M. Thariq F - 140310140049 PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

METODE EULER, EULER-CROMER & VERLET

TUGAS

dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah fisika komputasi pada


Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pdjadjaran

Muhammad Thariq Fathurrahman


140310140049

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FISIKA
JATINANGOR
2017
SOAL
1. Latihan membuat coding program dari contoh I-III dan analisa dari hasil plot yang
diperoleh dan bandingkan dengan solusi analitis
2. Apa perbedaanya dengan metode/algoritma Euler dengan algoritma Euler-Cromer
dan Verlet?
3. Buat program contoh I-III dengan menggunakan algoritma dari soal no. 2 dan
bandingkan hasilnya!

Contoh I : Peluruhan Uranium


Peluruhan 235U rata-rata lifetime-nya 105 tahun
dNu −Nu
Persamaan Differensial : dt = τ
τ adalah konstanta peluruhan
Solusi analitiknya : Nu = Nu(0)e−tτ
Nu
Metode Euler : Nu(t + Δt) = Nu(t) − τ Δt

Parameter :
Konstanta peluruhan (τ) : 105
Nilai awal Uranium (Nu) : 235
Nilai t awal (t0) = 0
Jumlah pias (n) = 5x105

Listing Program :
%Soal 1
n=1e5; %jumlah pias dibatasi 5*10^5, bila lebih komputer rentan hang
dt=1.5;
kp=1e5; %konstanta peluruhan
Nu=zeros(n,1); %inisialisasi array N uranium Nu
t=zeros(n,1); %inisialisasi array waktu t
Nu(1)=235; %inisialisasi nilai awal Nu
t(1)=0; %inisialisasi nilai awal t
%euler
for i=1:n-1
Nu(i+1)=Nu(i)-(Nu(i)/kp)*dt;
t(i+1)=t(i)+dt;
end
%perhitungan analitis
tn=dt*n;
ta=0:dt:tn; %t analitis
Nua=Nu(1)*exp(-ta/tau); %solusi Nu analitis

plot(t,Nu,'b',ta,Nua,'r--')
title('Peluruhan Uranium[235]')
xlabel('t (tahun)')
ylabel('Nomor Massa U[235]')
Tampilan Program :

Analisa

Dengan menggunakan nilai dt optimal yang semakin kecil, diperoleh


pendekatan yang sangat mendekati solusi analitis, namun karena keterbatasan pada
jumlah datanya, sehingga hanya dapat memodelkan pada rentang waktu yang kecil
yang akibatnya plot grafik tak terlihat exponensial. Secara matematis, bentuk solusi
analitisnya merupakan exponensial negative, sehingga ketika dt bernilai 1.5, dengan
jumlah data yang sama diperoleh grafik eksponensial, jika dilihat dari grafik pada
waktu 100 ribu tahun, massa atom terpadu nya menjadi sekitar 86,46 u, namun karena
keterbatasan jumlah data maka nilai minimumnya tidak dapat terlihat dan diketahui.
Pada kasus ini tak dapat menggunakan metode euler-cromer maupun verlet karena
kasusnya merupakan kasus exponensial yang tak berosilasi.

Contoh II : Hambatan Udara


Seorang pembalap sepeda bergerak dengan kecepatan v, daya P yang dikeluarkan
atlit diperoleh secara eksperimen adalah 400 watt dalam waktu satu jam. Gesekan udara
mempengaruhi kecepatan pembalap tersebut
dv P 2
Persamaan Differensial : dt
= mv − CρA𝑒
m
2
P CρA𝑒 (t)
Metode Euler : v(t + Δt) = v(t) + ( − )Δt
mv(t) m

Parameter :
Daya (P) : 400 Watt
Nilai kecepatan awal (v) : 5 m/s
Nilai t awal (t0) : 0
Massa pembalap (m) : 75 kg
Koefisien drag (C) : 0.5
Massa jenis udara (𝜌) : 1.2

Listing Program :

%soal 2
n=5e5;
dt=1e-4;
p=400; %daya
v=zeros(n,1); %inisialisasi array v
t=zeros(n,1); %inisialisasi array waktu t
v(1)=5; %inisialisasi nilai awal v
t(1)=0; %inisialisasi nilai awal t
C=0.5; %konstanta drag
rho=1.2; %rho udara 1.2
m=75; %massa pembalap + sepeda (bebas)
A=1.5; %Luas bidang terkena hambatan udara (bebas)
%metode euler
for i=1:n-1
v(i+1)=v(i)+((p/(m*v(i)))-((C*rho*A*v(i)*v(i))/m))*dt;
t(i+1)=t(i)+dt;
end
%plot
plot(t,v,'b')
title('Kecepatan Pembalap Terhadap Waktu')
xlabel('t (sekon)')
ylabel('Kecepatan V (m/s)')

Tampilan Program:
Analisa

Pada kasus pembalap sepeda ini, grafik berikut menggunakan nilai dt yang
disesuaikan agar kurvanya dapat terlihat secara menyeluruh membentuk exponensial,
dengan parameter standar, dan kecepatan awal 5m/s, pembalap dapat melaju hingga 7.5
m/s dalam waktu 20 detik, namun karena ada hambatan udara, kurvanya menjadi konstan,
dengan kata lain hambatan udara menyebabkan kecepatan pembalap menjadi konstan pada
titik tertentu. Bila massa diperbesar, waktu yang diperlukan pembalap untuk mencapai
kecepatan 7.5 m/s bertambah, begitu pula sebaliknya bila massa diperkecil, waktu yang
diperlukan akan semakin sedikit. Kemudian ketika luas permukaan A yang mana terkena
hambatan udara diperbesar, maka kecepatan maksimum yang dapat dilakukan oleh
pembalap tersebut berkurang, kemudian ketika massa jenis zat yang menghambat di
modifikasi menjadi lebih kecil, menyebabkan v maksimum yang dapat dicapai pembalap
bertambah. Pada kasus ini tak dapat diaplikasikan metode euler-cromer maupun verlet
karena kasusnya merupakan kasus exponensial yang tak berosilasi.

Contoh III: Gerak Pendulum



Persamaan Differensial : dt
= ω dan dω
dt
= − gl θ
g
Solusi analitiknya : 0.2cos(√ l t)
g
Metode Euler : ω(t + Δt) = ω(t) − l θ(t)Δt

𝜃(𝑡+Δ𝑡)=𝜃(𝑡)+𝜔(𝑡)Δ𝑡
g
Metode Euler - Cromer : ω(t + Δt) = ω(t) − l θ(t)Δt

𝜃(𝑡+Δ𝑡)=𝜃(𝑡)+𝜔(𝑡+1)Δ𝑡
1
Metode Verlet : θ(t + Δt) = 2 ∙ θ(t) − θ(t − Δt) + θ(t − Δt)(− m)Δt2
θ(t−2Δt)
ω(t − Δt) = θ(t) − 2Δt

Parameter :
Panjang tali (l) : 1 m
Percepatan gravitasi (g) : 9.8 m/s2
Nilai kecepatan sudut awal (ω) : 0
Nilai posisi sudut awal (ɵ) : 0.2
Nilai t awal (t0) : 0

Listing Program :
Metode Euler
%soal 3
n=5e3; %jumlah pias dibatasi 5*10^3
%dt=1.5e-8; %dt optimal yang menghasilkan error terkecil
dt=1e-2; %dt agar rentang dinamis grafik cukup panjang untuk diamati
g=9.8; % percepatan gravitasi 9.8 m/s^2
l=1; % panjang tali
omega=zeros(n,1); %inisialisasi array omega
theta=zeros(n,1); %inisialisasi array theta
t=zeros(n,1); %inisialisasi array waktu
theta(1)=0.2; %inisialisasi nilai awal theta
%metode euler
for step=1:n-1
omega(step+1)=omega(step)-(g/l*theta(step))*dt;
theta(step+1)=theta(step)+omega(step)*dt;
t(step+1)=t(step)+dt;
end
time=0:1e-2:50;
atheta=0.2*cos(sqrt(g/l)*t);
%plot
plot(t,theta,'b', t, atheta,'-r'); %t = ta jika verlet
xlabel('waktu (s)');
ylabel('theta (radian)');

Metode Euler – Cromer


%soal 3
n=5e3; %jumlah pias dibatasi 5*10^3
%dt=1.5e-8; %dt optimal yang menghasilkan error terkecil
dt=1e-2; %dt agar rentang dinamis grafik cukup panjang untuk diamati
g=9.8; % percepatan gravitasi 9.8 m/s^2
l=1; % panjang tali
omega=zeros(n,1); %inisialisasi array omega
theta=zeros(n,1); %inisialisasi array theta
t=zeros(n,1); %inisialisasi array waktu
theta(1)=0.2; %inisialisasi nilai awal theta
%metode euler-cromer

for step=1:n-1
omega(step+1)=omega(step)-(g/l*theta(step))*dt;
theta(step+1)=theta(step)+omega(step+1)*dt;
t(step+1)=t(step)+dt;
end
time=0:1e-2:50;
atheta=0.2*cos(sqrt(g/l)*t);
%plot
plot(t,theta,'b', t, atheta,'-r'); %t = ta jika verlet
xlabel('waktu (s)');
ylabel('theta (radian)');

Metode Verlet
%soal 3
n=5e3; %jumlah pias dibatasi 5*10^3
dt=1e-2; %dt agar rentang dinamis grafik cukup panjang untuk diamati
g=9.8; % percepatan gravitasi 9.8 m/s^2
l=1; % panjang tali
omega=zeros(n,1); %inisialisasi array omega
theta=zeros(n,1); %inisialisasi array theta
ta=zeros(n,1); %inisialisasi array waktu
theta(1)=0.2; %inisialisasi nilai awal theta
%metode verlet
m=1;
omega(1)=0.1;
theta(2)=theta(1)+omega(1)*dt;
ta=0:dt/pi:50;
N=length (ta);
for step=3:N;
theta(step)=2*theta(step-1)-theta(step-2)+dt*dt*(-
1.0*1/m)*theta(step-1);
omega(step-1)=(theta(step)-theta(step-2))/(2*dt);
end
omega(N)=(theta(N)-theta(N-1))/dt;

time=0:dt/pi:50;
atheta=0.2*cos(sqrt(g/l)*ta);
%plot
plot(ta,theta,'b', time, atheta,'-r'); %t = ta jika verlet
xlabel('waktu (s)');
ylabel('theta (radian)');
Tampilan Program :
Metode Euler

Metode Euler – Cromer


Metode Verlet

Analisa
Dengan menggunakan metode euler, kasus gerak harmonic sederhana pendulum
tersebut menunjukan kurva sinusoid yang semakin lama, posisinya semakin bertambah
bahkan menjadi 10 kali lipat dari posisi simpangan awal 0.2, hal tersebut tak memenuhi
kaidah gerak harmonic sederhana. Ketika menggunakan metode euler-cromer, dengan
memodifikasi timestep persamaan kedua, dihasilkan grafik sinusoid yang amplitudonya
konstan pada 0.2, ketika panjang tali ditambah, frekuensi ayunan akan melambat terlihat
dari waktu yang dibutuhkan kurva dari puncak ke puncak yang semakin renggang,
sebaliknya jika parameter tali diubah menjadi lebih pendek, frekuensi osilasi tali akan
semakin cepat. Untuk metode verlet hasil yang didapat mendekati terhadap nilai
analitiknya yang diperoleh dengan menggunakan perhitungan analitik. Walaupun masih
terdapat error yang terlihat dari tidak samanya antara nilai perhitungan analitik dan
perhitungan numerik.

Perbedaan metoda/algoritma euler dengan euler-cromer dan verlet


a. Metoda Euler

Metode Euler merupakan metode numerik paling sederhana dan diturunkan dari
deret Taylor, bentuk persamaan pada metoda euler adalah :
𝑦𝑛+1 − 𝑦𝑛
= 𝑓(𝑥𝑛 , 𝑦𝑛 )
𝑥𝑛+1 − 𝑥𝑛
Kecepatan dalam perhitungan pada metoda ini cukup cepat, tetapi akurasi pada
metoda euler limit atau terbatas dan solusi yang dihasilkan tidak stabil, atau kurang
presisi.

b. Metoda euler-cromer

Metoda euler-cromer stabil untuk sistem yang berosilasi. Persamaan pada metoda
euler cromer :
𝑣𝑛+1 = 𝑣𝑛 + 𝑎𝑛 ∆𝑡
𝑥𝑛+1 = 𝑥𝑛 + 𝑣𝑛+1 ∆𝑡
Solusi dari metoda euler cromer ini menghemat energi untuk masalah osilasi, tidak
seperti metoda euler yang meningkat energi osilator dengan bertambahnya waktu.
Sehingga metoda euler cromer sangat stabil pada sistemnya berosilasi.

c. Metoda Verlet
Metoda ini digunakan dalam simulasi partikel. Sehingga, dengan menggunkan
metoda ini dalam mensimulasikan partikel dapat dikerjakan dengan cepat dengan presisi
yang tinggi. Pendekatan matematika yang mendekati algoritma asli verlet :
1
𝑥𝑛+1 = 𝑥𝑛 + 𝑣𝑛 ∆𝑡 + 𝑎𝑛 (∆𝑡)2
2
1
𝑣𝑛+1 = 𝑣𝑛 + (𝑎𝑛+1 + 𝑎𝑛 )∆𝑡
2
Berdasarkan perbedaan dari ketiga metoda tadi, dapat dianalisakan dalam bentuk
grafik berikut :

Dapat dilihat bahwa, dengan menggunakan metoda euler, perhitungan yang


dilakukannya cukup tinggi tetapi tingkat kestabilannya tidak bagus, tetapi dengan metoda
euler-cromer, hasilnya cukup stabil dibanding dengan menggunakan metoda euler.
Sedangkan metoda verlet, terlihat sangat presisi. Sehingga dapat digunakan seefisien
mungkin dibandingkan dengan menggunakan metode sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai