PENDAHULUAN
Nyeri kepala kadang – kadang dapat hilang dengan sendirinya pada saat
penderita istirahat. Di lain keadaan, nyeri kepala menghilang pada saat penderita
minum obat yang dapat dibeli bebas dipasaran. Keadaan tersebut pada umumnya
tidak menimbulkn masalah bagi para penderita.
Migren, seperti jenis nyeri kepala yang lain, tidak memberi gejala dan tanda
yang obyektif. Sifat dan intensitasnya selain ditentukan oleh faktor penyebab juga
ditentukan oleh faktor lainnya, misalnya kepribadian penderita. Dengan demikian
para dokter harus dapat melakukan anamnesis yang tajam untuk dapat sampai
pada kesimpulan diagnostik.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Istilah migren berasal dari kata migraine yang berasal dari bahasa Perancis,
sementara itu dalam bahasa Yunani disebut hemicrania. Sedang dalam bahasa
inggris kuno dikenal dengan migren.
Konsep tersebut telah diperluas oleh The Research Group on Migraine and
Headachache of the World Federation of Neurology. Migren merupakan
gangguan yang bersifat familial dengan karakteristik serangan nyeri kepala yang
berulang-ulang yang intensitas, frekuensi dan lamanya sangat bervariasi. Nyeri
kepala biasanya bersifat unilateral, umumnya disertai anoreksia, mual dan
muntah. Dalam beberapa kasus, migren ini didahului atau bersamaan degan
gangguan neurologik dan gangguan perasaan hati.
2.2 Klasifikasi
2
e. Migren aura tanpa nyeri kepala
f. Migren dengan awitan aura akut
3. Migren oftalmoplegik
4. Migren retinal
5. Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial
6. Migren dengan komplikasi
a. Status migren
- Tanpa kelebihan penggunaan obat
- Kelebihan penggunaan obat untuk migren
b. Infark migren
7. Gangguan seperti migren yang tak terklasifikasikan.
2.3 Patogenesis
3
mengakibatkan masukan aferen atau dorongan kortikobulbar yang berlebihan.
Hasil akhirnya adalah interaksi batang otak dan pembuluh darah kranial, dengan
rangsang aferen pada pembuluh darah yang menimbulkan nyeri kepala dengan ciri
berdenyut- denyut.
Sementara itu, proyeksi difus locus ceruleus ke korteks serebri dapat
mengawali terjadinya oligemia kortikal dan mungkin pula terjadinya depresi yang
meluas (spreading depression). Aktivitas didalam sistem ini dapat menjelaskn
teradinya aura pada migren yang dapat terjadi terpisah dari munculnya nyeri
kepala.
Dilain pihak, nyeri kepala dapat berasal dari distensi vaskular terutama
apabila dinding pembuluh darah memperoleh sensitilisasi oleh reaksi
perivaskular. Hal terakhir ini mungkin disebabkan oleh lepasnya peptida dari
sistem trigimenovaskular.
Kemungkinan lain tentang patogenesis nyeri kepala didasarkan atas
inflamasi neurogenik di dalam jaringan intrakranial. Inflamasi ini melibatkan
vasodilatasi dan ekstravasasi protein plasma.
2.4 Prevalensi
4
disertai mual, fotofobia atau fonofobia. Nyeri kepala diperberat dengan
aktivitas fisik. Gejala-gejala tambahan meliputi nyeri kepala pada waktu
menstruasi dan berhenti pada waktu hamil.
5
langsung mengikuti gejala aura atau setelah interval bebas serangan tidak sampai
1 jam. Fase ini biasanya berlangsung 4-72 jam atau sama sekali tidak ada.
Aura dapat berupa gangguan mata homonimus, gejala hemisensorik, hemiparesis,
disfagia atau gabungan dari gangguan tersebut.
KRITERIA DIAGNOSIS MIGREN DENGAN AURA
A. Sekurang-kurangnya 2 serangan seperti tersebut dalam B.
B. Sekurang-kurangnya terdapat 3 dari 4 karakteristik tersebut di bawah ini:
1. Satu atau lebih gejala aura yang reversibel yang menunjukkan
disfungsi hemisfer dan / tau batang otak.
2. Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang lebih dari 4 menit,
atau 2 atau lebih gejala aura terjadi bersama-sama.
3. Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit: bila lebih
dari satu gejala aura terjadi, durasinya lebih lama.
4. Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri kurang
dari 60 menit, tetapi kadang-kadang dapat terjadi sebelum aura.
C. Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut di bawah ini:
1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkan
kelainan organik.
2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga menunjukkan
kelainan organik, tetapi dengan pemeriksaan neuro-imaging dan
pemeriksaan tambahan lainnya tidak menunjukkan kelainan.
Migren Basilaris
Migren dengan aura yang jelas berasal dari batang otak atau dari kedua lobi
oksipitales. Kriteria klinik sama dengan yang di atas, dengan tambahan dua atau
lebih dari gejala aura seperti berikut ini:
6
b. Disartria
c. Vertigo
d. Tinitus
e. Pengurangan pendengaran
f. Diplopia
g. Ataksia
h. Parestesia bilateral
i. Parestesia bilateral dan penurunan kesadaran.
Migren Oftalmoplegik
Migren jenis ini dicirikan oleh serangan yang berulang-ulang yang
berhubungan dengan paresis satu atau lebih saraf otak okular dan tidak
didapatkan kelainan organik. Kriteria diagnosis terdiri dari sekurang-
kurangnya 2 serangan disertai paresis saraf otak III, IV, dan VI serta tidak
didapatkan kelainan cairan serebrospinal.
Migren retinal
Terjadi serangan berulang kali dalam bentuk skotoma monokular atau buta
tidak lbih dari satu jam. Dapat berhubungan dengan nyeri kepala atau tidak.
Gangguan okular dan vaskular tidak dijumpai.
7
Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial
Migren dan gangguan intrakranial berhubungan dengan awitan secara
temporal. Aura dan lokasi nyeri kepala berhubungan erat dengan jenis lesi
intrakranial. Keberhasilan pengobatan lesi intrakrsanial akan diikuti oleh
hilangnya serangan migren.
8
1.6 Komplikasi Migren
1. Status Migren
Serangan migren dengan nyeri kepala lebih dari 72 jam walaupun telah
diobati sebagaimana mestinya. Telah diupayakan memberi obat yang
berlebihan namun demikian nyeri kepala tidak kunjung berhenti. Contoh
pemberian obat yang berlebihan misalnya minum tergotamin setiap hari
atau lebih dari 30 mg tiap bulan, aspirin lebih dari 45 gram, morfin lebih
dari 2 kali sebulan, dan telah menggunakan lebih dari 300 mg diazepam
atau sejenisnya setiap bulannya.
2. Infark Migren
Penderita termasuk dalam kriteria migren dengan aura. Serangan yang
terjadi sama tetapi defisit neurologik tetap ada setelah 3 minggu dan
pemeriksaan CT scan mnenunjukkan hipodensitas yang nyata pada
waktu itu. Sementara itu penyebab lain terjadinya infark dapat
disingkirkan dengan pemeriksaan angiografi, pemeriksaan jantung dan
darah.
Nyeri kepala migren tanpa aura sering kali sulit dibedakan dengan nyeri
kepala tegang (tension headache), nyeri kepala klaster (cluster headcahe), dan
gangguan peredaran darah sepintas (Transient ischemic attacks). Dengan
demikian deskripsi ketiga jenis diagnosis banding tersebut harus dipahami dengan
baik.
9
2.8. Faktor Pencetus Serangan
2.9.Terapi
Makin banyak yang kita ketahui tentang migren maka kemungkian untuk
membebaskan penderita dari serangan migren makin besar. Namun demikian,
sampai saat ini kita belum mampu sepenuhnya untuk menanggulangi migren ini.
Memang, migren tidak mengancam jiwa seseorang tetapi sangat mengganggu
aktivitas sehari-hari. Dengan demikian terapi migren harus benar-benar efektif.
1. Terapi medikamentosa
10
1.a. Terapi Tahap Akut
Tujuan pengobatan pada tahap akut ini adalah untuk mengatasi
rasa nyeri akibat terjadinya dilatasi arteri di kulit kepala yang terjadi pada
saat serangan migren.
Ergotamin tartrat telah digunakan sejak 60 tahun yang lalu dan efektf
untuk mengatasi nyeri kepala migren akut.Ergotamin menghambat pengambilan
kembali norepinefrn bebas, norepinefrin ini sangat erat hubungannya dengan
reseptor adrenergik alfa yang bertanggung jawab untuk melakukan
vasokonstriksi. Efektivitas ergotamin pada pembuluh darah perifer dan terutama
pada otot polos akan memperpanjang waktu konstriksi arteri di kulit kepala. Obat
ini dapat mengurangi amplitudo pulsasi arteri kulit kepala sehingga
menghilangkan rasa nyeri. Ergotamin tidak memberi efek vasokonstriksi pada
arteri serebral maupun retinal.
11
1.b. Terapi Profilaktif
Terapi profilaktif ditujukan untuk mencegah terjadinya serangan akut.
Efek plasebo dapat menurunkan frekuensi serangan migren lebih dari 40%.
Sementara itu, metisergid maleat, suatu obat yang berefek antiserotonin,dapat
menurunkan frekuensi serangan migren akut.
Siproheptadin hidroklorida, yang merupakan antagonis serotonin dan
histamin, dapat dipakai untuk profilaksis migren tetapi mempunyai efek samping
mengantuk, merangsang nafsu makan, dan menambah berat badan. Pizotifen
dilaporkan dapat mencegah vasokonstriksi. Efek profilaktifnya dilaporkan tidak
sebaik metisergid maleat dan efek sampingnya sama dengan siproheptadin.
Propanolol, salah satu obat penghambat adrenergik beta, dilaporkan dapat
menurunkan frekuensi serangan nyeri kepala migren. Hambatan oleh propanolol
ditujukan pada reseptr beta-2 pada dinding pembuluh darah. Dengan demikian
propanolol dapat mencegah dilatasi pembuluh darah sebagai akibat dari beberapa
senyawa humoral yang bekerja pada reseptor tersebut. Efek samping propanolol
adalah hipotensi dan insomnia.Obat ini tidak boleh diberikan pada penderita
dengan terdensi bronkospasmus.
Yoga dan terapi relaksasi pernah dicoba untuk mengatasi serangan migren
akut. Upaya lainnya antara lain meditasi, dan hipnotis. Sayang berbagai upaya
tersebut secara metodologik kurang bisa dipegang hasilnya mengingat
kemungkinan munculnya bias. Lagi pula upaya tersebut cukup sulit untuk
dilakukan oleh setiap orang. Sebaiknya terapi profilaktik dengan psikoterapi
sejak awal sudah dapat dilakukan bersama dengan terapi medikamentosa. Di lain
pihak, terapi tanpa obat ini perlu diteliti lebih lanjut mengingat biaya yang sangat
murah dan tiadanya efek samping sebagaimana terjadi pada terapi
medikamentosa.
12
BAB III
KESIMPULAN
13