PENATALAKSANAAN IKTERUS
Pengobatan yang diberikan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin dan memastikan kondisi
ikterus pada bayi kita masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis. Tujuan pengobatan
adalah mencegah agar konsentrasi bilirubin indirect dalam darah tidak mencapai kadar yang menimbulkan
neurotoksisitas, dianjurkan dilakukan transfuse tukar dan atau fototerapi. Resiko cidera susunan saraf pusat
akibat bilirubin harus diimbangi dengan resiko pengobatan masing-masing bayi. Kriteria yang harus
dipergunakan untuk memulai fototerapi. Oleh karena fototerapi membutuhkan waktu 12-24 jam, sebelum
memperlihatkan panjang yang dapat diukur, maka tindakan ini harus dimulai pada kadar bilirubin, kurang
dari kadar yang diberikan. Penggunaan fototerapi sesuai dengan anjuran dokter biasanya diberikan pada
neonates dengan kadar bilirubin tidak lebih dari 10 mg%.
1. Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan ikterus secara umum menurut Surasmi (2003) antara lain yaitu:
a. Memeriksa golongan darah ibu, (Rh, ABO) dan lain – lain pada waktu hamil
b. Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan
ikterus, infeksi dan dehidrasi
c. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru
lahir imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat
d. Pengobatan terhadap faktor penyebab bila diketahui
Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus meningkat hingga
mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi transfusi darah. Dikhawatirkan kelebihan
bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai
karena anak bisa mengalami beberapa gangguan perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental, cerebral
palsy, gangguan motorik dan bicara, serta gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi
yang sudah teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain. Proses tukar darah akan dilakukan
bertahap. Bila dengan sekali tukar darah, kadar bilirubin sudah menunjukkan angka yang menggembirakan,
maka terapi transfusi bisa berhenti. Tapi bila masih tinggi maka perlu dilakukan proses tranfusi kembali.
Efek samping yang bisa muncul adalah masuknya kuman penyakit yang bersumber dari darah yang
dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Meski begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan kadar
bilirubin yang tinggi.
c. Terapi Obat-obatan
2
LO : KURNIA & LINAWATY
Terapi lainnya adalah dengan obat-obatan. Misalnya, obat Phenobarbital atau luminal untuk
meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin yang sifatnya indirect berubah menjadi
direct. Ada juga obat-obatan yang mengandung plasma atau albumin yang berguna untuk mengurangi
timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati. Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan
dengan terapi lain, seperti fototerapi. Jika sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi
bahkan dihentikan. Efek sampingnya adalah mengantuk. Akibatnya, bayi jadi banyak tidur dan kurang
minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi kekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu
peningkatan bilirubin. Oleh karena itu, terapi obat-obatan bukan menjadi pilihan utama untuk menangani
hiperbilirubin karena biasanya dengan fototerapi si kecil sudah bisa ditangani.
Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan. Biasanya dianjurkan setelah bayi
selesai dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi dijemur selama setengah jam dengan posisi yang berbeda-
beda. Seperempat jam dalam keadaan telentang, misalnya, seperempat jam kemudian telungkup. Lakukan
antara jam 7.00 sampai 9.00. Inilah waktu dimana sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin. Di bawah
jam tujuh, sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di atas jam sembilan kekuatannya sudah terlalu
tinggi sehingga akan merusak kulit. Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari karena
dapat merusak matanya. Perhatikan pula situasi di sekeliling, keadaan udara harus bersih.