Anda di halaman 1dari 78

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penganekaragaman bahan pangan berbasis bahan pangan lokal saat ini

merupakan tuntutan zaman atau merupakan suatu keharusan karena keterbatasan

ketersedian bahan pangan konvensional seperti beras, terigu, jagung dan kedelai.

Komoditi-komoditi tersebut diimpor dari luar negeri sehingga terjadi pengurangan

Devisa Negara. Beras, jagung dan kedelai produksinya menurun karena

produksinya menurun karena produktivitas lahan rendah dan semakin sempitnya

lahan pertanian. Sedangkan terigu yang diolah dari gandum tidak dihasilkan di

Indonesia tetapi diimpor dari luar negeri dalam bentuk tepung atau gandum utuh

yang diolah menjadi tepung terigu di Jawa dan di Makasar (Ginting, Sundari dan

Kelti, 2013).

Talas (Colocasia esculenta L.) merupakan tanaman umbi-umbian yang

banyak terdapat di Nusa Tenggara Timur dan mudah tumbuh pada hampir semua

jenis tanah, dapat menjadi alternatif penghasil tepung karena mempunyai kadar

pati yang tinggi. Pati yang terdapat pada umbi talas mengandung amilopektin

yang tinggi dan tepat digunakan dalam pengolahan pangan karena akan

memberikan cita rasa yang khas dan tekstur yang pulen dan lengket seperti beras

ketan.

Hasil tanaman talas di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) pada

tahun 2014 sebesar 2.750 ton dengan luas areal 1.458 ha (Dinas Pertanian TTS,

2014). Hasil umbi talas yang berlimpah ini belum dimanfaatkan secara optimal

1
untuk meningkatkan nilai ekonominya oleh masyarakat kabupaten TTS.

Pengolahan hasil umbi talas masih sangat terbatas yaitu berupa ubi rebus dan ubi

bakar. Padahal bila diterapkan teknologi pengolahan pangan dengan dijadikan

tepung maka dapat dibuat berbagai jenis makanan yang mempunyai nilai ekonomi

yang tinggi dan dapat meningkatkan pendapatan petani.

Industri pengolahan pangan saat ini masih bergantung pada tepung terigu

sebagai bahan pokok dalam pembuatan berbagai jenis kue dan mi instan. Harga

terigu mahal saat ini karena harus diimpor dari luar negeri, sehingga sering kali

terjadi yaitu industri pengolahan dan home industri kekurangan bahan pokok

terigu. Oleh karena itu perlu dicari tepung alternatif sebagai pengganti terigu.

Umbi talas dapat menjadi pilihan sebagai pengganti terigu karena kandungan

patinya yang lebih tinggi (77,9%) dari kadar pati dalam terigu (77,3). Pati dalam

tepung tersebut yang berperan utama dalam bentuk kue dan mie instan.

Makaron merupakan kue kering berbasis tepung terigu dengan bahan

tambahan telur, gula, margarine, susu, kelapa, pengembang dan bahan perisa serta

dalam pembuatannya dengan cara dioven. Tepung terigu yang digunakan dalam

pembuatan makaron dapat digantikan dengan tepung talas yang membuat cita rasa

dan tekstur produk makaron lebih menarik karena pati talas mempunyai beberapa

keunggulan seperti yang telah disebutkan di atas. Dalam pembuatan makaron,

tepung terigu tidak disubstitusi hingga 100% tetapi masih digunakan hingga

beberapa persen karena tepung talas tidak mengandung protein gluten. Protein

gluten yang membuat adonan lebih elastis sehingga mempermudah dalam

pencetakan, berpengaruh terhadap tekstur produk dan penampilan produk.

2
Penelitian tentang substitusi tepung terigu dengan tepung talas dalam

pembuatan kue kering (makaron) yang telah dilakukan yaitu substitusi hingga

50% dan kualitas makaron yang dihasilkan cukup baik hingga kurang baik

(Balitkabi Malang, 2014). Hasil penelitian ini menunjukaan bahhwa penampilan

kue kering kurang baik karena retak-retak yang disebabkan karena tidak tepatnya

kandungan protein gluten dan pembuatan tepung talas yang kurang baik. Tekstur

kue keras (tidak empuk) karena komposisi terigu, tepung talas dan telur yang

tidak seimbang. Komponen gizinya kurang baik karena kadar proteinnya lebih

rendah dari syarat yang ditetapkan oleh SNI 2005 untuk kue kering. Kadar protein

yang rendah ini dapat disebabkan karena proporsi terigu dan telur ayam yang

digunakan rendah. Oleh karena itu, proporsi terigu dan telur ayam dapat

ditingkatkan hingga jumlah tertentu yang dapat meningkatkan kompoenen gizi

dan dari segi organoleptik juga dapat diterima.

Kualitas atau karakter makaron yang dibentuk dengan substitusi tepung

terigu dengan tepung talas di bawah 50% dan di atas 50% serta proporsi telur

ayam dengan jumlah tertentu yang tepat belum diketahui dengan pasti atau hasil-

hasil penelitiannya masih terbatas. Selain itu penggunakan bahan baku umbi talas

lokal asal TTS dalam pembuatan makaron belum pernah dilakukan sehingga

kualitasnya belum diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, perlu melakukan

penelitian dengan judul kajian substitusi tepung terigu dengan tepung talas lokal

asal TTS terhadap mutu kue kering (makaron).

3
B. Tujuan

Untuk memperoleh satu perlakuan substitusi tepung terigu dengan

tepung talas yang memberikan kualitas kue kering (makaron) terbaik.

C. Manfaat

Sebagai informasi bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur dalam

pemanfaatan bahan pangan berbasis bahan pokok lokal talas untuk meningkatkan

daya guna dan nilai ekonomi komoditi ubi-ubian. Sebagai informasi ilmiah bagi

institusi pendidikan dan instansi terkait dalam pengembangan penganekaragaman

bahan pangan lokal di Nusa Tenggara Timur.

D. Hipotesis

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu Minimal terdapat

satu perlakuan substitusi tepung terigu dengan tepung talas yang memberikan

mutu kue kering (makaron) terbaik.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tepung Terigu

Tepung terigu merupakan bahan dasar dalam pembuatan berbagai jenis

produk makanan seperti mie, kue, roti, biskuit dan produk lainnya. Nilai gizi dari

teriggu tergantung pada susunan kimia tepung murni pada bahan dasarnya.

Tepung teriggu dalam pembuatan mie berfungsi sebagai pembentuk tekstur,

pengikat bahan lain, dan mendistribusikan bahan lain secara merata serta

membentuk cita rasa (Matz, 1978). Menurut Kent (1975), tepung ialah bahan baku

utama untuk membuat biskuit. Tepung terigu mempengaruhi tekstur setelah

pemanggangan, kekerasan dan bentuk dari biskuit (Widianto dkk., 2002). Tepung

juga memegang peranan penting dalam pembentukan cita rasa. Ada dua macam

tepung terigu yaitu terigu kuat dan lemah. Istilah kuat dan lemah menunjukkan

kadar protein (gluten) gandumnya. Terigu kuat mengandung protein (gluten) yang

lebih tinggi (Matzdan Matz, 1978).

Protein yang ada di dalam tepung terigu yang tidak larut dalam air akan

menyerap air dan ketika diaduk/diulen akan membentuk glutenyang akan

menahan gas CO2 hasil reaksi ragi dengan pati di dalam tepung. Komposisi kimia

tepung dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

5
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Tepung Terigu (per 100 gram bahan)

Komposisi Jumlah
Kalori (kal) 365
Protein (g) 8,9
Lemak (g) 1,3
Karbohidrat (g) 77,3
Air (g) 12,0
P (mg) 106
Kalsium (mg) 16
Fe (mg) 1,2
Bdd 100

(Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I, 1996)


Penambahan tepung yang mengandung gluten seperti tepung terigu

dimaksudkan untuk membantu penangkapan gas-gas CO2 hasil fermentasi khamir

(Artama, 2001). Gluten terbentuk ketika tepung terigu dicampurkan dengan air.

Gluten terbentuk dari dua komplek yang dikenal sebagai gliadin dan glutenin.

Glutenin membantu terbentuknya kekuatan dan kekerasan adonan. Gliadin lebih

lembut dan mempengaruhi perpaduan dan elastisitas adonan. Glutenin

mengandung lebih banyak lipida dalam tepung terigu dalam bentuk lipo protein

(Widianto dkk., 2002).

Tepung pensubstitusi terigu yang tidak mengandung gluten dapat

menyebabkan substitusi yang dilakukan tersebut menurunkan kadar dan mutu

gluten dari tepung yang disubstitusi, karena gluten merupakan suatu massa yang

sebagian besar terdiri dari protein, lengket seperti karet dan dapat diperoleh dari

tepung gandum, dengan cara membuat adonan dan mencucinya dengan

airmengalir (Winarno, 1993). Tepung terigu yang mengandung protein sekitar 7,5-

8% cocok untuk digunakan dalam pembuatan biskuit, kue kering dan crackers.

6
Tepung terigu jenis ini memiliki kemampuan menyerap air sedikit dan akan

menghasilkan adonan yang kurang elastis (Subarna, 1992).

B. Tepung Talas

Di Indonesia, talas lebih banyak digunakan sebagai pangan kudapan

(keripik, kolak, ubi goreng dan ubi rebus) atau tambahan sayur. Di negara-negara

lain seperti di Jepang dan New Zealand, talas telah dimanfaatkan sebagai bahan

baku produk berbasis karbohidrat seperti roti, kue-kue, makanan bayi atau

produk-produk ekstrusi. Hal ini disebabkan karena talas memiliki sifat-sifat

fungsional pendukung keberhasilan aplikasinya pada suatu produk pangan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa tepung talas berpotensi untuk

digunakan sebagai ingredien untuk pembuatan produk baru ataupun untuk

mengganti tepung-tepung konvensional. Tepung talas memiliki kapasitas absorpsi

air yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pengental untuk soup ataupun

produk olahan lainnya. Granula patinya yang tahan panas memungkinkan tepung

talas digunakan sebagai pengental pada produk yang diolah pada suhu tinggi.

Tepung talas juga memiliki kapasitas absorpsi lemak yang tinggi.

Dengan kapasitas absorpsi airnya yang juga tinggi, maka tepung ini sangat

potensial digunakan untuk mempertahankan flavor, memperbaiki palatabilitas dan

memperpanjang umur simpan produk olahan daging, maupun produk-produk

lainnya seperti whipped toppings, sosis, chiffon, deserts, angel cake dan sponge

cake.

Tepung talas cocok untuk membuat cookies karena berdasarkan hasil

peneliti sebelumnya tepung talas dapat menggantikan fungsi tepung 100%, yang

berarti dapat menggantikan tepung terigu secara keseluruhan. Cookies memiliki

7
teksur yang rapuh dan ringan, dan mampu membentuk struktur yang dapat

mempertahankan bentuk cookies (Hamidah, 2009: 116). Produk pati seri

merupakan produk yang populer, juga merupakan jenis makanan yang digemari

oleh masyarakat Indonesia.

C. Klasifikasi Talas dan Defenisi talas (Colocasia esculenta L.) Schott)

Umbi talas sangat bermanfaat sebagai bahan makanan tambahan maupun

sebagai penyangga bahan pangan bagi daerah-daerah pada saat terjadinya

kelangkaan pangan (musim paceklik) misalnya yang diakibatkan oleh terjadinya

kemarau panjang dan sebagainya.

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan : plantae
Devisi : angiosperms
Kelas : monocots
Ordo : alismatales
Famili : araceae
Subfamili : aroideae
Bangsa : caladieae
Genus : xanthosoma
Spesies : Colocasia., Esculenta (L.) Schott

a. Daun Talas b. Umbi Talas

Gambar 1. a. Daun Talas dan b. Umbi Talas

8
Talas (Colocasia.,Esculenta (L.) Schott) suku talas-talasan atau Araceae

merupakan tumbuhan penghasil umbi, populer ditanam terutama di wilayah

Indonesia bagian barat. Talas mirip dengan keladi (taro) namun menghasilkan

umbi yang lebih besar seperti dapat dilihat pada Gambar 1.

D. Morfologi Tanaman

Daun talas berbentuk perisai yang besar. Daun ini dapat digunakan

sebagai pelindung kepala bila hujan. Permukaan daunnya ditumbuhi rambut-

rambut halus yang menjadikannya kedap air karena air akan mengalir langsung

meninggalkan permukaan daun. Daunnya juga sebagai pakan ikan gurame.

E. Manfaat Tumbuhan

Dewasa ini tepung talas sudah cukup banyak dijumpai dipasaran. Hal ini

menunjukkan makin berkembangnya aneka ragam makanan di masyarakat

Indonesia khususnya di Pulau Jawa yang menempatkan talas sebagai salah satu

bahan dasar pembuatan makanan, contohnya adalah tepung talas.

F. Kandungan Nutrisi Talas

Dalam 100 gram talas kukus tanpa bumbu, terdapat 142 kalori. Mayoritas

kalori berasal dari karbohidratnya. Hebatnya, dalam 100 gram itu lemaknya cuma

0,75 gram, sedangkan seratnya sebanyak 5,3 gram. Jumlah ini sudah memenuhi

20,5% kebutuhan serat anda dalam sehari. Serat sangat bagus untuk memperlancar

kerja pencernaan.

9
Seperti halnya umbi-umbian yang lain, nutrisi terbanyak di dalam talas

adalah karbohidrat. Komponen karbohidrat di dalam talas berupa pati yang

kandungannya mencapai 77.9 persen. Kandungan amilopektin yang tinggi di

dalam talas menjadikan rasa dan tekstur talas menjadi lengket dan pulen seperti

beras ketan. Pati di dalam talas memiliki sifat yang mudah dicerna, cocok

dijadikan makanan lansia atau menu diet pasca sakit.

Kandungan nutrisi lain yang cukup berarti di dalam talas adalah protein.

Dibandingkan dengan singkong dan ubi jalar, kandungan protein talas setingkat

talas lebih tinggi. Setiap 100 g talas mengandung 1.9 g protein, sedangkan

singkong mengandung 1.2 g dan ubi jalar 1.8 g. Kandungan protein di dalam talas

mengandung beragam asam amnino esensial namun rendah histidin, lisin,

isoleusin, triptofan dan metionin, karenanya variasikan umbi talas dengan bahan

lain seperti kacang-kacangan untuk meningkatkan sumber proteinnya.

Kekayaan gizi talas makin lengkap dengan muatan beragam

mineral.Satu cangkir talas mengandung 10% magnesium dan fosfat, dan 13%

tembaga yang kita butuhkan setiap hari. Talas juga bahan pangan sempurna,

karena setiap cangkirnya mengandung 18% potasium, 30% mangan, dan kalium

yang anda butuhkan. Potasium berguna untuk menjaga kerja jantung dan tekanan

darah, mangan menjadi andalan lancarnya metabolisme protein dan lemak di

dalam tubuh, sementara kalium baik untuk menjaga kesehatan jantung.

10
Tabel 2.2. Kandungan Gizi 100 g Tepung Talas

Komponen Kadar
Energi 19 kal
Protein 1,9 g
Lemak 0,2 g
Karbohidrat 23,7 g
Kalsium 28,0 mg
Fosfor 61 mg
Besi 1,0 mg
Vitamin A 3 RE
Vitamin C 4,0 mg
Vitamin B1 0,13 mg
Air 73,0 g
Bahan yang dapat dimakan 85 %
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1979).

G. Komposisi Kimia dan Kandungan Gizi Talas

Komposisi pati tanaman talas pada umumnya terdiri dari amilopektin

sebagai bagian terbesar dan sisanya amilosa. Adanya informasi mengenai

komposisi pati diharapkan dapat menjadi data pendukung dalam menentukan jenis

produk yang akan dibuat dari pati atau tepung talas. Penelitian pada 71 sampel

umbi talas yang diambil dari negara Fiji, Samoa Barat dan Kepualauan Solomon,

diperoleh kadar pati rata-rata sebesar 24,5% dan serat sebesar 1,46% (Bradbury &

Holloway 1988).

Talas merupakan sumber pangan yang penting karena selain merupakan

sumber karbohidrat, protein dan lemak, talas juga mengandung beberapa unsur

mineral dan vitamin sehingga dapat dijadikan bahan obat-obatan. Sebagai

pengganti nasi talas mengandung banyak karbohidrat dan protein yang terkandung

dalam umbinya sedangkan daunnya dipergunkann untuk sebagai sumber nabati.

Komposisi zat yangt terkaanduung dalam 100gram talas dapat dillihat pada tabel

dibawahh ini:

11
Tabel 2. 3. Kandungan Gizi Talas Per 100 g Berat Basah Dan Tepung Talas

Komponen Satuan Talas Talas Talas


Mentah Kukus Rebus

Energi Kal 98 120 -

Protein g 1,9 1,5 1,17

Lemak g 0,2 0,3 29,31

Karbohidrot g 23,7 28,2 0,026

Kalsium mg 28,0 31,0 -

Fosfor mg 61,0 3,0 -

Besi mg 1,0 0,7 -

Vitamin A Re 3,0 0 -

Vitamin C mg 4,0 2,0 -

Vitamin B1 mg 0,13 0,05 -

Air G 73,0 69,2 61,0

Bagian yang dapat % 85,0 85,0 -


dimakan

Sumber: a. Direktorat Gizi, Depkes RI (1979), b. Payne et al. (1941)

H. Fungsi Bahan Peyusun Kue Kering Makaron

1. Air

Air sangat berpengaruh pada kepadatan adonan. Air juga dapat

mengembangkan protein dalam tepung yang bertindak menahan dari baking

powder. Air dapat memberi kebasahan sehingga tekstur kue kering lebih empuk

12
(Lekker Snck and Cookies, 2011). Air yang digunakan yaitu air dengan kualitas

standar PDAM Kota Kupang.

2. Gula Pasir

Gula merupakan senyawa organik yang penting sebagai bahan makanan,

karena gula didalam tubuh sebagai sumber kalori. Selain sebagai bahan makanan,

gula digunakan sebagai bahan pengawet makanan, bahan baku alcohol,dan

pencampur obat-obatan. Gula merupakan senyawa kimia yang termasuk

karbohidrat, memiliki rasa manis dan larut dalam air (Adayanti, 1991).

3. Margarine

Fungsi margarine untuk menjaga kue agar tahan lama, menambah nilai

gizi, member aroma pada cookies, membuat cookies terasa empuk dan

menimbulkan rasa enak. Margarine untuk cookies harus mempunyai kemampuan

kemampuan yang baik dalam pengkreman, rasa dan bau yang netral, harus mampu

mengemulsi dengan baik dan warnanya harus putih (Lekker Snack and Cookies,

2011).

4. Tepung Terigu

Bahan utama dari tepung terigu adalah gandum.Terigu mengandung

gluten dengan persentase berbeda.sampai saat ini belum ada bahan dasar lain

sebagai pengganti gandum untuk membuat terigu, karena gandum adalah satu-

satunya biji-bijian yang mengandung gluten.

5. Tepung Talas

13
Tepung talas cocok untuk membuat cookies karena berdasarkan hasil

peneliti sebelumnya tepung talas dapat menggantikan fungsi tepung 100%, yang

berarti dapat menggantikan tepung terigu secara keseluruhan. Cookies memiliki

teksur yang rapuh dan ringan, dan mampu membentuk struktur yangdapat

mempertahankan bentuk cookies (Hamidah, 2009: 116). Produk patiseri

merupakan produk yang populer, juga merupakan jenis makanan yang digemari

oleh masyarakat Indonesia.

6. Kelapa Sangrai

Kelapa sangrai punya banyak manfaat untuk masakan. Diantaranya

memberi rasa gurih dan harum aroma kelapa yang wangi.

7. Susu Bubuk

Susu bubuk sering digunakan sebagai campuran adonan kue. Seperti

adonan roti, kue kering atau cake. Susu bubuk juga biasa dilarutkan dengan air

dan bias digunakan sebagai bahan pelarut saus masakan atau pengganti krim

kental. Dalam pembuatan adonan roti, cake atau kue kering, susu bubuk sebaiknya

dicampurkan dengan bahan kering yang lain. Seperti tepung terigu dangula halus.

Bahan ini kemudian diayak agar mudah tercampur rata dengan bahan lain.

Penambahan susu bubuk didalam adonan roti menjadikan aroma roti

akan lebih harum tekstur roti lebih lembut, berserat halus, lebih lembab dan cita

rasanya lebih lezat. Fungsi susu bubuk didalam cake juga memberikan aroma cake

lebih harum, tekstur cake lebih moist dan struktur remah cake lebih lembut.

Berbeda dengan kue kering dengan menambahkan susu bubuk didalam adonan

kue kering, hasil warna kue akan lebih kuning kecoklatan, aroma kue lebih harum

14
dan rasa lebih lezat. Susu bubuk juga bias ditambahkan kedalam adonan kering

bercita rasa gurih, seperti pada adonan Kastagels dan kulit pie.

8. Telur

Telur merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi berasal dari

ternak unggas, terutama mengandung protein dan zat-zat makanan yang

dibutuhkan tubuh manusia, seperti asam amino, vitamin dan mineral yang mudah

dicerna.

9. Vanili

Vanili termasuk dalam bahan aneka Essence/esens. Essence

digunakan untuk menambahkan atau menguatkan aroma pada bahan cake, roti,

kue, pudding, maupun minuman.Bentuknya ada yang cair adapula yang

bubuk.Penggunaan vanilla pada cookies disesuaikan dengan keinginan selera

pengguna dalam pembuatan produk kue tersebut.Pada pembuatan kue tersebut

biasanya digunakan yaitu 1-2 g/kg bahan adonan.

I. Kue Kering Makaron

Makaron merupakan kue kering berbasis tepung terigu dan bahan

tambahan telur, gula, margarine, susu, kelapa, pengembang dan bahan perisa serta

dalam pembuatannya dengan cara dioven. Tepung terigu yang digunakan dalam

pembuatan makaron dapat digantikan dengan tepung talas yang membuat cita rasa

dan tekstur produk makaron lebih menarik karena pati talas mempunyai beberapa

keunggulan seperti yang disebutkan diatas. Dalam pembuatan makaron, tepung

terigu tidak disubstitusi sehigga 100% tetapi masih digunakan sehingga beberapa

persen karena tepung talas tidak mengandung protein gluten. Protein gluten yang

15
membuat adonan lebih elastis sehingga mempermudah dalam percetakan dan

berpengaruh terhadap tekstur produk.

Pada umumnya pembuatan kue kering adalah sebagai berikut bahan

dilumatkan, kemudian dimasak dan dicetak berupa lempengan tipis yang disebut

kue kering (Kemal, 2001). Standar mutu kue kering menurut 01-2973-1992 dapat

dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4. Syarat Mutu Kue Kering Menurut SNI 01-2973-1992


Kriteria Uji Klasifikasi
Kalori (Kal/100 g) Min 400
Air (%) Max 5
Protein (%) Min 9
Lemak (%) Min 9,5
Karbohidrat (%) Max 70
Serat kasar (%) Max 0,5
Abu (%) Max 1,5
Logam berbahaya Negatif
Bau dan rasa Normal dan tidak tengik
Angka lempeng total Max 1x106
(Koloni/g)
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1992)

Teknologi pembuatan kue kering makaron meliputi tahapan – tahapan

pembuatan sebagai berikut:

1. Pemilihan bahan.
2. Pencampuran bahan.
3. Percetakan
4. Pengovenan
5. Cookies makaron
6. Pengemasan

16
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Labolatorium Teknologi Hasil

Pertanian,Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana pada bulan September

sampai November 2016. Analisis Tekstur kue kering makaron dikerjakan di

Labolatorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Kupang dan

Labolatorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pembuatan kue kering makaron yaitu :

Kompor gas, Wajan, Pisau, Nampan, Sutel, Oven kue, Loyang, Mixer kue, Garpu

(sebagai cetakan ), Timbangan, Ceret ukur, Dulang, Baskom.

Alat yang digunakan dalam analisis kimia kue kering makaron yaitu:

Cawan Porselen, Oven, Timbangan analitik, Desikator, Tanur, Labu ukur, Lemari

asam, Erlenmeyer, Pipet, Kertas Saring, Tabung reaksi, Atomic Absorption

Spectrophotometer, dan Penetrometer.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan kue kering makaron yaitu

Bahan : Gula pasir ( yang telah di haluskan ), margarine, tepung terigu, tepung

talas, kelapa sangria (buah kelapa yang sudah di kupas, diparut dan digoreng ),

susu bubuk, telur, vanili..

Bahan yang digunakan dalam analisis kimia kue kering makaron yaitu

sampel kue kering makaron, H2SO4, aquades, H2BO3 2%, selenium, NaOH 40%,

HCl 0,02 N, dan kloroform.

17
C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan

faktor tunggal substitusi terigu dengan tepung talas (a) dengan 6 perlakuan yaitu:

A1 : 100% Tepung Terigu


A2 : 90% Tepung Terigu + 10% Tepung Talas
A3 : 80% Tepung Terigu + 20% Tepung Talas
A4 : 60% Tepung Terigu + 40% Tepung Talas
A5 : 40% Tepung Terigu + 60% Tepung Talas
A6 : 20% Tepung Terigu + 80% Tepung Talas

Setiap level faktor atau perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh 18

satuan percobaan. Pemberian perlakuan pada satuan percobaan dilakukan secara

acak menggunakan sepuluh ribu bilangan teracak.

D. Pelaksanaan Penelitian
1. Proses pembuatan tepung talas melalui tahap sebagai berikut:
 Sortasi
Pemilihan umbi talas yang baik dan segar untuk proses pembuatan tepung

talas
 Ubi talas segar
 Pengupasan dan pencucian
Umbi talas yang akan digunakan sebagai bahan baku tepung talas harus

cukup umur berkisar 6-18 bulan ditandai dengan daun yang tampak mulai

menguning atau mengering. Talas yang sudah terpilih dikupas kulitnya

kemudian di cuci hingga bersih agar kotoran yang menempel pada umbi

menjadi bersih kemudian rendam dalam air bersih.

 Pengirisan
Umbi talas yang telah dicuci kemudian dirajang (pengirisan) menjadi

bentuk chip (irisan melintang yang tipis) dengan ketebalan 1-1,5 mm

untuk mempermudah dalam pengeringan.


 Perendaman

18
Umbi talas yang sudah di Rajang harus di rendam menggunakan air dan

NaCl (garam) yang berfungsi untuk menghilangkan getah pada umbi talas.
 Pencucian
Umbi talas yang sudah di rendam harus di cuci menggunakan air bersih

agar getah Stidak menempel lagi pada umbi talas.


 Pengeringan
Umbi talas yang telah di cuci kemudian dijemur pada sinar matahari

efektif selama dua hari hingga umbis mudah patah apabila diremas. Proses

pengeringan dapat juga dilakukan dengan oven dengan suhu 50 derajat

Celsius, cara ini digunakan apabila cuaca hujan. Kualitas terbaik adalah

pengeringan dengan sinar matahari.


 Penepungan
Setelah umbi talas kering, langkah selanjutnya adalah dimasukkan

kedalam mesin penepung apabila kapasitas dan volumenya banyak.

Tingkat kehalusan tepung adalah 100 mesh.Selain dengan mesin penepung

untuk kapasitas sedikit dapat digunakan alat penumbuk batu/kayu,dengan

alat ini untuk mencapai tingkat kehalusan 100 mesh perlu diayak dengan

pengayak tepung.

 Tepung Talas Sortasi


Agar tepung talas dapat tahan lama, maka perlu dikemas dalam kantong
Umbi Talas Segar
plastik kedap udara agar tidak mudah rusak.
Detail proses pembuatan tepung talas dapat dilihat pada diagram berikut:
Pengupasan dan Pencucian

Pengirisan

Perendaman

Pencucian

Pengiringan

Penepungan
19

Tepung Talas
Gambar 3.1. Diagram Alir Pembuatan Tepung Talas

2. Proses Pembuatan Cookies Makaron

Proses pembuatan cookies makaron dapat dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

Langkah kerja:
 Masukkan 200 g margarine,60 g gula halus dan 3 butir telur (bagian

kuning telurnyasaja) ke dalam baskom lalu di mixer hingga berubah warna

menjadi putih.
 Masukkan ½ kg tepung talas,1/2 kg tepung terigu,1/2 kg kelapa sangrai,60

g susu bubuk dan vanili secukupnya, ke dalam adonan pertama yang telah

di mixer, kemudian di campur hingga rata..


 Adonan tersebut dicetak menggunakan garpu.
 Setelah dicetak, adonan dimasukkan ke dalam Loyang
 Masukkan loyang yang telah diisi adonan kedalam oven dan kemudian

dipanggang hingga matang.


 Setelah mattantgt kue kering makaron didintginkan dan di kemas di dalam

toples dan siap untuk dianalisis.


Mentega+gula+telur
flowchart proses pembuatan kue kering makaron dapat dilihat pada Gambar 3.2 di
Di kocok hingga putih
bawah ini.
Campurkan tepung talas,tepung
teringu,kelapa sangrai,susu
bubuk,vanili
Pencetakan

Pemanggangan pada api


kecil±1500C 20
selama 15
menit

Kue Kering
Gambar 3.2. Diagram alir pembuatan kue kering makaron berbasis tepung

talas

E. Parameter Pengamatan

Karakter mutu kue kering makaron yang diamati dalam penelitian ini adalah

karakter kimia dan organopleptik kue kering

1. Analisis Kadar Protein (AOAC, 1984)


Kadar protein ditentukan dengan metode kjedahl menggunakan

destruksi Gerhardt Kjeldaterm, dengan prosedur kerja sebagai berikut :


Sampel yang telah dibuat tepung agar homogen ditimbang sebanyak

0,5 g kemudian,dimasukkan ke dalam labu kjedahl 100 mL. Ditambahkan

kurang lebih 1g campuran selenium dan 10 mL H 2SO4 pekat kemudian

dihomogenkan.Didestruksi dalam lemari asam sampai jernih.Bahan dibiarkan

dingin, kemudian dibuang kedalam labu ukur 100 mL sambil dibilas dengan

aquades. Dibiarkan dingin kemudian ditambahkan aquades sampai tanda tera.

Disiapkan penampung yang terdiri dari 10 mL H 2BO3 2% tambah 4 tetes

larutan indicator dalam enlenmeyer 100 mL. Dipipet 5 mL NaOH 30 % dan

21
100 mL aquades disuling hingga volume penampung menjadi kurang lebih 50

mL. Dibilas ujung penyuling dengan aquades kemudian ditampung bersama

isinya. Dititrasi dengan larutan HCI atau H 2SO4 0,02 N, perhitungan kadar

protein dilakukan dengan rumus sebagai berikut :


% Kadar Protein  % N x FK
((B ml - A ml) x Ar Nitrogen x Faktor Pengenceran x Normalitas NaOH)
%N  x 100%
Bobot Sampel (mg)

2. Analisis Kadar Lemak (Sudarmadji, 1997)


Kadar lemak ditentukan dengan metode Soxhlet dengan prosedur kerja

penentuan kadar lemak sebagai berikut :


Ditimbang dengan teliti 1 g sampel ditimbang, lalu dimasukkan ke

dalam tabung reaksi berskala 10 mL. Ditambahkan kloroform mendekati

skala. Kemudian ditutup rapat, dikocok dan dibiarkan semalam, himpitkan

dengan tanda skala 10 mL dengan pelarut lemak yang sama dengan memakai

pipet,lalu dikocok hingga homogeny kemudian disaring dengan kertas saring

ke dalam tabung reaksi. Sampai dipipet 5 mL ke dalam cairan yang telah

diketahui beratnya (a gram ) lalu diovenkan dengan suhu 1000C selama 3 jam.

Sampel dimasukkan ke dalam desikator + 30 menit, kemudian ditimbang (b

gram). Dihitung kadar lemak kasar dengan rumus sebagai berikut :

3. Analisis Kadar Air (Sudarmadji, 1997)


Pengukuran kadar air sampel dilakukan dengan proses pengeringan

dengan prosedur kerja pengukuran kadar air yaitu Cawan kosong dan

tutupnya dikeringkan dalam oven selama 15 menit kemudian didinginkan

dalam desikator. Sampel

22
ditimbang dengan cepat kurang lebih 5g sampel yang sudah

dihomogenkan dalam cawan. Sampel kemudian dimasukan dalam oven selama

3 jam. Cawan didinginkan selama 3-5 menit, setelah itu bahan ditimbang

kembali. Bahan dikeringkan kembali didalam oven kurang lebih 30 menit

sampai diperoleh berat yang tetap. Bahan didinginkan kemudian ditimbang

sampai diperoleh berat yang tetap. Dihitung kadar airnya dengan rumus :

4. Analisis Kadar Abu ( Sudarmadji, 1997 )


Kadar abu di tentukan dengan metode thermografimetri Pengukuran

kadar abu dilakukan dengan prosedur yaitu pertama Cawan pengabuan

dibakar dalam tanur kemudian didinginkan 3-5 menit lalu ditimbang.

Ditimbang dengan cepat kurang lebih 5g sampel yang sudah dihomogenkan

dalam cawan. Sampel dimasukkan ke dalam cawan pengabunan kemudian

dimasukkan ke dalam tanur dan dibakar sampai dapat abu berwarna abu – abu

atau sampai beratnya tetap. Bahan didinginkan kemudian ditimbang.

Dihitung kadar abunya dengan rumus :

5. Analisis Karbohidrat Metode by Difference (Winarno,1992)

Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang terdapat pada

bahan makanan yang di konsumsi setiap hari, sumber energinya terdapat pada

jagung, beras dan umbi-umbian. Karbohidrat merupakan sumber kalori utama

dan beberapa golongan karbohidrat menghasilkan serat yang berguna bagi

pencernaan, serta mempunyai peranan penting dalam menentukan

karakteristik bahan makanan misalnya rasa,warna,tekstur dan lain-lain.

23
Kadar karbohidrat dihitung menggunakan rumus :
% Karbohidrat = 100-(% air +% abu + % protein + % lemak)
6. Analisis Kadar Mineral Fe (Sudarmadji dkk, 1997)

Kadar mineral Fe dilakukan dengan prosedur yaitu sesudah

penghilangan bahan-bahan organik dengan pengabuan sebanyak 1 g dilarutkan

dalam aquaria yaitu asam sitrat : HCl ( 3:1 )p, kemudian ditetapkan

volumenya dalam labu takar 50 mL. Setelah itu larutan disebarkan dalam

nyala api yang ada di dalam alat AAS (Atomic Absorpyion Spectrophotometer)

sehingga absorpsi atau emisi logam Fe dapat dianalisa dan diukur pada

panjang gelombang 248,3 nm.

Kadar Fe = hasil pembacaan absorbansi (μg / mL x 50)


10 (1 g)
7. Uji Sifat Fisik (Kekerasan).

Kekerasan atau kerenyahan metode penetrometri (Ranggana 1986)

Kekerasan atau kerenyahan diukur dengan menggunakan metode

penetrometer. Kue kering direntangkan pada dasar alat penetrometer,

kemudian ditusukkan jarum ke dalam kue kering selama 1 detik. Nilai

kerenyahan atau kekerasan dapat dilihat pada angka yang ditunjukkan oleh

meter penunjuk.

8. Uji Organoleptik (Branger, et al, 1999; Lawlless and Heyman, 1998).

Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan atau

kelayakan suatu produk agar dapat diterima oleh panelis (konsumen). Metode

pengujian yang dilakukan adalah metode hedonic (uji kesukaan) meliputi

rasa,aroma,dan tekstur. Dalam metode hedonic ini, panelis (konsumen) diminta

memberikan penilaian berdasarkan tingkat kesukaan.Skor yang digunakan

24
adalah (5) sangat suka, (4) suka, (3) agak suka, (2) tidak suka dan, (1) sangat

tidak suka. Kuisioner dapat dilihat pada lampiran 2 hingga lampiran 6.

F. Model Matematis (RAL) dan Metode Analisis Data

a) Metode matematika dari RAL (Gazperz, 1992), yaitu:

Metode Matematika dari RAL (Rancangan Acak Lengkap)

menurut Gaspersz yaitu:

Yij=µ + αi + εij

i=1, 2, 3, 4, 5, 6

j=1, 2, 3

Dimana:

Yij = nilai hasil pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh perlakuan ke-i

εij= pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

b) Metode Analisis Data


Data yang diperoleh dianalisis menggunakan fasilitas statistik computer

program SPSS versi 21,0 yang meliputi sidik ragam dan uji Tukey HSD

pada α 0,05. Data organoletik dianalisis menggunakan alat analisis

statistic non parametrik yaitu uji Friedmann dan uji lanjut Least

Significant Ranked Difference/LSRD pada pada α 0,05 (IMB, 2013)

BAB IV.

25
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Kue kering merupakan salah satu jenis makanan ringan yang diminati

masyarakat bentuknya tipis, datar (gepeng), dan biasanya berukuran kecil

berbahan baku tepung terigu. Kue kering digolongkan berdasarkan cara

pencampuran dan resep yang digunakan, dengan adonan yang lunak, renyah, dan

tekstur yang kurang padat. Dalam pembuatan kue kering, tepung, telur, baking

powder merupakan komponen yang memegang peranan penting dan berpengaruh

terhadap sifat-sifat produk khususnya sifat fisik dan citarasa.

Penelitian ini menggunakan faktor substitusi dalam beberapa perlakuan

tepung terigu dengan tepung talas yaitu A1 =500g tepung terigu, A2 = 450g

tepung terigu + 50g tepung talas A3 = 400g tepung terigu + 100g tepung talas A4

= 300g tepung terigu + 200g tepung talas A5 = 200g tepung terigu + 300g tepung

talas A6 = 100g tepung terigu + 400g tepung talas

Penelitian ini diawali dengan sortasi dimana pemilihan ubi talas yang

layak digunakan dalam pembuatan tepung, setelah itu talas yang sudah terpilih

dikupas kulitnya kemudian di cuci hingga bersih agar kotoran yang menempel

pada umbi menjadi bersih kemudian rendam dalam air bersih. Umbi talas yang

telah dicuci kemudian dirajang (pengirisan) menjadi bentuk chip (irisan melintang

yang tipis) dengan ketebalan 1-1,5 mm untuk mempermudah dalam pengeringan.

Umbi talas yang sudah di rajang harus di rendam menggunakan air dan

NaCl(garam) yang berfungsi untuk menghilangkan getah pada umbi talas. Umbi

talas yang telah di cuci kemudian dijemur pada sinar matahari efektif selama dua

26
hari hingga singkong mudah patah apabila diremas. Proses pengeringan dapat

juga dilakukan dengan oven dengan suhu 50°C, cara ini digunakan apabila cuaca

hujan. Kualitas terbaik adalah pengeringan dengan sinar matahari.Setelah umbi

talas kering, langkah selanjutnya adalah dimasukkan kedalam mesin penepung

apabila kapasitas dan volumenya banyak. Tingkat kehalusan tepung adalah 100

mesh.. Secara detail dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

a) Ubi talas yang telah b) pengupasan ubi talas c) ubi talas dicuci
di sortasi menggunakan pisau menggunakan air bersih

d) ubi talas di iris e) ubi talas direndam f) irisan ubi talas di jemur
menggunakan alat menggunakan NaCl di sinar matahari
pengiris

g) tepung talas.

Gambar 4.1 Proses pembuatan tepung talas

27
Penelitian selanjutnya persiapan bahan-bahan dan proses pembuatan kue

kering. Bahan yang akan digunakan ditimbang,setelah itu mikser bahan tersebut

hingga adonannya mengembang dan berwarna puti. Adonan tersebut dicetak dan

di dioven hingga matang. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

a. Persiapan bahan b. kelapa yang suda c. pencampuran bahan-


pembuatan kue kering diparut kemudian di bahan setelah itu
sangrai mixser.

f. kue kering makaron


d. pencetakan adonan e. pengovenan adonan yang suda matang
pada Loyang hingga matang siap di analisis.

Gambar 4.2 Proses pembuatan kue kering

B. Pengamatan Sifat Kimia Kue Kering Makaron


Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi suatu

bahan pangan atau produk makanan,seperti kadar protein,kadar lemak dan

karbohidrat. Informasi kandungan gizi suatu produk sangat penting untuk

mengetahui jumlah energy yang terdapat pada produk tersebut.oleh karena

itu,untuk mengetahui sifat kimia kue kering makaron maka dilakukan beberapa

28
pengujian yang meliputi kadar protein,kadar lemak,kadar air,karbohidrat dan

kadar abu.
1. Kadar Protein Kue Kering Makaron

Protein merupakan kandungan yang sangat penting dalam bahan

pangan.hal ini disebabkan karena protein berfungsi sebagai pembongkaran

molekul protein-protein untuk mendapatkan energi atau unsur senyawa C,H,O

dan N untunk reaksi metababolisme. Protein juga penting untuk keperluan

fungsional dan struktural dan untuk keperluan tersebut komposisi asam-asam

amino pembentuk protein sangat penting fungsinya.bahan pangan umumnya

terdiri atas 20 macam asam-asam amino (Purnomo, dan Adiono, 2010).

Hasil analisis ragam menunjukan tingkat substitusi tepung terigu

dengan tepung talas berpengaruh signifikan terhadap kadar protein kue kering

makaron.(dapat dilihat pada lampiran 5) Hasil uji lanjut Tukey HSD pada taraf

α. 0,05 terhadap nilai rata-rata kandungan protein kue kerig makaron.Dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Nilai rata-rata kadar protein (% d/b) padakue kering makaron hasil
substitusi tepung terigu dengan tepung ubi talas.
Perlakuan Rata-rata kadar protein (%)
A1 100% tepung terigu 20.10f
A2 90% tepung terigu + 10% tepung talas 18.41e
A3 80% tepung terigu + 20% tepung talas 15.99d
A4 60% tepung terigu + 40% tepung talas 12.95c
A5 40% tepung terigu + 60% tepung talas 10.18b
A6 20% tepung terigu + 80% tepung talas 7.22a
Keterangan:Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama berbeda signifikan pada uji Tukey HSD pada α 0,05.
Berdasarkan hasil uji Tukey HSD menunjukan bahwa nilai rata-rata

kandungan protein setiap perlakuan berbeda signifikan. Hasil analisis protein

tertinggi terdapat pada A1 (100% tepung terigu) dan yang terendah terdapat

29
pada A6 (20% tepung terigu + 80% tepung talas) Dimana rata-rata kadar

protein berkisar antara 10,10% – 17,79%. Berdasarkan SNI 01-2987-1992

kadar protein yang disyaratkan minimum 3% maka semua perlakuan

memenuhi standar. Dari hasil analisis kadar protein tersebut menunjukkan

bahwa penambahan tepung terigu cenderung meningkatkan kadar protein pada

kue kering makaron.

2. Kadar Lemak Kue Kering Makaron

Lemak merupakan pangan yang berenergi tinggi,setiap gramnya

memberi lebih banyak energi daripada karbohidrat atau protein lemak juga

merupakan makanan cadangan dalam tubuh, karena kelebihan karbohidrat

diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adiposa. Lemak pada

bahan pangan terdiri dari lemak hewani dan nabati (Purnomodan

Adiono,2010)

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa faktor tingkat substitusi

tepung terigu dengan tepung talas tidak berpengaru signifikan (p < 0,05)

terhadap kadar lemak kue kering makaron dapat dilihat pada Lampiran 9.

Hasil uji lanjut Tukey HSD pada taraf α.0,05 terhadap nilai rata-rata

kandungan lemak kue kering makaron dapat dilihat pada tabel 5.

30
Tabel 5. Nilai rata-rata kadar lemak (% d/b) pada kue kering makaron hasil
substitusi tepung terigu dengan tepung ubi talas.

Perlakuan Rata-rata kadar lemak


(%)
A1 100% tepung terigu 26,44a
A2 90% tepung terigu + 10% tepung talas 24,57a
A3 80% tepung terigu + 20% tepung talas 23,66a
A4 60% tepung terigu + 40% tepung talas 23,13a
A5 40% tepung terigu + 60% tepung talas 22,26a
A6 20% tepung terigu + 80% tepung talas 21,47a
Keterangan:Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
kolom yang sama tidakberbeda signifikan pada uji Tukey HSD pada α 0,05.

Berdasarkan hasil uji Tukey HSD menunjukan bahwa nilai rata-rata

kandungan lemak setiap perlakuan tidak berbeda signifikan. Hasil analisis

lemak tertinggi terdapat pada A1 (100% tepung terigu) dan yang terendah

terdapat pada A6 (20% tepung terigu + 80% tepung talas) hal ini disebabkan

karena kandungan lemak pada tepung talas lebih rendah bila dibandingkan

dengan kandungan lemak tepung terigu. Dalam pembuatan kue kering

makaron adanya penambahan kelapa sangrai, margarine, room buter dan susu.

Menurut De Man (1971), margarine mengandung sejumlah besar

lipid dan sebagian dari lipid itu terdapat dalam bentuk terikat lipoprotein.

Margarine bila ditambah pada adonan maka adonan tersebut akan mempunyai

kandungan kadar lemak yang tinggi pula, (Matz, 1987).

3. Kadar Air Kue Kering Makaron

Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting

pada bahan pangan, karena kandungan air dalam bahan pangan dapat

mempengaruhi kenampakan, tekstur, serta cita rasa pada bahan pangan

31
tersebut.kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan

yang dinyakan dalam%. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan

kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut (Winarno,2004)

Kandungan kadar air pada kue kering makaron tepung terigu dengan

tepung talas berpengaru signifikan (p>0,05) terhadap kandungan kadar air

(dapat dilihat pada lampiran13 ). Hasil uji lanjut Tukey pada taraf α.0,05

terhadap nilai rata-rata kue kering makaron dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Nilai rata-rata kadar air (% w/b) pada kue kering makaron hasil
substitusi tepung terigu dengan tepung ubi talas.

Perlakuan Rata-rata kadar air(%)


A1 100% tepung terigu 5,62d
A2 90% tepung terigu + 10% tepung talas 4,54c
A3 80% tepung terigu + 20% tepung talas 4,51c
A4 60% tepung terigu + 40% tepung talas 4,49c
A5 40% tepung terigu + 60% tepung talas 3,7b
A6 20% tepung terigu + 80% tepung talas 3,01a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama berbeda signifikan pada uji Tukey HSD pada α 0,05.

Berdasarkan hasil uji Tukey HSD menunjukan bahwa nilai rata-rata

kandungan air kue kering makaron setiap perlakuan berbeda signifikan. Nilai

rata-rata kandungan air kue kering makaron berkisar antara 3,01 samapai 5,62

% dimana kandungan tertinggi terdapat pada perlakuan A1 (100% tepung

terigu) dan terendah terdapat pada perlakuan A6 (20 %tepung terigu + 80%

tepung talas). Hal ini disebabkan karena kandungan air pada tepung talas lebih

rendah bila dibandingkan dengan kandungan air pada tepung terigu karena

tepung terigu memiliki pati yang daya serapnya besar.

32
Menurut Winarno (1999) menyatakan bahwa pati yang terkandung

dalam tepung talas mempunyai kemampuan yang besar untuk menyerap air

bila diikuti oleh kenaikan suhu sehingga akan mengembang secara maksimal.

Winarno (1999) menyatakan bahwa tinggi rendahnya kadar air suatu bahan

ditentukan air terikat dan air bebas yang terdapat dalam bahan. Air terikat ini

membutuhkan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan air bebas yang

membandingkan suhu relative rendah untuk menguap,sehingga bahan yang

memiliki air terikat yang lebih banyak memiliki kadar air yang lebih tinggi.

4. Kadar Abu Kue Kering Makaron

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa faktor tingkat substitusi

tepung terigu dengan tepung talas tidakberpengaruh signifikan (p>0,05)

terhadap kadar abu kue kering makaron dapat dilihat pada Lampiran 17. Hasil

uji lanjut Tukey HSD pada taraf α.0,05 terhadap nilai rata-rata kandungan abu

kue kering makaron dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Nilai rata-rata kadar abu (% d/b) pada kue kering makaron hasil
substitusi tepung terigu dengan tepung ubi talas.
Perlakuan Rata-rata kadar abu(%)
A1 100% tepung terigu 1,11a
A2 90% tepung terigu + 10% tepung talas 1,13a
A3 80% tepung terigu + 20% tepung talas 1,16a
A4 60% tepung terigu + 40% tepung talas 1,22a
A5 40% tepung terigu + 60% tepung talas 1,24a
A6 20% tepung terigu + 80% tepung talas 1,28a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama tidak berbeda signifikan pada uji Tukey HSD pada α 0,05.
Berdasarkan hasil uji Tukey HSD menunjukan bahwa nilai rata-rata

kandungan abu kue kering makaron setiap perlakuan tidak berbeda signifikan.

Rata-rata kandungan abu berkisar antara 1,11% hingga 1,28%. Dimana

33
kandungan abu tertinggi terdapat pada A6 (20% tepung terigu + 80% tepung

talas) dan kandungan terendah terdapat pada A1 (100% tepung terigu).Hal ini

disebabkan karena kandungan abu pada tepung talas meningkat pada saat

pemangangan dan kandungan abu lebih tinggi dibandingkan tepung terigu.

Menurut Suprapto (2003) tingginya kadar abu pada bahan

menunjukan tingginya mineral namun dapat juga disebabkan oleh adanya

reaksi enzimatis ( browning enzymatic) yang menyebabkan turunnya derajat

putih tepung.

5. Karbohidrat Kue Makaron

Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang terdapat pada

bahan makanan yang di konsumsi setiap hari,sumber energinya terdapat pada

jagung, beras dan umbi-umbian. Karbohidrat merupakan sumber kalori utama

dan beberapa golongan karbohidrat menghasilkan serat yang berguna bagi

pencernaan, serta mempunyai peranan penting dalam menentukan

karakteristik bahan makanan misalnya rasa, warna, tekstur dan lain-lain.

Selain berperan sebagai sumber energi utama,karbohidrat juga

berperan mencegah pemecahan protein tubuh secara berlebihan,kehilangan

mineral dan membantu dalam metabolisme lemak dan mineral. Karbohidrat

banyak terdapat dalam bahan pangan nabati, baik berupa gula sederhana,

heksosa, pentosa maupun karbohidrat dengan molekul yang tinggi seperti

pati,pektin,selulosa dan lignin (Winarno,2004)

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa faktor tingkat substitusi

tepung terigu dengan tepung talas berpengaru signifikan terhadap (p<0,01 )

34
karbohidrat kue kering makarondapat dilihat pada Lampiran 21. Hasil uji

Tukey HSD pada taraf α. 0,05 terhadap nilai rata-rata kandungan karbohidrat

kue kering makaron dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Nilai rata-rata kadar karbohidrat (% d/b) pada kue kering makaron hasil
substitusi tepung terigu dengan tepung ubi talas.

Perlakuan Rata-rata kadar karbohidrat(%)


A1 100% tepung terigu 66,32a
A2 90% tepung terigu + 10% tepung talas 69,30ab
A3 80% tepung terigu + 20% tepung talas 70,40ab
A4 60% tepung terigu + 40% tepung talas 70,40ab
A5 40% tepung terigu + 60% tepung talas 72,60ab
A6 20% tepung terigu + 80% tepung talas 74,09b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama berbeda signifikan pada uji Tukey HSD pada α 0,05.

Berdasarkan hasil uji Tukey HSD menunjukan bahwa nilai rata-rata

kandungan karbohidrat kue kering makaron setiap perlakuan berbeda

signifikan. Rata-rata karbohidrat berkisar antara 66,32 hingga 74,09% pada

perlakuan A1 hingga A6. Dimana kandungan karbohidrat tertinggi terdapat

pada A6 (20% tepung terigu + 80% tepung talas) dan kandungan terendah

terdapat pada A2 (90% tepung terigu + 10 % tepung talas). Hal ini disebabkan

karena bertambahnya tepung talas yang digunakan sehingga karbohidrat pada

kue kering makaron semakin meningkat.

6. Kandungan Fe Kue Kering Makaron

Fe merupakan mikronutrien esensial dalam memproduksi

hemoglobin yang berfungsi dalam pengangkutan oksigen dariparu-paru ke

jaringan tubuh, pengangkutan elektron dalam sel dan sintesis enzim.

35
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa faktor tingkat substitusi

tepung terigu dengan tepung talas tidak berpengaruh signifikan (p>0,05)

terhadap kadar fe kue kering makaron dapat dilihat pada Lampiran 25. Hasil

uji lanjut Tukey HSD pada taraf α.0,05 terhadap nilai rata-rata kandungan Fe

kue kering makaron dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Nilai rata-rata kadar Fe (ppm) pada kue kering makaron hasil
substitusi tepung terigu dengan tepung ubi talas.

Perlakuan Rata-rata kadar Fe(ppm)


A1 100% tepung terigu 1,2c
A2 90% tepung terigu + 10% tepung talas 1,17c
A3 80% tepung terigu + 20% tepung talas 1,16c
A4 60% tepung terigu + 40% tepung talas 1,1b
A5 40% tepung terigu + 60% tepung talas 1,08ab
A6 20% tepung terigu + 80% tepung talas 1,05a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama berbeda signifikan pada uji Tukey HSD pada α 0,05.

Berdasarkan hasil uji Tukey HSD menunjukan bahwa nilai rata-rata

kandungan Fe kue kering makaron setiap perlakuan berbeda signifikan. Rata-

rata kandungan Fe berkisar antara 1,05 sampai 1,2%, dimana kandungan Fe

tertinggi pada perlakuan A1(100% tepung terigu) dan kndungan Fe terendah

pada perlakuan A6 (20% tepung terigu + 80% tepung talas). Hal ini

disebabkan karena kandungan Fe pada tepung terigu lebih banyak bila

dibandingkan dengan kandungan Fe pada tepung talas.

7. Kandungan Kekerasan Kue Kering Makaron

36
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa faktor tingkat substitusi

tepung terigu dengan tepung talas berpengaruh signifikan (p>0,05) terhadap

kekerasan kue kering makaron dapat dilihat pada Lampiran 32. Hasil uji

Tukey HSD pada α = 0,05 terhadap nilai rata-rata kue makaron. Menurut

perlakuan tingkat substitusi tepung terigu dengan tepung talas dapat dilihat

pada tabel 10. SIKI CEK ULANG SATUAN KEKERASAN KOK %,

KAMU UKUR PAKAI APA???

Tabel 10. Nilai rata-rata kadar kekerasan (%) pada kue kering makaron hasil
substitusi tepung terigu dengan tepung ubi talas.

Perlakuan Rata-rata kadar kekerasan(%)


A1 100% tepung terigu 6,33a
A2 90% tepung terigu + 10% tepung talas 6,16a
A3 80% tepung terigu + 20% tepung talas 4,83a
A4 60% tepung terigu + 40% tepung talas 23,5c
A5 40% tepung terigu + 60% tepung talas 7a
A6 20% tepung terigu + 80% tepung talas 17b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom
yang sama berbeda signifikan pada uji Tukey HSD pada α 0,05.

Berdasarkan hasil uji Tukey HSD menunjukan bahwa nilai rata-rata

kandungan kekerasan kue kering makaron setiap perlakuan berbeda signifikan

dimana rata-rata kandungan kekerasan berkisar antara 4,83 sampai 23,5% dimana

kandungan kekerasan tertinggi terdapat pada perlakuan A4 (60% tepung terigu +

40% tepung talas) dan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan A3 (80%

tepung terigu + 20% tepung talas), hal ini di sebabkan oleh faktor pemanggangan

yang terlalu sehingga kue tersebut menjadi keras bila bandingkan dengan

perlakuan yang lain. Pemangangan merupakan aspek yang kritis dari urutan

proses untuk menghasilkan kue kering makaron yang berkualitas tinggi yang

37
ditentukan oleh lama pemangangan,ketetapan suhu pada saat pemangangan dan

komposisi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kue kering makaron.

C. Sifat Sensoris Kue Kering Makaron


1. Cita rasa

Rasa merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan

keputusan bagi konsumen untuk menerima atau menolak suatu makanan

ataupun produk pangan. Meskipun baik,jika rasa tidak enak atau tidak disukai

maka produk akan ditolak. Ada empat jenis rasa dasar yang dikenali oleh

manusia yaitu : asin, asam, manis, dan pahit. Sedangkan rasa lainnya

merupakan perpaduan dari rasa lain (Soekarto, 1985)

Hasil analisis Friedman terhadap rasa kue kering makaron

menunjukan bahwa faktor tingkat substitusi tepung terigu dengan tepung talas

berpengaruh signifikan (p<0,05) dapat dilihat pada Lampiran 33 . Hasil uji

LSDR pada taraf α = 0,05 terhadap ranking total kue kering makaron disajikan

dalam bentuk grafik batang dapat dilihat pada Gambar 4.3.

38
Gambar 4.3.Rangking total rasa kue kering makaron menurut perlakuan
substitusi tepung terigu dengan tepung talas

Hasil analisis diketahui setiap perlakuan memberi pengaru

terhadap respon panelis dari segi rasa kue kering makaron. Setiap

perlakuan terlihat tinggi bar yang berbeda nyata, dimana perlakuan A6

mempunyai ranking total paling tinggi dibandingkan perlakuan lain.

Hasil pengujian organoleptik terhadap rasa kue makaron

preferensi tertinggi terdapat pada perlakuan A6 (20% tepung talas + 80%

tepung terigu). Hal ini disebabkan banyaknya tepung ubi talas yang

digunakan dapat memberi rasa menis sehingga banyak disukai panelis.

Ranking total terendah terdapat pada perlakuan A1 (100% tepung terigu)

yang kurang disukai oleh panelis hal ini disebabkan karena tepung talas

yang digunakan tidak terlalu banyak. Penerimaan panelis secara umum

terhadap rasa kue kering makaron berada pada taraf suka.

2. Tekstur

Tekstur suatu bahan merupakan salah satu sifat fisik dari bahan

pangan merupakan faktor yang penting.Hal ini mempunyai hubungan

dengan kesan pada waktu mengunyah bahan tersebut. Kesan yang

diperoleh saat mengunyah makanan tersebut seperti kenyal (elastis),

39
lembut, berpasir, kasar, cepat hancur turut menentukan penerimaan

konsumen terhadap produk pangan tersebut (Rampengan dkk.,1985)

Hasil analisis Friedman terhadap tekstur kue kering makaron

menunjukan bahwa faktor tingkat substitusi tepung terigu dengan tepung

talas berpengaruh signifikan (p<0,05) dapat dilihat pada Lampiran 36.

Hasil uji LSDR pada taraf α = 0,05 terhadap ranking total kue kering

makaron disajikan dalam bentuk grafik batang dapat dilihat pada Gambar

40
4.4

Gambar 4.4 Rangking total tekstur kue kering makaron menurut


perlakuan substitusi tepung terigu dengan tepung talas

41
Hasil analisis diketahui setiap perlakuan memberi pengaru

terhadap respon panelis dari segitekstur kue kering makaron. Setiap

perlakuan terlihat tinggi bar yang berbeda nyata, dimana perlakuan A4

mempunyai ranking total paling tinggi dibandingkan perlakuan lain.

Preferensi tekstur yang tinggi pada perlakuan A4 disebabkan

karena memiliki tekstur yang renyah dan mudah hancur di mulut.Hal ini

disebabkan perpaduan antara tepung terigu dengan tepung talas dapat

merenyahkan kue kering makaron sehingga teksturnya disukai oleh

panelis.Penerimaan panelis secara umum berada pada taraf renyah.

3. Aroma

Bahan makanan umumnya dapat dikenali dengan mencium

aromanya. Aroma mempunyai peran yang sangat penting dalam penentuan

derajat penilaian dan kualitas suatu bahan pagan ,seseoeang yang

menghadapi makanan baru,maka selain bentuk dan warna, bau atau aroma

yang akan menjadi perhatian utamanya sesuda bau diterima maka

penentuan selanjutnya adalah cita rasa disamping teksturnya (Sultantry

dan Kaseger,1985).

Hasil analisis Friedman terhadap aroma kue kering makaron

menunjukan bahwa faktor tingkat substitusi tepung terigu dengan tepung

talas berpengaruh signifikan (p<0,05) dapat dilihat padaLampiran 39 .

Hasil uji LSDR pada taraf α = 0,05 terhadap ranking total kue kering

makaron disajikan dalam bentuk grafik batang dapat dilihat pada Gambar

4.5.

42
Gambar 4.5. Rangking total aroma kue kering makaron menurut
perlakuan substitusi tepung terigu dengan tepung talas.
Hasil analisis diketahui setiap perlakuan memberi pengaru

terhadap respon panelis dari segi aroma kue kering makaron. Setiap

perlakuan terlihat tinggi bar yang berbeda nyata, dimana perlakuan A5

mempunyai ranking total paling tinggi dibandingkan perlakuan lain.

Preferensi aroma yang tinggi bar nya hampir sama pada

perlakuan A5 dan A6 dibandingkan perlakuan A1 sampai A4 dapat dilihat

tinggi bar yang berbeda nyata dimana perlakuan A5 memiliki ranking total

tertinggi. Hal ini disebabkan karena aroma yang terkandung pada tepung

talas lebih terasa bila dihirup.

4. Warna

Warna merupakan komponen yang sangat penting dalam

menentukan kualitas atau derajat penerimaan dari suatu bahan pangan.

Suatu bahan pangan yang dinilai enak dan teksturnya baik tidak akan

dimakan apabila memiliki warna yang kurang sedap dipandang atau telah

43
menyimpang dari warna yang seharusnya. Penentuan mutu suatu bahan

pangan tergantung dari beberapa faktor,tetapi sebelumfaktor lain

diperhatikan secara visualfaktor warna tampil lebih dulu untuk

menentukan mutu bahan pangan (Winarno,2004)

Hasil analisis Friedman terhadap warna kue kering makaron

menunjukan bahwa faktor tingkat substitusi tepung terigu dengan tepung

talas tidak berpengaruh signifikan (p<0,05) dapat dilihat pada Lampiran

42. Hasil uji LSDR pada taraf α = 0,05 terhadap ranking total kue kering

makaron disajikan dalam bentuk grafik batang dapat dilihat pada Gambar

4.6.

Gambar 4.6. Rangking total warna kue kering makaron menurut


perlakuan substitusi tepung terigu dengan tepung talas.

Hasil analisis diketahui setiap perlakuan memberi pengaruh

terhadap respon panelis dari segi warna kue kering makaron. Setiap

44
perlakuan terlihat tinggi bar yang tidak berbeda nyata, dimana perlakuan

A3 mempunyai ranking total paling tinggi dibandingkan perlakuan lain.

Preferensi aroma yang tinggi bar nya hampir sama pada perlakuan A1, A4

dan A5 dibandingkan perlakuan A2 dan A3 dimana perlakuan A1 memiliki

ranking total tertinggi. Hal ini disebabkan karena warna yang terkandung

pada kue kering makaron banyak menggunakan tepung terigu.

Berdasarkan hasil analisis diketahui setiap perlakuan tidak

memberikan pengaruh terhadap respon panelis dari segi warna.Secara

umum terlihat bahwa semakin tinggi substitusi tepung terigu dengan

tepung talas maka semakin meningkat daya terima kue kering makaron.

Hal ini disebabkan oleh faktor lama pemangangan dan warna pada kue

kering makaron.

Pembahasannya bertentangan dengan ada yang barnya tertinggi lalu alinea


berikut kamu katakana bahwa respon panelist sama atau tidak berbeda

45
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Substitusi tepung terigu dengan tepung talas yang memberi pengaruh

signifikan terhadap kualitas kimia kue kering makaron yakni kandungan

protein, kandungan air, kandungan karbohidrat, dan kandungan Fe dan

substitusi tepung terigu dengan tepung talas yang berpengaruh tidak signifikan

terhadap kandungan lemak dan kandungan abu.


2. Substitusi tepung terigu dengan tepung talas yang memberi pengaruh

signifikan terhadap kualitas sifat fisik kue kering makaron yakni kekerasan.
3. Perlakuan A4 dan A5 memberikan kuelitas organoleptik terbaik kue kering

makaron yakni rasa 75,09% , takstur 79,6%, aroma 78,00% dan warna 72,4%.
4. Perlakuan A4 (60%tepung terigu + 40%tepung talas) memberi kulitas sifat

fisik terbaik kue kering makaron dan perlakuan A6 memberikan (20%tepung

terigu + 80%tepung talas) kulitas terbaik terhadap kue kering makaron.


B. Saran

Saran yang diberikan yakni dalam pembuatan kue kering makarin hasil

substitusi tepung terigu dengan tepung talas dapat mengaplikasihkan perlakuan

A6 karena kadar gizinya karbohidrat tertinggi. Bila menginginkan kulitas sensoris

terbaik dapat mengplikasihkan A4 (60%tepung terigu + 40%tepung talas)dan A5

(40%tepung terigu + 60% tepung talas).

46
DAFTAR PUSTAKA

Adijuwana, H. 2002. Metode Spektoskopi Absorpsi Atom dan Emisi Nyala.


Instrumen AnalisisKimia. FMIPA, IPB, Bogor.

Ali, A. A. (1996). Mempelajari pengaruh sulfurisasi dan suhu pengeringan


terhadap sifat fisikdan kimia tepung talas Lampung.Skripsi sarjana yang
tidak dipublikasikan. Bogor:Institut Pertanian Bogor.

Andayanti,1991. Pedoman Pembuatan Roti dan Kue.Djambatan. Jakarta


Anonymous.2012.Caramembuattepungtalas.http://agenanekakeripikmalang.wordp
ress.com/tag/cara-membuat-tepung-talas/ (Diakses 12 Januari 2013)

Astawan, M. 2008. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta


Badan Pusat Statistik. (2000). Pemanfaatan tepung terigu pada berbagai produk
olahan.Jakarta: BPS.
Hartati, N.S, & Prana, T.K. (2003). Analisis kadar pati dan serat kasar tepung
beberapakultivar talas. Jurnal Natur Indonesia, 6(1), 29-33.
Indrasti, D. (2004). Pemanfaatan tepung talas Belitung (Xanthosoma
sagittifolium) dalampembuatan cookies.Skripsi sarjana yang tidak
dipublikasikan. Bogor: InstitutPertanian Bogor.
Lawless, H.T.H.Neyman. 1998. Sensory Evaluation of Food. Chapmann and
Hall.ITP.New York.
Matz, S. A. And T.D.Matz. 1978. Cookie And Cracker Technologi.2 nd. The Avi
Publishing Co.Inc.Westport,Connecticut.
Muchtadi, T.R. & Sugiyono.(1992). Petunjuk laboratorium ilmu pengetahuan
bahan pangan.Bogor: PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor,
Official Agricultural Chemists. (1995). Washington DC, USA: Officialmethode of
analysis.
Purnomo, H. 1992. Aktivitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan. UB
Press. UB Malang.
Rampengan, V.J. Pontoh, D. T. Sambel.,1985. Dasar - dasar Pengawasan Mutu
Pangan.Badan kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia bagian
Timur, Makasar.
Rahayu, W.P. (1997). Petunjuk praktikum penilaian organoleptik. Bogor: Fakultas
TeknologiPetanian, Institut Pertanian Bogor.
Ranggana. 1986. Handbook of Analysis and Quality Control for Fruit
and Vegetable Product. Westport, Connecticut: The AVI Publisher Company

47
Siregar, RJH. (2011). Pengaruh perbandingan tepung terigu dengan tepung talas
dankarboksimetil selulosa (CMC) terhadap mutu roti tawar.Skripsi
sarjana yangtidakdipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera Utara,

Snack,L and Cookies.2001.Fungsi Bahan-Bahan yang Digunakan dalamh


PembuatanKue Kering. http:// fungsi bahan-bahan –yang-digunakan-
dalam.html. Diakses tanggal 13 november 2013.
Sudarmdji, S. B. Haryono, Suhardi. 1977. Prosedur Anelisa Untuk Bahan
Makanan DanPertanian, Liberty, Yogyakarta.
Sudarmadji, dkk.1997. Prosedur Analisis untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty. Yogyakarta.TULIS SEMUA NAMA PENULIS
Suismono. 1995. Peningkatan Efektivitas ( 100%) Dan Stabilitas Starter (6 bulan )
Untuk Fermentasi Tepung Terigu Tepung Talas Terhadap Mutu Kue
Kering (Makaron). Laporan Akhir Penelitian. Balai Besar Penelitian Dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.
Sutrisno, B.2001. Bahan dan Fungsi Bahan Dalam Pembuatan
Roti.http://bahanfungsi–bahan-dalam-pembuatan –roti.html.diakses
tanggal 02 november 2013.
Suyitno, 1998.Pengujian sifat fisik pangan.PAU-Pangan dan
Gizi.UGM.Yogyakarta.
Therik, K. P. (2000). Pemanfaatan tepung talas sebagai bahan subtitusi tepung
terigu.Skripsisarjana yang tidak dipublikasikan. Bogor: Institut Pertanian
Bogor KONSISTEN TULIS DAFTAR PUSTAKA TAHUN DALAM
KURUNG ATAU TIDAK???
Winarno,F. G. 2002. Kimia Pangan Dan Gizi. Gramedia.Jakarta
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi.PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Winarno, F. G 2004.Kimia Pangan dan Gizi.Gramedia. Jakarta PUSTAKA INI
SAMA SAJA TAHUN 2002 dan 2004

48
LAMPIRAN

49
Lampiran 2. Kuisoner Uji Organoleptik / Sensoris aroma kue kering makaron

Uji Mutu Aroma Kue kering makaron

Panelis : ......................................................................................
Nama Panelis /Penguji : ......................................................................................
NIM : ......................................................................................
Produk yang di uji : ......................................................................................
Hari / tanggal uji : ......................................................................................
Tanda Tangan : ......................................................................................

Ujilah mutu aroma dari kering makaron dengan mencicipinya secermat


mungkin, dan tulislah seberapa jauh sensasi / kesan yang anda alami dengan
memberikan tanda ceklis (√) pada pertanyaan-pertanyaan di bawah ini yang paling
sesuai sensai yang anda rasakan.
Skala likert Sampel kue kering makaron
1 2 3 4 5 6
5 = Sangat Suka
4 = Suka
3 = Agak Suka
2 = Tidak Suka
1 = Sangat Tidak Suka

Berikan komentar secara umum / keseluruhan mengenai mutu aroma kue


kering makaron:
......................................................................................................................................

......................................................................................................................................

......................................................................................................................................

50
Lampiran 3. Kuisoner Uji Organoleptik / Sensoris Tekstur kue kering makaron

Uji Mutu Tekstur Kue Kering Makaron

Panelis : ........................................................................................
Nama Panelis /Penguji :.........................................................................................
NIM : ........................................................................................
Produk yang di uji : ........................................................................................
Hari / tanggal uji : ........................................................................................
Tanda Tangan : ........................................................................................

Ujilah mutu tekstur dari kue kering makaron dengan mencicipinya


secermat mungkin, dan tulislah seberapa jauh sensasi / kesan yang anda alami
dengan memberikan tanda ceklis (√) pada pertanyaan-pertanyaan di bawah ini
yang paling sesuai sensai yang anda rasakan.

Skala likert Sampel kue kering makaron


1 2 3 4 5 6
5 = Sangat renyah
4 = Renyah
3 = Agak Renyah
2 = Tidak renyah
1 = Sangat Tidak Renyah
Berikan komentar secara umum / keseluruhan mengenai mutu tekstur kue
kering makaron:

......................................................................................................................................

......................................................................................................................................

......................................................................................................................................

Lampiran 4.Kuisoner Uji Organoleptik / SensorisWarna kue kering makaron.

51
Uji Mutu Warna Kue Kering Makaron

Panelis : ....................................................................................
Nama Panelis /Penguji : ....................................................................................
NIM : ....................................................................................
Produk yang di uji : ....................................................................................
Hari / tanggal uji : ....................................................................................
Tanda Tangan : ....................................................................................

Ujilah mutu warna dari kue kering makaron dengan mencicipinya secermat
mungkin, dan tulislah seberapa jauh sensasi / kesan yang anda alami dengan
memberikan tanda ceklis (√) pada pertanyaan-pertanyaan di bawah ini yang paling
sesuai sensai yang anda rasakan.

Skala likert Sampel kue kering makaron


1 2 3 4 5 6
5 = Sangat Menarik / sangat suka
4 = Menarik / Suka
3 = Agak Menarik / Agak Suka
2 = Tidak Menarik / Tidak Suka
1 = Sangat Tidak menarik / Sangat tidak suka
Berikan komentar secara umum / keseluruhan mengenai mutu warna kue
kering makaron:

......................................................................................................................................

52
komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung talas.

Univariate Analisis of Varance

Descriptive Statistics
Dependent Variable:Kadar_Protein
Perlakuan Std.
Mean Deviation N
A1 20.1000 .06000 3
A2 18.4167 .23502 3
A3 15.9933 .17786 3
A4 12.9567 .11504 3
A5 10.1867 .20551 3
A6 7.2233 .08737 3
Total 14.1461 4.64412 18

Levene’s Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Kadar_Protein
F df1 df2 Sig.
.940 5 12 .490
Tests the null hypothesis that the error
variance of the dependent variable is
equal across groups.
a. Design: Intercept + Perlakuan

53
Lampiran 6 .Hasil analisis varians protein kue kering makaron berdasarkan
komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung talas.

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable:Kadar_Protein
Source Type III Sum Partial Eta
of Squares df Mean Square F Sig. Squared
Corrected 366.346a 5 73.269 2862.703 .000 .999
Model
Intercept 3602.024 1 3602.024 140734.614 .000 1.000
Perlakuan 366.346 5 73.269 2862.703 .000 .999
Error .307 12 .026
Total 3968.678 18
Corrected 366.654 17
Total
a. R Squared = .999 (Adjusted R Squared = .999)

Lampiran 7. Hasil analisis multiple comparisons ( perbandingan berganda) Tukey


HSD terhadap kadar protein kue kering makaron berdasarkan
komposisi tepung terigu dengan tepung talas.

54
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Kadar_Protein

(I) (J) Perlakuan 95% Confidence Interval


Perlakuan Mean Difference Std. Lower
(I-J) Error Sig. Bound Upper Bound

Tukey HSD A1 A2 1.6833* .13063 .000 1.2446 2.1221


*
A3 4.1067 .13063 .000 3.6679 4.5454

dimension3
A4 7.1433* .13063 .000 6.7046 7.5821
*
A5 9.9133 .13063 .000 9.4746 10.3521

A6 12.8767* .13063 .000 12.4379 13.3154


*
A2 A1 -1.6833 .13063 .000 -2.1221 -1.2446

A3 2.4233* .13063 .000 1.9846 2.8621


*
dimension3
A4 5.4600 .13063 .000 5.0212 5.8988

A5 8.2300* .13063 .000 7.7912 8.6688


*
A6 11.1933 .13063 .000 10.7546 11.6321

A3 A1 -4.1067* .13063 .000 -4.5454 -3.6679


*
A2 -2.4233 .13063 .000 -2.8621 -1.9846

dimension3
A4 3.0367* .13063 .000 2.5979 3.4754
*
A5 5.8067 .13063 .000 5.3679 6.2454

A6 8.7700* .13063 .000 8.3312 9.2088


dimensio n2

*
A4 A1 -7.1433 .13063 .000 -7.5821 -6.7046

A2 -5.4600* .13063 .000 -5.8988 -5.0212


*
dimension3
A3 -3.0367 .13063 .000 -3.4754 -2.5979

A5 2.7700* .13063 .000 2.3312 3.2088


*
A6 5.7333 .13063 .000 5.2946 6.1721

A5 A1 -9.9133* .13063 .000 -10.3521 -9.4746


*
A2 -8.2300 .13063 .000 -8.6688 -7.7912

dimension3
A3 -5.8067* .13063 .000 -6.2454 -5.3679
*
A4 -2.7700 .13063 .000 -3.2088 -2.3312

A6 2.9633* .13063 .000 2.5246 3.4021


*
A6 A1 -12.8767 .13063 .000 -13.3154 -12.4379

A2 -11.1933* .13063 .000 -11.6321 -10.7546


*
dimension3
A3 -8.7700 .13063 .000 -9.2088 -8.3312

A4 -5.7333* .13063 .000 -6.1721 -5.2946


*
A5 -2.9633 .13063 .000 -3.4021 -2.5246

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = .026.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

55
Lampiran 8. Nilai homogenous subsets Tukey HSD terhadap kadar protein kue kering
makaron berdasarkan komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung
talas.

Perla Rata-rata
Perla 1 2 3 4 5 6 kuan
kuan N
6 3 7.2233 A1 20.10f
5 3 10.1867 A2 18.41e
4 3 12.9567 A3 15.99d
3 3 15.9933 A4 12.95c
2 3 18.4167 A5 10.18b
1 3 20.1000 A6 7.22a
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .026.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
Homogeneous subsets

Lampiran 9.Data hasil pengamatan lemak (%) kue kering makaron berdasarkan
komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung talas.

Univariate Analisis of VaranceLevene’s Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Lelak
F Df1 Df2 Sig.
2.774 5 12 .065
Test the null hypothesis that error variance of the
dependent variable is equal across groups.
a. design: intercept + perlakuan

56
Lampiran10. Hasil analisis varians lemak kue kering makaron berdasarkan
komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung

Test of Between-Subject effects


Dependent Variable: Lemak
Source Type III Sum Df Mean Square F Sig.
of squqres
Corrected model 46.606a 5 9.321 1.412 .288
Intercept 10018.673 1 10018.673 1.518E2 .000
Perlakuan 46.606 5 9.321 1.412 .288
Error 79.202 12 6.600
Total 10144.481 18
Corrected 125.808 17
a.R Squared = .370 (Adjusted R Squared=.108)

Lampiran 11. hasil analisis multiple comparisons ( perbandingan berganda)


Tukey HSD terhadap kadar lemak kue kering makaron berdasarkan
komposisi tepung terigu dengan tepung talas.

Multipe Comparisons
Lemak tukey HSD
(I) Mean Std. Sig. 95% Confinence Interval
Perlakuan (J) Difference (I- Error Lower Upper
Perlakuan J) Bound Bound
1 2 1.8667 2.09765 .942 -5.1792 8.9125
3 2.7733 2.09765 .768 -4.2725 9.8192
4 3.3067 2.09765 .627 -3.7392 10.3525
5 4.1733 2.09765 .401 -2.8725 11.2192
6 4.9667 2.09765 .241 -2.0792 12.0125
2 1 -1.8667 2.09765 .942 -8.9125 5.1792
3 .9067 2.09765 .998 -6.1392 7.9525
4 1.4400 2.09765 .980 -5.6058 8.4858
5 2.3067 2.09765 .872 -4.7392 9.3525
6 3.1000 2.09765 .683 -3.9458 10.1458
3 1 -2.7733 2.09765 .768 -9.8192 4.2725
2 -.9067 2.09765 .998 -7.9525 6.1325
4 .5333 2.09765 1.000 -6.5125 7.5792
5 1.4000 2.09765 .982 -5.6458 8.4458
6 2.1933 2.09765 .893 -4.8525 9.2392
4 1 -3.3067 2.09765 .627 -10.3525 3.7392
2 -1.4400 2.09765 .980 -8.4858 5.6058
3 -.5333 2.09765 1.000 -7.5792 6.5126
5 .8667 2.09765 .998 -6.1792 7.9125

57
6 1.6600 2.09765 .964 -5.3858 8.7058

5 1 -4.1733 2.09765 .401 -11.2192 2.8725


2 -2.3067 2.09765 .872 -9.3525 4.8392
3 -1.4000 2.09765 .982 -8.4458 5.6458
4 -.8667 2.09765 .998 -7.9125 6.1792
6 .9733 2.09765 .999 -6.2525 7.8392
6 1 -4.9667 2.09765 .241 -12.0125 2.0792
2 -3.1000 2.09765 .683 -10.1458 3.9458
3 -2.1933 2.09765 .893 -9.2392 4.8525
4 -1.6600 2.09765 .964 -8.7058 5.3858
5 .7933 2.09765 .999 -7.8392 6.2525

Lampiran 12. Nilai homogenous subsets Tukey HSD terhadap kadarlemak kue
kering makaron berdasarkan komposisi perlakuan tepung terigu
dengan tepung talas.

Homogeneous subsetsDeskriptive Statistics


Tukey HSD lemak
Subset
Perlakuan N 1 Perlakuan Rata-rata
6 3 21.4733 A1 26.4400a
5 3 22.2667 A2 24.5733a
4 3 23.1333 A3 23.6667a
3 3 23.6667 A4 23.1333a
2 3 24.5733 A5 22.2667a
1 3 26.4400 A6 21.4733a
Sig. .241
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =6.600

Lampiran 13.Data hasil pengamatan kadar air (%) kue kering makaron
berdasarkan komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung talas.

Univariate Analisis of Varance

58
Levene’s Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: kadar air


F Df1 Df2 Sig.
.041 5 12 .999
Test the null hypothesis that error variance of the dependent variable is
equal across groups.
a. design: intercept + perlakuan
Lampiran 14. Hasil analisis varians kadar air kue kering makaron berdasarkan
komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung

Test of Between-Subject effects


Dependent Variable: kadar air
Source Type III Df Mean F Sig.
Sum of Square
squqres
Corrected 11.715a 5 2.343 266.760 .000
model
Intercept 334.887 1 334.887 3.813E4 .000
Perlakuan 11.715 5 2.343 266.760 .000
Error .105 12 .009
Total 346.708 18
Corrected 11.821 17
a.R Squared = .572 (Adjusted R Squared=.394)

Lampiran 15. Hasil analisis multiple comparisons ( perbandingan berganda)


Tukey HSD terhadap kadar air kue kering makaron berdasarkan
komposisi tepung terigu dengan tepung talas.

Multipe Comparisons
Abu Tukey HSD
(I) Mean Std. Sig. 95% Confinence Interval
Perlakuan (J) Difference (I- Error Lower Upper
Perlakuan J) Bound Bound

59
1 2 1.0800* .07652 .000 .8230 1.3370
3 1.1133 .07652 .000 .8563 1.3704
*
4 1.1333 .07652 .000 .8763 1.3904
5 1.9333* .07652 .000 1.6633 2.1804
*
6 2.6100 .07652 .000 2.3530 2.8670
2 1 -1.0800* .07652 .000 -1.3370 -.8230
3 .0333 .07652 .997 -.2237 .2904
4 .0533 .07652 .979 -.2037 .3104
5 .8433* .07652 .000 .5863 1.1004
*
6 1.5300 .07652 .000 1.2730 1.7870
3 1 -1.1133* .07652 .000 -1.3704 -.8563
2 -.0333 .07652 997 -.2904 .2237
4 .0200 .07652 1.000 -.2370 .2770
5 .8100* .07652 .000 .5530 1.0670
6 1.4967* .07652 .000 1.2396 1.7535
*
4 1 -1.1333 .07652 .000 -1.394 -.8763
2 -.0533 .07652 .979 -.3104 .2037
3 -.0200 .07652 1.000 -.2770 .2370
5 .7900* .07652 .000 .5330 1.0470
*
6 1.4676 .07652 .000 1.2169 1.7330
5 1 -1.9233* .07652 .000 -2.1804 -1.6663
*
2 -.8433 .07652 .000 -1.1004 -.5863
3 -.810* .07652 .000 -1.0670 -.5530
*
4 -.7900 .07652 .000 -1.0407 -.5330
6 .6867* .07652 .000 .4296 .9437
*
6 1 -2.6100 .07652 .000 -2.8670 -2.3530
2 -1.5300* .07652 .000 -1.7870 -1. 2730
3 -1.4967* .07652 .000 -1.7537 -1.2396
*
4 -1.4767 .07652 .000 -1.1737 -1.2196
5 -.6869* .07652 .000 .9437 -.4296
Based on observed means
The erro tern is mean Squaer (Error = .009.)
*. The mean difference is significant at tne .05. level.

Lampiran 16. nilai homogenous subsets Tukey HSD terhadap kadar air kue
kering makaron berdasarkan komposisi perlakuan tepung terigu
dengan tepung talas.

Homogenous Subset
Tukey HSD kadar Air
Subset perlakuan Rata-rata
Perlakuan N 1 2 3 4
6 3 3.0133 A1 5.6233
5 3 3.7000 A2 4.5433c
4 3 4.4900 A3 4.5100c
3 3 4.5100 A4 4.4900c

60
2 3 4.5433 A5 3.7000b
1 3 5.6233 A6 3.0133a
Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =.009.

Lampiran17. Data hasil pengamatan kadar abu (%) kue kering makaron
berdasarkan komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung talas.

Univariate Analisis of Varance

61
Deskriptive Statistics
Dependent Variable: abu
Perlakuan Mean Std. Deviation N
1 1.1100 .02646 3
2 1.1367 .04726 3
3 1.1633 .05774 3
4 1.2200 .03000 3
5 1.2433 .05132 3
6 1.2800 .13784 3
Total 1.1922 .08496 18

Levene’s Test of Equality of Error Variancesa


Dependent Variable: abu
F Df1 Df2 Sig.
2.875 5 12 .062
Test the null hypothesis that error variance of the dependent variable is equal
across groups.
a. design: intercept + perlakuan

Lampiran 18 . Hasil analisis varians kadar abu kue kering makaron berdasarkan
komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung

Test of Between-Subject effects


Dependent Variable: abu
Source Type III Sum Df Mean Square F Sig.
of squqres
Corrected model .65a 5 .013 2.731 .071
Intercept 25.585 1 25.585 5.349E3 .000
Perlakuan .065 5 .013 2.731 .071
Error .057 12 .005
Total 25.708 18
Corrected .123 17
a.R Squared = .532 (Adjusted R Squared=.337)

Lampiran 19. Hasil analisis multiple comparisons ( perbandingan berganda)


Tukey HSD terhadap kadar abu kue kering makaron berdasarkan
komposisi tepung terigu dengan tepung talas.

Multipe Comparisons
Tukey HSD kadar abu
(I) Mean Std. Sig. 95% Confinence Interval
Perlakuan (J) Difference (I- Error Lower Upper
Perlakuan J) Bound Bound

62
1 2 -.0267 .05647 .996 -.2163 .1630
3 -.0533 .05647 .972 -.2430 .1363
4 -.1100 .05647 .422 -.2997 .0797
5 -.1333 .05647 .243 -.3230 .0563
6 -.1700 .05647 .089 -.3597 .0197
2 1 .0267 .05647 .996 -.1630 .2163
3 -.0267 .05647 .996 -.2163 .1630
4 -.0833 .05647 .685 -.2730 .1063
5 -.1067 .05647 .452 -.2963 .0830
6 -.1433 .05647 .187 -.3330 .0463
3 1 .0533 .05647 .927 -.1363 .2430
2 .0267 .05647 .996 -.1630 .2163
4 -.0567 .05647 .908 -.2463 .1330
5 .0800 .05647 .718 -.2697 .1097
6 -.1167 .05647 .364 -.3036 .0730
4 1 .1100 .05647 .927 -.0797 .2997
2 .0833 .05647 .998 -.1063 .2730
3 .0567 .05647 .908 -.2463 .2463
5 -.0233 .05647 .718 -.2697 .1663
6 -.0600 .05647 .364 -.3063 .1297
5 1 .1333 .05647 .243 -.0563 .3230
2 .1067 .05647 .452 -.0830 .2963
3 .0880 .05647 .718 -.1097 .3697
4 .0233 .05647 .998 -.1663 .2130
6 -.0367 .05647 .984 -.2263 .1530
6 1 .1700 .05647 .089 -.0197 .3597
2 .1433 .05647 .187 -.0463 .3330
3 .1167 .05647 .364 -.0730 .3063
4 .0600 .05647 .887 -.1297 .2497
5 .0367 .05647 .984 -.1530 .2263

Multipe Comparisons
Abu Tukey HSD
(I) Mean Std. Sig. 95% Confinence Interval
Perlakuan (J) Difference (I- Error Lower Upper
Perlakuan J) Bound Bound
1 2 -.0267 .05647 .996 -.2163 .1630
3 -.0533 .05647 .972 -.2430 .1363
4 -.1100 .05647 .422 -.2997 .0797
5 -.1333 .05647 .243 -.3230 .0563
6 -.1700 .05647 .089 -.3597 .0197
2 1 .0267 .05647 .996 -.1630 .2163
3 -.0267 .05647 .996 -.2163 .1630
4 -.0833 .05647 .685 -.2730 .1063
5 -.1067 .05647 .452 -.2963 .0830

63
6 -.1433 .05647 .187 -.3330 .0463

3 1 .0533 .05647 .927 -.1363 .2430


2 .0267 .05647 .996 -.1630 .2163
4 -.0567 .05647 .908 -.2463 .1330
5 .0800 .05647 .718 -.2697 .1097
6 -.1167 .05647 .364 -.3036 .0730
4 1 .1100 .05647 .927 -.0797 .2997
2 .0833 .05647 .998 -.1063 .2730
3 .0567 .05647 .908 -.2463 .2463
5 -.0233 .05647 .718 -.2697 .1663
6 -.0600 .05647 .364 -.3063 .1297
5 1 .1333 .05647 .243 -.0563 .3230
2 .1067 .05647 .452 -.0830 .2963
3 .0880 .05647 .718 -.1097 .3697
4 .0233 .05647 .998 -.1663 .2130
6 -.0367 .05647 .984 -.2263 .1530
6 1 .1700 .05647 .089 -.0197 .3597
2 .1433 .05647 .187 -.0463 .3330
3 .1167 .05647 .364 -.0730 .3063
4 .0600 .05647 .887 -.1297 .2497
5 .0367 .05647 .984 -.1530 .2263
Based on observed means
The error tern is mean Square (error) = .005.

Lampiran 20. Nilai homogenous subsets Tukey HSD terhadap kadar abu kue
kering makaron berdasarkan komposisi perlakuan tepung terigu
dengan tepung talas.

Homogeneous subsets
Tukey HSD Abu
Subset
Perlakuan N 1 Perlakuan Rata-rata
1 3 1.1100 A1 1.1100a
2 3 1.1367 A2 1.1367a
3 3 1.1633 A3 1.1633a
4 3 1.2200 A4 1.2200a
5 3 1.2400 A5 1.2400a
6 3 1.2800 A6 1.2800a
Sig. .089
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =.005.

64
Lampiran 21. Data hasil pengamatan Karbohidrat (%) kue kering makaron
berdasarkan komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung talas.

Univariate Analisis of VarancLevene’s Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: karbohidrat


F Df1 Df2 Sig.
2.538 5 12 .086
Test the null hypothesis that error variance of the dependent variable is equal
across groups.
a. design: intercept + perlakuan

Lampiran 22. Hasil analisis varians Karbohidrat kue kering makaron berdasarkan
komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung.

Test of Between-Subject effects


Dependent Variable: karbohidrat
Source Type III Sum Df Mean Square F Sig.
of squqres
Corrected model 108.912a 5 21.782 3.208 .046
Intercept 89758.020 1 89758.020 1.322E4 .000
Perlakuan 108.912 5 21.782 3.208 .046
Error 81.482 12 6.790
Total 89948.414 18
Corrected 190.394 17
a.R Squared = .572 (Adjusted R Squared=.394)

Lampiran 23. Hasil analisis multiple comparisons ( perbandingan berganda)


Tukey HSD terhadap Karbohidrat kue kering makaron berdasarkan
komposisi tepung terigu dengan tepung talas.

Multipe Comparisons
Karbohidrat tukey HSD
(I) Sig. 95% Confinence Interval

65
Perlakuan (J) Mean Std. Lower Upper
Perlakuan Difference (I- Error Bound Bound
J)
1 2 -2.9800 2.12762 .726 -10.1265 4.1665
3 -4.0800 2.12762 .437 -11.2265 3.0665
4 -4.6300 2.12762 .315 -11.7756 2.5165
5 -6.2800 2.12762 .089 -13.4265 . 8665
6 -7.733* 2.12762 .031 -14.9098 -.6168
2 1 2.9800 2.12762 .726 -4.1665 10.1265
3 -1.1000 2.12762 .994 -8.2465 6.0465
4 -1.6500 2.12762 .067 -8.7965 5.4965
5 -.2.3000 2.12762 .642 -10.4465 3.8465
6 -3.7833 2.12762 .285 -11.9298 2.3632
3 1 4.0800 2.12762 .437 -3.0665 11.7765
2 1.1000 2.12762 .994 -6.0465 8.9765
4 -.5500 2.12762 1.000 -7.9565 6.6965
5 -2.200 2.12762 .897 -9.3465 4.4965
6 -3.6833 2.12762 .538 -10.8298 3.0132
4 1 4.6300 2.12762 .315 -2.5165 11.7765
2 1.1000 2.12762 .967 -5.4965 8.7965
3 .5500 2.12762 1.000 -6.5965 7.6965
5 -1.6500 2.12762 .967 -8.7965 5.4965
6 -3.1333 2.12762 .686 -10.2798 4.0132
5 1 6.2800 2.12762 .098 -.8665 13.4265
2 3.3000 2.12762 .642 -3.8465 10.4465
3 2.2000 2.12762 .897 -4.4965 9.3465
4 1.6500 2.12762 .967 -5.4965 8.7965
6 -1.4833 2.12762 .979 -8.6598 5.6633
6 1 7.7633 2.12762 .031 .5168 14.9098
2 4.7833 2.12762 .285 -2.3236 11.9298
3 3.6833 2.12762 .538 -3.4632 10.8298
4 3.1333 2.12762 .686 -4.012 10.2798
5 1.4833 2.12762 .979 -5.6632 8.6298
Lampiran 24. Nilai homogenous subsets Tukey HSD terhadap Kearbohidrat kue
kering makaron berdasarkan komposisi perlakuan tepung terigu
dengan tepung talas.

Homogenous Subset
Karbohidrat Tukey HSD
Subset
Perlakuan N 1 2 Perlakuan Rata-rata
1 3 66.3267 A1 66.3267a
2 3 69.3067 69.3067 A2 69.3067ab
3 3 70.4067 70.4067 A3 70.4067ab
4 3 70.9567 70.4067 A4 70.4067ab
5 3 72.6067 72.6067 A5 72.6067ab
6 3 74.0900 A6 74.0900b

66
Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 6.790

Lampiran 25. Data hasil pengamatan kadar Fe (%) kue kering makaron
berdasarkan komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung talas.

Univariate Analisis of Varance

Deskriptive Statistics
Dependent Variable: fe
Perlakuan Mean Std. Deviation N
1 1.200 .01000 3
2 1.1767 .02080 3
3 1.667 .01155 3
4 1.1033 .00577 3
5 1.0833 .02887 3
6 1.0657 .00577 3
Total 1.1311 .05593 18
Levene’s Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: fe
F Df1 Df2 Sig.
4.176 5 12 .020
Test the null hypothesis that error variance of the dependent variable is equal
across groups.
a. design: intercept + perlakuan

67
Lampiran 26. Hasil analisis varians kadar Fe kue kering makaron berdasarkan
komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung talas

Test of Between-Subject effects


Dependent Variable: fe
Source Type III Sum Df Mean Square F Sig.
of squqres
Corrected model .050a 5 .010 38.332 .000
Intercept 23.029 1 23.029 8.820E4 .000
Perlakuan .050 5 .010 38.332 .000
Error .003 12 .000
Total 23.083 18
Corrected .053 17
a.R Squared = .941 (Adjusted R Squared=.917)

Lampiran 27. Hasil analisis multiple comparisons ( perbandingan berganda)


Tukey HSD terhadap kadar Fe kue kering makaron berdasarkan
komposisi tepung terigu dengan tepung talas

Multipe Comparisons
Fe Tukey HSD
(I) Mean Std. Sig. 95% Confinence Interval
Perlakuan (J) Difference (I- Error Lower Upper
Perlakuan J) Bound Bound
1 2 .0233 .01319 .518 -.0210 .0676
3 .0333 .01319 .191 -.0110 .0776
4 .0977* .01319 .000 .0524 .1410
5 .1167* .01319 .000 .0724 .1610
*
6 .1433 .01319 .000 .0990 .1876
2 1 -.0233 .01319 .518 -.0676 .0210
3 .0100 .01319 .970 -.0343 .0543
4 .0733* .01319 .001 .0290 .1176
*
5 .0933 .01319 .000 .0490 .1378
6 .1200* .01319 .000 .0757 .1643
3 1 -.0333 .01319 .191 -.0776 .0110
2 -.0100 .01319 .970 -.0543 .0343
4 .0633* .01319 .004 .0190 .1076
5 .0833* .01319 .000 .0390 .1276
*
6 .1100 .01319 .000 .0657 .1543
4 1 -.0979* .01319 .000 -.1410 -.0524
2 -.0700* .01319 .001 -.1176 -.0290
3 -.0633* .01319 .004 -.1076 -.0190
5 .0200 .01319 .662 -.0243 .0643
6 .0467* .01319 .037 .0024 .0910

68
5 1 -.1167* .01319 .000 -.1610 -.0724
2 -.0933* .01319 .000 -.1376 -.0490
*
3 -.0833 .01319 .000 -.1276 -.0390
4 -.0200 .01319 .662 -.0643 .0243
6 .0267 .01319 .385 -.0176 .0710
6 1 -.1433* .01319 .000 -.1876 -.0990
2 -.1200* .01319 .000 -.1643 -.0757
3 -.1100* .01319 .000 -.1543 -.657
4 -.0467* .01319 .037 -.0910 -.0024
5 .0267 .01319 .385 -.0710 .0176
Based on observed means
The error tern is mean Square (error) = .000.
*.
The mean difference is signifikan at the .05 level
Lampiran 28 .Nilai homogenous subsets Tukey HSD terhadap kadar Fe kue kering
makaron berdasarkan komposisi perlakuan tepung terigu dengan
tepung talas.

Homogeneous subsets
Tukey HSD fe
Subset
Perlakuan N 1 2 3 Perlakuan Rata-rata
6 3 1.0567 A1 1.2000c
5 3 1.0833 1.0833 A2 1.1767c
4 3 1.1033 A3 1.1667c
3 3 1.1667 A4 1.1033b
2 3 1.1767 A5 1.0833ab
1 3 1.2000 A6 1.0567a
Sig. .385 .662 .191
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =.000.
Lampiran 29.Data hasil pengamatan Kekerasan (%) kue kering makaron
berdasarkan komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung talas.

Univariate Analisis of Varance

69
Deskriptive Statistics
Dependent Variable:kekerasan
Perlakuan Mean Std. N
Deviation
1 6.3333 .28868 3
2 6.1667 .28868 3
73 4.8333 2.36291 3
4 23.5000 4.92443 3
5 7.0000 1.3288 3
6 17.0000 .50000 3
Total 10.8056 7.42638 18
Levene’s Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:kekerasan
F Df1 Df2 Sig.
6.222 5 12 .005
Test the null hypothesis that error variance of the dependent variable is equal
across groups.
a. design: intercept + perlakuan
Lampiran 30. Hasil analisis varians Kekerasan kue kering makaron berdasarkan
komposisi perlakuan tepung terigu dengan tepung talas.

Test of Between-Subject effects


Dependent Variable:kekerasan
Source Type III Sum Df Mean Square F Sig.
of squqres
Corrected model 873.569a 5 174.741 32.759 .000
Intercept 2101.681 1 2101.681 394.056 .000
Perlakuan 873.569 5 174.741 32.759 .000
Error 64.000 12 5.333
Total 3039.250 18
Corrected 937.569 17
a.R Squared = .932 (Adjusted R Squared=.903)

Lampiran 31. Hasil analisis multiple comparisons ( perbandingan berganda)


Tukey HSD terhadap Kekerasan kue kering makaron berdasarkan
komposisi tepung terigu dengan tepung talas.

Multipe Comparisons
Tukey HSD kekerasan
(I) Mean Std. Sig. 95% Confinence Interval
Perlakuan (J) Difference (I- Error Lower Upper
Perlakuan J) Bound Bound

70
1 2 .1667 1.88562 1.000 -6.1670 6.5003
3 1. 5000 1.88562 . 963 -4.8336 7.8336
4 -17.1667* 1.88562 .000 -23.5003 -10.8330
5 -.6667 1.88562 .999 -7.0003 5.6670
6 -10.6667* 1.88562 .001 -17.0003 -4.3330
2 1 -.1667 1.88562 1. 000 -6.5003 6.1670
3 1.3333 1.88562 .977 -5.0003 7.6670
4 -17.3333* 1.88562 .000 -23.6670 -10.9997
5 -.8333 1.88562 .997 -7.1670 5.9997
6 -10.8333* 1.88562 .001 -17.1670 -4.4997
3 1 -1.5000* 1.88562 .963 -7.8336 4.8336
2 -1.3333* 1.88562 .977 -7.6670 5.0003
4 -18.6667* 1.88562 .000 -23.0030 -12.3330
5 -2.5000 1.88562 .852 -7.5003 4.1670
6 -12.5000* 1.88562 .000 -17.5003 -5.8330
4 1 17.6667* 1.88562 .000 10.8330 23.5003
2 17.8333* 1.88562 .000 10.9997 23.6670
3 18.1667* 1.88562 .000 12.3330 25.0003
5 16.5000* 1.88562 .000 10.1664 22.8336
6 6.5000* 1.88562 .043 .1664 12.8336
5 1 .6667 1.88562 .999 -5.6670 7.0003
2 .8333 1.88562 .997 -5. 5003 7.1670
3 2. 1667 1.88562 .852 -4.1670 8.5003
4 -16.5000* 1.88562 .000 -22.8336 -10.5003
6 -10.0000* 1.88562 .002 -16.3336 -3.6664
6 1 10.6667* 1.88562 .001 4.3330 17.0003
2 10.8333* 1.88562 .001 4.4990 17.1670
3 12.1667* 1.88562 .000 5.8330 17.5003
4 -.5000* 1.88562 .043 -12.8336 -.1664
5 10.0000* 1.88562 .002 3.6664 16.3336

Lampiran 32. Nilai homogenous subsets Tukey HSD terhadap Kekerasan kue
kering makaron berdasarkan komposisi perlakuan tepung terigu
dengan tepung talas.

Homogeneous subsets
Tukey HSD kekerasan
Subset
Perlakuan N 1 2 3 Perlakuan Rata-rata
3 3 4.8333 A1 6.3333a
2 3 6.1667 A2 6.1667a
1 3 6.3333 A3 4.8333a
5 3 7.0000 A4 23.5000
6 3 17.0000 A5 7.0000a
4 3 23.5000 A6 17.0000b

71
Sig. .852 1.000 1.000
Means for groups in homogenous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =.5.333.

Lampiran 33.Data skor uji organoleptik rasa kue kering makaron berdasarkan substitusi
terigu dan tepung ubi talas.

RASA
No Panelis
A1 A2 A3 A4 A5 A6
1 1 5 4 3 4 5 5
2 2 5 4 5 4 4 4
3 3 5 5 5 3 4 3
4 4 5 5 5 5 5 5
5 5 5 4 4 3 3 3
6 6 5 4 5 5 5 5
7 7 5 5 5 5 5 5
8 8 5 5 5 5 5 5
9 9 5 5 5 5 3 3
10 10 3 3 4 3 5 5
11 11 3 4 5 5 4 3
12 12 3 4 4 5 5 5
13 13 4 5 4 5 5 5
14 14 3 3 4 4 5 5
15 15 4 4 3 3 4 4
16 16 3 4 4 4 5 5
17 17 3 4 4 4 5 5
18 18 3 4 4 4 5 5
19 19 3 4 4 5 5 5

72
20 20 4 3 3 3 2 4
Lampiran 34. Nilai Ranking total dan hasil analisis uji fridmen terhadap nilai skor
rasa kue kering makaron berdasarkan perlakuan substitusi tergu dan
tepung ubi talas.

Ranks Test Statisticsa


Perlakuan Mean Rank Komponen Nilai
A1 62.00 N 20
A2 63.60 Chi-squera 16.800
A3 68.00 Df 5
A4 66.40 Asymp.sig .024
A5 79.60
A6 80.40

Lampiran 35. Nilai homogenous subsets LSRD rangking total rasa kue kering
makaron berdasarkan perlakuan substitusi tergu dan tepung ubi talas.

subset Perlakuan Ranking


Perlakuan N 1 2 3 total
LSRD 1 20 62.00 A1 62.00a
2 20 63.60 A2 63.60a
4 20 66.40 A3 68.00ab
3 20 68.00 68.00 A4 66.40a
5 20 79.60 79.60 A5 79.60bc
6 20 80.40 A6 80.40c
Sig. p>0,005 p>0,005 p>0,005

Lampiran 36.Data skor uji organoleptik tekstur kue kering makaron berdasarkan
substitusi tergu dan tepung ubi talas.

Tekstur
No Panelis
A1 A2 A3 A4 A5 A6
1 1 5 4 5 5 5 4
2 2 3 4 4 5 4 5

73
3 3 3 4 4 5 4 5
4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 3 4 4 4 5 5
6 6 4 4 4 4 4 4
7 7 4 4 4 5 3 3
8 8 4 4 4 4 4 4
9 9 3 4 3 5 5 4
10 10 3 5 4 3 5 5
11 11 3 5 5 5 4 2
12 12 5 3 4 4 4 4
13 13 3 4 3 4 4 3
14 14 4 5 5 5 3 4
15 15 5 4 5 4 4 4
16 16 4 4 5 5 3 4
17 17 5 4 3 4 3 4
18 18 5 5 5 4 5 5
19 19 5 4 5 3 5 4
20 20 5 4 4 5 5 4

Lampiran .37. Nilai Ranking total dan hasil analisis uji fridmen terhadap nilai skor
tekstur kue kering makaron berdasarkan perlakuan substitusi tergu dan
tepung ubi talas.

Ranks Test Statisticsa


Perlakuan Mean Rank Komponen Nilai
A1 66.00 N 20
A2 67.60 Chi-squera 20.842
A3 71. 60 Df 5
A4 79. 60 Asymp.sig .0072
A5 70.00
A6 65. 60

74
Lampiran .38. Nilai homogenous subsets LSRD rangking total tekstur kue kering
makaron berdasarkan perlakuan substitusi tergu dan tepung ubi talas.

Subset Perlakuan Ranking


Perlakuan N 1 2 total
6 20 65. 60 A1 66.00a
1 20 66.00 A2 67.60ab
2 20 67.60 67.60 A3 71. 60ab
5 20 70.00 70.00 A4 79. 60b
3 20 79. 60 79. 60 A5 70.00ab
4 20 79. 60 A6 65. 60a
Sig. p>0,005 p>0,005 p>0,00

Lampiran 39.Data skor uji organoleptik aroma kue kering makaron berdasarkan substitusi
tergu dan tepung ubi talas.

AROMA
No Panelis
A1 A2 A3 A4 A5 A6
1 1 5 5 4 3 5 3
2 2 5 5 5 5 5 5
3 3 5 5 4 4 4 3
4 4 5 5 5 5 5 5
5 5 5 4 4 3 3 3
6 6 5 5 4 3 4 3
7 7 5 3 5 5 3 5
8 8 4 5 5 5 5 5
9 9 5 4 5 3 4 3
10 10 4 4 4 5 5 5
11 11 2 3 5 5 5 5
12 12 4 4 4 5 5 5
13 13 3 3 3 4 5 5
14 14 3 3 4 4 5 5
15 15 4 4 4 4 3 4
16 16 3 3 4 5 5 5
17 17 3 4 4 4 5 5
18 18 3 4 4 4 5 5
19 19 3 4 4 5 5 5
20 20 4 3 5 5 2 4

75
Lampiran 40. Nilai Ranking total dan hasil analisis uji fridmen terhadap nilai skor
aroma kue kering makaron berdasarkan perlakuan substitusi tergu
dan tepung ubi talas.

Ranks Test Statisticsa


Perlakuan Mean Rank Komponen Nilai
A1 60.40 N 20
A2 62.00 Chi-squera 25.842
A3 70.00 Df 5
A4 72.40 Asymp.sig .0364
A5 78.00
A6 77.00

Lampiran .41. Nilai homogenous subsets LSRD rangking total aroma kue kering
makaron berdasarkan perlakuan substitusi tergu dan tepung ubi talas

Subset Perlakuan Ranking


Perlakuan N 1 2 total
1 20 60.40 A1 60.40a
2 20 62.00 A2 62.00a
3 20 70.00 70.00 A3 70.00ab
4 20 72.40 72.40 A4 72.40ab
6 20 77.00 A5 78.00b
5 20 78.00 A6 77.00b
Sig. p>0,005 p>0,005 p>0,00

Lampiran .42.Data skor uji organoleptik warna kue kering makaron berdasarkan
substitusi tergu dan tepung ubi talas.

No Panelis WARNA
A1 A2 A3 A4 A5 A6
1 1 5 5 4 2 3 5
2 2 5 5 5 4 3 4
3 3 5 4 4 3 4 3
4 4 5 4 5 5 5 5
5 5 5 3 4 3 3 3

76
6 6 5 4 3 3 3 2
7 7 5 5 5 5 4 5
8 8 4 5 5 5 4 4
9 9 5 4 4 4 5 5
10 10 3 4 4 5 5 5
11 11 5 3 3 4 3 1
12 12 3 4 4 5 5 3
13 13 4 3 3 4 4 3
14 14 3 3 4 5 5 4
15 15 5 5 4 4 3 3
16 16 3 4 4 5 5 5
17 17 3 5 4 4 5 5
18 18 3 5 4 4 5 5
19 19 3 5 4 5 5 5
20 20 4 3 3 3 3 3

Lampiran 43. Nilai Ranking total dan hasil analisis uji fridmen terhadap nilai skor
warna kue kering makaron berdasarkan perlakuan substitusi tergu dan
tepung ubi talas.

Ranks Test Statisticsa


Perlakuan Mean Rank Komponen Nilai
A1 60.40 N 20
A2 62.00 Chi-squera 1.442
A3 70.00 Df 5
A4 72.40 Asymp.sig .922
A5 78.00
A6 77.00
Lampiran 44. Nilai homogenous subsets LSRD rangking total warna kue kering
makaron berdasarkan perlakuan substitusi tergu dan tepung ubi talas.

Subset Perlakuan Ranking


Perlakuan N 1 total

77
LSRD 6 20 77.00 A1 60.40
3 20 70.00 A2 62.00
2 20 62.00 A3 70.00
4 20 72.40 A4 72.40
5 20 78.00 A5 78.00
1 20 60.40 A6 77.00
Sig. p>0,005 p>0,005

78

Anda mungkin juga menyukai