Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Cephalo Pelvik Disproportion (CPD)

1. Definisi

Cephalo Pelvik Disproportion adalah ketidakmampuan janin untuk

melewati panggul. Disproportion dapat absolut atau relatif. Absolut apabila

janin sama sekali tidak akan dengan selamat dapat melewati jalan lahir.

Disproportion relatif dapat terjadi apabila faktor-faktor lain ikut berpengaruh.

Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien, kelonggaran jaringan lunak, letak, presentasi dan kedudukan janin

yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk melakukan

moulage. Sebaliknya, kontraksi yang jelek, jaringan lunak yang kaku,

kedudukan abnormal dan ketidakmampuan kepala untuk mengadakan

moulage sebagaimana mestinya, semuanya dapat menyebabkan persalinan

vaginal tidak mungkin (Forte, 2010).

Chephalo Pelvik Disproportion adalah suatu keadaan dimana yang

terjadi karena bayi terlalu besar melebihi 4000 gram atau pelvic selalu kecil,

(Prawirohardjo, 2009).

Panggul sempit adalah kurangnya salah satu ukuran panggul satu

sentimeter atau lebih dari ukuran normal atau panggul sempit absolut yang

ukuran konjungata diagonalisis 5,5 cm. Pada panggul sempit absolut berarti

pada semua persalinan anak hidup atau mati dilahirkan dengan jalan Sectio

Caesarea (Manuaba, 2008).


Menurut (Bobak, 2015), Cephalo Pelvik Dispropotion (CPD)

dimana kondisi kepala bayi mempunyai bentuk, ukuran dan posisi yang

membuatnya tidak dapat melewati panggul ibu.

Dispropotion Fetofelvik : Dispropotion fetopelvik mencakup

panggul sempit (Contracted Pelvis), fetus yang tumbuhnya terlampau besar,

atau adanya ketidak-imbangan relatif antara ukuran bayi dengan ukuran

pelvis. Yang ikut menimbulkan masalah disproportion adalah bentuk pelvis,

persentasi fetus serta kemampuannya untuk moulage dan masuk panggul,

kemampuan berdilatasi pada servix, dan ketidak efektifan kontraksi uterus

(William R. Forte, 2010).

2. Anatomi dan Fisiologi Panggul

a. Panggul

Pelvis (panggul) tersusun atas empat tulang; sacrum, koksigis, dan dua

tulang inominata yang terbentuk oleh fusi illium, iskium, dan pubis. Tulang-

tulang inominata bersendi dan sacrum pada sinkrondrosis sakroiliaka dan

bersendi dengan tulang inominata sebelahnya simfisis pubis (Cuningharm,et al,

2010).

Panggul dibagi menjadi dua regio oleh bidang imajiner yang ditarik dari

promontorium sakrum ke pinggir atau simpisis pubis, yaitu :

1) Panggul Palsu

Terletak diatas bidang, berfungsi untuk menyokong interstinum.

2) Panggul Sejati

Terletak dibawah bidang, memiliki dua bukaan yaitu : arpertura pelvis

inferior (pintu bawah panggul) (Manuaba, 2005).


b. Jenis Panggul

Dibagi menjadi 4 yaitu :

1) Panggul Gynecoid, merupakan panggul yang paling ideal, panjang

diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa bulat. Jenis ini

ditemukan 45% wanita.

2) Panggul Android, merupakan panggul yang umum dimiliki oleh pria.

Panjang diameter transversa dekat dengan sacrum. Jenis ini ditemukan

pada 15% wanita.

3) Panggul Anthropoid, memiliki bentuk pintu atas panggul yang agak

lonjong seperti telur. Panjang diameter transversa lebih besar daripada

diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 35% wanita.

4) Panggul Platypelloid, merupakan panggul picak. Bentuknya menyempit

arah muka belakang. Panjang diameter transversa lebih besar dari diamete

anteroposterior. Jenis ini ditemukan pada 5% wanita. (Cuningharm, et al,

2010).

c. Tulang Pelvis

Panggul mempunyai 3 fungsi utama :

1) Rongga tulang pelvis membentuk tempat perlindungan bagi struktur-

struktur pelvis

2) Arsitektur pelvis sangat penting untuk mengakomodasi janin yang sedang

berkembang selama masa hamil dan selama proses melahirkan

3) Kekokohannya membuat pelvis menjadi berlabuh yang stabil untuk

perlekatan otot, fasia dan ligament.

d. Kelainan Bentuk Panggul


1) Congenital

a) Just Minorpelvis (Sempit Kecil)

b) Simple Plat Pelvic (Panggul Datar Sederhana)

c) Male Type Pelvic (Jenis Panggul Laki-laki)

d) Funne Pelvic (Outlet Sempit)

e) Panggul Asimilasim : Sakrum terdiri dari 6 os vertebra atau 4 os

vertebra, sehingga bayi sulit turun kerongga panggul (Sloane, 2002).

2) Kelainan Tulang Belakang (Ethel, 2004)

a) Lordosis

Yaitu tulang punggung terlalu bengkok kedepan. Hal ini biasanya

disebabkan oleh sikap duduk yang terlalu membusungkan dada ke

depan.

b) Scoliosis

Adalah tulang punggung terlalu bengkok kekiri atau kekanan

disebabkan oleh sikap duduk yang sering pada posisi miring. Selain itu,

sering mengangkat beban yang terlalu berat pada salah satu lengan dan

bahu.

c) Kifosis

Adalah keadaan dimana tulang punggung terlalu bengkok

kebelakang. Hal ini biasanya disebabkan oleh sikap duduk dan berdiri

yang sering membungkuk.

Disamping panggul-panggul sempit, terdapat pula panggul-panggul

sempit yang lain yang umumnya pula disertai perubahan dalam bentuknya.

Menurut klasifikasi panggul sempit dapat digolongkan sebagai berikut :


a. Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intra uterin :

Panggul Naegele, Panggul Robert.

b. Perubahan bentuk karena penyakit tulang-tulang panggul dan atau

sendi panggul : Ruchitis, Osteomalaisia.

c. Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang : Kifosis,

Scoliosis, Spandilolitesis.

d. Perubahan bentuk karena penyakit kaki : Koksitis, Lukasio, Koksa

Atropi, atau Kelumpuhan satu kaki. (Oxorn, 2010).

a. Panggul Normal

Dinding anterior simfisis pubis berukuran sekitar 5 cm dan dinding

posterior sekitar 10 cm. Panggul pada wanita berdiri tegak, bagian atas

kanalis pelvis mengarah kearah bawah dan belakang dan bagian bawahnya

melengkung menuju kearah depan. (Oxorn, 2010).

Panggul diterangkan mempunyai 3 bidang, yaitu :

1) Pintu atas panggul (pintu superior) dibelakang dibatasi oleh

promontorium dan ala sacrum, dilateral oleh linea terminalis dan di

anterior oleh rami horizontal tulang-tulang pubis dan simfisis pubis.

Empat diameter pintu atas panggul biasanya disebut : antero posterior,

transversal dan dua oblik, diameter antero posterior yang penting

secara obstetrik. Normalnya konjungata obstetrik besarnya 10 cm atau

lebih, diameter transversal tegak lurus dengan konjungata obstetrik

dititik sekitar 4 cm didepan promontorium.

2) Pintu Tengah Panggul


Panggul tengah ditingkat spina iskiadika (bidang tengah), diameter

interspinosa 10 cm atau lebih biasanya merupakan diameter terkecil

dipanggul. Diameter antero posterior sampai setinggi spina iskiadika,

normal berukuran sekurang-kurang 11,5 cm. Komponen posterior

antara sacrum dan diameter interspinosa biasanya sekurang-kurangnya

4,5 cm.

3) Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul terdiri dari dua daerah, Tiga diameter pintu

bawah panggul biasanya disebutkan : Antero posterior, transfersal, dan

sagita posterior. Diameter (11 cm) adalah jarak antara tepi-tepi dalam

tuberositas iskium, diameter sagital posterior. Diameter antero

posterior (9,5-11,5 cm) diameter transfersal (11 cm) adalah jarak

anatara tepi-tepi dalam tuberositas iskium. Diameter sagital posterior

pintu bawah yang normal biasanya lebih dari 7,5 cm. (Saifuddin,

2006).

3. Etiologi Cephalopelvik Disproportion

Fraktur pelvis, trauma akibat tabrakan atau kecelakaan merupakan

penyebab fraktur pelvis yang sering, jika terjadi fraktur bilateral pada pelvis,

umumnya dijumpai kapasitas jalan lahir yang terganggu akibat pembentukan

kallis atau salah taut (Kenneth, 2016).

Panggul sempit (Chepalopelvik Disproportion) disebabkan tinggi badan

kurang dari 4 kaki 10 inci (1,47 m) atau ukuran tubuh yang kecil setelah

dewasa (Harry Oxorn, 2010).


Wanita bertubuh kecil kemungkinan besar memiliki panggul kecil,

tetapi ia juga kemungkinan memiliki bayi kecil. Rata-rata berat badan bayi

dilahirkan lebih rendah 2800 g pada wanita dengan panggul sempit daripada

mereka dengan panggul sedang dan luas pada wanita yang panggulnya

sempit, presentasi wajah dan bahu rata-rata dijumpai tiga kali lebih sering,

dan prolaps tali pusat terjadi empat sampai enam kali lebih sering (Willia,

2006).

Faktor-faktor terjadinya Chepalopelvik Disproportion :

a. Faktor Ibu :

Adanya kelainan panggul.

1) Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang.

2) Perubahan bentuk karena penyakit.

3) Terjadinya kecelakaan.

4) Adanya kesempitan panggul.

a) Kesempitan pada pinggul atas panggul (PAP) dianggap sempit

kalau conjungata vera kurang 10 cm atau diameter transversa

kurang dari 12 cm biasanya terdapat pada kelainan panggul.

b) Kesempitan bidang tengah panggul sempit kalau jumlah diameter

spina kurang dari 9 cm. Kesempitan pintu bawah perut. Dikatakan

sempit kalau jarak antara tuberosis 15 cm atau kurang. Kalau pintu

bawah panggul sempit biasanya bidang tengah juga sempit.

Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa.

b. Faktor Janin

a) Janin terlalu besar.


b) Hidrocephalus.

c) Kelainan letak janin.

4. Patofisiologi

Panggul dianggap sempit kalau conjungata vera kurang dari 10 cm atau

kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. Conjungata vera dilalui oleh

diameter biparietalis yang ± 9 ½ cm kadang-kadang mencapai 10 cm, maka

conjungata vera yang kurang dari 10 cm dapat menimbulkan kesulitan

persalinan lebih lama dari biasa karena banyak waktu yang dipergunakan

untuk moulage kepala anak (Cuningharm, 2010).

Kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas

panggul, mengakibatkan inersia uteri serta lambannya pendataran dan

pembukaan serviks. Kelainan pembukaan disebabkan karena pecah

sebelumnya, bagian depan kurang menutup atas panggul, selanjutnya setelah

ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada serviks karena tertahan pada

pintu atas panggul. Pada panggul sempit seluruh kepala anak mengadakan

Hyperfleksi supaya ukuran kepala yang melalui jalan lahir sekecil-kecilnya

(William, 2013).

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala Chepalo Pelvik Disproportion adalah sebagai berikut :

1) Kepala janin belum turun pada minggu 36 yaitu pada bulan terakhir

kemungkinan janin terlalu besar atau ukuran panggul yang sempit.

2) Kelainan letak (letak sungsang atau letak lintang) pada hamil tua.
3) Pada multipara kemungkinan panggul sempit dapat diduga dari riwayat

persalinan yang buruk dan persalinan dengan tindakan operasi (Menurut

Lailiyana, 2011).

Tanda dan gejala Chepalopelviks Disproportion adalah sebagai berikut :

1) Distosia jaringan lunak atau serviks yang kaku.

2) Malposisi dan malpresentasi yang menyebabkan perlunya Sectio

Caesarea.

3) Disfungsi uterus yang tidak terkoordinir, sehingga partus menjadi lama

dan kemajuannya terhenti (William, 2010).

6. Penatalaksanaa

Tidak adanya panggul yang sempit, dan dengan persalinan yang efektif,

biasanya akan diikuti oleh keberhasilan pelahiran per vagina. Pemantauan

denyut jantung janin mungkin lebih baik dilakukan dengan alat eksternal

untuk menghindari kerusakan terhadap wajah dan mata. Karena presentasi

wajah di antara janin cukup bulan lebih sering dijumpai jika terdapat

beberapa derajat pintu atas panggul yang sempit, pelahiran caesar sering kali

di indikasikan. Usaha untuk mengubah presentasi wajah, secara manual,

menjadi presentasi verteks, rotasi manual atau forseps pada dagu posterior

yang persisten menjadi posisi dagu anterior, dan versi dan ekstraksi podalik

internal merupakan hal yang berbahaya dan tidak dilakukan (Mitayani, 2011).

7. Komplikasi

a. Saat persalinan

Komplikasi pada panggul sempit pada persalinan tergantung pada derajat

kesempitan panggul.
1) Persalinan akan berlangsung lama.

2) Sering dijumpai ketuban pecah dini karena kepala tidak mau turun dan

ketuban sudah pecah sering tali pusat menumbung.

3) Maulage kepala berlangsung lam.

4) Sering terjadi inersia uteri sekunder.

5) Pada panggul sempit menyeluruh bahkan sering didapati inersia uteri

primer.

6) Partus yang lama akan menyebabkan peregangan SBR dan bila

berlarut-larut dapat menyebabkan rupture uteri.

7) Dapat terjadi simfisiolisis, infeksi intrapartal.

8) Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak

menyebabkan edema dan hematoma jalan lahir yang kelak dapat

menjadi nekrotik dan terjadilah fistula (Oxorn, 2010).

b. Komplikasi pada anak

1) Infeksi Intrapartal.

2) Kematian janin intrapartal (KJIP).

3) Prolaps funikuli.

4) Perdarahan intrakarnial.

5) Kaput suksedaneum dan sefalo-hematomma yang besar.

6) Robekan pada tentoneum serebri dan perdarahan otak karena moulage

yang hebat dan lama.

7) Fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat dari his dan oleh

karena alat-alat yang dipakai (Rustam Mochtar, 2012).


Komplikasi panggul sempit (Chepalopelvic Disproportion) adalah sebagai

berikut (William, 2010).

a. Komplikasi pada ibu

1) Robekan jalan lahir.

2) Perdarahan post partum oelh karena atonia uteri dan laserasi.

3) Terpisahnya simpisi pubis.

b. Komplikasi fetal

1) Mortalitas bayi lebih tinggi.

2) Insiden trauma yang serius lebih tinggi.

3) Komplikasi pada susunan saraf pusat adalah fraktur tulang tengkorak,

pendarahan intracranial dan kerusakan otak oleh karena kompresi.

4) Kerusakan saraf perifer.

a) Terjadinya fraktur humerus.

b) Depresi berat dan kematian bayi (Oxorn, 2010).

8. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Harry Oxorn (2010), pemeriksaan diagnostik sebagai berikut :

dalam usaha untuk menentukan apakah seorang bayi akan dapat dilahirkan

pervagina tanpa menimbulkan perlukaan pada dirinya maupun pada ibunya.

Pemeriksaan diagnostik sebagai berikut :

a. Pemeriksaan panggul

1) Pemeriksaan panggul luar.

2) Pemeriksaan panggul dalam (VT) : yang dilihat adalah promontorium,

linea innominata, spina ichiadika, dinding samping, kurvatura sakrum,

ujung sakrum dan arkus pubis.


3) Pemeriksaan besar janin.

Pemeriksaan dilakukan sebelum partus atau waktu partus,

pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan ultrasonografi.

b. Pemeriksaan Radiologi

1) Foto pintu atas panggul : ibu dalam posisi setengah duduk sehingga

tabung rontgen tegak lurus diatas pintu panggul atas.

2) Foto Lateral : ibu dengan posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan ke

horizontal pada tonhater major dari samping.

B. Sectio Caesarea

1. Definisi

Sectio Caesarea adalah suatu prosedur operatif / bedah yang

dilakukan dibawah pengaruh anestesi untuk melahirkan janin, plasenta,

dan membran melalui sebuah insisi di dinding abdomen dan uterus.

Prosedur ini biasanya dilakukan setelah viabilitas tercapai (Usia

kehamilan 24 minggu ke atas), (Diane M. Fraser, 2012).

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau

sectio caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari

dalam rahim (Mochtar, 1998).

Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bay dengan

berat diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih

utuh (Intact), (Sarwono, 2009).

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500

gram (Wiknjasastro, 2010).

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding depan perut (Amru Sofian, 2012).

Sectio Caesarea suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat

insisi pada dinding abdomen dan uterus (Harry, 2010).

2. Etiologi

Penyebab Sectio Caesarea adalah Disfungsi Uterus, yaitu mencakup

kerja uterus yang tidak terkoordinasi, inertia, cincin kontriksi dan

ketidakmampuan dilatasi servix. Partus menjadi lama dan kemajuannya

mungkin terhenti sama sekali. Neoplasma yang menyumbat pelvis

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin terlaksana. Kanker invasif

servik yang di diagnosis pada trimester ketiga kehamilan dapat diatasi

dengan Sectio Caesarea. Persalinan yang tidak maju: ini termasuk

kedalam Cephalopelvik Disproportion, kontraksi uterus yang tidak

efektif, pelvis yang jelek, bayi yang besar dan defleksi kepala bayi. Dan

Sectio Caesarea dibuat berdasarkan kegagalan persalinan untuk mencapai

dilatasi servix dan atau turunnya vetus.

Etiologi Sectio Caesarea ialah :

a. Penyebab dari ibu.

1) Yaitu primigaravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai

kelainan letak ada, disproportion sefalopelvik (disproporsi janin /

panggul), adanya sejarah kehamilan persalinan yang buruk,

terdapat kesempitan panggul, ataupun komplikasi kehamilan yaitu


: Preeklamsia-eklamsia, atas permintaan kehamilan yang disertai

penyakit (jantung, DM), gangguan jalan persalinan (kista

ovarium, mioma uteri dan sebagainya).

b. Penyebab dari janin.

Yaitu fetal distress / gawat janin, malpresentasi dan malposisi

kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan permukaan kecil,

kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi (Amin dkk, 2015).

3. Patofisiologi

Pada masa dulu Sectio Caesarea dilakukan atas indikasi yang

terbatas pada panggul sempit dan plasenta previa. Meningkatnya angka

kejadian sectio caesarea pada waktu sekarang ini justru antara lain

disebabkan karena berkembangnya indikasi yang makin kecilnya resiko

dan mortalitas pada sectio caesarea karena kemajuan tekhnik operasi dan

anestesi, serta ampuhnya antibiotika dan kemotrapi, (Mochtar, 1998).

4. Manifestasi Klinis

a. Placenta previa sentralis dan lateralis (posterior)

b. Panggul sempit

c. Dispro Sefalofelvik : yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala

dan ukuran panggul

d. Rupture uteri mengancam

e. Partus lama (prolonged labor), partus tak maju (obstruksi labor)

f. Distosia serviks, pre-eklampsia dan hipertensi


g. Malpresentasi janin (letak lintang, letak bokong, presentasi dahi, dan

muka (letak defleksi, gemeli, posisi rangkap jika reposisi tidak

berhasil) (Nurarif, 2015).

5. Komplikasi

a. Komplikasi pada sectio caesarea adalah infeksi puerpural (nifas)

1) Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

2) Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai

dehidrasi dan perut sedikit kembung.

3) Berat : dengan perionitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering

kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya terjadi

infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama

(Mochtar, 1998).

b. Perdarahan, disebabkan karena :

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

2) Atonia uteri

3) Perdarahan pada (placental bed)

c. Luka kandung kemih, emboli pare dan keluhan kandung kemih bila

reperitonialisasi terlalu tinggi.

d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang,

(Rustam Mochtar, 1998).

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik post operasi Sectio Caesarea adalah :


a. Hitung darah lengkap, golongan darah (ABO), Haemoglobin (Hb),

Haematokrit (Ht), mangkaji perubahan dan kadar darah praoperasi,

mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.

b. Urinalisis : menentukan kadar albumin / glukosa

c. Kultur : mengindentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II

d. Pelvimetri : menentukan CPD

e. Amniosentesis : mengkaji maturitas paru janin

f. Ultrasonografi : melokalisasi placenta; menentukan pertumbuhan,

kedudukan, dan prioritas janin (Doengoes, 2001).

7. Penatalaksanaan Medis Keperawatan

Penatalaksanaan medis Sectio Caesarea adalah :

a. Persiapan pasien

1) Di ruang perawatan pasien kurang lebih 6 jam puasa.

2) Premediaksi yang harus diberikan adalah atropin bagi orang

dewasa, untuk bedah elektif diberikan 0,25 mg/im 45 menit

ssebelum anestesi.

3) Diperiksa ulang apakah sudah lengkap pemeriksaan yang

diperlukan seperti darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah

dan Sectio Caesarea efektif, untuk Sectio Caesarea emergensi

cukup pemeriksaan Hb, Ht dan golongan darah.

4) Baju pasien diganti dengan baju khusus untuk dipakai keruang

tunggu kamar operasi.

5) Pasang infus, ringer laktat atau larutan NaCl 0,9%.


6) Baringkan pasien pada posisi tidur (pasang tensi meter atau

stateskop precordinal).

7) Pasang folley kateter (Saifuddin, 2002).

b. Persiapan penolong

1) Memakai baju kamar khusus operasi lengkap dengan topi masker

dan sandal.

2) Mempersiapkan alat-alat atau instrument operasi termasuk alat

penghisap darah dan cairan, alat resusitasi bayi, oksigen dan

sebagainya.

3) Menyiapkan obat-obatan yang diperlukan durate operasional.

4) Periksa ulang persipan darah dan periksa atau cocokan register

darah.

5) Penolong harus mencuci tangan.

6) Memakai baju dan jas operasi dan sarung tangan.

7) Pasien pada posisis terlentang keadaan sudah dinorkose, dilakukan

tindakan aseptik dan antiseptik.

8) Dipasang kain penutup 4-5 buah yang sesuai dengan kebutuhan,

(Saifuddin, 2002).

8. Dampak Masalah Sectio Caesarea terhadap Kebutuhan Dasar

Manusia

Klien pada ibu post Sectio Caesarea akan mengalami dampak

terhadap kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk holistik diantaranya :

a. Gangguan rasa nyaman nyeri


Karena adanya luka diinsisi akibat pembedahan yang

menyebabkan jaringan rusak pada saraf bebas dalam jaringan yang

terus berjalan kemedula spinalis dan keotak sehingga dipersepsikan

sebagai rasa nyeri dan rasa nyaman klien terganggu (Doengoes,

2005).

b. Gangguan Pola istirahat tidur

Anda mungkin juga menyukai