Anda di halaman 1dari 7

PELESTARIAN LINGKUNGAN PESISIR PULAU RATATOTOK UNTUK

EKOSISTEM TERUMBU KARANG BERDAYA GUNA

Oleh : Muthia Nur Ipmasyari

Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan terbesar di dunia dengan


jumlah pulau lebih dari 17.508 buah. Luas wilayah Indonesia keseluruhan
mencapai 5.193.252 km2 dengan letak 6oLU-11oLS dan 95oBT-141oBT (Badan
Pusat Statistik, 2015). Indonesia memiliki letak yang strategis sehingga Negara
ini dikenal kaya akan sumber daya alam, salah satunya lingkungan pesisir.
Sedangkan menurut pemaparan dari Soegiarto, 1976 lingkungan pesisir merupakan
daerah pertemuan antara darat dan laut, jika ke arah darat maka wilayah pesisir masih
meliputi bagian darat baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat
laut sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi ole
proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi maupun yang disebabkan oleh
kegiatan manusia seperti penggundulan hutan. Lingkungan pesisir banyak tersebar di seluruh
pulau-pulau yang ada di Indonesia salah satunya terdapat di Kecamatan Ratatotok, Kabupaten
Minahasa, Sulawesi Utara. Wilayah pesisir merupakan salah satu ekosistem yang paling
produktif, beragam, dan kompleks yang dapat berperan sebagai penyangga, pelindung, dan
penyaring yang terletak di antara daratan dan lautan, serta merupakan salah satu pemusatan
terbesar penduduk.

Desa Ratatotok merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Minahasa Tenggara yang
berada di kawasan pesisir selatan pantai Sulawesi Utara. Desa ini berbatasan langsung
dengan sungai buyat di sebelah selatan, desa ratatotok muara di sebelah utara, laut Maluku di
sebelah timur, dan Desa Ratatotok II di sebelah barat. Sebagai Kawasan pesisir terdapat
beberapa pantai di Desa Ratatotok yang masing-masing terdapat berbagai macam ekosistem
di dalamnya. Seperti wilayah kawasan pesisir lainnya, kawasan pesisir yang terdapat di Desa
Ratatotok memiliki karakteristik memiliki komponen daratan dan lautan secara bersamaan
sehingga di sekitar, seperti di Desa Ratatotok yang mengalami kegiatan pembangunan yang
cukup pesat baik dari segi permukiman, pariwisata, dan sebagainya sehingga banyak
masyarakat yang tinggal tidak jauh dari kawasan pesisir dan memberikan banyak dampak
terhadap kawasan lingkungan pesisir. Desa ini memiliki banyak potensi yang begitu beragam
seperti penataan kawasan Pantai Lakban, Hutan Mangrove 90 hektar, dan Taman Laut Teluk
Totok dan Buyat yang menjadi destinasi wisata.

Sebagai salah satu destinasi wisata yang sudah dikenal dan popular bahkan di kalangan
penduduk Eropa, Desa Ratatotok menjadi salah satu tempat yang memiliki berbagai macam
ekosistem pesisir seperti terumbu karang yang menjadi objek ekosistem paling dikenal dari
Ratatotok dan juga Hutang Mangrove seluas 150 hektar. Terdapat banyak potensi wisata di
Desa Ratatotok seperti Pantai Lakban yang menjadi objek wisata andalan karena terdapat
banyak titik penyeleman untuk Spot Dive dan Snorkeling di sekitar perairan kecamatan ini.
Sesuai dengan pembagian potensi wisata menurut jenisnya, di Desa Ratatotok terdapat
Potensi Wisata Alam seperti Bukit Harapan Damai, Ekowisata Hutan Mangrove, Pulau
Racun, Pulau Naga, Pulau Dakokayu, Pulau Hogow, Pulau Tulang, Tanjung Merah, dan
Danau Messel, serta Potensi Wisata Buatan Manusia seperti Kebun Raya Ratatotok. Tidak
banyak diketahui jika Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam
wilayah Coral Triangle. Hal ini sesuai dengan kondisi existing kawasan pesisir di pulau-
pulau desa Ratatotok yang menjadi destinasi wisata dan terkenal akan keindahan terumbu
karangnya. Terdapat berbagai jenis terumbu karang seperti Acropora, Montipora, Soft Coral,
Hard Coral, bahkan terdapat beberapa Table Coral yang besarnya mencapai 5x10 meter pada
kedalaman 5-29 meter. Hal ini menunjukkan jika Sulawesi Utara khususnya daerah Ratatotok
Timur merupakan wilayah yang memiliki cakupan terumbu karang cukup luas. Terumbu
karang merupakan suatu ekosistem di perairan laut tropis yang dibangun oleh biota laut
penghasil kapur. Terumbu karang juga banyak menyimpan cadangan plasma nutfah yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Jika diteliti lebih spesifik, dapat diketahui jika terumbu
karang memiliki banyak sekali manfaat baik bagi manusia maupun bagi biota laut seperti
berfungsi sebagai habitat dan sumber makanan bagi berbagai jenis makhluk hidup, sumber
keanekaragaman hayati yang tinggi, dan dapat digunakan sebagai objek penelitian yang
berguna bagi pendidikan. Selain itu, terumbu karang juga memiliki beberapa fungsi dalam
bidang ekonomi yang memberikan banyak dampak positif terhadap lingkungan sekitar dan
masyarakat sekitar seperti dapat dijadikan sumber obat-obatan karena didalamnya terdapat
senyawa kimia yang berguna sebagai bahan antibiotika, anti radang, anti kanker. Selain itu
terumbu karang yang menjadi tempat tinggal bagi banyak biota laut dapat menjadi sumber
makanan yang dapat diolah oleh masyarakat sekitar menjadi berbagai macam jenis makanan
untuk dijual sehingga dapat menjadi sumber penghasilan bagi warga sekitar. Tidak hanya itu,
keindahan ekosistem terumbu karang sangat membuat takjub wisatawan sehingga menjadi
daya tarik tersendiri bagi suatu objek wisata yang di dalamnya terdapat ekosistem ini seperti
Pantai Lakban dan Pantai Putus-Putus di Desa Ratatotok. Tidak hanya bagi masyarakat,
terumbu karang juga memiliki banyak manfaat untuk lingkungan sekitar seperti sebagai
ekosistem yang dapat mengurangi pemanasan global dengan cara mengubah karbondioksida
menjadi zat kapur yang merupakan bahan baku terumbu karang, kemudian pelindung pantai
dan kawasan pesisir yang dapat memperkecil energy ombak yang menuju ke daratan
sehingga tidak terjadi kasus abrasi pantai yang dapat menyebabkan musnahnya ekosistem
pesisir.

Jika dilihat dari banyaknya manfaat terumbu karang yang didapatkan oleh lingkungan ,
manusia, ataupun biota laut seharusnya manusia khususnya masyarakat yang tinggal di
sekitar daerah kawasan Desa Ratatotok turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian
terumbu karang. Saat ini sumberdaya alam dan lingkungan telah menjadi barang langka
akibat eksploitasi yang berlebihan dan kurang memperhatikan aspek keberlanjutan. Kendati
secara ekonomi dapat meningkatkan nilai jual, namun di sisi lain dapat menimbulkan
ancaman kerugian ekologi yang jauh lebih besar, seperti hilangnya lahan, langkanya air
bersih, banjir, longsor, dan sebagainya. Salah satu akibat dari kelangkaan tersebut adalah
pemanfaatan sumber daya alam (SDA) yang kini mulai bergeser dari SDA darat kearah
pemanfaatan SDA pesisir dan laut. Secara prinsip, ekosistem pesisir memiliki 4 fungsi pokok
bagi kehidupan manusia yaitu sebagai penyedia sumber daya alam, penerima limbah,
penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan, dan penyedia jasa-jasa kenyamanan. Berdasarkan 4
fungsi pokok tersebut seharusnya disediakan pengelolaan yang baik untuk terus menjaga dan
melestarikan ekosistem-ekosistem pesisir di Indonesia, namun hal ini sangat bertolak
belakang dengan kondisi sesungguhnya di lapangan. Belakangan seringkali terdengar
berbagai permasalahan yang dapat mengancam keberadaan terumbu karang. Semakin hari,
keberadaan terumbu karang semakin terancam akibat ulah manusia. Contohnya di Desa
Ratatotok tepatnya Pulau Putus-Putus yang memiliki potensi sumber daya laut terumbu
karang yang besar. Diperkirakan di daerah ini luas terumbu karang mencapai 4,5 hektar
dengan presentase tutupan karang 45.5%-50.18% namun sangat disayangkan potensi terumbu
karang tersebut tidak bisa digunakan secara optimal akibat tidak dikelola secara terpadu. Di
sekitar Pulau Putus-Putus terdapat permukiman warga yang mayoritas berprofesi sebagai
nelayan. Sempat terjadi beberapa kasus yang bisa saja memusnahkan terumbu karang akibat
kelalaian masyarakat seperti menangkap ikan dengan menggunakan bom yang dapat
mematikan terumbu karang, pelepasan jangkar oleh kapal nelayan yang mengakibatkan
patahnya cabang-cabang karang yang sebenarnya menghasilkan rubble. Selain itu, seperti
yang telah diketahui ekosistem seperti terumbu karang seringkali mengalami tingkat
degradasi yang cukup tinggi akibat pola pemanfaatan yang cenderung tidak memperhatikan
aspek kelestarian. Degradasi terumbu karang ini hampir terjadi di seluruh kawasan pesisir di
Indonesia, tidak terkecuali Pulau Ratatotok.

Dengan banyaknya permasalahan yang dapat menjadi pemicu musnahnya ekosistem


terumbu karang, seharusnya masyarakat sekitar turut berpartisipasi dalam pengelolaan
terumbu karang secara terpadu agar kegiatan tersebut dapat berlangsung secara terus menerus
sehingga keadaan terumbu karang lebih dapat diperhatikan mengingat potensinya yang cukup
besar untuk menunjang kesejahteraan masyarakat dan produktivitas lingkungan sekitarnya,
maka diperlukan upaya-upaya pengelolaan dan pelestarian terumbu karang tidak hanya oleh
instansi tertentu tetapi oleh seluruh masyarakat khususnya yang bermukim di sekitar kawasan
pesisir. Oleh karena itu hendaknya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat lebih
ditingkatkan terhadap pengelolaan lingkungan pesisir. Seorang ahli bernama Conyers pada
tahun 1991 menyebutkan terdaat tiga alasna utama mengapa partisipasi masyarakat sangat
penting yaitu karena masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai
kondisi lingkungan pesisir, kemudian masyarakat akan lebih mempercayai program
pembangunan, dan ketiga merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat sendiri. Dengan begitu kesadaran dan rasa tanggung jawab
perlahan lahan akan dimiliki oleh masyarakat. Terumbu karang yang diketahui dapat menjadi
potensi sumberdaya bagi manusia jika mengalami kerusakan secara berlebih maka dapat
menjadi ancaman bagi lingkungan seperti komposisi oksigen laut yang semakin berkurang,
daerah sekitar pesisir pantai akan rawan terhadap abrasi, tidak adanya perlindungan terhadap
daerah pantai. Berbagai pencemaran yang terjadi tidak hanya akan merusak laut tetapi juga
mengancam kesehatan manusia. Semestinya, dengan banyaknya dampak negatif yang dapat
terjadi kapan saja jika terumbu karang punah dapat memicu kesadaran manusia baik dari
pihak pemerintah maupun pihak masyarakat. Di desa Ratatotok, pengelolaan terhadap
ekosistem pesisir dianggap masih kurang karena hanya instansi tertentu yang mengurus
persoalan terumbu karang di Ratatotok, bahkan hal itu sudah tidak berlangsung lagi sekarang.
Sedangkan masyarakat yang tinggal di desa Ratatotok dinilai masih belum memiliki cukup
kepedulian terhadap ekosistem terumbu karang yang terdapat di kawasan pesisir desa
Ratatotok. Padahal, partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan dan
perlindungan terhadap terumbu karang sangat diperlukan demi keberhasilan upaya
rehabilitasi ekosistem ini.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kelangsungan ekosistem terumbu
karang di kawasan pesisir seperti tidak menangkap ikan dengan cara-cara illegal seperti
menggunakan bom atau racun, terapkan prinsip daur ulang dan hemat energi yang dapat
membantuk mengurangi dampak global warming terhadap terumbu karang karena terumbu
karang merupakan ekosistem yang sangat sensitive terhadap perubahan iklim. Selain itu,
Pemerintah sebagai pihak pengatur dan pengawas hendaknya membuat rencana-rencana
perbaikan dan penanggulangan terumbu karang sehingga kerusakan tidak terjadi secara terus
menerus serta harus terus mengawasi kelangsungan hidup terumbu karang baik mengawasi
pertumbuhan, eksploitasi karena ulah manusia, dan terumbu karang yang sudah terancam
musnah. Selain itu, masyarakat harus diberikan pengetahuan terkait penggunaan terumbu
karang agar tepat guna dan tidak berlebih karena pada hakekatnya pengelolaan ekosistem
terumbu karang bergantung dengan proses pengontrolan masyarakat sekitarnya untuk dapat
mengolah hasil ekosistem secara bijaksana dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Dengan diberlakukannya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka
kesempatan masyarakat lokal untuk memperoleh hak dalam mengelola sumberdaya alam
yang terdapat di wilayahnya semakin tinggi, hal ini berarti masyarakat diberi kewenangan
lebih untuk meningkatkan sumberdaya terumbu karang menjadi semakin besar. Namun harus
disadari pula bahwa pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat lokal dan pemerintah
setempat selain memberikan peluang juga menuntut adanya tanggung jawab dari masyarakat
dan pemerintah daerah sehingga diperlukan Peraturan Daerah khusus untuk menjelaskan
bagaimana pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat.

Dengan adanya kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat baik warga biasa maupun
Pemerintah, tentu nanti masing-masing pihak memiliki kewajiban yang pada intinya
menuntut pemulihkan kembali sumberdaya ekosistem khususnya terumbu karang agar tetap
lestari. Demi terciptanya peningkatan pengolahan sumber daya lingkungan pesisir, faktor-
fakor pendukung seperti penyediaan infrastruktur pengelolaan, pelaksanaan penegakan
hukum, pemantauan kualitas sumberdaya, pengurangan unit-unit penangkapan ikan,
pengurangan daerah-daerah penangkapan ikan, administrasi, dan penciptaan berbagai
alternatif mata pencaharian perlu menjadi perhatia khusus Pemerintah agar teriptanya
kerjasama mumpuni untuk membangun bersama lingkungan ekosistem yang berkelanjutan
dan berdaya guna tinggi. Dengan begitu, kualitas Desa Ratatotok sebagai tempat wisata dapat
lebih ditingkatkan didukung dengan ekosistem-ekosistem yang dapat dimanfaatkan secara
bijaksana oleh masyarakat setempat. Tentu hal ini akan membantu perbaikan kawasan
terutama dari segi perekonomian masyarakat karena peningkata pendapatan daerah serta
menjadi sumber usaha bagi masyarakat sekitar, selain itu lingkungan serta ekosistem pun
tetap terjaga.

(Balikpapan, 14 Agustus 2017)


Biodata Penulis :

Nama lengkap Muthia Nur Ipmasyari, sapaan akrab Muthia. Lahir di Samarinda Kalimantan
Timur tanggal 31 Maret 1997. Domisili saat ini Jalan Soekarno Hatta KM.15, Kota
Balikpapan. Sedang menempuh pendidikan S1 di Institut Teknologi Kalimantan program
studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Alamat email drafelthia316@yahoo.co.id. Bercita-cita
menjadi seorang ahli perencana dan penulis yang dapat memuat segala permasalahan kota
bersama solusi yang dapat diterapkan. Akun sosial media (Facebook : Muthia Ipmasyari
Bawole) dan instagram (@Muthiaccio). Saat ini aktif mengikuti kegiatan Duta Damai Dunia
Maya, Earth Hour, serta turut serta menjadi relawan yang tergabung di Hamada Foundation.

Anda mungkin juga menyukai