Anda di halaman 1dari 24

MATRIKS DAN VEKTOR

SMA

Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Matematika Sekolah

Dosen Pengampu:

Drs. Toto Bara Setiawan, M.Si.

Oleh:

Kelas A

Eko Wahyu Andrechiana S. (130210101089)


Rudox Sitompul (130210101092)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
MATRIKS
1. Menemukan Konsep Matriks

Informasi yang terdapat dalam suatu koran atau majalah tidak senantiasa berupa teks
bacaan yang terdiri atas sederetan kalimat yang membentuk paragraf, tetapi ada kalanya
disampaikan dalam bentuk sebuah tabel. Tampilan informasi dalam suatu tabel lebih tersusun
baik dibandingkan dalam bentuk paragraf. Hal seperti ini sering kita temui, tidak hanya sebatas
pada koran atau majalah saja.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak informasi atau data yang ditampilkan dalam
bentuk tabel, seperti data rekening listrik atau telepon, data perolehan nilai dan absensi siswa,
maupun brosur harga jual sepeda motor.
Sebagai gambaran awal mengenai materi matriks, mari kita cermati uraian berikut ini.
Diketahui data hasil penjualan tiket penerbangan tujuan Medan dan Surabaya, dari sebuah agen
tiket, selama empat hari berturut-turut disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1: Penjualan tiket penerbangan ke Medan dan Surabaya
Hari Ke-
Tujuan
I II III IV
Medan 3 4 2 5
Surabaya 7 1 3 2

Pada saat membaca tabel di atas maka hal pertama yang perlu di perhatikan adalah kota tujuan,
kemudian banyaknya tiket yang habis terjual untuk tiap-tiap kota setiap harinya.

Masalah yang dikaji adalah aturan susunan posisi setiap objek dan benda, dinyatakan dalam
aturan baris dan kolom. Banyak baris dan kolom dikondisikan pada kajian objek yang sedang
diamati. Objek-objek yang disusun pada setiap baris dan kolom harus memiliki karakter yang
sama.
Secara umum, matriks didefinisikan sebagai berikut.
Definisi 1
Matriks adalah susunan bilangan yang diatur menurut aturan baris dan kolom dalam
suatu susunan berbentuk persegipanjang. Susunan bilangan itu diletakkan di dalam
kurung siku “[ ]“.
Biasanya pelabelan suatu matriks dinyatakan dengan huruf kapital, misalnya A, B, C, D, ..., dan
seterusnya.
Secara umum, diberikan matriks A,
𝑎11 𝑎12 𝑎13 𝑎14 … 𝑎1𝑛 Baris ke-1
𝑎21 𝑎22 𝑎23 𝑎24 … 𝑎2𝑛 Baris ke-2
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎34 … 𝑎3𝑛 Baris ke-3
𝐴𝑚×𝑛 = 𝑎 31 𝑎32 𝑎33 𝑎44 … 𝑎4𝑛
41 42 43 Baris ke-4
⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮
[𝑎𝑚1 𝑎𝑚2 𝑎𝑚3 𝑎𝑚4 … 𝑎𝑚𝑛 ] Baris ke-m

Kolom ke-1 Kolom ke-3 Kolom ke-n

Kolom ke-2 Kolom ke-4


aij bilangan real, menyatakan elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j, i = 1, 2, 3, .., m;
j = 1, 2, 3, …, n
𝐴𝑚×𝑛 : m menyatakan banyak baris matriks A dan n menyatakan banyak kolom matriks A.
Notasi m × n, menyatakan ordo (ukuran) matriks A, yang menyatakan banyak baris dan kolom
matriks A.

2. Jenis-Jenis Matriks
a. Matriks Baris
Matriks baris adalah matriks yang terdiri atas satu baris saja. Biasanya, ordo matriks seperti
ini, 1 × 𝑛, dengan n banyak kolomnya.
Contoh:
𝐴1×2 = [46 43], matriks baris berordo 1 × 2
𝐵1×4 = [22 19 14 12], matriks baris berordo 1 × 4
b. Matriks Kolom
Matriks kolom adalah matriks yang terdiri atas satu kolom saja. Matriks kolom berordo
𝑚 × 1, dengan m banyak barisnya.
Contoh:
2
𝐶2 ×1 = [ ], matriks kolom berordo 2 × 1
4
3
𝐷3 ×1 = [6], matriks kolom berordo 3 × 1
2
c. Matriks Persegi
Matriks persegi adalah matriks yang mempunyai banyak baris dan kolom sama. Matriks
ini memiliki ordo 𝑛 × 𝑛.
Contoh:
1 2
𝐴2 ×2 = [ ], matriks persegi berordo 2 × 2
3 4
9 8 7
𝐻3 ×3 = [1 2 3], matriks persegi berordo 3 × 3
5 4 6
d. Matriks Segitiga
Matriks segitiga dibagi menjadi dua yaitu:
1. Matriks segitiga atas
Matriks segitiga atas adalah matriks persegi dengan elemen-elemen di bawah elemen
diagonal utama bernilai nol.
Contoh:
1 2 3
𝐹3 ×3 = [0 2 4], matriks segitiga atas berordo 3 × 3
0 0 3
2. Matriks segitiga bawah
Matriks segitiga bawah adalah matriks persegi dengan elemen-elemen di atas elemen
diagonal utama bernilai nol.
Contoh:
1 0 0
𝐺3×3 = [4 3 0], matriks segitiga bawah berordo 3 × 3
2 1 7
e. Matriks Diagonal
Matriks diagonal adalah matriks persegi dengan semua elemennya bernilai nol kecuali
diagonal utama.
Contoh:
3 0 0
𝐴3 ×3 = [0 2 0]
0 0 1
f. Matriks Identitas

Matriks identitas adalah matriks persegi dengan semua elemennya bernilai nol kecuali
diagonal utama bernilai 1. Matriks identitas dinotasikan dengan I berordo 𝑛 × 𝑛.

Contoh:

1 0 0
𝐷3 ×3 = [0 1 0]
0 0 1
g. Matriks Nol
Matriks nol adalah matriks dengan semua elemennya bernilai nol.
Contoh:
𝐴1 ×1 = [0]
0
𝐵2 ×1 = [ ]
0

3. Transpos Matriks
Perubahan posisi elemen matriks, yang diberi simbol 𝐵 𝑇 sebagai transpos matriks B.
Contoh:
1 2 4
𝐵=[ ]
6 3 5
Transpos matriks B
1 6
𝑇
𝐵 = [2 3]
4 5

4. Kesamaan Dua Matriks


Definisi 2
Matriks A dan matriks B dikatakan sama (A = B), jika dan hanya jika:
i. Ordo matriks A sama dengan ordo matriks B.
ii. Setiap pasangan elemen yang seletak pada matriks A dan matriks B, 𝒂𝒊𝒋 = 𝒃𝒊𝒋 (untuk
semua nilai i dan j).
Contoh:
2 3
𝐴=[ ]
6 5
1 3
𝐵=[ ]
2 4
2 3
𝐶=[ ]
6 5
Matriks 𝐴 dan 𝐵 tidak sama karena setiap pasangan elemen yang seletak tidak sama.
Matriks 𝐴 dan 𝐶 dikatakan sama karena ordo matriks 𝐴 dan 𝐶 sama dan setiap pasangan
elemen yang seletak juga sama.
5. Operasi Hitung pada Matriks
a. Penjumlahan Dua Matriks
Definisi 3
Misalkan A dan B adalah matriks berordo m × n dengan elemen-elemen 𝒂𝒊𝒋 dan 𝒃𝒊𝒋 .
Jika matriks C adalah jumlah matriks A dengan matriks B, ditulis C = A + B,
matriks C juga berordo m × n dengan elemen-elemen ditentukan oleh: 𝒄𝒊𝒋 = 𝒂𝒊𝒋 +
𝒃𝒊𝒋 (untuk semua i dan j).
Catatan:
Dua matriks dapat dijumlahkan jika dan hanya jika memiliki ordo yang sama. Ordo matriks
hasil penjumlahan dua matriks sama dengan ordo matriks yang dijumlahkan.
Contoh:
1 3 2 3
𝑆 = [5 2] dan 𝑈 = [1 4], maka
6 8 2 1
1 3 2 3 1+2 3+3 3 6
𝑆 + 𝑈 = [5 2] + [1 4] = [5 + 1 2 + 4] = [6 6]
6 8 2 1 6+2 8+1 8 9

b. Pengurangan Dua Matriks


Rumusan penjumlahan dua matriks di atas dapat diterapkan untuk memahami konsep
pengurangan matriks A dengan matriks B.
Matriks –B merupakan matriks yang elemennya berlawanan dengan setiap elemen yang
bersesuaian dengan matriks B.
Misalkan A dan B adalah matriks-matriks berordo m × n. Pengurangan matriks A dengan
matriks B didefinisikan sebagai jumlah antara matriks A dengan lawan dari matriks –B,
ditulis:
A – B = A + (–B).
3 8 9 1 3 2
𝐴=[ ] dan 𝐵 = [ ], maka
5 6 7 4 1 2
3 8 9 1 3 2 3−1 8−3 9−2 2 5 7
𝐴−𝐵 =[ ]−[ ]=[ ]=[ ] atau
5 6 7 4 1 2 5−4 6−1 7−2 1 5 5
3 8 9 1 3 2
𝐴 + (−𝐵) = [ ] + {− [ ]}
5 6 7 4 1 2
3 8 9 −1 −3 −2
=[ ]+[ ]
5 6 7 −4 −1 −2
3 + (−1) 8 + (−3) 9 + (−2)
=[ ]
5 + (−4) 6 + (−1) 7 + (−2)
2 5 7
=[ ]
1 5 5
Jadi, A – B = A + (–B).

c. Perkalian Suatu Bilangan Real dengan Matriks


Dalam aljabar matriks, bilangan real k sering disebut sebagai skalar. Oleh karena itu
perkalian real terhadap matriks juga disebut sebagai perkalian skalar dengan matriks.
Definisi 4
Misalkan A adalah suatu matriks berordo m × n dengan elemen-elemen 𝒂𝒊𝒋 dan k
adalah suatu bilangan real. Matriks C adalah hasil perkalian bilangan real k
terhadap matriks A, dinotasikan: 𝑪 = 𝒌 ∙ 𝑨, bila matriks C berordo m × n dengan
elemen-elemennya ditentukan oleh: 𝒄𝒊𝒋 = 𝒌 ∙ 𝒂𝒊𝒋 (untuk semua i dan j).
Contoh:
2 3
𝐴=[ ] dan 𝑘 = 2, maka
1 4
2 3 2∙2 2∙3 4 6
𝑘∙𝐴=2∙[ ]=[ ]=[ ]
1 4 2∙1 2∙4 2 8

d. Perkalian Dua Matriks


Misalkan matriks 𝐴𝑚×𝑝 dan matriks 𝐵𝑝×𝑛 , matriks A dapat dikalikan dengan matriks B
jika banyak kolom matriks A sama dengan banyak baris matriks B. Hasil perkalian
matriks A berordo 𝑚 × 𝑝 terhadap matriks B berordo 𝑝 × 𝑛 adalah suatu matriks
berordo 𝑚 × 𝑛. Proses menentukan elemen-elemen hasil perkalian dua matriks
dipaparkan sebagai berikut:
𝑨𝑩𝒊𝒋 = 𝒂𝒊𝟏 𝒃𝟏𝒋 + 𝒂𝒊𝟐 𝒃𝟐𝒋 + ⋯ + 𝒂𝒊𝒑 𝒃𝒑𝒋
Contoh:
4 2
2 3 1
𝐴=[ ] dan 𝐵 = [1 3], maka
3 2 4
2 1
4 2
2 3 1
𝐴×𝐵 = [ ] × [1 3]
3 2 4
2 1
2∙4+3∙1+1∙2 2∙2+3∙3+1∙1
𝐴×𝐵 = [ ]
3∙4+2∙1+4∙2 3∙2+2∙3+4∙1
13 14
𝐴×𝐵 = [ ]
22 16
6. Determinan
𝑎 𝑏
Misalkan matriks 𝐴 = [ ]
𝑐 𝑑
Maka determinan matriks A dapat dinyatakan dengan
𝑎 𝑏
det(𝐴) = |𝐴| = | | = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐
𝑐 𝑑
Contoh:
3 4
𝐴=[ ]
−2 −1
3 4
det(𝐴) = | | = 3 ∙ (−1) − 4 ∙ (−2) = 5
−2 −1

7. Invers Matriks
𝑎 𝑏
Invers matriks adalah kebalikan dari matriks. Misalkan 𝐴 = [ ], invers matriks A
𝑐 𝑑
dapat dinyatakan dengan:
1 𝑑 −𝑏
𝐴−1 = [ ] dengan 𝑎 ∙ 𝑑 − 𝑏 ∙ 𝑐 ≠ 0
𝑎∙𝑑−𝑏∙𝑐 −𝑐 𝑎
Contoh:
3 5
𝐴=[ ] , maka
1 2
1 2 −5
𝐴−1 = 3∙2−5∙1 [ ]
−1 3
1 2 −5
𝐴−1 = 1[ ]
−1 3
2 −5
𝐴−1 =[ ]
−1 3

8. Kofaktor
Minor suatu matriks A dilambangkan dengan 𝑀𝑖𝑗 adalah determinan matriks bagian dari
A yang diperoleh dengan cara menghilangkan elemen-elemen pada baris ke-i dan kolom
ke-j.
𝑎11 𝑎12 𝑎13
Misalkan matriks 𝐴 = [𝑎21 𝑎22 𝑎23 ]
𝑎31 𝑎32 𝑎33
𝑎11 𝑎12 𝑎13
𝑎22 𝑎23
Minor dari 𝑀11 = [𝑎21 𝑎22 𝑎23 ]sehingga 𝑀11 = |𝑎 𝑎33 |
32
𝑎31 𝑎32 𝑎33
Kofaktor matriks A dilambangkan dengan 𝐶𝑖𝑗 = (−1)𝑖+𝑗 𝑀𝑖𝑗
Matriks adjoin dari matriks A adalah kofaktor-kofaktor matriks tersebut, yang
dilambangkan dengan 𝑎𝑑𝑗(𝐴) = (𝐶𝑖𝑗 )
Dari penjelasan diatas, diperoleh invers matriks A adalah:
1
𝐴−1 = 𝑎𝑑𝑗(𝐴)
det 𝐴
VEKTOR
A. Pengertian Vektor
Vektor adalah suatu besaran yang memiliki besar dan arah.

Ruas garis berarah pada gambar diatas mewakili sebuah vektor. Panjang garis yang diukur
dari 𝑃 ke 𝑄 menunjukkan panjang vektor tersebut. Karena terdapat titik pangkal 𝑃 dan titik
⃗⃗⃗⃗⃗ . Panjang 𝑃𝑄
ujung 𝑄 maka vektor disebut sebagai vektor 𝑃𝑄 ⃗⃗⃗⃗⃗ ini dilambangkan dengan
⃗⃗⃗⃗⃗ |. Sebuah vektor juga dapat ditulis menggunakan:
|𝑃𝑄
 Huruf kecil yang dicetak tebal.

Seperti 𝒂, 𝒃, 𝒄, dan sebagainya. Misalnya vektor ⃗⃗⃗⃗⃗


𝑃𝑄 di atas ditulis sebagi vektor 𝒂.
 huruf kecil yang di atas huruf itu dibubuhi tanda panah.

⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗
Seperti 𝑎, 𝑏, 𝑐⃗⃗⃗ dan sebagaiya. Misalnya vektor ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃𝑄 dapat dituliskan sebagai vektor 𝑎.
Penulisan vektor dengan menggunakan lambang panah di atas lebih sering digunakan.
Karena menggunakan tulisan tangan, vektor yang dibubuhi tanda panah lebih mudah
dituliskan daripada yang dicetak tebal.
Perhatikan sebarang titik 𝐴(𝑎1 , 𝑎2 ) dan titik 𝐵( 𝑏1 , 𝑏2 ) pada koordinat Cartesius berikut:
Pada bidang Cartesius tersebut, vektor 𝒂 mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal
𝑂(0,0) ke titik 𝐴(𝑎1 , 𝑎2 ). Oleh karena itu, vektor 𝒂 dapat kalian tuliskan dalam bentuk
pasangan terurut 𝒂 = (𝑎1 , 𝑎2 ). Adapun vektor 𝒃 mewakili ruas garis berarah dari titik
pangkal 𝑂(0,0) ke titik 𝐵(𝑏1 , 𝑏2 ). Vektor 𝒃 dapat dituliskan sebagai 𝒃 = (𝑏1 , 𝑏2 ).
Dengan menggunakan rumus jarak, dapat ditentukan panjang vektor 𝒂 dan 𝒃, yaitu:
Panjang vektor 𝒂 adalah |𝑎| = √𝑎1 2 + 𝑎2 2

Panjang vektor 𝒃 adalah |𝑏| = √𝑏1 2 + 𝑏2 2

Dengan menarik ruas garis dari titik 𝐴 ke titik 𝐵, kita mendapatkan vektor 𝒄. Dengan
menggunakan rumus jarak, vektor c dapat ditulis sebagai 𝒄 = ( 𝑏1 − 𝑎1 , 𝑏2 − 𝑎2 ) sehingga
panjang vektor 𝒄 adalah
|𝑐| = √(𝑏1 − 𝑎1 )2 + (𝑏2 − 𝑎2 )2
Jika arah vektor 𝒄 dibalik maka didapat vektor – 𝒄, yaitu sebuah vektor yang panjangnya
sama dengan panjang vektor 𝒄 dengan arah berlawanan. Vektor ini disebut vektor invers
dari vektor c. Jika ditulis dalam bentuk pasangan terurut, vektor −𝒄 = (𝑎1 − 𝑏1 , 𝑎2 −
𝑏2 ). Panjangnya adalah
|−𝑐| = −√(𝑎1 − 𝑏1 )2 + (𝑎2 − 𝑏2 )2 = √(𝑏1 − 𝑎1 )2 + (𝑏2 − 𝑎2 )2
Untuk setiap vektor 𝒂 yang bukan vektor nol, dapat ditentukan suatu vektor satuan dari
vektor 𝒂, dilambangkan dengan 𝑒̂ . Vektor satuan arahnya searah dengan vektor 𝒂 dan
panjangnya sama dengan satu satuan.
𝑥
Jika vektor 𝒂 = (𝑦), maka vektor satuan dari 𝒂 dirumuskan dengan:

𝑎 1 𝑥
𝑒̂ = = (𝑦 )
|𝑎| √𝑥 2 + 𝑦 2
Vektor-vektor satuan 𝑖̂ dan 𝑗̂ dapat dinyatakan dengan vektor kolom, yaitu:
1 0
𝑖̂ = ( ) dan 𝑗̂ = ( )
0 1
Dengan pemahaman yang sama seperti vektor pada bidang (𝑅 2 ), kita dapat memahami
vektor pada ruang (𝑅 3 ). Misalnya, ambil sebarang titik 𝐴 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) dan 𝐵 =
(𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ) pada ruang (𝑅 3 ), maka kita dapat menuliskan vektor 𝒂 yang mewakili ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑂𝐴 dan
⃗⃗⃗⃗⃗ dalam bentuk pasangan terurut sebagai berikut:
vektor 𝒃 yang mewakili vektor 𝑂𝐵
𝒂 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) dan 𝒃 = (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 )
Panjang kedua vektor ini masing-masing

|𝒂| = √𝒂𝟏 𝟐 + 𝒂𝟐 𝟐 + 𝒂𝟑 𝟐 dan |𝒃| = √𝑏1 𝟐 + 𝑏2 2 + 𝑏𝟑 𝟐

Untuk vektor pada ruang (𝑅 3 ), juga dapat ditentukan vektor satuannya. Jika vektor
𝑥
𝑦
𝒂 = ( ), maka vektor satuan dari a dirumuskan dengan:
𝑧
𝒂 1 𝑥
𝑒̂ = = (𝑦)
|𝒂| √𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 𝑧
Vektor-vektor satuan 𝑖̂, 𝑗̂, dan 𝑘̂ dapat dinyatakan dalam vektor kolom, yaitu:
1 0 0
𝑖̂ = (0) , 𝑗̂ = (1), dan 𝑘̂ = (0)
0 0 1
Contoh soal:
Diketahui segitiga 𝐴𝐵𝐶 dengan titik-titik sudut 𝐴(0, 3, 5), 𝐵(2, 4, 6), dan 𝐶(4, 3, 1).
Tentukan:
a. Vektor 𝒑 yang mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal 𝐴 ke titik 𝐵
b. Vektor 𝒒 yang mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal 𝐵 ke titik 𝐶
c. Vektor 𝒓 yang mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal 𝐴 ke titik 𝐶
d. Keliling segitiga 𝐴𝐵𝐶
Jawab:
a. Vektor 𝒑 yang mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal 𝐴 ke titik 𝐵,
maka 𝒑 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 = (2 − 0, 4 − 3, 6 − 5) = (2,1,1).
⃗⃗⃗⃗⃗ | = √22 + 12 + 12 = √4 + 1 + 1 = √6
Panjang vektor 𝒑 adalah |𝒑| = |𝐴𝐵
b. Vektor 𝒒 yang mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal 𝐵 ke titik 𝐶,
⃗⃗⃗⃗⃗ = (4 − 2, 3 − 4, 1 − 6) = (2, −1, −5).
maka 𝒒 = 𝐵𝐶
⃗⃗⃗⃗⃗ | = √22 + (−1)2 + (−5)2 = √4 + 1 + 25 =
Panjang vektor 𝒒 adalah |𝒒| = |𝐵𝐶

√30
c. Vektor 𝒓 yang mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal 𝐴 ke titik 𝐶,
maka 𝒓 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐶 = (4 − 0, 3 − 3, 1 − 5) = (4,0, −4).
⃗⃗⃗⃗⃗ | = √42 + 02 + (−4)2 = √16 + 0 + 16 =
Panjang vektor 𝒓 adalah |𝒓| = |𝐴𝐶

√32 = 4√2
d. Keliling segitiga 𝐴𝐵𝐶 = |𝒑| + |𝒒| + |𝒓| = √6 + √30 + 4√2
B. Operasi pada Vektor
 Penjumlahan dan Pengurangan Vektor
Perhatikan titik-titik 𝐴(𝑎1 , 𝑎2 ), 𝐵(𝑏1 , 𝑏2 ), dan 𝐶(𝑐1 , 𝑐2 ) pada koordinat Cartesius berikut
ini:

Pada gambar tersebut, vektor 𝒂, 𝒃, 𝒄 dapat kita tulis sebagai berikut:


𝒂 = (𝑏1 − 𝑎1 , 𝑏2 − 𝑎1 )
𝑏1 − 𝑎1
Dapat pula ditulis 𝒂 = ( )
𝑏2 − 𝑎2
𝒃 = (𝑐1 − 𝑏1 , 𝑐2 − 𝑏1 )
𝑐 − 𝑏1
Dapat pula ditulis 𝒃 = ( 1 )
𝑐2 − 𝑏2
𝒄 = (𝑐1 − 𝑎1 , 𝑐2 − 𝑎1 )
𝑐1 − 𝑎1
Dapat pula ditulis 𝒄 = (𝑐 − 𝑎 )
2 2

Sekarang jumlahkanlah vektor 𝒂 dan 𝒃. karena vektor merupakan matriks kolom, maka
kita dapat menjumlahkan vektor 𝒂 dan 𝒃 dengan menggunakan aturan penjumlahan
matriks. Dengan aturan ini, akan diperoleh:
𝑏 − 𝑎1 𝑐 − 𝑏1 𝑏 − 𝑎1 + 𝑐1 − 𝑏1 𝑐1 − 𝑎1
𝒂+𝒃=( 1 )+( 1 )=( 1 ) = (𝑐 − 𝑎 ) = 𝒄
𝑏2 − 𝑎2 𝑐2 − 𝑏2 𝑏2 − 𝑎2 + 𝑐2 − 𝑏2 2 2

Uraian tersebut menunjukkan bahwa 𝒂 + 𝒃 = 𝒄. Secara geometris, penjumlahan antara


vektor 𝒂 dan 𝒃 ini dilakukan dengan cara, yaitu:
1) Cara segitiga
Dalam cara ini, titik pangkal vektor 𝒃 berimpit dengan titik ujung vektor 𝒂. Jumlah
vektor 𝒂 dan 𝒃 didapatkan dengan menarik ruas garis dari titik pangkal vektor 𝒂 ke
titik ujung vektor 𝒃. Ruas garis ini diwakili oleh vektor 𝒄. Akibatnya 𝒂 + 𝒃 = 𝒄.

2) Cara jajargenjang

Misalkan, vektor 𝒂 mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal 𝐴 ke titik 𝐵 dan
vektor 𝒃 mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal 𝐶 ke titik 𝐷. Dalam cara
jajargenjang, titik pangkal vektor 𝒂 berimpit dengan titik pangkal vektor 𝒃, yaitu
𝐴=𝐶.
Dengan membuat jajargenjang 𝐴𝐵𝐸𝐷, akan diperoleh
⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 + ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐷 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 + ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐵𝐸 (karena ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐷 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐵𝐸 )
Sehingga ⃗⃗⃗⃗⃗ 𝐵𝐸 = ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 + ⃗⃗⃗⃗⃗ 𝐴𝐸 ( cara segitiga )
⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝒂 ∙ 𝐴𝐷
Oleh karena 𝐴𝐵 ⃗⃗⃗⃗⃗ = 𝒃 dan ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐸 = 𝒄, maka 𝒂 + 𝒃 = 𝒄.
Sekarang jika vektor 𝒂 dijumlahkan dengan invers vektor 𝒃, maka kita mendapatkan
penjumlahan vektor 𝒂 + (−𝒃) sebagai berikut:
Seperti pada bilangan real, kita dapat menuliskan 𝒂 + (−𝒃) = 𝒂 − 𝒃.
Secara geometris, kita dapat mengurangkan 𝒂 dengan 𝒃 sebagai berikut:

Dengan menggunakan aturan penjumlahan dan pengurangan matriks kolom, kita


dapat menyatakan aturan penjumlahan dan pengurangan vektor sebagai berikut.
 Untuk 𝒂 dan 𝒃 vektor-vektor di 𝑅 2 , berlaku
𝑎1 𝑏 𝑎 + 𝑏1
𝒂 + 𝒃 = (𝑎 ) + ( 1 ) = ( 1 )
2 𝑏2 𝑎 2 + 𝑏2
𝑎1 𝑏 𝑎 − 𝑏1
𝒂 − 𝒃 = (𝑎 ) − ( 1 ) = ( 1 )
2 𝑏2 𝑎2 − 𝑏2
Dengan menggunakan pasangan terurut, dapat dituliskan
𝒂 + 𝒃 = (𝑎1 , 𝑎2 ) + (𝑏1 , 𝑏2 ) = (𝑎1 + 𝑏1 , 𝑎2 + 𝑏2 )
𝒂 − 𝒃 = (𝑎1 , 𝑎2 ) − (𝑏1 , 𝑏2 ) = (𝑎1 − 𝑏1 , 𝑎2 − 𝑏2 )
 Untuk 𝒂 dan 𝒃 vektor-vektor di 𝑅 3 , berlaku
𝑎1 𝑏1 𝑎1 + 𝑏1
𝑎
𝒂 + 𝒃 = ( 2 ) + (𝑏2 ) = (𝑎2 + 𝑏2 )
𝑎2 𝑏3 𝑎3 + 𝑏3
𝑎1 𝑏1 𝑎1 − 𝑏1
𝑎
𝒂 − 𝒃 = ( 2 ) − (𝑏2 ) = (𝑎2 − 𝑏2 )
𝑎3 𝑏3 𝑎3 − 𝑏3
Dengan menggunakan pasangan terurut, dapat dituliskan
𝒂 + 𝒃 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) + (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ) = (𝑎1 + 𝑏1 , 𝑎2 + 𝑏2 , 𝑎3 + 𝑏3 )
𝒂 − 𝒃 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) − (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ) = (𝑎1 − 𝑏1 , 𝑎2 − 𝑏2 , 𝑎3 − 𝑏3 )
Perhatikan gambar berikut!

Dari gambar tersebut, dapat dinyatakan:


 𝒃+𝒄=𝒂
 𝒅+𝒆 =𝒄
 𝒃+𝒅+𝒆=𝒂
Contoh soal:
Diketahui vektor-vektor 𝒂 = (0, −2, −1), 𝒃 = (2,3,4), dan 𝒄 = (−3,0,3),
tentukan:
1. 𝒂 + 𝒃 6. 𝒂 + 𝒂
2. 𝒃 + 𝒂 7. 𝒂 − 𝒂
3. 𝒃 + 𝒄 8. 𝒂 + 𝟎
4. 𝒃 − 𝒄 9. (𝒂 + 𝒃) + 𝒄
5. 𝒄 − 𝒃 10. 𝒂 + (𝒃 + 𝒄)
Jawab:
1. 𝒂 + 𝒃 = (0, −2, −1) + (2,3,4) = (0 + 2, −2 + 3, −1 + 4) = (2,1,3)
2. 𝒃 + 𝒂 = (2,3,4) + (0, −2, −1) = (2 + 0,3 + (−2), 4 + (−1)) = (2,1,3)
3. 𝒃 + 𝒄 = (2,3,4) + (−3,0,3) = (2 + (−3), 3 + 0,4 + 3) = ((−1), 3,7)
4. 𝒃 − 𝒄 = (2,3,4) − (−3,0,3) = (2 − (−3), 3 − 0,4 − 3) = (5,3,1)
5. 𝒄 − 𝒃 = (−3,0,3) − (2,3,4) = ((−3) − 2,0 − 3,3 − 4) =
((−5), (−3), (−1))
6. 𝒂 + 𝒂 = (0, −2, −1) + (0, −2, −1) = (0 + 0, (−2) + (−2), (−1) +
(−1)) = (0, (−4), (−2))
7. 𝒂 − 𝒂 = (0, −2, −1) − (0, −2, −1) = (0 − 0, (−2) − (−2), (−1) −
(−1)) = (0,0,0)
8. 𝒂 + 𝟎 = (0, −2, −1) + (0,0,0) = (0 + 0, (−2) + 0, (−1) + 0) =
(0, −2, −1)
9. (𝒂 + 𝒃) + 𝒄 = ((0, −2, −1) + (2,3,4)) + (−3,0,3) = (0 + 2, (−2) +
3, (−1) + 4) + (−3,0,3) = (2,1,3) + (−3,0,3) = (−1,1,6)
10. 𝒂 + (𝒃 + 𝒄) = (0, −2, −1) + ((2,3,4) + (−3,0,3)) = (0, −2, −1) + (2 +
(−3), 3 + 0,4 + 3) = (0, −2, −1) + (−1,3,7) = (−1,1,6)
 Perkalian Skalar dengan Vektor
Apa yang terjadi jika vektor-vektor yang dijumlahkan adalah 𝑘 vektor yang sama? Dalam
penjumlahan tersebut, kita akan mendapatkan sebuah vektor baru yang setiap komponen-
komponennya diperoleh dengan mengalikan 𝑘 dengan setiap komponen-komponen
vektor 𝒖. Akibatnya vektor baru tersebut segaris dengan vektor 𝒖 dan memiliki panjang
𝑘|𝒖|. Jika 𝑘 skalar tak nol dan vektor 𝒖 = (𝑢1 , 𝑢2 , … , 𝑢𝑛 ), maka 𝑘𝒖 =
(𝑘𝑢1 , 𝑘𝑢2 , … , 𝑘𝑢𝑛 ).
Dalam perkalian skalar dengan vektor ini, jika 𝑘 > 0, maka vektor 𝑘𝒖 searah dengan
vektor 𝒖. Adapun jika 𝑘 < 0, maka vektor 𝑘𝒖 berlawanan arah dengan vektor 𝒖.

Contoh soal:
Diketahui vektor 𝒂 = (1,4,5) dan 𝒃 = (2,3,2), tentukan vektor 𝒄 = 𝟐𝒂 + 𝟑𝒃.
Jawab:
𝒄 = 𝟐𝒂 + 𝟑𝒃
𝒄 = 2(1,4,5) + 3(2,3,2)
𝒄 = (2,8,10) + (6,9,6)
𝒄 = (8,17,16)
 Sifat-sifat Operasi Hitung pada Vektor
Vektor di 𝑅 2 berhubungan dengan letak suatu titik pada sebuah bidang dengan pasangan
bilangan (𝑥, 𝑦) merupakan koordinat Cartesius dari suatu titik atau koordinat bidang.

Vektor 𝑅 3 mempunyai pasangan bilangan (𝑥, 𝑦, 𝑧) yang merupakan koordinat Cartesius


dari suatu titik atau koordinat ruang ketiga sumbu membentuk tiga bidang yaitu bidang
𝑥𝑦, bidang 𝑥𝑧, dan bidang 𝑦𝑧. Ketiga bidang tersebut membagi ruag dimensi tiga menjadi
8 daerah seperti gambar berikut:

Sifat-sifat yang terdapat dalam operasi hitung vektor adalah sebagai berikut:
Jika 𝒂, 𝒃, dan 𝒄 vektor-vektor di 𝑅 2 atau di 𝑅 3 dan 𝑘 serta 𝑙 skalar tak nol maka berlaku
hubungan berikut:
1. 𝒂 + 𝒃 = 𝒃 + 𝒂
2. (𝒂 + 𝒃) + 𝒄 = 𝒂 + (𝒃 + 𝒄)
3. 𝒂 + 𝟎 = 𝟎 + 𝒂 = 𝒂
4. 𝒂 + (−𝒂) = 𝟎
5. 𝑘(𝑙𝒂) = (𝑘𝑙)𝒂
6. 𝑘(𝒂 + 𝒃) = 𝑘𝒂 + 𝑘𝒃
7. (𝑘 + 𝑙)𝒂 = 𝑘𝒂 + 𝑙𝒂
8. 1𝒂 = 𝒂
Berikut akan dibuktikan sifat 1, sifat 2, sifat 4, dan sifat 7.
Pembuktian sifat 1
Ambil sebarang vektor 𝒂 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) dan 𝒃 = (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ), maka
𝒂 + 𝒃 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) + (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 )
𝒂 + 𝒃 = (𝑎1 + 𝑏1 , 𝑎2 + 𝑏2 , 𝑎3 + 𝑏3 )
𝒂 + 𝒃 = (𝑏1 + 𝑎1 , 𝑏2 + 𝑎2 , 𝑏3 + 𝑎3 )
𝒂 + 𝒃 = (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ) + (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 )
𝒂+𝒃=𝒃+𝒂
Jadi 𝒂 + 𝒃 = 𝒃 + 𝒂

Pembuktian sifat 2
Ambil sebarang vektor 𝒂 = (𝑎𝟏 , 𝑎2 , 𝑎3 ), 𝒃 = (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ), dan 𝒄 = (𝑐1 , 𝑐2 , 𝑐3 ), maka:
(𝒂 + 𝒃) + 𝒄 = ((𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) + (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 )) + (𝑐1 , 𝑐2 , 𝑐3 )
(𝒂 + 𝒃) + 𝒄 = (𝑎1 + 𝑏1 , 𝑎2 + 𝑏2 , 𝑎3 + 𝑏3 ) + (𝑐1 , 𝑐2 , 𝑐3 )
(𝒂 + 𝒃) + 𝒄 = (𝑎1 + 𝑏1 + 𝑐1 , 𝑎2 + 𝑏2 + 𝑐2 , 𝑎3 + 𝑏3 + 𝑐3 )
(𝒂 + 𝒃) + 𝒄 = (𝑎1 + (𝑏1 + 𝑐1 ), 𝑎2 + (𝑏2 + 𝑐2 ), 𝑎3 + (𝑏3 + 𝑐3 ))
(𝒂 + 𝒃) + 𝒄 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) + ((𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ) + (𝑐1 , 𝑐2 , 𝑐3 ))
(𝒂 + 𝒃) + 𝒄 = 𝒂 + (𝒃 + 𝒄)
Jadi (𝒂 + 𝒃) + 𝒄 = 𝒂 + (𝒃 + 𝒄)

Pembuktian sifat 4
Ambil sebarang vektor 𝒂 = (𝑎𝟏 , 𝑎2 , 𝑎3 ), maka:
𝒂 + (−𝒂) = (𝑎𝟏 , 𝑎2 , 𝑎3 ) + (−𝑎1 , −𝑎2 , −𝑎3 )
= (𝑎1 − 𝑎1 , 𝑎2 − 𝑎2 , 𝑎3 − 𝑎3 )
= (0,0,0) = 0
Jadi 𝒂 + (−𝒂) = 𝟎

Pembuktian sifat 7
Ambil sebarang skalar 𝑘 dan 𝑙 serta vektor 𝒂 = (𝑎𝟏 , 𝑎2 , 𝑎3 ), maka:
(𝑘 + 𝑙)𝒂 = (𝑘 + 𝑙)(𝑎𝟏 , 𝑎2 , 𝑎3 )
(𝑘 + 𝑙)𝒂 = ((𝑘 + 𝑙)𝑎1 , (𝑘 + 𝑙)𝑎2 , (𝑘 + 𝑙)𝑎3 )
(𝑘 + 𝑙)𝒂 = (𝑘𝑎1 + 𝑙𝑎1 , 𝑘𝑎2 + 𝑙𝑎2 , 𝑘𝑎3 + 𝑙𝑎3 )
(𝑘 + 𝑙)𝒂 = (𝑘𝑎1 , 𝑘𝑎2 , 𝑘𝑎3 ) + (𝑙𝑎1 , 𝑙𝑎2 , 𝑙𝑎3 )
(𝑘 + 𝑙)𝒂 = 𝑘(𝑎𝟏 , 𝑎2 , 𝑎3 ) + 𝑙(𝑎𝟏 , 𝑎2 , 𝑎3 )
(𝑘 + 𝑙)𝒂 = 𝑘𝒂 + 𝑙𝒂
Jadi (𝑘 + 𝑙)𝒂 = 𝑘𝒂 + 𝑙𝒂
C. Perbandingan Vektor
Alif pergi dari rumah ke sekolahnya dengan berjalan kaki melintasi sebuah jalan yang lurus.
Jika saat ini, ia telah meninggalkan rumah sejauh m meter dan ia harus menempuh jarak n
meter lagi untuk tiba di sekolah, maka perbandingan jarak yang telah ditempuh dengan jarak
yang belum ditempuhnya adalah m : n.
Misalkan:
Posisi rumah Alif adalah 𝑃
Posisi sekolah adalah 𝑄
Posisi Alif saat ini adalah 𝑁 maka dapat dituliskan 𝑃𝑁: 𝑁𝑄 = 𝑚: 𝑛.
Dari perbandingan ini, dapat dinyatakan titik 𝑁 sebagai vektor posisi 𝒏 dalam vektor posisi
titik 𝑃 dan 𝑄. Caranya sebagai berikut:

𝒏 = 𝒓 + ̅̅̅̅
𝑃𝑁
𝑚
𝒏=𝒓+ ̅̅̅̅
𝑃𝑄
𝑚+𝑛
𝑚
𝒏=𝒓+ (𝒔 − 𝒓)
𝑚+𝑛
𝑚𝒓 + 𝑛𝒓 + 𝑚𝒔 − 𝑚𝒓
𝒏=
𝑚+𝑛
𝑚𝒔 + 𝑛𝒓
𝒏=
𝑚+𝑛
𝑚𝒔+𝑛𝒓
Jadi, 𝒏 = 𝑚+𝑛
𝑥2 𝑥1
𝑚(𝑦 )+𝑛(𝑦 )
2 2 1
Jika 𝑃(𝑥1 , 𝑦1 ) dan 𝑄(𝑥2 , 𝑦2 ) di 𝑅 , maka 𝒏 = 𝑚+𝑛
𝑚𝑥2 +𝑛𝑥1 𝑚𝑦2 +𝑛𝑦1
Koordinat titik 𝑁 adalah 𝑁 ( , )
𝑚+𝑛 𝑚+𝑛
𝑥2 𝑥1
𝑚(𝑦2 )+𝑛(𝑦1 )
𝑧2 𝑧1
Jika 𝑃(𝑥1 , 𝑦1 , 𝑧1 ) dan 𝑄(𝑥2 , 𝑦2 , 𝑧2 ) di 𝑅 3 , maka 𝒏 = 𝑚+𝑛
𝑚𝑥2 +𝑛𝑥1 𝑚𝑦2 +𝑛𝑦1 𝑚𝑧2 +𝑛𝑧1
Koordinat titik 𝑁 adalah 𝑁( , , )
𝑚+𝑛 𝑚+𝑛 𝑚+𝑛

Dalam perbandingan 𝑃𝑁: 𝑁𝑄 = 𝑚: 𝑛 terdapat dua kasus, yaitu:


1. Titik 𝑁 membagi 𝑃𝑄 di dalam.

2. Titik 𝑁 membagi 𝑃𝑄 di luar.

Contoh soal:
Tentukanlah koordinat suatu titik pada garis hubung 𝐴(2,3,4) dan 𝐵(6,7,8) di dalam dan di
luar dengan perbandingan 1: 3.
Jawab:
Misalkan, titik tersebut titik 𝑃.
a. Untuk titik 𝑃 membagi 𝐴𝐵 di dalam dengan perbandingan 1: 3, berlaku 𝐴𝑃: 𝑃𝐵 = 1: 3.
Koordinat titik P dapat ditentukan dengan cara berikut.
1∙6+3∙2 1∙7+3∙3 1∙8+3∙4
𝑃( , , ) = 𝑃(3,4,5)
1+3 1+3 1+3
Jadi, titik 𝑃(3,4,5)
b. Untuk titik 𝑃 membagi 𝐴𝐵 di luar dengan perbandingan 1: 3, berlaku 𝐴𝑃: 𝑃𝐵 =
1: (−3).
Koordinat titik 𝑃 dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
1 ∙ 6 + (−3) ∙ 2 1 ∙ 7 + (−3) ∙ 3 1 ∙ 8 + (−3) ∙ 4
𝑃( , , ) = 𝑃(0,1,2)
1+3 1+3 1+3
Jadi, titik 𝑃(0,1,2)

D. Perkalian Skalar Dua Vektor dan Proyeksi Vektor


Jika 𝒂 dan 𝒃 vektor-vektor tak nol dan 𝛼 sudut di antara vektor 𝒂 dan 𝒃, maka perkalian
skalar vektor 𝒂 dan 𝒃 didefinisikan oleh
𝒂 ∙ 𝒃 = |𝒂||𝒃| cos 𝛼
Jika dinyatakan dalam bentuk pasangan terurut, perkalian skalar dua vektor ini didefinisikan
sebagai berikut:
Jika 𝒂 = (𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑎𝑛 ) dan 𝒃 = (𝑏1 , 𝑏2 , . . . , 𝑏𝑛 ) adalah vektor sebarang pada 𝑅 𝑛 , maka
hasil kali dalam atau perkalian skalarnya adalah
𝒂 ∙ 𝒃 = 𝑎1 𝑏1 + 𝑎2 𝑏2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑏𝑛
 Jika 𝒂 = (𝑎1 , 𝑎2 ) dan 𝒃 = (𝑏1 , 𝑏2 ) vektor-vektor di 𝑅 2 , maka 𝒂 ∙ 𝒃 = 𝑎1 𝑏1 + 𝑎2 𝑏2
 Jika 𝒂 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) dan 𝒃 = (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ) vektor-vektor di 𝑅 3 , maka
𝒂 ∙ 𝒃 = 𝑎1 𝑏1 + 𝑎2 𝑏2 + 𝑎3 𝑏3
Dalam perkalian skalar dua vektor terdapat sifat-sifat berikut:
Jika 𝒂, 𝒃, dan 𝒄 vektor-vektor di 𝑅 2 atau di 𝑅 3 dan 𝑘 skalar tak nol, maka:
1. 𝒂 ∙ 𝒃 = 𝒃 ∙ 𝒂
2. 𝒂 ∙ (𝒃 + 𝒄) = 𝒂 ∙ 𝒃 + 𝒂 ∙ 𝒄
3. 𝑘(𝒂 ∙ 𝒃) = (𝑘𝒂) ∙ 𝒃 = 𝒂 ∙ (𝑘𝒃)
4. 𝒂 ∙ 𝒂 = |𝒂|𝟐
Berikut akan dibuktikan sifat 1 dan sifat 3.
Pembuktian sifat 1
Ambil sebarang vektor 𝒂 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) dan 𝒃 = (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ), maka:
Misalkan 𝒂 = 𝑎1 𝑖̂ + 𝑎2 𝑗̂ + 𝑎3 𝑘̂ dan 𝒃 = 𝑏1 𝑖̂ + 𝑏2 𝑗̂ + 𝑏3 𝑘̂
𝒂 ∙ 𝒃 =(𝑎1 𝑖̂ + 𝑎2 𝑗̂ + 𝑎3 𝑘̂ ) ∙ (𝑏1 𝑖̂ + 𝑏2 𝑗̂ + 𝑏3 𝑘̂)
𝒂 ∙ 𝒃 = 𝑎1 𝑏1 𝑖̂ ∙ 𝑖̂ + 𝑎2 𝑏1 𝑖̂ ∙ 𝑗̂ + 𝑎3 𝑏1 𝑖̂ ∙ 𝑘̂ + 𝑎1 𝑏2 𝑖̂ ∙ 𝑗̂ + 𝑎2 𝑏2 𝑗̂ ∙ 𝑗̂ + 𝑎3 𝑏2 𝑗̂ ∙ 𝑘̂ + 𝑎1 𝑏3 𝑖̂ ∙ 𝑘̂
+ 𝑎2 𝑏3 𝑗̂ ∙ 𝑘̂ + 𝑎3 𝑏3 𝑘̂ ∙ 𝑘̂
karena 𝑖̂ ∙ 𝑖̂ = 𝑗̂ ∙ 𝑗̂ = 𝑘̂ ∙ 𝑘̂ = 1 dan
karena 𝑖̂, 𝑗̂, 𝑘̂ saling tegak lurus, maka 𝑖̂ ∙ 𝑗̂ = 𝑖̂ ∙ 𝑘̂ = 𝑗̂ ∙ 𝑘̂ = 0
sehingga
𝒂 ∙ 𝒃 = 𝑎1 𝑏1 + 𝑎2 𝑏2 + 𝑎3 𝑏3
𝒂 ∙ 𝒃 = 𝑏1 𝑎1 + 𝑏2 𝑎2 + 𝑏3 𝑎3
𝒂∙𝒃= 𝒃∙𝒂
Jadi, 𝒂 ∙ 𝒃 = 𝒃 ∙ 𝒂
Pembuktian sifat 3
Ambil sebarang vektor 𝒂 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) dan 𝒃 = (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ), dan k skalar tak nol, maka:
𝑘(𝒂 ∙ 𝒃) = 𝑘(𝑎1 𝑏1 + 𝑎2 𝑏2 + 𝑎3 𝑏3 )
𝑘(𝒂 ∙ 𝒃) = (𝑘𝑎1 𝑏1 + 𝑘𝑎2 𝑏2 + 𝑘𝑎3 𝑏3 ) … (∗)
𝑘(𝒂 ∙ 𝒃) = (𝑘𝑎1 )𝑏1 + (𝑘𝑎2 )𝑏2 + (𝑘𝑎3 )𝑏3
𝑘(𝒂 ∙ 𝒃) = (𝑘𝒂) ∙ 𝒃
Dari persamaan (*), diperoleh
𝑘(𝒂 ∙ 𝒃) = 𝑎𝟏 (𝑘𝑏1 ) + 𝑎2 (𝑘𝑏2 ) + 𝑎3 (𝑘𝑏3 ) = 𝒂 ∙ (𝑘𝒃)
Perhatikan gambar berikut!

Proyeksi vektor 𝒂 dan vektor 𝒃 adalah vektor 𝒄.


Perhatikan segitiga 𝐴𝑂𝐵!
|𝒄| 𝒂∙𝒃 𝒂∙𝒃
Pada segitiga 𝐴𝑂𝐵, cos 𝜃 = |𝒂| → |𝒄| = |𝒂| cos 𝜃 = |𝒂| |𝒂||𝒃| = |𝒃|
𝒂∙𝒃
Jadi, panjang proyeksi vektor 𝒂 pada vektor 𝒃 adalah |𝒄| = |𝒃|

Setelah mengetahui panjangnya, dapat pula menentukan vektor proyeksi tersebut, yaitu:
𝒄 = |𝒄| × vektor satuan 𝒄
𝒃
Oleh karena 𝒄 berimpit dengan 𝒃 maka vektor satuan 𝒄 adalah |𝒃|
𝒂∙𝒃 𝒃 𝒂∙𝒃
Jadi, 𝒄 = ∙
|𝒃| |𝒃|
= |𝒃|𝟐 ∙ 𝒃
𝒂∙𝒃 𝒃 𝒂∙𝒃
Sehingga proyeksi vektor 𝒂 pada vektor 𝒃 adalah vektor 𝒄 = ∙
|𝒃| |𝒃|
= |𝒃|𝟐 ∙ 𝒃

Contoh soal:
Diketahui vektor 𝒂 = (1, −1,0) dan 𝒃 = (−1,2,2). Tentukanlah:
a. Besar sudut yang dibentuk oleh vektor 𝒂 dan vektor 𝒃
b. Panjang proyeksi vektor 𝒂 dan vektor 𝒃
c. Vektor proyeksi 𝒂 pada vektor 𝒃
Jawab:
a. Untuk menentukan besar sudut yang dibentuk oleh vektor 𝒂 dan vektor 𝒃, terlebih
dahulu tentukanlah 𝒂 ∙ 𝒃, |𝒂|, |𝒃|
𝒂 ∙ 𝒃 = 1 ∙ (−1) + (−1) ∙ 2 + 0 ∙ 2 = −1 − 2 + 0 = −3
|𝒂| = √12 + (−1)𝟐 + 0𝟐 = √1 + 1 = √2

|𝒃| = √(−1)2 + 22 + 22 = √1 + 4 + 4 = √9 = 3
Misalkan sudut yang dibentuk oleh vektor 𝒂 dan vektor 𝒃 adalah 𝜃, maka:
𝒂∙𝒃 −3 1
cos 𝜃 = |𝒂||𝒃| = = − 2 √2
√2 ∙3

Didapat 𝜃 = 135°
b. Misalkan vektor proyeksi 𝒂 pada 𝒃 adalah 𝒄, maka:
𝒂 ∙ 𝒃 −3
|𝒄| = = = |−1| = 1
|𝒃| 3
Jadi, panjang proyeksi vektor 𝒂 pada vektor 𝒃 adalah 1.
c. Vektor proyeksi 𝒂 pada 𝒃 adalah
(−1,2,2) 1 2 2
𝒄 = |𝒄| = 1 ∙ = ( ,− ,− )
3 3 3 3

Anda mungkin juga menyukai