahan Margasuka Sub Variabel Upaya Peningkatan
Kota Bandung ”. Tujuan penelitian Status Gizi Balita
Data penelitian upaya peningkatan
ini yaitu tujuan umum penelitian
mengidentifikasi upaya kader status gizi terdiri dari upaya sebelum
Posyandu dalam peningkatan status hari Posyandu, upaya saat hari
Posyandu dan upaya setelah hari
gizi balita di Kelurahan Margasuka
Kota Bandung. Tujuan khusus Posyandu. Data penelitian ini
penelitian adalah mengidentifikasi diperoleh peneliti dari jawaban
responden atas sejumlah pertayaan
karakteristik responden / kader yang
ada di Kelurahan Margasuka Kota yaitu jawaban-jawaban responden
Bandung, Mengidentifikasi upaya dari pertayaan di dalam angket yang
mendukung penelitian, dan setiap
kader Posyandu dalam peningkatan
status gizi balita sebelum hari jawaban yang dipilih responden yang
benar di beri nilai 1 dan yang salah di
Posyandu di Kelurahan Margasuka
Kota Bandung, Mengidentifikasi beri nilai 0 yang kemudian diolah
upaya kader Posyandu dalam sesuai rumus persentase pada
penelitian.
peningkatan status gizi balita saat
hari Posyandu di Kelurahan Setelah mendapat nilai total dari
Margasuka Kota Bandung. jawaban responden, peneliti
membagi 3 kategori yaitu baik
Mengidentifikasi upaya kader
Posyandu dalam peningkatan status dengan persentase >76-100%, cukup
gizi balita setelah hari Posyandu di dengan persentase >61-75%, dan
kurang dengan persentase <60%.
Kelurahan Margasuka Kota
Bandung. Setelah mengkategorikan setiap sub
variabel kemudian akan
diinterprestasikan oleh peneliti
menurut referensi.

506
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

1. Distribusi Frekuensi Upaya Sebelum Hari Posyandu

Tabel 3
Upaya Peningkatan Status Gizi Balita Sebelum hari Posyandu

Sub Variabel Kriteria Jumlah Persentase

Baik 22 orang 27%


Upaya sebelum hari
Posyandu Cukup 26 orang 33%
Kurang 32 orang 40%
Total 80 orang 100%

Dari tabel di atas bahwa Posyandu yaitu hampir setengahnya


upaya kader dalam peningkatan dari responden berupaya kurang atau
status gizi balita sebelum hari 40%.

2. Distribusi Frekuensi Upaya Saat Hari Posyandu

Tabel 4
Upaya Peningkatan Status Gizi Balita Saat Hari Posyandu

Sub Variabel Kriteria Jumlah Persentase

Baik 9 orang 11%


Upaya saat hari
Cukup 34 orang 43%
Posyandu
Kurang 37 orang 46%
Total 80 orang 100%

Dari tabel di atas bahwa yaitu hampir setengahnya dari


upaya kader dalam peningkatan responden berupaya kurang atau
status gizi balita saat hari Posyandu 46%.

3. Distribusi Frekuensi Upaya Setelah Hari Posyandu

Tabel 5
Upaya Peningkatan Status Gizi Balita Setelah Hari Posyandu

Sub Variabel Kriteria Jumlah Persentase

Baik 27 orang 34%


Upaya setelah hari
Cukup 37 orang 46%
Posyandu
Kurang 16 orang 20%
Total 80 orang 100%

Dari tabel di atas bahwa Posyandu yaitu hampir setengahnya


upaya kader dalam peningkatan dari responden berupaya cukup atau
status gizi balita setelah hari 46%.

507
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

Diharapkan penelitian ini


Simpulan dapat menjadi data dasar untuk
menambah informasi mengenai
1. Upaya kader Posyandu di upaya kader Posyandu dalam
kelurahan Margasuka dalam peningkatkan status gizi balita di
peningkatan status gizi balita kelurahan Margasuka. Oleh karena
sebelum hari Posyandu itu diharapkan kepada institusi untuk
menyatakan hampir setengah mempersiapkan mahasiswa yang
respoden berupaya kurang akan praktek di keperawatan
(40%) dalam peningkatan status komunitas memberikan promosi
gizi balita sebelum hari kesehatan kepada kader Posyandu
Posyandu. dan ibu yang memiliki balita
2. Upaya kader Posyandu di mengenai upaya yang harus
kelurahan Margasuka dalam dilakukan dalam peningkatan status
peningkatan status gizi balita gizi balita.
saat hari Posyandu yaitu hampir 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
setengah responden berupaya Diharapkan hasil penelitian
kurang (46%). ini dapat menjadi data dasar dalam
3. Upaya kader Posyandu di hal penelitian selanjutnya. Peneliti
kelurahan Margasuka dalam
selanjutnya disarankan agar meneliti
peningkatan status gizi balita hal yang lebih mendalam, salah
setelah hari Posyandu yaitu satunya ialah faktor-faktor yang
hampir setengah responden mempengaruhi upaya kader
berupaya Posyandu dalam peningkatan status
gizi balita di kelurahan Margasuka
Saran kota Bandung.
1. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat
DAFTAR PUSTAKA
dijadikan sebagai tambahan
informasi bagi Puskesmas serta kader Adriani, M. dan Wirjatmadi, B.
Posyandu terhadap seberapa besar 2012. Pengantar Gizi
upaya kader dalam peningkatan Masyarakat. Jakarta: Kencana
status gizi balita di kelurahan Prenada Media Group.
Margasuka dan sebagai data dasar
bagi Puskesmas dalam menentukan _____, M. dan wirjatmadi, B.
kebijakan-kebijakan seperti 2012.Peranan Gizi Dalam
melakukan pelatihan atau pendidikan Siklus Kehidupan. Jakarta:
kesehatan kepada kader Posyandu Kencana Prenada Media
untuk peningkatan status gizi balita Group.
di kelurahan Margasuka.
Amalia Rizqua. 2011. Lama
2. Bagi Institusi STIK Immanuel
Menjadi Kader, Frekuensi
Pelatihan, Pengetahuan Gizi,

508
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

Dan Sikap Kader Posyandu Jafar, N. 2010. Status Gizi Balita.


Dengan Perilaku Penyampaian Makassar: Universitas
Informasi Tentang Pesan Gizi Hasanuddin
Seimbang. Semarang:
Mubarak W. Dan Chayatin. 2009.
Universitas Diponegoro.
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Teori Dan Aplikasi. Jakarta:
Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia EGC.
Pustaka Utama.
Notoadmojo, S. 2005. Metodologi
Arikunto. 2004. Manajemen Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Penelitian. Jakarta: Rineka Rineka Cipta.
Cipta.
Riyanto, A. 2009. Pengelolahan Dan
Azwar.2008. Sikap Manusia, Teori Analisis Data Kesehatan.
Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rossi suparman. 2009. Pengaruh
Dinkes Kota Bandung. 2011. Seksi Faktor Motivasi Terhadap
pelayanan kesehatan dasar. Peran Serta Kader dan
Bandung: Dinkes Kota Masyarakat Dalam Kegiatan
Bandung. Posyandu di Kabupaten
Kuningan. Bandung : Program
Dinkes Provinsi Jawa Barat. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Profil Kesehatan Provinsi Universitas Padjadjaran.
Jawa Barat 2010. Bandung:
Dinkes Provinsi Jawa Barat. Sugiono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif Dan
Efendi dan Makhfudli. 2009. R&D. Bandung: Alfabeta.
Keperawatan Kesehatan
Komunitas Terori Dan Praktik Sandiyani, A. 2011. Lama Menjadi
Dalam Keperawatan. Jakarta: Kader, Frekuensi Pelatihan,
Salemba Medika. Pengetahuan Gizi, Dan Sikap
Kader Posyandu Dengan
Hanum.2010. pengertian Balita. Perilaku Penyampaian
http://digilib.unimus.ac.id/files/ Informasi Tentang Pesan Gizi
disk1/116/jtptunimus-gdl- Seimbang. Semarang:
muksing2a2-5767-2-babii.pdf. Universitas Diponegoro .
diperoleh tanggal 29 april 2013
Sukiarko, 2007. Pengaruh Pelatihan
Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Dengan Metode Belajar
Keperawatan Anak. Jakarta: Berdasarkan Masalah
Salemba Medika Terhadap Pengetahuan Dan
Keterampilan Kader Gizi
Dalam Kegiatan Posyandu.

509
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 9, Nomor 1, Juni 2015 ISSN 1410-234X

Semarang: Universitas
Diponegoro.

Tejasari. 2005. Nilai gizi pangan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Uci Sanusi. 2006. Beberapa Faktor


Yang Berhubungan Dengan
Keaktifan Kader Posyandu di
Wilayah Uptd Puskesmas
Pasawahan di Kabupaten
Kuningan Tahun 2006.
Tasikmalaya: Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Siliwangi.

510

Anda mungkin juga menyukai