Anda di halaman 1dari 10

Nama kelompok :

1. Devi Dwi P.
2. Eka Puspita K.S
3. Firdaus N.

TUGAS MATA KULIAH TELAAH KIMIA SEKOLAH


FAKTA, KONSEP, PROSEDUR DAN ALUR BERPIKIR
MATERI KOLOID

3.14 Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, dan menjelaskan kegunaan koloid
dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya

4.14 Membuat makanan atau produk lain yang berupa koloid atau melibatkan prinsip
koloid

Materi :
 Jenis koloid
 Sifat koloid
 Pembuatan koloid
 Penerapan koloid

Fakta :
 Penggunaan lampu sorot mobil pada kondisi cuaca berkabut
 Sorot lampu mercusuar yang terlihat lebih terang pada kondisi malam yang berkabut
daripada malang yang terang
 Pengolahan karet dari lateks
 Deodoran dalam kehidupan sehari – hari digunakan untuk menghilangkan bau badan
 Gelatin digunakan dalam pembuatan es krim
 Penggumpalan pada susu
 Pada sore hari munculnya warna biru dan jingga
 Penjernihan air dengan menggunakan tawas
 Penjernihan air tebu dalam pembuatan gula
 Penyembuhan sakit perut dengan norit
 Proses penggumpalan debu atau asap pabrik
 Agar-agar
 Buih sabun
 Santan

Konsep :
 Koloid
 Efek tyndall
 Gerak brown
 Adsorpsi
 Koagulasi
 Dialisis
 Koloid liofob
 Koloid liofil
 Kondensasi
 Dispersi
 Medium pendispersi
 Fase terdispersi

Prosedur:
1. Penerapan pembuatan agar agar dengan cara kondensasi
No Prosedur Kerja Analisa Prosedur
1. Memasukkan agar-agar dalam panci
2. Memasukkan air sebanyak 900mL dan - Melarutkan agar-agar
gula pasir sebanyak 120g ke dalam panci
3. Memanaskan campuran tersebut hingga - Agar terjadi reaksi hidrolisis
mendidih dimana pada proses
pemanasan dengan suhu yang
lebih tinggi dari suhu
pembentukan gel
mengakibatkan polimer
keragenan dalam larutan
menjadi acak
4. Mengaduk - Agar larutan homogen
5. Menuangkan campuran pada cetakan dan - Agar terbentuk gel yang
didinginkan diakibatkan oleh sifat liofil
dimana fase cair teradsorpsi
oleh fasa padat

Alur Berpikir :

Tepung kanji apabila dimasukkan ke dalam air panas akan menyebar secara merata.
Penyebaran secara merata dari Tepung kanji ke dalam air disebut dengan sistem dispersi,
dimana air sebagai medium pendispersi dan Tepung kanji sebagai zat terdispersi. Apabila
dianalogikan di dalam larutan, maka zat terdispersi adalah zat yang terlarut, sedangkan
medium pendispersi adalah zat pelarut. Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu larutan, suspensi dan koloid .

Ketika gula dialarutkan dalam air panas, maka gula akan melarut sempurna sehingga air akan
terasa manis. Zat yang terlarut sempurna disebut dengan larutan, yaitu sistem dispersi yang
ukuran partikel-partikelnya sangat kecil sehingga tidak dapat diamati.

Ketika memasukkan pasir dalam air panas, maka pasir tidak akan larut sempurna dalam air.
Hal ini disebut dengan suspensi, yaitu sistem dispersi dimana partikel yang ukurannya relatif
besar tersebar merata di dalam medium pendispersinya.

Apabila kita mencampurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu “larut”
tetapi “larutan” itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu tidak
memisah dan juga tidak dapat disaring (hasil penyaringan tetap keruh), peristiwa ini disebut
dengan koloid. Koloid merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar
dari larutan tetapi lebih kecil dari suspensi. Istilah koloid pertama kali dikemukakan oleh
seorang ilmuwan Inggris, Thomas Graham, sewaktu mempelajari sifat difusi beberapa larutan
melalui membran kertas perkamen. Graham menemukan bahwa larutan natrium klorida
mudah berdifusi sedangkan kanji, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau sama sekali
tidak berdifusi. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut koloid. Untuk memahami
perbedaan antara larutan, suspense dan koloid , perhatikan tabel berikut

Perbedaan Suspensi Koloid Larutan


Ukuran partikel >100 nm 1 – 100 nm < 100 nm
Penampilan fisik Keruh , partikel Keruh – jernih, Jernih, pertikel
terdispersi dapat partikel terdispersi terdispersi tidak
diamati langsung hanya dapat diamati dapat diamati
dengan mata dengan mikroskop dengan mikroskop
ultra ultra
Kestabilan (jika Mudah terpisah Sukar terpisah Tidak terpisah
didiamkan ) (mengendap) (relatif stabil) (sangat stabil)
Cara pemisahan Filtrasi Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring
(penyaringan)

Sistem dispersi koloid dapat terbentuk dari dispersi zat padat, cair atau gas. Sistem koloid
diberi nama berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya, misalnya koloid yang
terjadi dari dispersi zat cair dalam medium pendispersi cair disebut dengan emulsi. Jenis-jenis
koloid berdasarkan zat terdispersi dan medium pendispersinya sebagai berikut :

Fase terdispersi Medium pendispersi Jenis (nama koloid) Contoh


Padat Sol padat Mutiara, kacang,
warna
Padat
Cair Emulsi padat Keju, mentega
Gas Buih padat Batu apung, kerupuk
Padat Sol Pati dalam air, cat, jeli
Cair Cair Emulsi Cair Susu, mayones, santan
Gas Buih Krim, pasta
Padat Aerosol padat Debu, asap
Gas
Cair Aerosol cair Awan, kabut

Pada tabel di atas, kita tidak menemukan sistem koloid fase terdispersi gas dan medium
pendispersi gas. Hal ini disebabkan campuran gas dengan gas selalu menghasilkan campuran
yang homogen. Partikel-partikel gas berukuran molekul atau ion (diameter kurang dari 10–
7
cm) dan jarak antara partikel gas tersebut sangat renggang.
Gambar 2 Contoh koloid sol (cat)

Busa atau buih adalah sistem koloid yang fase terdispersinya gas dan medium
pendispersinya cair. Apabila medium pendispersinya mengandung surfaktan, maka busa akan
stabil. Busa sabun adalah sistem koloid yang stabil karena sabun merupakan surfaktan.
Molekul surfaktan cenderung terkonsentrasi pada permukaan atau antar permukaan cairan
dan gas, dan terdiri atas dua bagian, yaitu yang bersifat non-polar dan gugus polar.

Busa padat adalah sistem koloid yang terjadi jika padat terdispersi dalam gas, misalnya batu
apung. Busa padat terjadi pada suhu tinggi dengan medium pendispersi yang mempunyai titik
lebur di atas suhu kamar sehingga pada suhu kamar berwujud padat.

Gambar 3 Contoh koloid buih

Aerosol cair ialah sistem koloid dengan fase terdispersi cair dalam medium pendispersi gas.
Aerosol alam yang sering kita jumpai, misalnya kabut dan awan. Kabut terjadi jika udara
yang memiliki kelembapan tinggi mengalami pendinginan sehingga uap air yang terkandung
di udara mengembun dan bergabung membentuk sistem koloid.

Jika letaknya dekat di permukaan bumi, sistem itu disebut kabut, dan apabila terdapat di
angkasa disebut awan. Selain itu, ada aerosol yang sengaja dibuat oleh manusia yang
diperuntukkan dalam bidang industri. Misalnya, insektisida, obat nyamuk cair, dan kosmetik
yang disemprotkan pada waktu digunakan. Contoh kosmetik adalah hair spray, spray
deodoran, dan parfum. Spray deodoran adalah cairan bahan polimer dan pengharum yang
dimasukkan ke dalam tabung yang bertekanan tinggi dan berisi cairan senyawa fluorokarbon
yang mudah menguap. Apabila campuran itu disemprotkan, maka butiran-butiran halus dari
campuran akan tersebar di udara dan membentuk sistem koloid.
Gambar 4 Contoh koloid aerosol cair

Emulsi adalah sistem dispersi antara cairan dengan cairan yang tidak dapat bercampur
homogen. Misalnya, minyak dalam air dan susu. Jika minyak dimasukkan ke dalam air, akan
diperoleh emulsi minyak air. Sebaliknya, jika tetes-tetes air dimasukkan ke dalam minyak
diperoleh emulsi air-minyak.

Gambar 5 Emulsi minyak dalam air (susu)

Pada umumnya emulsi kurang mantap. Untuk memantapkan suatu emulsi perlu ada zat
pemantap yang disebut emulgator. Fungsi zat pengelmusi (emulgator) adalah menurunkan
tegangan permukaan cairan sehingga tidak mudah bergabung Iagi. Contoh emulgator, sabun,
detergen, gelatin, lesitin, kasein, fosfolipida, gom, senyawa fluorokarbon, dan alkanolamida
Iemak.

Emulsi padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi cair dalam medium pendispersi
padat yang tidak dapat bercampur. Misalnya, mentega adalah dispersi air dalam lemak.
Gambar Koloid

Setelah mengetahui jenis-jenis koloid, akan dijelaskan juga sifat-sifat dari koloid.
Apabila dalam sistem koloid diberikan seberkas cahaya, maka cahaya tersebut dihamburkan,
berbeda dengan larutan sejati yang diberi seberkas cahaya, cahaya akan diteruskan
(transparan). Sifat koloid ini disebut sebagai efek tyndall, biasanya terlihat pada sorot lampu
pada malam hari yang berkabut dan juga pada berkas sinar matahari melalui celah daun
pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut.

Partikel koloid selalu bergerak terus menerus dengan gerakan patah-patah (gerakan
zig-zag), gerakan partikel ini disebut gerak brown. Gerak brown terjadi sebagai akibat
tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid.
Gerak brown ini merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Semakin besar
ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi dan sebaliknya, semakin
kecil ukuran partikel koloid, maka akan semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menyebabkan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
suspensi. Suhu juga dapat mempengaruhi gerak Brown, jadi semakin tinggi suhu sistem
koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin
cepat, dan sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin
lambat.Jadi kesimpulannya Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium
pendispersi secara terus menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan
zat pendispersi. Karena gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika
didiamkan. Penerapan gerak brown yaitu apabila susu didiamkan untuk waktu beberapa lama,
tidak akan didapati endapan. Hal ini disebabkan karena adanya gerak terus-menerus secara
acak yang dilakukan oleh partikel-partikel koloid dalam susu sehingga antara susu dan
pelarutnya yang dalam hal ini adalah air.

Partikel koloid juga memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada
permukaannya. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi. Partikel koloid tidak hanya
mengadsorpsi ion atau muatan listrik, tetapi juga zat lain yang berupa molekul netral. Sifat ini
digunakan untuk pemutihan gula tebu, dan norit. Pada pergerakan partikel koloid dalam
medan listrik disebut elektroforesis. Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan 2 elektroda
kemudian dihubungkan dengan arus searah maka, koloid bermuatan negatif akan bergerak ke
anoda dan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katoda. Eletroforesis ini dimanfaatkan
untuk identifikasi DNA.

Dispersi koloid akan mengalami peristiwa penggumpalan atau koagulasi. Peristiwa


koagulasi pada koloid dapat terjadi akibat peristiwa mekanis atau kimia. Peristiwa mekanis
misalnya pemanasan dan pendinginan. Peristiwa koagulasi akibat pendinginan terjadi pada
agar-agar yang akan menggumpal jika didinginkan. Peristiwa kimia misalnya pencampuran
koloid yang berbeda muatan, jika sistem koloid yang berbeda muatan dicampurkan, akan
menyebabkan terjadinya koagulasi dan akhirnya mengendap. Hal ini terjadi ketika sol
Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan mengalami koagulasi jiak dicampur dengan sol As2S3.
Selain itu adanya elektrolit juga merupakan peristiwa kimia yang menyebabkan koagulasi.
Jika koloid yang bermuatan positif dicampurkan dengan suatu larutan elektrolit, maka ion-ion
negatif dari larutan elektrolit akan segera ditarik oleh partikel-partikel koloid positif. Jadi ion
negatif akan mengoagulasi koloid positif dan sebaliknya. Hal ini terjadi pada penambahan
tawas dalam proses penjernihan air

Koloid juga merupakan sistem dispersi yang relatif kurang stabil dibandingkan
larutan. Untuk menjaga kestabilan koloid dapat dilakukan cara-cara menghilangkan muatan
koloid. Proses penghilangan tersebut dilakukan dengan proses dialisis. Prosesnya, koloid
dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong dimasukkan ke dalam bejana berisi
air mengalir. Kantong tersebut dapat dilewati oleh partikel-partikel kecil akan tetapi tidak
dapat dilewati oleh partikel-partikel koloid. proses dialisis dalam kehidupan sehari-hari yaitu
proses pemisahan hasil metabolisme dari darah oleh ginjal.
Selain menghilangkan muatan, dengan menambahan stabilisator koloid dapat menjaga
kestabilan koloid. Penambahan suatu zat ke dalam suatu sistem koloid dapat meningkatkan
kestabilan koloid, misalnya zat yang ditambahkan ke dalam suatu emulsi dengan tujuan
menjaga koloid agar tidak mudah terpisah disebut emulgator. Emulgator terjadi pada
penambahan amonia dalam pembuatan emulsi pada kertas film. Ada juga koloid yang
ditambahkan ke dalam sistem koloid agar menjadi stabil disebut koloid pelindung. Yang
termasuk koloid pelindung yaitu pada penambahan gelatin pada pembuatan es krim.

Berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi dengan medium pendispersinya,


sistem koloid dibedakan menjadi 2 macam yaitu koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil
adalah koloid yang fase terdispersinya suka menarik medium pendispersinya. Liofob adalah
sistem koloid yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya.
Pemanfaatan sifat hidrofob dan hidrofil (liofil dan liofob dalam air) adalah pada penggunaan
detergen dalam proses pencucian pakaian.

Perbandingan sifat koloid liofil dengan koloid liofob


Koloid liofil Koloid liofob

Mengadsorpsi mediumnya.
Dapat dibuat dengan konsentrasi yang Tidak mengadsorpsi mediumnya
relatif besar. Hanya stabil pada konsentrasi kecil
Tidak mudah digumpalkan dengan Mudah menggumpal pada penambahan
penambahan elektrolit. elektrolit
Viskositas(kekentalan) lebih besar Viskositas hampir sama dengan
daripada mediumnya. mediumnya.
Bersifat reversibel Tidak reversibel
Efek Tyndall lemah Efek Tyndall lebih jelas.

Secara garis besar, terdapat 2 cara pembuatan koloid yaitu dengan cara dispersi dan
cara kondensasi.
Cara Dispersi adalah memperkecil partikel (pengubahan partikel besar menjadi
partikel koloid). Sedangkan cara Kondensasi adalah memperbesar ukuran partikel. Dari
larutan diubah menjadi koloid. Proses ini umumnya melibatkan reaksi-reaksi kimia yang
menghasilkan zat yang menjadi partikel-partikel terdispersi.
Dispesi Langsung (mekanik) dengan memperkecil zat terdispersi sebelum
didispersikan ke dalam medium pendisperi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan
menggiling atau menggerus partikel sampai ukuran tertentu. Contohnya adalah pembuatan
sol belerang dalam air.
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan
serbuk susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi sehingga partikel-partikel susu
berubah menjadi seukuran partikel koloid.

Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecahkan partikel-partikel besar, misalnya


suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah tertentu. Contohnya
adalah endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan AlCl3 ke
dalamnya.

Busur bredig merupakan suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid
logam. Prosesnya dengan cara meletakkan logam yang akan dikoloidkan pada kedua ujung
elektroda dan kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga
api listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam akan
menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk suatu koloid logam.

Reaksi Hidrolisis digunakan untuk membuat koloid-koloid basa dari suatu garam
yang dihidrolisis. Misalnya Sol Fe(OH)3. Sol Fe(OH)3 dibuat dengan cara menambahkan
larutan FeCI3 ke dalam air mendidih. Larutan FeCI3 akan terionisasi menghasilkan ion Fe3+.
Ion Fe3+ ini akan mengalami reaksi hidrolisis menjadi Fe(OH)3.

Reaksi yang terjadi:


FeCI3(aq) + 3H20(ℓ) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq).
Reaksi Redoks melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi
merupakan hasil oksidasi atau reduksi. Contohnya adalah pembuatan sol belerang dengan
cara mengalirkan gas H2S ke dalm larutan SO2 atau ke dalam larutan H2O2.
Reaksi yang terjadi :
2H2S(g) + S02(aq) → 3S(s) + 2H2O(ℓ)
H2S (g) + H202(aq) → S(s) + 2H2O(ℓ)

Pertukaran Ion dilakukan untuk membuat koloid dari zat-zat yang sukar larut
(endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia. Contohnya adalah pembuatan sol As2S3 dengan
mengalirkan gas H2S kedalam larutan As2O3
Reaksi yang terjadi :
As2O3(aq) + 3H2S(g) →As2S3(s) + 3H20(ℓ).

Selain dengan cara-cara tersebut, koloid ada yang terbentuk secara alamiah, mislnya lumpur,
getah karet, dan lainnya.

Selain contoh-contoh yang telah disebutkan tadi, masih banyak contoh koloid yang
ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop
yang berasap/berdebu, berkas sinar matahari yang melalui celah daun pohon-pohon pada pagi
hari yang berkabut, itu merupakan contoh lain dari efek tyndall. Penjernihan air merupakan
contoh lain dari adsorpsi. Darah merupakan sol butir-butir darah merah yang terdispersi
dalam plasma darah. Jika darah dipanaskan, darah akan menggumpal merupakan contoh
koagulasi karena peristiwa mekanis, jika karena peristiwa kimia terjadi apabila tinta dari
merk yang berbeda dicampurkan dimana yang satu merupakan koloid negatif dan yang lain
merupakan koloid positif.

Salah satu contoh jenis koloid yaitu agar-agar. Makanan agar-agar memiliki suhu
transisi fase padat-cair. Saat suhu 32⁰-40⁰C teksturnya padat namun saat berada di atas suhu
85⁰C akan mencair dan keluar air dari dalam sehingga agar-agar termasuk ke dalam jenis
koloid emulsi padat atau gel Gel terbentuk karena saat dipanaskan, molekul agar-agar dan air
bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar saling merapat,memadat dan
membentuk kisi-kisi (polisakarida padat) yang mengurung molekul-molekul air sehingga
terbentuk sistem koloid agar-agar. Cara ini merupakan cara pembuatan koloid dengan
kondensasi dengan reaksi hidrolisis.

Pengetahuan Prasyarat:

Dilihat dari jenis campuran, campuran dibedakan menjadi dua macam,yaitu heterogen
dan homogen.. Campuran heterogen adalah campuran dua atau lebih zat yang partikel
penyusunnya masih dapat dibedakan.Berdasarkan besar partikel campuran heterogen dibagi
menjadi larutan,suspensi, dan koloid. Penekanan pengetahuan prasyarat terletak pada
campuran heterogen.
Peta Konsep:

Anda mungkin juga menyukai