Anda di halaman 1dari 9

SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI - UNIVERSITAS TRISAKTI
Nomor : /SK/APK/Dir/RSGM/FKG-USAKTI/XII/2014

Tentang

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN


RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI

Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakt

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien rumah
sakit maka di butuhkan suatu panduan mengatasi hambatan dalam
populasi pasien yang dijadikan acuan pelaksanaannya.

Mengingat :
1. Undang Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
2. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Keputusan rvienteri Kesehatan RI No. 1087/Menkes/SK/VIII/2008
tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
1. Keputusan Direktur RSGM FKG Usakt tentang Panduan Mengatasi
Hambatan Dalam Populasi Pasien RSGM FKG Usakt.
2. Panduan mengatasi hambatan dalam populasi pasien di RSGM FKG
Usakt ini harus dijadikan acuan dalam penyelenggaraan pelayanan di
seluruh unit kerja di RSGM FKG Usakt sebagaimana terlampir dalam
keputusan ini.
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal : Desember 2014
RSGM FKG Usakt
Direktur,

drg. Marta Juslily, MBA

Tembusan Yth. :
1. Dewan Komisaris
2. Dekan FKG Usakt (sebagai laporan)
3. Para Wakil Dekan FKG Usakt
4. Para Wakil Direktur RSGM FKG Usakt
5. Ka. Komite Medik
6. Seluruh Unit Yang Berada di RSGM FKG Usakt
7. Arsip
PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN

BAB I
PENDAHULUAN

Rumah sakit sering kali harus melayani komunitas dengan berbagai keragaman. Ada pasien-
pasien yang mungkin telah berumur, menderita cacat, pemahaman bahasa atau dialek yang
beragam, perbedaan budaya, atau hambatan lainya yang membuat proses mengakses dan menerima
perawatan sangat sulit.
Rumah sakit mengidentfikasi hambatan tersebut dan menerapkan proses untuk
mengeliminasi atau mengurangi hambatan bagi pasien yang berupaya mencari perawatan. Rumah sakit
juga mengambil tndakan untuk mengurangi dampak dari hambatan-hambatan yang ada pada saat
memberikan layanan.
BAB II
PENGERTIAN

Hambatan dapat diartkan sebagai halangan atau rintangan yang di alami (Badudu Zain,
1994:489). Dalam konteks komunikasi di kenal pula istlah gangguan (Mekanik manapun semantk).
Gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan komunikasi (Effendy, 1993:45). Evektvitas
komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan komunikasi yang
terjadi.
Dalam setap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastkan akan menghadapi berbagai
hambatan. Hambatan dalam kegitan komunikasi yang manapun, tentu akan mempengaruhi
efektfitas proses komunikasi tersebut. Karena pada komunikasi massa, jenis hambatan relatf lebih
kompleks, sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa. Dan perlu diketahui juga,
bahwa komunikan harus bersifat heterogen.
BAB III
JENIS-JENIS HAMBATAN

A. HAMBATAN FISIK DALAM PROSES KOMUNIKASI


Merupakan jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna rungu), tuna
netra, tuna wicara. Maka dalam hal ini baik komunikator maupun komunikan harus saling
berkomunikasi secara maksimal. Bantuan panca indra juga berperan pentng dalam komunikasi
ini. Contoh: Apabila terdapat seorang perawat dengan pasien berusia lanjut.
Dalam hal ini maka perawat harus bersikap lembut dan sopan tapi bukan berart tdak
pada pasien lain. Perawat lebih memaksimalkan volume suaranya apabila ia berbicara pada
pasien tuna rungu. Begitu pula halnya dengan si pasien. Apabila si pasien menderita tuna wicara
maka sebaikya ia mengoptmalkan panca indranya (misal: gerakan tangan, gerakan mulut) agar si
komunikan bisa menangkap apa yang ia ucapkan. Atau si pasien tuna wicara bisa membawa
rekan untuk menerjemahkan pada si komunikan apa yang sebetulnya ia ucapkan.

B. HAMBATAN SEMANTIK DALAM PROSES KOMUNIKASI


Semantk adalah pengetahuan tentang pengertan atau makna kata (denotasi). Jadi hambatan
semantk adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang digunakan oleh komunikator,
maupun komunikan.
Hambatan semantk di bagi menjadi 3, diantaranya:
1. Salah pengucapan kata atau istlah karena terlalu cepat bicara.
Contoh: partsipasi menjadi partsisapi.
2. Adanya perbedaan makna dan pengertan pada kata-kata yang pengucapanya sama.
Contoh: bujang (Sunda berart sudah ; Sumatra berart anak laki-laki)
3. Adanya pengertan konotatf
Contoh: secara denotatve, semua setuju bahwa anjing itu binatang piaraan yang seta,
bersahabat dan panjang ingatan.
Jadi apabila ini disampaikan secara denotatf sedangkan komunikan menangkap secara konotatf
maka komunikasi kita gagal.

C. HAMBATAN PISIKOLOGIS DALAM PROSES KOMUNIKASI


Disebut sebagai hambatan psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan unsur-
unsur dari kegiatan psikis manusia.
Hambatan psikologi di bagi menjadi 4:
1. Perbedaan kepentngan atau intrest
Kepentngan atau interst akan membuat selektf dalam menanggapi atau
menghayat pesan. Orang hanya akan memperhatkan perangsang (stmulus) yang ada
hubunganya dengan kepentngannya. (Effendi; 1981:43) mengemukakan secara gambalang
bahwa apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui makanan
sedikitpun, maka kita akan lebih memperhatkan perangsang-perangsang yang mungkin
dapat dimakan daripada yang lain. Andaikata dalam situasi demikian kita dihadapkan pada
pilihan antar makanan dan sekantong berlian, maka kita akan memilih makanan.
Berlian baru akan di perhatkan kemudian. Lebih jauh Effendi mengemukakan kepentngan
bukan hanya mempengaruhi kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan,
pikiran dan tngkah laku kita.
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, komunikan pada komunikasi massa bersifat
heterogen. Hetefroginitas itu meliput perbedaan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
yang seluruhnya akan menimbulkan adanya perbedaan kepentngan. Kepentngan atau
interest k omunikan dalam suatu kegiatan komunikasi sangat di tentukan oleh manfaat
atau kegunaan pesan komunikasi itu bagi dirinya. Dengan demikian komunikan
melakukan seleksi terhadap pesan yang diterimanya. Kondisi komunikan sepert ini perlu di
pahami oleh seorang komunikator. Misalnya, apabila komunikator ingin agar pasiennya
dapat diterima dan dianggap pantng oleh komunikan, maka komunikator harus berusaha
menyusun pesannya sedemikian rupa agar menimbulkan ketertarikan dari komunikan.
2. Prasangka
Menurut Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seorang atau
kelompok lain dan sikap serta prilakunya terhadap mereka. Untuk memperoleh gambaran
wang jelas mengenai prasangka maka sebaiknya kita harus terlebih dahulu memahami art
persepsi.
Persepsi adalah pengalaman objek pribadi, peristwa faktor dari hambatan : personal
dan situasional. Untuk mengatasi hambatan komunikasi yang berupa prasangka pada
komunikan, maka komunikator yang akan menyampaikan pesan melalui media massa
sebaiknya komunikator yang netral, dalam art ia bukan orang kontroversial, reputasinya baik.
artnya ia tdak pernah terlibat dalam satu peristwa yang telah membuat Iuka hat komunikan.
Dengan kata lain komunikator itu harus acceptable. Disamping itu memiliki kredibilitas yang
tnggi karena kemampuan dan keahliannya.
3. Stereotip
Adalah gambaran atau tanggapan mengenai sifat atau watak bersifat negatf (Gerungan,
1983:169) jadi Stereotp itu terbentuk pada dirinya berdasarkan keterangan-keterangan yang
kurang lengkap dan subjektf. Contoh: Orang batak itu berwatak keras sedangkan orang jawa itu
berwatak lembut. Seandainya dalam proses komunikasi massa ada komunikan yang memiliki
Stereotp tertentu pada komunikatornya, maka dapat di pastkan pesan apapun tdak dapat
diterima oleh komunikan
4. Motvasi
Merupakan suatu pengertan yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu
(Gerungan 1983: 142). Motf adalah suatu yang meridasari motvasi karena motf memberi
tujuan dan arah pada tngkah laku manusia. Tanggapan seorang terhadap pesan komunikasi pun
berbeda sesuatu dengan jenis motfnya.
Motf dibagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Motf tunggal
Contoh: Motf seseorang menonton acara "Seputar Indonesia" yang di siarkan RCTI adalah
untuk memperoleh informasi.
b. Motf Bergabung
Contoh: (kasus yang sama dengan motf tunggal) tetapi bagi orang yang lain motf
menonton televisi adalah ntuk memperoleh informasi sekaligus mengisi waktu luang.

D. JENIS-JENIS HAMBATAN LAIN


Ada delapan hambatan pentng untuk komunikasi lintas budaya dalam keperawatan, yaitu
kurangnya pengetahuan, ketakutan dan ketdakpercayaan, rasisme, bias dan etnosentrisme,
stereotp perilaku, ritual, hambatan bahasa dan perbedaan dalam persepsi dan hambatan.
BAB IV
UPAYA-UPAYA DALAM MENGATASI HAMBATAN BERKOMUNIKASI

Untuk mengatasi hambatan tersebut dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut:
1. Hambatan fisik meliput tuna netra dan tuna rungu dapat diatasi dengan menyediakan kursi
roda di bagian admisi dan IGD serta pasien didampingi oleh satu perawat selama proses
perawatan. Untuk pasien dengan keterbatasan bicara (tuna wicara) dapat diatasi dengan
menggunakan bahasa tulisan.
2. Mengecek art atau maksud yang disampaikan, bertanya lebih lanjut pada si komunikan
apakah ia sudah mengert apa yang si komunikator bicarakan.
Contoh: Perawat bertanya pada pasien "Apakah sudah mengert, Pak?"
3. Meminta penjelasan lebih lanjut, sama halnya pada poin pertama hanya saja si komunikator
lebih aktf berbicara untuk memastkan apakah ada hal lain yang perlu di tanyakan lagi.
Contoh: "Apa ada hal lain yang kurang jelas, Bu?"
4. Mengecek umpan balik atau hasil memancing kembali si komunikator dengan mengajukan

pertanyaan mengenai hal atau pesan yang telah di sampaikan kepada komunikan.
Contoh: "Tadi obatnya sudah di minum, Pak?" Sebaliknya si komunikator telah berpesan pada
komunikan untuk meminum obat.
5. Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa isyarat
Contoh:"Obatnya diminum 3 kali sehari ya" sambil menggerakan tangan.
6. Mengakrabkan antara pengirim dan penerima, dengan hal ini komunikator lebih mendekatkan diri
dengan berbincang mengenai hal-hal yang menyangkut keluarga, keadaanya saat ini (keluhan
tentang peyakitnya).
7. Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat, Si komunikator sebaiknya menyampaikan hanya hal-
hal yang berhubungan dengan pasien (atau yang ditanyakan pasien) sehingga lebih efisien dan tdak
membuang-buang waktu.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal : Januari 2015
RSGM FKG Usakt
Direktur,

drg. Marta Juslily, MBA

Anda mungkin juga menyukai