Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa
keadaan yang mengancam kehidupan (Nursaid 2013).
Data World Health Organitation (WHO) dalam (Arian, 2014) luka bakar
menyebabkan 195.000 kematian/tahun hingga tahun 2013 diseluruh dunia
terutama dinegara miskin dan berkembang. Luka bakar yang tidak menyebabkan
kematian pun ternyata menimbulkan kecacatan pada penderitanya. Wanita di
ASEAN memiliki tingkat terkena luka bakar lebih tinggi dari wilayah lainnya,
dimana 27% nya berkontribusi menyebabkan kematian diseluruh dunia, dan
hampir 70% nya merupakan penyebab kematian di Asia Tenggara.
The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data- data
statistik dari berbagai pusat luka bakar di seluruh Amerika Serikat mencatat
bahwa sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan mereka
sendiri. Tersiram air mendidih pada anak-anak yang baru belajar berjalan,
bermain-main dengan korek api pada usia anak sekolah, cedera karena arus listrik
pada remaja laki-laki, penggunaan obat bius, alkohol serta sigaret pada orang
dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusi pada angka statistik tersebut
(Hermana, 2014).
Diperkirakan sebesar 2 juta penduduk Amerika memerlukan pertolongan
medik setiap tahunnya yang disebabkan karena luka bakar 70.000 diantaranya
dirawat di rumah sakit dengan luka yang berat. Luka bakar merupakan penyebab
kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur laki-laki
cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada
orang tua atau lanjut usia di atas 70 tahun. Sedangkan di Indonesia masih
merupakan problem yang berat, perawatan dan rehabilitasnya masih sulit sehingga
memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal, tenaga terlatih dan terampil

1
mengingat banyaknya masalah dan komplikasi yang dapat dialami pasien
(Firmansyah, 2014).
Angka kejadian luka bakar di Indonesia cukup tinggi, lebih dari 250
jiwa/tahun meninggal akibat luka bakar hingga 2012. Dikarenakan jumlah anak–
anak dan lansia cukup tinggi di Indonesia serta ketidakberdayaan anak–anak dan
lansia untuk menghindari terjadinya kebakaran. Maka, usia anak–anak dan lansia
menyumbang angka kematian tertinggi akibat luka bakar yang terjadi di Indonesia
hingga tahun. (Arian, 2014).
Prevalensi penderita luka bakar di Provinsi Aceh tidak diketahui secara
pasti namun pada sebuah Rumah Sakit ternama di Provinsi Aceh, RSUD Zainal
Abidin Banda Aceh pada tahun 2012 terdapat 71% penderita dengan luka bakar
yang berjenis kelamin laki-laki sedangkan pada perempuan hanya 28,6%,
persentase tersebut menunjukkan bahwa pria lebih banyak menderita luka bakar
bila dibandingkan dengan wanita, hasil penelitian yang didapatkan data bahwa
pasien luka bakar yang disebabkan oleh api sebesar 57,1% dan yang disebabkan
oleh tegangan listrik 42,9%. (Medina 2012).
Peran perawat sebagai Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif
diharapkan mampu melakukan perawatan pada klien luka bakar baik biologis
maupun psikis klien, dan salah satu fungsi perawat sebagai konselor diharapkan
mampu membantu permasalahan klien. Perawat dapat memberikan dorongan dan
motivasi kepada klien kearah pemecahan masalah. Dukungan perawat diharapkan
akan dapat meningkatkan rasa percaya diri pada klien, sehingga klien mampu
menerima keadaan tubuhnya sesuai dengan kondisi yang terjadi (Arian, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang muncul dari latar belakang diatas yaitu:
1. Defenisi luka bakar ?
2. Etiologi luka bakar ?
3. Patofisiologi dan patway luka bakar ?
4. Manifestasi klinik ?
5. Penatalaksanaan medik ?
6. Pemeriksaan penunjang ?

2
7. Pengkajian keperawatan ?
8. Diagnose keperawatan ?
9. Intervensi keperawatan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Luka bakar dan asuhan keperawatan pada
pasien luka bakar.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui defenisi luka bakar ?
2. Untuk mengetahui Etiologi luka bakar ?
3. Untuk mengetahui Patofisiologi dan patway luka bakar ?
4. Untuk mengetahui Manifestasi klinik ?
5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan medik ?
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang ?
7. Untuk mengetahui Pengkajian keperawatan ?
8. Untuk mengetahui Diagnose keperawatan ?
9. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan ?

1.4 Manfaat Penulisan


a) Menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan yang kompresif terhadap pasien
yang terkena luka bakar.
b) Memberikan pelayanan keperawatan yang tepat dengan luka bakar
sesuai dengan langkah-langkah proses keperawatan mulai dari
pengkajian sampai evaluasi.
c) Mengetahui Penyebab dan Perawatan terhadap pasien luka bakar.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tijauan Teoritis Medis


2.1.1 Defenisi
Luka adalah keadaan terputusnya kontinuitas jaringan yang diakibatkan
oleh trauma mekanik, operasi, ischemia/vasculer dan tekanan akibat terjadinya
trauma pada kulit beserta struktur dibawahnya (Ekaputra, 20013, hal 7).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi juga oleh sebab kontak
dengan suhu rendah (Wijaya, 2013. Hal. 108).
Sedangkan menurut Grace (2006, Hal. 87) Luka bakar merupakan respon
kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu / termal, luka bakar dengan
ketebalan parsial merupakan luka bakar yang tidak merusak epitel kulit maupun
hanya merusak sebagian dari epitel.
Dari beberapa pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Luka
bakar adalah kerusakan pada kulit yang sering disebabkan oleh panas dan bias
sangat menyakitkan hingga mengakibatkan gejala seperti kulit memerah, kulit
mengelupas, luka melepuh, kulit hangus, pembengkakan

2.1.2 Etiologi
Menurut Wijaya (2013. Hal. 108) penyebab terjadinya luka bakar adalah sebagai
berikut :
1) Luka bakar termal
Agen pecendera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek
panas, luka bakar api berhubungan dengan asap /cedera inhalasi (cedera terbakar,
kontak dan kobaran api).
2) Luka bakar listrik
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah merupakan
insiden tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang sering memasukan benda
konduktif kedalam colokan listrik dan menggigil atau menghisap kabel listrik
yang tersambung. Terjadi dari tife/voltase aliran yang menghasilkan proporsi

4
panas untuk tahanan dan mengirimkan jalan sedikit tahanan (contoh saraf
memberikan tahanan kecil dan tulang merupakan tahanan terbesar) Dasar cedera
menjadi lebih berat dari cedera yang terlihat.
3)Luka bakar kimia
Terjadi dari tife/kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu agen.
4) Luka Bakar Radiasi
Luka bakar bila terpapar pada bahn radioaktif dosis tinggi.

2.1.3 Patofisiologi
Luka bakar yang hanya mengenai kulit dangkal dikenal sebagai luka bakar
superficial atau luka bakar tingkat pertama. Ketika kerusakan menembus ke
beberapa lapisan lebih jauh, maka disebut luka bakar dengan ketebalan parsial
atau luka bakar tingkat dua. Luka bakar dengan kerusakan ketebalan penuh atau
cedera maluas keseluruh lapisan kulit, maka disebut luka bakar derajat tiga.
Sedangkan luka bakar derajat empat melibatkan cedera pada jaringan yang lebih
dalam, seperti otot atau tulang.
Luka bakar yang dikarenakan suhu yang panas akan menyebabkan
kehilangan dan kerusakan protein sehingga menimbulkan kerusakan sel dan
jaringan kulit. Kerusakan sekunder kulit oleh panas dapat berupa gangguan
sensasi kulit, penurunan kemampuan untuk mencegah kehilangan air melalui
penguapan dan mengendalikan suhu tubuh, gangguan membran sel yang
menyebabkan sel kehilangan akan elektrolit seperti kalium, natrium, dan ion
lainnya.
Pada luka bakar yang luas akan timbul respon inflamasi yang signifikan
dan menyebabkan peningkatan kebocoran cairan dari kapiler, sehingga jaringan
akan mengalami edema pada tahap berikutnya. Lambat laun, kebocoran cairan ini
dapat menyebabkan kehilanga volume darah dan kehilangan plasma yang
signifikan, memuat darah lebih pekat dan memperburuk aliran darah ke organ
seperti ginjal dan saluran pencernaan. Jika tidak mendapatkan pertolongan segera,
maka dapat menyebabkan gagal ginjal.

5
Kebanyaakan luka bakar superficial akan sembuh tanpa masalah. Luka
bakar sederhana dapat dikelola dalam perawatan primer namun luka bakar yang
kompleks harus ditangani secara komprehensif (Suriadi, 2015, hal 1)

6
2.1.4 Pathway
Arus listrik , lidah api , bahan ,
Keracunan
kimia ,air panas , benda CO2
monoksida Inhalasi CO2
panas,radiasi , dll

Obstruksi saluran
LUKA BAKAR napas atas

Cedera inhalasi/udara yg Kerusakan


Mengenai kulit (epidermis , MK: Kerusakan
terlalu panas kapiler
dermis,subcutis pertukaran gas

Perubahan mukosa Escar / keropeng Permeabilitas


saluran pernapasan kapiler
MK: Kerusakan
Iritasi saluran napas integritas kulit Keluarnya protein
Kehilangan cairan plasma,
protein , elektrolit kedalam
spasium interstisial hipoproteinemi
Edema saluran
Pemejanan Fungsi kulit a
napas atas /
ujung kulit normal hilang
laring Hemokonsentrasi, Perubahan nutrisi
hipovolemia, hipokalemia
Hilang daya lindung
Obstruksi Menekan ujung2
terhadaap infeksi
lumen/saluran saraf perifer MK:Kekurangan volume MK:Resiko perubahan
bagian atas cairan dan elektrolit nutrisi kurang dari
MK: Resiko terhadap
kebutuhan tubuh
MK: Nyeri infeksi
MK: Bersihan jalan Effendi 1999,
napas tidak efektif hudak 1994
7
2.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut Majid (2013, hal 35) Berat ringannya luka bakar tergantung pada
jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka bakar :
1) Luka bakar derajat 1
Merupakan luka bakar yang pal;ing ringan. Kulit yang terbakar menjadi
merah, nyeri, sangat sensitive terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak.
Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih dan belum terbentuk bulat
2) Luka bakar derajat 2
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. kulit melepuh, dasarnya
tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yan jernih. Jika
disentuh warnanya berubah menjadi putih terasa nyeri.
3) Luka bakar derajat 3
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna
putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah
merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah
terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu ditempat tersebut
mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh, tida timbul rasa nyeri karena ujung
saraf pada kulit telah mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka cairan akan
merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan. Pada luka
bakar yang luas, kahilangan sejumlah besar cairan karena perembesan tersebut
bisa menyebabkan terjadinya syok. Tekanan darah rendah sehingga darah yang
mengalir ke otak dan organ lainnya sedikit.
Luka bakar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan luasnya luka bakar,
yaitu dengan menghitung seberapa luas luka bakar tersebut. Beberapa ahli
membuat suatu metode untuk menentukan luasnya luka bakar. Beberapa metode
yang digunakan untuk menentukan luas luka bakar diantaranya adalah metode
rule of nine. Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan menggunakan metode
tersebut. Untuk mengetahui ukuran luka bakar ditentukan dengan menghitung
prosestase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari
perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman
seseorang dalam menentukan luas luka bakar.

8
Rumus ‘Rule of Nine’ atau ‘Rule of Wallace’ pada orang dewasa adalah sebagai
berikut:
 Kepala : 9%
 Lengan masing-masing 9% : 18%
 Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
 Tungkai masing-masing 18% : 36%
 Genetalia/perineum : 1%
 Total : 100%
Sedangkan rumus ‘Rule of Nine’ atau ‘Rule of Wallace’ pada anak – anak
yaitu :
 Kepala dan leher : 18%
 Lengan masing-masing 9% : 18%
 Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
 Tungkai masing-masing 13,5% : 27%
 Genetalia/perineum : 1%
 Total : 100%

2.1.6 Penatalaksanaan Medik


Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama bisa dilakukan untuk mengobati luka bakar ringan.
Hal ini dilakukan agar kerusakan kulit yang terjadi tidak bertambah. Berikut ini
adalah beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan:
1. Menghentikan proses terbakar secepat mungkin.
2. Mendinginkan luka dengan air biasa selama 20-30 menit; jangan
menggunakan es atau air dingin.
3. Menyingkirkan pakaian atau aksesoris yang menutupi luka bakar.
4. Membersihkan dan menutup luka bakar dengan plastik bening yang bersih
atau perban.
5. Mengonsumsi obat pereda rasa sakit seperti parasetamol.
6. Jauhkan luka bakar dari paparan sinar matahari langsung.
7. Jika terjadi melepuh pada kulit akibat luka bakar, hindari upaya untuk
memecahnya sendiri karena berisiko membuat luka terinfeksi.

9
Terdapat beberapa kondisi lain yang juga membutuhkan pertolongan medis
secepatnya, jika:
1. Luka bakar yang terjadi luas atau dalam.
2. Luka bakar yang disebabkan bahan kimia dan listrik.
3. Luka bakar dalam yang terjadi pada wajah, tangan, lengan, kaki, telapak kaki,
alat kelamin, bokong dan persendian.
4. Luka bakar berukuran apa pun yang menyebabkan kulit menjadi putih atau
hangus.
Bagi yang mengalami luka bakar karena panas matahari, waspadai terhadap
terjadinya sengatan panas. Sengatan panas yang tidak diatasi dengan cepat bisa
merusak otak, jantung, dan ginjal. Jika penanganan ditunda, kondisi akan
memburuk dengan cepat dan bahkan bisa menyebabkan kematian.
Jika mencurigai terjadi kelelahan karena panas matahari, segera pindahkan
penderita ke tempat teduh. Pastikan minum banyak air untuk menghindari
dehidrasi, dan longgarkan pakaian mereka. Penderita disarankan untuk menyiram
tubuh dengan air dingin untuk menurunkan suhu pada bagian kulit yang terbakar.
Penderita seharusnya segera membaik. Jika tidak segera membaik, segera bawa ke
rumah sakit terdekat sebelum mereka mengalami sengatan panas.

Pengobatan di Rumah Sakit


Pengobatan yang dilakukan tergantung pada tingkat keparahan luka bakar. Berikut
ini adalah beberapa langkah pengobatan yang dilakukan dalam menangani luka
bakar:
1.Obat penghilang rasa sakit.
Luka bakar terkadang bisa sangat menyakitkan. Terkadang morfin
diperlukan untuk mengatasi rasa sakit yang terjadi.
2.Perawatan berbasis air.
Dokter mungkin akan melakukan terapi ultasound kabut air untuk
merangsang dan membersihkan jaringan yang rusak.
Antibiotik. Jika terjadi infeksi akibat luka bakar yang diderita, antibiotik mungkin
diperlukan untuk mengatasi infeksi yang terjadi. Antibiotik bisa diberikan melalui
infus.

10
3.Perban,
Berfungsi menciptakan kondisi lembap untuk mencegah infeksi dan
membantu penyembuhan luka bakar.
4.Cairan infus.
Dokter biasanya akan memberikan cairan infus secara berkelanjutan pada
pasien dengan luka bakar. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi
dan juga kegagalan fungsi organ tubuh manusia.
5.Krim dan salep luka bakar.
Ini akan mempercepat penyembuhan, mencegah infeksi, menjaga
kelembapan luka, dan mengurangi nyeri.
6.Suntikan tetanus.
Suntikan ini mungkin akan disarankan dokter sebagai langkah
pencegahan.
Berikut ini adalah langkah pembedahan dan prosedur lain untuk menangani luka
bakar, yaitu:
1. Membuang koreng di sekitar luka bakar, agar tidak menghambat aliran
darah.
2. Selang makanan, masuk melewati hidung ke perut untuk menyalurkan
nutrisi ke tubuh penderita.
3. Pencangkokan kulit¸pada bagian yang terbakar dengan menggunakan kulit
dari bagian tubuh lain atau kulit dari mayat atau babi.
4. Operasi plastik. Dokter bedah plastik bisa memperbaiki penampilan kulit
yang terbakar. Persendian yang terbakar hingga tidak berfungsi sempurna
juga bisa ditingkatkan fleksibilitasnya oleh dokter bedah.
5. Alat bantu pernapasan. Jika wajah atau leher yang terbakar, tenggorokan
beresiko mengalami pembengkakan sehingga penderita kesulitan bernapas.
Dokter akan memasukkan selang pernapasan untuk mengalirkan oksigen
ke paru-paru.
6. Setelah operasi luka bakar, sebaiknya Anda menghindari sinar matahari
langsung mengenai luka bakar yang terjadi. Pajanan langsung sinar
matahari terhadap luka bakar bisa mengakibatkan kulit melepuh.

11
Penatalaksanaan pada pasien luka bakar menurut Grace, (2007, hal. 87) ialah
sebagai berikut :
1. Mulai resusitasi, buat jalur intra vena, berikan O2
2. Nilai ukuran luka bakar (aturan 9 dari Wallace)
3. Luka bakar >20% pada dewasa dan >10% pada anak.
4. Pantau nadi, tekanan darah, suhu, keluaran urin, berikan analgesia adekuat
intra vena dan pertimbangkan selang nasogastrik (nasogastric tube, NGT),
berikan profilaksis tetanus.
5. Berikan cairan intra vena berdasarkan formula muir-barclay : % luka bakar
x berat badan dalam kg/2 = satu aliquot cairan.
6. Berikan 6 aliquot cairan selama 36 jam pertama dengan urutan 4, 4, 4, 6, 6,
12 jam dari waktu terjadinya luka bakar. Biasanya menggunakan larutan
koloid, albumin atau plasma.
7. Terapi terbuka – bersihkan luka bakar dan biarkan terpapar pada
lingkungan khusus yang bersih.
8. Debridement eskar dan skin graft.

2.1.7 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan luka bakar menurut Wijaya
(2013, hal. 115) adalah sebagai berikut :
1. Hitung darah lengkap; Hematokrit meningkat karena hemokonsentrasi.
Penurunan hematokrit karena kerusakan endothelium
2. Peningkatan sel darah putih, karena kehilangan sel pada sisi luka dan
respon peradan1gan.
3. Analisa gas darah; Penurunan PO2 pada retensi CO asidosis dapat terjadi
penurunan fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi.
4. Karboksihemoglobin, > 75%, indikasi keracunan CO (karbon monoksida)
Elektrolit serum
5. Peningkatan kalium diawali karena cedera jaringan kerusakan eritrosit dan
penurunan fungsi ginjal.
6. Peningkatan BUN
7. Peningkatan Natrium

12
2.2 Tinjauan Teoritis Keperawatan

2.2.1Pengkajian

Menurut Wijaya (2013, hal. 118) adapun pengkajian keperawatan pada klien
dengan luka bakar adalah adalah sebagai berikut :

1. Identitas pasien: Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2
tahun dan diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur
2 tahun lebih rentan terkena infeksi.
2. Riwayat kesehatan sekarang meliputi : sumber kecelakaan, sumber panas atau
penyebab yang berbahaya, gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar
terjadi, faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, oabt-obatan.
Keadaan luka fisik disekitar luka bakar, peristiwa yang terjadi saat luka
sampai ke rumah sakit. Beberapa keadaan lain yang memperberat luka bakar.
3. Riwayat kesehatan dahulu : penting untuk menentukan apakah pasien
mempunyai penyakti yang merubah kemampuan untuk memenuhi
keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap infeksi (seperti DM, gagal
jantung, sirosis hepatis, gangguan pernapasan).
4. Pemeriksaan fisik dan psikososial
5. Aktivitas/istirahat : Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang
gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
6. Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin
(syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik);
pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
7. Integritas ego: Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan. Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik
diri, marah.
8. Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan
otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam

13
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus
lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
9. Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah
10. Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi;
afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal;
penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
11. Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama
secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon
pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung
saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
12. Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon
dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka
bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan
dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan keracunan karbon


monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran napas atas d/d dispnea.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan edema dan efek
dari inhalasi , obstruksi lumen d/d sekresi berwarna dan kental.
3. Kurang volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar dan

hipovolemia, hipokalemia d/d klien tampak dehidrasi.

4. Nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan serta saraf dan dampak
emosional dari luka bakar d/d meringis kesakitan .
5. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan luka bakar terbuka
epidermis dan dermis d/d turgor kulit jelek , belum ada jaringan nekrotik.
6. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan edema luka bakar, rasa
nyeri dan pergerakan menurun d/dklien susah bergerak , tambah luka yang
baru.
7. Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan
terganggunya respon imun.
8. Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan hipoproteinemia, perubahan nutrisi,dan kebutuhan bagi kesembuhan
luka.

15
2.1.3 Intervensi Keperawatan

Tujuan Rencana Intervensi Rasional


1. Diagnosa keperawatan: Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan
dengan keracunan karbon monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran
napas atas d/d dispnea.

Pemeliharaan 11. Beri O2 yang lembab. 11. Suplementasi O2 dan


oksigenasi jaringan 22. Kaji napas, tanda-tanda memberi kelembaban pada
yang adekuat. hipoksia. jaringan yang cedera.
KE: 33. Amati hal-hal berikut: 22. Bukti peningkatan/
– Tidak ada eritema pada mukosa penurunan pernapasan.
dispnea. bibir dan pipi; lubang 33. Tanda cedera inhalasi dan
– Frekuensi hidung yang gosong; risiko disfungsi pernapasan.
respirasi antara 12 luka bakar pada muka, 44. Mengkaji perlunya
dan 20 x/mt. leher, dada; ventilasi mekanis.
– Paru bersih pada bertambahnya keparauan 55. Deteksi dini penurunan
auskultasi. suara; adanya sputum status respirasi.
– Sat O2 > 96%. hangus.
– AGD (N) 44. Pantau hasil AGD.
55. Pantau tingkat
kesadaran klien.
2. Diagnosa keperawatan: Bersihan jalan napas tidak efektif yang
berhubungan dengan edema dan efek dari inhalasi , obstruksi lumen d/d
sekresi berwarna dan kental.
Pemeliharaan 11. Pertahankan kepatenan11. Krusial untuk fungsi
saluran napas yang jalan napas. respirasi.
paten dan bersihan 22. Beri O2 lembab. 22. Ekspektorasi.
saluran napas 33. Dorong klien agar mau33. Meningkatkan
adekuat. membalikkan tubuh, pembuangan sekresi.
KE: batuk dan napas dalam.
– Jalan napas
paten.

16
Tujuan Rencana Intervensi Rasional
– Sekresi respirasi
minimal, tidak
berwarna dan encer.
– Frekuensi
respirasi, pola dan
bunyi napas
normal.
3. Diagnosa keperawatan: Kurang volume cairan yang berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi

dari daerah luka bakar dan hipovolemia, hipokalemia d/d klien tampak

dehidrasi.

Pemulihan 21. Amati tanda vital, 11. Resusitasi berlebihan


keseimbangan haluaran urine. dapat menyebabkan
cairan dan elektrolit32. Beri cairan intravena kelebihan beban cairan.
yang optimal dan dengan tepat. 22. Mempertahankan
perfusi organ-organ 43. Naikkan bagian kepala keseimbangan cairan dan
vital. dan tinggikan ekstremitas elektrolit.
KE: yang terbakar. 33. Meningkatkan aliran balik
– Kadar elektrolit vena.
(N).
– Haluaran urine
0,5-1,0 ml/kg/jam.
– TD> 90/60
mmHg.
– N< 120 x/mt.
– Sensori jernih.
– Urine jernih, BJ
Normal.
4. Diagnosa keperawatan: Nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan
serta saraf dan dampak emosional dari luka bakar d/d meringis kesakitan .

17
Tujuan Rencana Intervensi Rasional
Pengendalian rasa 11. Kaji tingkat nyeri 11. Mengevaluasi
nyeri. (skala 1-10) evektivitasnya tindakan
KE: 22. Beri analgetik. mengurangi nyeri.
– Menyatakan 33. Beri dukungan 22. Menurunkan nyeri.
tingkat nyeri emosional. 33. Mengurangi ketakutan dan
menurun. 4. Ajarkan tehnik ansietas akibat luka bakar.
– Tidak ada relaksasi. 4. Mengurangi rasa nyeri
petunjuk nonverbal klien.
tentang nyeri.

5. Diagnosa keperawatan: Kerusakan integritas kulit yang berhubungan


dengan luka bakar terbuka epidermis dan dermis d/d turgor kulit jelek ,
belum ada jaringan nekrotik.

Integritas kulit 11. Bersihkan luka, 11. Mengurangi potensi


tampak membaik. tubuh dan rambut tiap kolonisasi bakteri.
KE: hari. 22. mempercepat kesembuhan
– Kulit tampak 22. Rawat luka. luka.
utuh, bebas infeksi, 33. Cegah penekanan, 33. Mempercepat perlekatan
trauma. infeksi dan mobilisasi graft dan kesembuhan.
– Reepitelisasi luka pada autograft. 44. Mendukung pembentukan
baik. 44. Beri dukungan granulasi.
– Reepitelisasi nutrisi yang memadai. 55. Intervensi dini untuk
donor baik. 55. Kaji luka dan lokasi mengatasi kesembuhan luka.
– Kulit terlumasi graft.
dan licin.
6. Diagnosa keperawatan: Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan
dengan edema luka bakar, rasa nyeri dan pergerakan menurun d/dklien
susah bergerak , tambah luka yang baru.

Pencapaian 11. Atur posisi klien. 11. Mengurangi risiko


mobilitas fisik yang22. Lakukan latihan kontraktur.

18
Tujuan Rencana Intervensi Rasional
optimal. rentang gerak. 22. Meminimalkan atropi otot.
KE: 33. Bantu klien untuk 33. Peningkatan pemakaian
– Turut ambulasi dini. otot-otot.
berpartisipasi dalam44. Fisioterapi. 44. Mempertahankan posisi
aktivitas sehari- 55. Dorong perawatan sendi yang benar.
hari. mandiri sesuai 55. Mempercepat
kemampuan klien. kemandirian.
7. Diagnosa keperawatan: Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan
hilangnya barier kulit dan terganggunya respon imun.

Tidak ada infeksi 11. Gunakan tindakan 11. Meminimalkan risiko


lokal / sistemik. asepsis dalam semua kontaminasi silang.
KE: aspek perawatan klien. 22. Menghindari agens
– Tidak ada gejala 22. Lakukan skrining penyebab infeksi.
dan tanda infeksi. terhadap para 33. Sumber potensial bagi
– Hasil kultur pengunjung. pertumbuhan bakteri.
normal. 33. Singkirkan tanaman 44. Mengetahui adanya infeksi
dan bunga dari kamar lokal.
klien. 55. Mengetahui tingkat infeksi,
44. Inspeksi luka. merencanakan antibiotik yang
55. Pantau hitung tepat.
leukosit, hasil kultur, 66. Mengurangi jumlah bakteri.
dan tes sensitivitas. 77. Mengurangi potensi
66. Beri antibiotik sesuai kolonisasi bakteri pada luka
indikasi. bakar.
77. Ganti linen dan
personal hygiene.
8. Diagnosa keperawatan: Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan hipoproteinemia, perubahan nutrisi,dan
kebutuhan bagi kesembuhan luka.

Pencapaian status 11. Beri diet TKTP. 11. Membantu kesembuhan luka

19
Tujuan Rencana Intervensi Rasional
nutrisi anabolik. 22. Pantau BB dan dan peningkatan kebutuhan
KE: jumlah asupan kalori metabolisme.
– Peningkatan BB tiap hari. 22. Menentukan apakah
tiap hari. 33. Beri suplemen kebutuhan makan telah
– Tidak vitamin dan mineral. terpenuhi.
memperlihatkan 44. Beri nutrisi enteral 33. Memenuhi kebutuhan
tanda-tanda dan parenteral. nutrisi.
defisiensi protein, 55. Laporkan distensi 44. Menjamin terpenuhinya
vitamin dan abdomen, volume nutrisi.
mineral. residu yang besar atau 55. Tanda yang menunjukkan
– Memenuhi diare kepada dokter. intoleransi terhadap jalur atau
seluruh kebutuhan tipe pemberian nutrisi.
nutrisi lewat asupan
oral.
– Kadar protein
serum normal.

20
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama
terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit yang melindungi tubuh
dari infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu
tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses
aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit
yang sebagian besar dapat dicegah.
Luka bakar adalah kerusakan atau keghilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi.
Luka Bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi.

3.2 Saran
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang Luka bakar, tingkat luka
bakar, tindakan pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi
pembaca dan masyarakat umum.
Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan kegawatdaruratan luka bakar diharapkan mampu memahami konsep
dasar luka bakar serta konsep asuhan keperawatan.
Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang
berkaitan dengan penyakit ini.

21

Anda mungkin juga menyukai