Anda di halaman 1dari 6

E.

T e g a k a n
KPH Banyumas Barat
ditetapkan sebagai Kelas
Perusahaan Pinus karena
kesesuaian lahannya
sangat cocok untuk
tegakan Pinus dan
merupakan pemasok
bahan baku gondorukem
dan terpentin.
Tanaman Pinus yang
dapat tumbuh baik adalah jenis Pinus merkusii yang ditanam secara murni. Keberhasilan tanaman Pinus
dipengaruhi oleh kondisi topografi yang ada, namun ada beberapa lokasi yang cukup datar dengan
persyaratan iklim serta tanah yang memungkinkan untuk tanaman Jati dan rimba lain.
Pengelolaan hutan bersama masyarakat salah satunya mengintroduksi kegiatan pertanian pada kawasan
hutan (biasanya pada saat persiapan tanam, penanaman, perawatan tanaman, serta tanaman tua
dimana cahaya matahari sampai ke lantai hutan). Sehingga jenis vegetasi selain tanaman kehutanan,
terdapat jenis Palawija, Empon-empon, Buah-buahan dan Umbi-umbian.
Kawasan hutan yang tidak diusahakan oleh masyarakat sekitar hutan terdapat jenis tumbuhan yang
hidup liar sebagai semak belukar antara lain kerinyu (Eupathorium spp.), tembelekan (Lantana camara),
alang-alang (Imperata silindrica), putri malu (Mimosa pudica), rumput-rumputan, bambu wuluh, tepus
dan pulutan.
F. Satwa Liar
Kawasan hutan KPH Banyumas Barat mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai sumber pakan baik
bagi jenis aves, mamalia dan reptil. Sumber pakan yang tersedia berupa serangga, buah dan biji-bijian.
Ditemukan satwa liar pada hutan produksi diantaranya adalah Kijang, Babi Hutan, Ayam Hutan, Kera,
Trenggiling, Biawak, Lutung , dll. Sedangkan satwa liar yang berkatagori (RTE : langka, terancam dan
hampir punah) diantaranya Presbytis Cristata (lutung),Macca Fasicularis (Kera ekor panjang), Macan
Tutul, Macan Kumbang, Kijang dan lain-lain. Kegiatan yang dilakukan selama ini adalah pemantauan dan
monitoring keberadaan satwa tersebut yang dilaporkan setiap triwulan sehingga dapat diketahui jumlah
populasinya dari data tersebut cenderung mengalami peningkatan jumlah, kemudian kegiatan yang lain
dalam rangka mendukung keberadaan kera ekor panjang yang ada di Cikakak melalui kegiatan
penanaman pohon jenis buah–buahan pada tahun 2003 di petak 49 yang merupahan habitat satwa
tersebut, disamping itu juga dilakukan sosialisasi kepada masayarakat sekitar hutan untuk menjaga
keberadaan satwa dan pemasangan papan larangan perburuan satwa dilokasi–lokasi habitat satwa.
G. Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai atau DAS didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak sungai yang dibatasi oleh pemisah topografi berupa punggung bukit
atau gunung yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan, yang berfungsi menyimpan
dan mengalirkannya ke danau atau laut secara alami (Peratutan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004
tentang Perencanaan Kehutanan pasal 1, ayat 17).
Wilayah Kelas Perusahaan Pinus KPH Banyumas Barat berada dalam Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (SWP DAS) yaitu SWP DAS Serayu.
H. Enclave
Merupakan suatu areal/tanah milik yang berada didalam (dikelilingi) kawasan hutan, pada Kelas
Perusahaan Pinus KPH Banyumas Barat terdapat 132 lokasi dengan keluasan 1.819,22 Ha yang tersebar
di 4 Bagian Hutan. Enclave yang ada pada umumnya digunakan sebagai pemukiman, sawah dan tanah
garapan (tegalan).
Keberadaan enclave sangat berpengaruh terhadap kinerja Pengelolaan Hutan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dampak positif keberadaan enclave adalah kemudahan terhadap ketersediaan
tenaga kerja dalam kegiatan tanaman, sadapan, tebangan dan lain-lain, sedangkan dampak negatifnya
adalah dapat menimbulkan gangguan keamanan hutan seperti pencurian kayu, kebakaran hutan,
penggarapan liar dan penyerobotan lahan atau bibrikan.
I. Sosial Ekonomi
Wilayah Kerja
Wilayah kerja Perhutani adalah kawasan hutan negara di Propinsi Jawa Tengah, Propinsi Jawa Timur dan
Propinsi Jawa Barat dan Banten seluas 2.426.206 hektar.Luas hutan yang dikelola Perhutani tidak
termasuk kawasan hutan suaka alam dan hutan wisata yang dikelola oleh Kementrian Kehutanan cq.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan Pelestarian Alam (PHPA).

Sebagaimana UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, disebutkan bahwa luas hutan minimal 30%
dari luas wilayahnya. Luasan hutan yang dikelola Perhutani di Jawa dan Madura dibanding daratan yang
ada saat iniadalah lebih kurang 24% sehingga luas hutan yang ada perlu dipertahankan keberadaannya
untuk mempertahankan daya dukung lingkungan.
Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari
tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan
kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan
kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan.

Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct planting) dan secara tidak
langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara
langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah
persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih
tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu.

Penjarangan hutan adalah suatu tindakan silvikultur terhadap tegakan hutan tanaman yang bertujuan
untuk memperoleh tegakan tinggal sehat, kualitas kayu yang baik pada akhir daur, sehingga
hasil/produksi penjarangan hutan bukan merupakan tujuan utama tetapi merupakan hasil antara dari
tindakan silvikultur. Tujuan dari kegiatan penjarangan adalah memelihara pohon-pohon yang terbaik
pada suatu tegakan dengan memberi ruang tumbuh yang cukup bagi tegakan tinggal sehingga pada akhir
daur akan diperoleh tegakan hutan yang memiliki massa kayu yang besar dan berkualitas tinggi. Untuk
menghindari tumbuhnya tunas air dan serangan hama/penyakit, pada tegakan muda dilakukan
penjarangan dengan derajat penjarangan lemah dengan frekuensi sesering mungkin.
metode penjarangan hutan yaitu;
a). Penjarangan tinggi, yaitu penjarangan terhadap pohon- pohon yang tajuk nya menonjol dibanding
pohon yang lain (ingat tebang pilih pada TPTI).
b). Penjarangan rendah, yaitu penjarangan terhadap pohon- pohon yang relatif tertekan, terkena
penyakit, bengkok, jelek dll agar diperoleh tegakan tinggal yang baik.
c). Penjarangan seleksi, yaitu penjarangan terhadap pohon- pohon yang termasuk klasifikasi dominan
agar pohon-pohon yang berada dibawah tajuk nya dapat terstimulasi pertumbuhannya,
d). Penjarangan mekanis, yaitu penjarangan yang dilakukan untuk mengatur jarak antar pohon yang
bertujuan memperoleh pertumbuhan optimal, tanpa melihat permukaan tajuk (ingat penjarangan untu
walang),
e). Penjarangan bebas, yaitu penjarangan yang tidak terkait dengan salah satu metode terdahulu dan
tanpa memperhatikan permukaan tajuk.

tingkat kekerasan penjarangan dibedakan menjadi tingkat penjarangan keras, tingkat penjarangan
sedang, dan tingkat penjarangan rendah
Pengertian dan Definisi dari Perlindungan Hutan adalah usaha, kegiatan, dan tindakan untuk mencegah
terjadinya kerusakan hutan dan hasil hutan oleh karena perbuatan manusia maupun alam.
Penyebab kerusakan hutan dapat berupa kebakaran hutan, hama, penyakit, penggembalaan, pencurian
dan penyebab faktor lindungan. Salah satu prinsip dari perlindungan hutan ialah bahwa pencegahan
terhadap awal terjadinya atau perkembangan suatu penyebab kerusakan hutan, akan lebih efektif
daripada kegiatan pengendalian setelah kerusakan terjadi.

Asas perlindungan hutan mengutamakan pencegahan awal terjadinya atau perkembangan suatu
kerusakan hutan melalui perencanaan silvikultur dan pengelolaan yang baik.

Dalam hubungannya dengan tindakan pengelolaan, pencegahan dalam konsep perlindungan hutan
didekati melalui cara :

 pengambilan keputusan terhadap langkah atau tindakan untuk mencegah agar penyebab
kerusakan hutan tidak berkembang dan tidak menimbulkan kerusakan hutan yang serius.

 pengembangan suatu bentuk pengelolaan hutan yang hati-hati dan berwawasan masa depan.

Ilmu perlindungan hutan pada umumnya dipelajari juga sebagai bagian dari IlmuSilvikultur. Cabang Ilmu
Perlindungan Hutan yang telah berkembang menjadi ilmu yang lebih spesifik diantaranya ilmu Penyakit
Hutan, Ilmu Hama Hutan, dan Kebakaran Hutan.

Anda mungkin juga menyukai