Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

Gastroenteritis dengan Dehidrasi ringan sedang

Pembimbing : dr. Firman Sah Anthonius. , Sp.A

Disusun oleh : Jorgi Neforinaldy M / 11­2015­082

Email : Jorgy.wahono@yahoo.com

Periode 20 juni 2016-3 september 2016


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT FAMILY MEDICAL CENTER

0
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

JL. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat

STATUS ILMU PENYAKIT ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

RUMAH SAKIT : RS Family Medical Center

Nama : Jorgi Neforinaldy M Tanda Tangan:

Nim : 112015082

Dr Pembimbing / Penguji : dr. Firman sah anthonius. Sp.A

IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : An. D Jenis kelamin : Perempuan


Tempat/tanggal lahir :Bogor, 31 Juli 2015 Suku Bangsa : Sunda
Usia : 11 Bulan Agama : Islam
Pekerjaan : Belum bekerja Pendidikan : Belum sekolah
Alamat: Jl. Cijujung RT 001/003 BOGOR Masuk RS tanggal 1 juli 2016
pukul 14.00 WIB

IDENTITAS ORANG TUA


Nama Orang Tua Ibu Ayah
Nama Ny. S Tn. M
Umur 30 tahun 37 tahun
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Ibu rumah tangga Pedagang

A. Anamnesis
Diambil dari : Alloanamnesis dari Ibu Pasien
1
Tanggal : 1 Juli 2016 di ruang bangsal

Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan mencret sejak 4 hari SMRS

Keluhan tambahan :
Demam, batuk , pilek dan muntah

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan mencret sejak 4 hari SMRS. Dalam sehari frekuensi BAB 3-5
x/hari, dengan konsistensi kotoran cair berwarna kuning, ada lendir, terdapat ampas, tetapi tidak
ada darah dan tidak berbau. Keluhan ini juga disertai demam sejak 3 hari SMRS. Keluhan
demam sifatnya hilang timbul dan tidak ada waktu spesifik karna demam kadang muncul pagi,
siang ataupun malam. Setiap kali demam orang tua pasien tidak mengukur suhu tubuh pasien
tersebut. Keluhan demam tidak disertai adanya kejang, mengiggil, keluar keringat pada malam
hari, mimisan dan bintik-bintik merah pada tubuh penderita. Selain mencret dan demam pasien
juga mengeluhkan sudah sejak timbul demam nafsu makan pasien dirasakan menurun dan pasien
muntah setiap kali diberi makanan. Pasien juga terdapat keluhan batuk. Keluhan batuk sifatnya
berdahak, dengan warna dahak jernih dan konsistensi kental. Keluhan batuk hilang timbul tak
menentu dengan dahak yang sulit dikeluarkan sehingga terkadang saat batuk terkadang disertai
muntah. Keluhan ini juga disertai pilek yang mengalir sejak 2 hari SMRS berwarna putih jernih
dengan konsistensi cair, keluhan pilek muncul terutama saat siang hari. Keluhan sesak dan
bersin-bersin disangkal. Selama sakit napsu makan pasien menurun, pasien tampak lebih rewel,
dan tampak lebih haus dengan frekuensi minum yang lebih sering, dalam sehari pasien dapat
minum susu botol sebanyak 8-10 botol berukuran kurang lebih 100 cc, sewaktu menangis masih
keluar air mata. Dilingkungan rumah pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Selama
sakit pasien belum memakai obat.

Riwayat Penyakit Dahulu


Keluhan ini baru pertama kali dialami pasien. Sebelumnya pasien pernah mengalami batuk dan
pilek saja namun membaik sendiri dalam 2 hari tanpa pengobatan.
2
Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
Kehamilan
Perawatan antenatal Dilakukan di puskesmas dan setiap bulan
kontrol

Penyakit dan penggunaan obat saat kehamilan Tidak ada

Kelahiran
Tempat kelahiran Rumah Bersalin

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinan Persalinan normal per-vaginam

Masa Gestasi 37 minggu

Keadaan Bayi Berat badan lahir: 2700g

Panjang badan lahir: 47cm

Langsung menangis

Tiada kelainan bawaan

Riwayat Nutrisi
Susu : ASI + PASI, 8-10 kali/hari disesuaikan dengan permintaan pasien, PASI
yang digunakan baby love. PASI sudah diberikan saat anak usia 7 bulan
sampai sekarang.
Makanan padat : Bubur saring dan cerelac
Makanan sekarang : Napsu makan : berkurang
Variasi : hanya ingin minum susu, makanan lunak (sayur, buah pisang,
bubur bayi berkurang)
Jumlah : 1-3 suap buah pisang/bubur bayi.

3
Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama 6 bulan

Psikomotor Tengkurap 3 bulan

Duduk 5 bulan

Berdiri 10 bulan

Riwayat Penyakit Keluarga


Ayah dan Ibu pasien dalam keadaan sehat, tidak menderita penyakit infeksi maupun degeneratif.
Silsilah Keluarga
Note :
: ayah
: ibu

: anak
(11 bulan)

Riwayat Imunisasi
Menurut orang tua anaknya telah diberikan imunisasi BCG, DPT 1-3, Hep-B 1-2, Polio 0-3.
(+) BCG, 1 kali pada usia 2 bulan
(+) DPT, 3 kali pada usia 2,4,6 bulan
(+) Polio, 4 kali pada usia 0,2,4,6 bulan
(+) Hep-B, 2 kali pada usia 0 dan 1 bulan

B. Pemeriksaan Jasmani

Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Rewel, haus dan gelisah
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 100 kali/menit, reguler
Suhu : 37,6 °C
Pernapasan (frekuensi dan tipe) : 30 kali/menit, teratur, reguler

Antropometri
4
Panjang badan : 78 cm
Berat badan : 8,5 Kg
BB/U : -2 SD s/d 0 SD
PB/U : 0 SD s/d 2 SD
BB/PB : -2 SD s/d -1 SD

INDEKS Z- SCORE Status Gizi


BB/U < - 3 SD Gizi buruk
- 3 SD s/d < -2 SD Gizi kurang
- 2 SD s/d 2 SD Gizi baik
> 2 SD Gizi lebih
PB/U < - 3 SD Sangat pendek
TB/U - 3 SD s/d < -2 SD Pendek
- 2 SD s/d 2 SD Normal
> 2 SD Tinggi

INDEKS Z- SCORE Status Gizi


BB/PB < - 3 SD Sangat kurus
- 3 SD s/d < -2 SD Kurus

- 2 SD s/d 2 SD Normal
> 2 SD Gemuk

Kepala : Normocephali, distribusi rambut rata dan tipis, warna rambut hitam

5
Mata : konjungtiva kanan-kiri tidak anemis, sklera kanan-kiri tidak ikterik, pupil isokor,
kelopak mata kanan-kiri cekung (+)
Telinga : Normotia, tidak ada sekret, membran timpani kanan-kiri utuh, refleks cahaya
kanan-kiri (+)
Hidung : tidak ada septum deviasi, tampak sekret (+), napas cuping hidung kanan-kiri
tidak ada
Tenggorokan : Faring tampak hiperemis (+), tonsil kanan-kiri (T1-T1), tidak tampak kripta,
detritus, atau eksudart.
Leher : KGB dan tiroid tidak membesar
Gigi-Mulut : Mukosa mulut kering (+), tidak tampak caries dentis.

Thorax
Paru-Paru :
Depan Belakang
Inspeksi Kiri Statis dan dinamis simetris, Statis dan dinamis simetris,
retraksi intercostals tidak ada retraksi intercostals tidak ada
Kanan Statis dan dinamis simetris, Statis dan dinamis simetris,
retraksi intercostals tidak ada retraksi intercostals tidak ada
Palpasi Kiri Statis dan dinamis simetris, Statis dan dinamis simetris,
retraksi intercostals tidak ada retraksi intercostals tidak ada
Kanan Statis dan dinamis simetris, Statis dan dinamis simetris,
retraksi intercostals tidak ada retraksi intercostals tidak ada
Perkusi Kiri Sonor dalam batas normal Sonor dalam batas normal
Kanan Sonor dalam batas normal Sonor dalam batas normal
Auskultasi Kiri Suara napas vesikuler Suara napas vesikuler
Wheezing tidak ada Wheezing tidak ada
Ronkhi tidak ada Ronkhi tidak ada
Kanan Suara napas vesikuler Suara napas vesikuler
Wheezing tidak ada Wheezing tidak ada
Ronkhi tidak ada Ronkhi tidak ada

Jantung :
Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak tampak
6
Palpasi : Teraba iktus cordis pada sela iga V linea midclavicula kiri
Perkusi :
Batas kanan : sela iga V linea sternalis kanan.
Batas kiri : sela iga V, 1cm sebelah medial linea midklavikula kiri.
Batas atas : sela iga II linea parasternal kiri.
Auskultasi :
Katup Aorta : BJ 2 > BJ 1 murni reguller, mur-mur tidak ada, gallop tidak ada
Katup Pulmonal : BJ 2 > BJ 1 murni reguller, mur-mur tidak ada, gallop tidak ada
Katup Trikuspidal : BJ 1 > BJ 2 murni reguller, mur-mur tidak ada, gallop tidak ada
Katup Mitral : BJ 1 > BJ 2 murni reguller, mur-mur tidak ada, gallop tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : Membuncit, retraksi epigastrium (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Palpasi
Dinding Perut : Kembung
Turgor Kulit : Normal
Hati : Tidak teraba membesar
Limpa : Tidak teraba membesar
Ginjal : Tidak teraba
Lain-lain : undulasi (-),ascites (-)
Perkusi : Timpani
Kulit : Tidak tampak ada kelainan.
Anogenital: Oedema pada penis dan skrotum (-)
Ekstremitas
Inspeksi : Deformitas (-), pembengkakkan (-), sianosis (-)
Palpasi : Pitting oedema di kedua kaki (-) CRT <2detik
Movement : Pergerakan keempat ekstremitas baik

Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium (1 juli 2016) :
Darah
7
Hemoglobin : 11,6 g/dL(N) Leukosit : 10.000/uL (N)
Hematokrit : 34,7 % (N) Trombosit : 282.000/uL(N)

Elektrolit Darah
Natrium : 135 meq/L
Kalium : 3,1 meq/L
Clorida : 97 meq/L

Feses Rutin/Lengkap
Makroskopik Feses
Warna Kuning Konsistensi Cair
Lendir (-) Darah (-)
Bau Khas
Mikroskopis Feses
Leukosit 2-4/lpb Amoeba (-)
Eritrosit 0-1/lpb Telur cacing (-)
Sisa makanan (-) Lain-lain pH=7,0

C. Ringkasan
Pasien datang dengan keluhan mencret sejak 4 hari SMRS. Dalam sehari frekuensi
BAB 3-5 x/hari, dengan konsistensi kotoran cair berwarna kuning, ada lendir, terdapat
ampas, tetapi tidak ada darah dan tidak berbau. Keluhan ini juga disertai demam sejak 3 hari
SMRS. Keluhan demam sifatnya hilang timbul dan tidak ada waktu spesifik karna demam
kadang muncul pagi, siang ataupun malam. Setiap kali demam orang tua pasien tidak
mengukur suhu tubuh pasien tersebut. Keluhan demam tidak disertai adanya kejang,
mengiggil, keluar keringat pada malam hari, mimisan dan bintik-bintik merah pada tubuh
penderita. Selain mencret dan demam pasien juga mengeluhkan sudah sejak timbul demam,
nafsu makan pasien dirasakan menurun dan pasien muntah setiap kali diberi makanan. Pasien
juga terdapat keluhan batuk. Keluhan batuk sifatnya berdahak, dengan warna dahak jernih
dan konsistensi kental. Keluhan batuk hilang timbul tak menentu dengan dahak yang sulit
dikeluarkan sehingga terkadang saat batuk terkadang disertai muntah. Keluhan ini juga

8
disertai pilek yang mengalir sejak 2 hari SMRS berwarna putih jernih dengan konsistensi
cair, keluhan pilek muncul terutama saat siang hari. Keluhan sesak dan bersin-bersin
disangkal. Selama sakit napsu makan pasien menurun, pasien tampak lebih rewel, dan
tampak lebih haus dengan frekuensi minum yang lebih sering, dalam sehari pasien dapat
minum susu botol sebanyak 8-10 botol berukuran kurang lebih 100 cc, sewaktu menangis
masih keluar air mata. Dilingkungan rumah pasien tidak ada yang mengalami keluhan
serupa. Selama sakit pasien belum memakai obat.

Pada pemeriksaan fisik didapati :


Keadaan umum : Rewel, haus dan gelisah
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 100 kali/menit, reguler
Suhu : 37,6 °C
Pernapasan (frekuensi dan tipe) : 30 kali/menit, teratur, reguler

Antropometri
Panjang badan : 78 cm
Berat badan : 8,5 Kg
BB/U : -2 SD s/d 0 SD
PB/U : 0 SD s/d 2 SD
BB/PB : -2 SD s/d -1 SD

Mata : kelopak mata kanan-kiri tampak cekung


Hidung : tampak sekret pada lubang hidung
Tenggorokan : faring tampak hiperemis
Gigi-mulut : mukosa mulut kering
Abdomen : kembung, bising usus meningkat

Pemeriksaan Laboratorium menunjang :


Feses lengkap :
Mikroskopik : Leukosit 2-4/lpb
9
D. Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding

Diagnosis Kerja : Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan-sedang.


Dasar diagnosis :
 Gejala Klinis : Keluhan yang ditemukan adalah BAB cair
berwarna kuning dengan frekuensi 3-5 x/hari, disertai demam,
muntah dan napsu makan yang menurun namun keinginan untuk
minum frekuensinya meningkat.
 Pemeriksaan fisik : Pada pemeriksaan fisik ditemukan kelopak
mata tampak cekung, abdomen yang tampak kembung, pada
pemeriksaan status gizi didapati BB/U, TB/U, BB/TB berada pada
SD -2 SD 2.
 Pemeriksaan penunjang : Pada pemeriksaan feses lengkap secara
mikroskopik didapati leukosit (2-4/lpb).
 Diagnosis Banding:
- Diare cair akut tanpa dehidrasi
Diagnosis lain :
- Hipokalemia
- Faringitis

E. Pemeriksaan yang Dianjurkan


- Darah rutin

F. Penatalaksanaan
1. Non medikamentosa
- Menjelaskan kepada orang tua pasien tentang penyakit yang diderita.
- Diet makanan padat, rendah serat, garam dan cukup protein.
- Menjaga kebersihan makan-minum.

2. Medikamentosa

10
- Cairan RL 65tpm 3 jam pertama, - Oralit 75cc tiap kali selesai BAB
- Cetirizin 1 x 0,5 cth
selanjutnya 28 tpm
- Ambroxol 2 x 0,5 cth
- Paracetamol drop 4 x 0,8 ml
- Zink Kid 2x1 cth
- Cefotaxime 3x250mg iv
- L-bio 2x1 - Inj ranitidine 2x10mg

G. Saran
 Observasi tanda-tanda dehidrasi
 Monitoring KU dan TTV
 Cek darah rutin
 Lanjut asi/susu formula ganti SGM LLM

H. Prognosis
1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
3. Ad Sanationam : dubia ad bonam

I. Follow Up

02-07-2016

S : OS sakit hari ke 5 bebas demam hari ke 1, keluhan yang masih dirasakan saat ini
BAB masih cair berwarna kuning, berampas (+), tanpa disertai darah, lendir atau bau
busuk. Frekuensi BAB saat ini 3 x tanpa disertai muntah. Keluhan batuk dan pilek (+).
BAK tidak ada keluhan saat BAK OS tidak rewel atau gelisah. Napsu makan masih
kurang, minum susu baik.

O : Suhu : 36,50C Nadi : 100 x/menit


Nafas : 24 x/menit, reguler BB : 8,5 kg
KU : agak rewel, minum biasa Kes : compos mentis

Mata : mata kanan-kiri masih terlihat cekung


Mulut : tampak kering
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : Pulmo : vesikule5 +/+, Rhonki-/-, Whe-/
Cor : BJ1-2 murni reguller, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen : turgor kulit kembali cepat, BU (+) normoperistaltik,
kembung (+), NT (-)
Extremitas : edema (-), CRT <2”, akral hangat

Lab (2 juli 2016) :


Lab :
11
Hemoglobin : 11,7 g/dL(N)
Hematokrit : 34,7 % (N)
Leukosit : 10.000/uL (N)
Trombosit : 284.000/uL(N)

A : Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan sedang (perbaikan)

P : Terapi lanjut

Tinjauan Pustaka
A.Pendahuluan

Gastroenteritis atau diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan
Rumah Tangga diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi
di Indonesia. Sebagian besar GEA (Gastroenteritis) akut atau diare akut disebabkan oleh infeksi.
Banyak dampak yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang
dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi
sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan
maldiges dan malabsorpsi. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya
dapat mengalami invasi sistemik.
Sampai saat ini penyakit GEA masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Angka
kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian GEA diantara 1000 penduduk setiap tahunnya.
Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita GEA sekitar 60 juta kejadian

12
setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun
(+40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian
GEA. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau tidak segera
ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal. Secara umum penanganan diare akut ditujukan
untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam
basa, kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan
menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi
diare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian
cairan rehidrasi oral secara umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan
intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang
tak terkontrol dan terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan
dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan
menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit.

B. DEFINISI
Gastroenteritis atau Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
Perubahan konsistensi terjadi karena peningkatan volume air di dalam tinja akibat
ketidakseimbangan antara absorbsi dan sekresi intestinal. Diare paling lama berlangsung
kurang dari 14 hari.

C. ETIOLOGI
Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi, laktose
defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh virus adalah Rotavirus (40-
60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk, Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus,
Minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophyla,
Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli halemortagik, Plesiomonas
shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V. Parahemolyticus, Yersina enterocolotica. Sedangkan
penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Isospora belli,
13
Balantidium coli, Cryptosporodium, Capillaria philipinensis, Fasiolopsis buski, Sarcocystis
suihominis, Strongiloides strecoralis, dan Trichuris trichiura.

D. FAKTOR RESIKO
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain : faktor lingkungan, gizi,
kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, perilaku masyarakat. Faktor lingkungan
yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan seperti kebersihan puting susu,
kebersihan botol dan dot susu, maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu
dan makanan. Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun
anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu tentang
masalah kesehatan. Faktor kependudukan menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi
pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku
orangtua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum
menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak. Kesemua faktor di
atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing keluarga.
Diare yang disebabkan mikroba seperti bakteri, parasit atau virus disebarkan melalui
jalan fekal-oral. Mikroba yang berasal dari tinja (feses) dapat melalui jalur jari-jari (fingers)-
lalat (flies)- air (fluid)- tanah (field) yang akan menyebabkan kontaminasi pada makanan atau
minuman. Jalur ini dikenal dengan jalur 4 F.

Fingers

Flies
Food Mouth/
Feses
mulut
Fluid (makanan

Field

Gambar: Rute fekal-oral (Soebagyo, 2008)

E. PATOGENESIS
Virus

14
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus
halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang
secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel epitel
berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit.
Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama
laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi
matang.

Bakteri
1. Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertama-tama
harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan terjadi
melalui antigen yang menyerupai rambut getar, disebut pili atau fimbria yang melekat
pada reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik
dan V. Cholera 01. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan
perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau
menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E. coli enteropatogenik atau
enteroaggrerasi).
2. Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae 01 dan beberapa
bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini
mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari
kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang
sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.
3. Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella dapat
menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi
sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan
pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang menyebabkan adanya sel darah merah
dan sel darah putih atau terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh
kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan
elektrolit dari mukosa.
Parasit

15
1. Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada epitel usus halus
dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan menyebabkan diare.
2. Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi epitel mukosa
di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus. Namun hal ini baru terjadi
bila strainnya sangat ganas.

Obat-obatan
Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare.
Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme yang tidak biasa atau
yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan berkembang bebas. Disamping itu sifat
farmakokinetika dari antibiotika itu sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh
ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam empedu yang
merubah flora flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara parental. Antibiotik juga
bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin, kanamisin, basitrasin, polmiksin, dan
neomisin.

F. PATOFISIOLOGI
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal
ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi chlorida di sel epitel
berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan yang menebabkan
kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi.
Pada diare infeksi perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh
toksin bakteri seperti toksin E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).
Diare osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika
bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat
tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa
larutan hipertonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam
lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal
16
in meningkatkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh.
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan
gizi, dan gangguan sirkulasi.

G. MANIFESTASI KLINIS
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan/
sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat
badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput
lendir bibir dan mulut kering.
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu sendiri.
Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam menggambarkan kelainan yang
mendasari dan perubahan fisiologi yang berbeda-beda :
1. Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai dengan
beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya dehidrasi, juga dapat
terjadi penurunan berat badan apabila intake makanan kurang.
2. Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya utamanya adalah
kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
3. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana bahaya utamanya adalah
malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta dehidrasi.
4. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan bahaya utamanya
antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan defisiensi mineral dan
vitamin.

H. PENCEGAHAN
Diare dapat dicegah dengan langkah seperti berikut :
1. Upayakan ASI tetap diberikan
2. Menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan sebelum makan
3. Meningkatkan kebersihan lingkungan seperti buang air besar di jamban
4. Memberikan imunisasi campak
17
5. Memberikan makanan penyapihan yang benar
6. Penyediaan ait minum yang bersih
7. Selalu memasak makanan.

I. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Riwayat diare sekarang :
i. Sudah berapa lama diare berlangsung
ii. Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan jumlah tinja
iii. Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)
iv. Muntah (frekuensi dan jumlah)
v. Demam
vi. Buang air kecil terakhir
vii. Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun
viii. Jumlah cairan yang masuk selama diare
ix. Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat, oralit)
x. Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya (IDAI, 2004)
xi. Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare
xii. Kontak dengan orang yang sakit
xiii. Penggunaan antibiotik

b. Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama


c. Riwayat penyakit penyerta saat ini
d. Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.
e. Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan yang tidak biasa.

2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu, kesadaran, rasa
haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun besar
cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau
tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan
18
pula ada tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin, perfusi
jaringan serta derajat dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat badan)
i. Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
ii. Keadaan umum baik dan sadar
iii. Tanda vital dalam batas normal (denyut jantung, kualitas nadi dan pernapasan
normal)
iv. Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut
dan bibir basah
v. Turgor abdomen baik, bising usus normal
vi. Capillary refill time normal
vii. Kencing normal
viii. Akral hangat
ix. Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak
mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).

b. Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)


i. Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan
ii. Keadaan umum gelisah dan cengeng
iii. Denyut jantung meningkat, kualitas nadi melemah, pernapasan cepat
iv. Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa
mulut dan bibir sedikit kering
v. Turgor kurang
vi. Capillary refill time memanjang
vii. Kencing berkurang
viii. Akral hangat
ix. Pasien harus rawat inap.
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
19
i. Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan
ii. Keadaan umum lemah, letargi atau koma
iii. Takikardi, bradikardi pada kasus berat
iv. Kualitas nadi lemah, kecil, tidak teraba
v. Pernapasan dalam
vi. Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa
mulut dan bibir sangat kering
vii. Turgor buruk (cubitan pada kulit abdomen kembali > 2 detik)
viii. Capillary refill time memanjang, minimal
ix. Kencing sangat kurang
x. Akral dingin
xi. Pasien harus rawat inap

Penilaian dehidrasi menurut MTBS


Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini :
• Letargis atau tidak sadar
• Mata cekung Dehidrasi berat
• Tidak bisa minum atau malas
minum
• Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda
berikut ini:
• Gelisah, rewel
• Mata cekung Dehidrasi ringan/sedang
• Haus, minum dengan lahap
• Cubitan kulit perut kembalinya
lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk
Tanpa dehidrasi
diklasifikasikan dehidrasi berat atau
ringan/sedang
20
(Ditjen PPM & PLP, 1999)

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaaan tinja
- Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi
- Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
- Kimia : PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
- Biakan dan uji sensitivitas
b. Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K,
Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kadar ureum dan kreatinin darah.
c. Pemeriksaan urin : urin rutin
J. PENATALAKSANAAN
1. Atasi dehidrasi
a. Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan sesuai usia
setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:
i. < 1 tahun: 50-100 cc
ii. -5 tahun : 100-200 cc
iii. > 5 tahun : semaunya.
b. Dehidrasi ringan sedang
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan pemberian
kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti di atas setiap kali
buang air besar.
c. Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100 cc/kgBB.
Cara pemberian :
i. < 1 tahun : 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam 5 jam
berikutnya.
ii. > 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam ½ jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam 2 ½
jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses rehidrasi.
21
2. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai dengan hasil
pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai
hasil uji sensitivitas.
3. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering, rendah
serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
4. Jangan mengunakan spasmolitika
5. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia atau
hipokalemia.
Salah satu akibat dari kekurangan cairan tubuh adalah hipokalemia. Hipokalemia
adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekuarangan konsentrasi kalium dalam
darah. Kadar normal kalium dalam darah sebesar 3,5–5 mEg/liter, yang berarti seseorang
dinyatakan mengalami hipokalemia adalah ketika kadar kalium dalam darah kurang dari
3,5 mEg/liter. Karena kalium dimanfaatkan oleh sistem saraf otonom (SSO) yang
digunakan untuk mengendalikan detak jantung, fungsi otak dan proses fisiologi lainnya.
Sehingga hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, kejang otot dan bahkan
kelumpuhan, serta dapat mempengaruhi irama jantung. Selain itu kadar kalium yang
terlalu rendah dapat mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk berdetak dan pada
akhirnya menyebabkan kegagalan jantung. Penentuan atau diagnosis seseorang mengalami
hipokalemi diketahui melalui pemeriksaan darah di laboratorium.
Hipokalemia juga dapat terjadi karena fungsi ginjal yang tidak berfungsi dengan baik,
karena ginjal yang normal dapat menahan kalium dalam darah. Selain itu sindrom cushing,
yang disebabkan oleh diproduksinya hormon aldosteron yang berakibat pada ginjal
mengeluarkan kalium dalam kadar yang besar, sebagai penyebab lain terjadinya
hipokalemia. Selain itu pola konsumsi yang berlebihan atas kayu manis dan tembakau
serta penggunaan insulin dan obat-obatan asma seperti albuterol, terbutalin dan teofilin
dapat mempengaruhi fungsi ginjal dalam menahan kalium dalam darah.
Untuk pengobatan hipokalemia akibat diare hal pertama yang perlu dilakukan adalah
dengan memperbanyak minum cairan elektrolit atau diare untuk menggantikan cairan
tubuh yang hilang serta meminum obat penghenti diare. Sedangkan untuk pengobatan
22
hipokalemianya sendiri dapat dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalium
yang tinggi seperti pisang atau dengan mengkonsumsi garam kalium. Karena kalium dapat
mengiritasi saluran pencernaan garam kalium diberikan dalam dosis kecil. Sedangkan pada
kasus hipokalemia berat, dilakukan pemberian kaliun secara intravena. Namun hal tersebut
harus dilakukan dalam pantauan dokter dan biasanya dilakukan di rumah sakit untuk
menghindari kenaikan kadar kalium yang terlalu tinggi.
6. Vitamin A
- 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU
- >1 tahun : 200.000 IU
7. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara
pencegahan diare.

Indikasi rawat inap :


1. Diare akut dengan dehidrasi berat
2. Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi
3. Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami dehidrasi), buang air besar
cair > dari 8 kali dalam 24 jam dan muntah > dari 4 kali sehari.

K. PENCEGAHAN
1. Upaya mencegah penyebaran kuman patogen
Berbagai kuman penyebab diare disebarkan melalui jalan orofekal seperti air,
makanan dan tangan yang tercemar. Upaya pemutusan penyebaran kuman penyebab harus
difokuskan pad cara penyebaran ini.
Upaya yang terbukti efektif adalah:
a. Pemberian ASI saja pada bayi umur 4-6 bulan
b. Menghindarkan penggunaan susu botol
c. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI (untuk
mengurangi perkembangbiakan bakteri).
d. Penggunaan air bersih untuk minum
e. Mencuci tangan (sesudah buang air besar dan membuang tinja bayi, sebelum
menyiapkan makanan atau makan)
23
f. Membuang tinja termasuk tinja bayi secara benar.

2. Cara memperkuat daya tahan tubuh pejamu.


a.Melaksanakan pemberian ASI paling tidak sampai 2 tahun pertama kehidupan
b. Memperbaiki status gizi (dengan memperbaiki nilai gizi makanan pendamping ASI dn
memberikan anak lebih banyak makanan)
c.Imunisasi campak

L. PEMANTAUAN
1. Terapi
Setelah pemberian cairan rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi, berat
badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuk dehidrasi maka dilakukan rehidrasi ulang
sesuai dengan derajat dehidrasinya. Jika setelah 3 hari pemberian antibiotik klinis dan
laboratorium tidak ada perubahan maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji
sensitivitas.
2. Tumbuh kembang
3. Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah sembuh dan
seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami gizi buruk maka dikelola
sesuai dengan SPM gizi buruk
Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan umum dan tanda vital
baik, sudah bisa makan dan minum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute diarrhoea management.
http://mk.armon@ntlworld.com (diakses tanggal 20 juli 2016)

2. Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak. Media Aesculapius.
Jakarta, hal : 470 –471.

3. Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.

4. IDAI, 2011. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal : 49-52.

24
5. Irwanto, dkk. 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika.
Jakarta, hal : 73 – 79.

6. Mansjoer, A., et al. 2013. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius FK UI, hal : 470.

7. Prescilla, RP. 2006. Gastroenteritis. www.emedicinehealth.com (diakses tanggal 21 juli 2016)

8. Pusponegoro, HD., et al. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I. Jakarta,
hal : 49.

9. Putra, DS. 2008. Diare Akut pada Anak, Upaya Mengurangi Kejadian Komplikasi Diare Akut.
Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad / FK UNRI : http://www.dr-
rocky.com/layout-artikel-kesehatan/42-diare-akut-pada-anak (diakses tanggal 20 juli
2016)

10. Soebagyo B, 2008. Diare Akut pada Anak. Surakarta: UNS Press, hal : 2.

11. Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional Anak RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.

12. Suraatmaja, S. 2010. Diare. Dalam: Suraatmaja, S., et al. 2010. Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Denpasar: FK Universitas Udayana, hal : 1.

25

Anda mungkin juga menyukai