Anda di halaman 1dari 4

Mgr. Albertus Soegijopranata, S.

J lahir di Surakarta tanggal 12 November 1869


sebagai anak kelima dari sembilan bersaudara, keluarga pasangan bapak bernama
Karijosoedarma seorang abdi dalem keraton Surakarta dan Ibu Soepijah. Pekerjaan
keseharian Soepijah berjualan setagen dan nila.

Dari Surakarta keluarga Karijosoedarma pindah ke Yogyakarta. Kepindahan itu


dilatar belakangi karena kakek Soegijopranata sudah sakit-sakitan. Di Yogyakarta
keluarga Soegijo tinggal di kampung Ngabean sebelah barat komplek keraton
Yogyakarta. Setelah pindah di Yogyakarta inilah Soegijo memasuki Sekolah Rakyat di
Pakualaman dan kemudian pindah ke HIS Wirogunan Yogyakarta.

Di HIS Wirogunan, Soegijo bertemu dengan Rama Frans van Lith SJ, seorang
misionaris gereja katolik yang tiba di Semarang dari Belanda pada tahun 1896, yang
kemudian pada tahun 1904 mendirikan sekolah guru di Muntilan. Pada tahun 1910
Soegijo belajar sebagai siswa calon guru di Kweekschool voor Javaanse Onderwijzers
di Muntilan, kemudian tanggal 24 Desember tahun itu juga menerima sakramen baptis
dengan nama pemandian Albertus Magnus, sehingga namanya menjadi Albertus
Magnus Soegijo. Pada tahun 1915 Soegijo lulus dalam ujian akhir sekolah guru di
Kolase Xaverius, dan kemudian diminta menjadi guru di almamaternya.

Pada tahun 1919 Soegiyo berangkat ke Nedherland untuk melanjutkan studinya di


Novisiat Serikat Yesus di Mariendaal, dan pada tahun 1923 melanjutkan sekolah filsafat
di Berchmans Collage Oudenbosch. Pada tanggal 15 Agustus Soegijo ditasbihkan
menjadi imam oleh Mgr. Schrijnen di Belanda, dan pada tanggal 8 Agustus 1933
Soegijo pulang ke tanah air, kemudian menjadi pastor pembantu Rama Van Driessche
SJ di gereja Kidul Loji dan pada tanggal 1 Agustus 1940 Rama A. Soegijo SJ diangkat
menjadi Uskup pribumi pertama di Vikariat Apostolik Semarang oleh Paus Pius XII
serta ditasbihkan sebagai uskup 6 November 1940 di gereja Randusari Semarang oleh
Mgr. P. Willekens SJ (Vikaris Apolostik Batavia). Beliau wafat tanggal 22 Juli 1963 di
Belanda, jenazah di bawa ke Indonesia tanggal 28 Juli 1963 dan dimkamkan di Taman
Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang tanggal 30 juli 1963.

Sungguh sesuatu yang luar biasa sebuah kisah yang bisa dipetik dari buku
Semangat dan Perjuangan Mgr. Albertus Soegijopranata SJ, mulai dari perjalanan hidup
seorang Soegijo kemudian perjuangan beliau pada masa penjajahan Belanda dan Jepang
sampai pada jaman setelah era kemerdekaan. Banyak nilai-nilai yang ditanamkan dan
sungguh menjadi inspirasi hidup yang luar biasa. Nilai-nilai tersebut antara lain :

1. Cinta pada Tuhan dan Negara


Seperti yang dikutip dari Matius 22:21dan paralelnya Markus 12:17 dan Lukas
20:25 “ Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar
dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan pada Allah” . Setiap orang
yang beriman haruslah cinta pada negaranya dan berjuang membangun
negaranya sesuai profesinya masing-masing, tetapi juga harus taat dan patuh
akan ajaran Allah serta menjalankan keimanannya kepada Allah sebaik-
baiknya.
2. Semangat persatuan
Kata beliau “ Dalam perkara yang masih bimbang haruslah ada kemerdekaan,
dalam perkara yang perlu dan penting haruslah ada persatuan, dan segala
perkara haruslah ada kecintaan “ Sungguh semangat dan konsep pemahaman
jalan keluar yang mampu mengatasi kondisi situasi saat itu dimana penjajah
masih bercokol di Indonesia.
3. Sikap peduli
Sikap peduli Soegijo pada situasi dan kondisi pada saat penjajahan sangatlah
bagus, yaitu jalan keluar untuk mengatasi segala keterpurukan disaat itu
adalah pendidikan, dengan pendidikan akan mampu membuka wawasan,
pemahaman dan nalar untuk melepaskan diri dari penjajahan kolonial baik
secara fisik, ekonomi dan sosial.
4. Mencintai kaum miskin
Kemiskinan akan mendekatkan pada kehancuran rohani dan mental, maka
Soegijo melakukan pengentasan kemiskinan dengan konsep yang sederhana
dan mudah dilakukan. Pemberdayaan ekonomi dengan melakukan usahan
kecil-kecilan oleh ibu-ibu rumah tangga.
5. Pola hidup sederhana
Hidup sederhana dalam bahasa jawa “ urip samadya “ merupak contoh
cerminan yang selalu dilakukan Soegijo, sehingga dalam menjalani hidup
melepaskan diri dari hutang, dan bagaimana bisa hidup mandiri secara
ekonomi.
6. Keutamaan hidup berkeluarga
Dalam kehidupan berkeluarga tidak hanya membina kehidupan pribadi berdua
tetapi ada hal-hal penting yang harus dilakukan antara lain : pertama,
pentingnya pemahaman pengetahuan beruamha tangga sebelum pernikahan
dilakukan, kedua pentingnya kemampuan orangtua dalam mendidik anak-
anaknya, ketiga kesetiaan pada satu pasangan.

Dalam konsep hidup yang diajarkan dan dilakukan oleh Mgr. Soegijopranata SJ
pada saat beliau masih hidup, ternyata masih tetap relevan untuk diterapkan dimasa
sekarang. Konsep-konsep ajaran beliau tertata begitu bagus dan mudah untuk dipahami
secara mudah, mari kita lihat penerapan konsep hidup beliau dimasa sekarang.
Nilai dan pemahaman cinta Tuhan dan tanah air, haruslah selalu dipegang kuat
oleh setiap warga negara yang beriman, Dalam konsep pendidikan modern saat ini
ketaatan beragama menjadi pondasi dasar pendidikan, attitude atau karakter relegius
yang utama dikembangkan sehingga konsep pendidikan mengutamakan kepandaian
mulai ditinggalkan. Artinya kecintaan akan Tuhan, merasa hidup ini milik Tuhan,
melakukan semua kegiatan sebaik mungkin agar Tuhan menyayangi kita, dan selalu
membina kehidupan bermasyarakat dan bernegara sebaik mungkin, adalah kewajiban
orang-orang yang beriman
Nilai dan pemahaman hidup berumah tangga yang baik tentu akan melahirkan
generasi yang baik pula, pengetahuan tentang bagaimana berumah tangga yang baik
haruslah di ajarkan pada pemuda dan pemudi sebelum mereka berumah tangga.
Pengetahuan bagaimana cara membina dan anak-anak kita secara agama, agar anak-
anak dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak mudah larut terpengaruh pada hal-hal
negatif yang terjadi disekitarnya. Yang utama adalah kesetiaan pada pasangan masing-
masing. Cukup sudah berita tentang meningkatnya penyakit menular HIV AID yang
memakan banyak korban. Dari memberi contoh kesetiaan dengan pasangan pada anak-
anak atau generasi muda, maka harapannya mampu menghentikan penyebaran penyakit
yang mematikan, yang kesemuanya dilandasi atas dasar kecintaan pada Allah.

Anda mungkin juga menyukai